Oleh: Sugiatmi
Abstrak
Kejadian alergi makanan atau reaksi yang merugikan terhadap makanan meningkat selama 2-3
dekade terakhir. Hal ini disebabkan karena perubahan lingkungan, perubahan gaya hidup, perubahan
pola makan, dan perubahan proses produksi dan pengawetan makanan. Pencegahan alergi makanan
terbagi menjadi 3 tahap, yaitu pencegahan primer, sekunder dan tersier. Pengobatan yang paling
penting pada alergi makanan ialah eliminasi terhadap makanan yang bersifat alergen. Pengobatannya
bervariasi, tergantung kepada jenis dan beratnya gejala.
Kata Kunci: Alergi makanan, alergen,
Pendahuluan
makanan.
terhadap makanan :
makanan
juga
mempunyai
fungsi
lain,
istilah
umum
untuk
semua
respons
87
88
siensi laktase) maupun suatu respons
serta gandum.
merangsang
pembentukan
antibodi
Alergi Makanan
1. Defenisi
beta
berbagai cara. Bisa saja melalui saluran pernapasan, berasal dari makanan, melalui suntikan.
menimbulkan alergi.
89
ferrin. Anak yang mempunyai alergi
yai
ayam
ini.
alergi
terhadap
daging
Kacang
kedele
dilaporkan
banyak
protein
berupa
ditenggorokan.
gatal
gatal
yang
terkandung
adalah
lambung.
Menimbulkan Alergi.
menimbulkan
alergi
adalah
udang
90
jeruk serta bahan-bahan aditif maka-nan.
3. Gejala Klinis
berdarah.
Alergen
makanan
dapat
mele-wati
dibandingkan
dengan
bahan
sintetis.
makanan
reaksi
91
satu jam setelah makan alergen, dimulai
syok.
4. Manifestasi Klinik
Keluhan alergi sering sangat misterius,
megang telinga.
darah rendah.
berlebihan.
Sensitif:
ang.
bisa terjadi.
conjungtivitis vernalis.
92
6. Diagnosa
Untuk menentukan apakah seseorang
menderita alergi atau tidak haruslah dilakukan
diagnosa seperti:
1. Riwayat medis (anamnesis) dan pemerik-
saan fisik
2. Diet eliminasi
llenge (DBPCFC)
bahan makanan yang menjadi tersangka, selama 2 minggu. Dalam kurun waktu ini diobser-
merupakan
gold
standart
kadang-kadang
di
punggung.
Mula-mula
93
telah ditandai. Dengan menggunakan lancet
7. Klasifikasi
Gambar 1. Melakukan tusukan kecil pada kulit
dengan lancet steril
Reaksi yang
merugikan pada
mamakanan
Non Imunologik
Imunologik
Mediator IgE
Tipe I
Enzim
Obat
makrofag.
dan berika-
oleh kompleks solubel dari alergen dengan antibodi IgG dan IgM.
94
8. Prevalensi
sapi.
masa anak.
95
Gambar 3. Sumber dari : Food and Agriculture Organization and World Health Organization
Ket: Gambar 2. Limposit T berikatan dengan
10. Penanggulangan
a. Pencegahan
96
cara pemeriksaan IgE spesifik dalam
b. Pengobatan
Pengobatan yang paling penting pada
alergi
makanan ialah
eliminasi
terhadap
alergi
makanan
terbagi
yang berat, bisa diberikan kortikosteroid (misalnya prednison) dan epinefrin (adre-nalin).
Simpulan
Alergi merupakan suatu reaksi abnormal
dalam tubuh suatu makanan yang dicetuskan
oleh reaksi spesifik pada sistem imun. Alergi
timbul bila ada kontak terhadap zat tertentu
yang biasanya, pada orang normal tidak
Daftar Pustaka
1. Dinajani,S Abidin. Penatalaksanaan
Penyakit Alergi. Edisi Kedua. Fakultas
Kedokteran. Universitas Indonesia. 2008.
2. Charlotte M, Nancy J. Nutrition.
Essentilals and Diet Therapy, sixth edition.
United States of Amerika. 1991.
3. Food and Agriculture Organization and
World Health Organization (FAO/WHO).
97
Human Vitamin and Mineral
Requirements. FAO/WHO. Rome. 2002.
4. Modern Nutrion in Health and Disease
eight edition/ Edited by Maurice E
kelangsungan hidupnya namun lebih utama lagi bertanggung jawab atas sumber makanan untuk
anaknya sejak dalam kandungan hingga 2 tahun pertama kehidupan anak. Masalah penting yang
dihadapi oleh ibu menyusui adalah pengontrolan jarak kelahiran. Pemilihan metode kontrasepsi
yang tepat membantu memulihkan kesehatan ibu pasca persalinan. Dampak terbesar lainnya adalah
metode kontrasepsi memengaruhi produksi ASI sebagai sumber utama makanan anak selama 6
bulan kehidupan yaitu dengan pemberian ASI eksklusif. Perlunya pengaturan jarak kehamilan
sangat penting untuk membantu kegiatan menyusui berlanjut. Tidak ibu berhenti menyusui ketika
hamil lagi. Kehamilan segera setelah ibu selesai masa nifas selain menurunkan tingkat kesehatan
ibu yang masih dalam masa pemulihan juga dapat mengabaikan hak anak untuk mendapatkan ASI
sebagai makanan terbaik bagi anak dan investasi kesehatan serta kecerdasan untuk masa depannya.
Kata kunci: Gizi, kesehatan, metode kontrasepsi, ibu menyusui
Pendahuluan
Tingginya
Angka
Kematian
Bayi
98
99
anak terutama mencegah terjadinya berbagai
2,3
kanker payudara.
menyusui:
1. Malnutrisi
a. Gizi Kurang
selama 9 bulan
mampu
memberikan
makna
bagi
perawatan
Masih
mengenai
beberapa
kehamilan serta
postnatal
yang
buruk.
terdapatnya
kepercayaan
larangan
mengonsumsi
makanan
bergizi
tinggi
100
seperti sumber protein antara lain
menyusui
idealnya.8
mencapai
berat
badan
normal.7
b. Gizi Lebih
gaturan
menyusui.9
makanan
yang
dilakukan
memenuhi
bayi
dilakukan
proses
secara
kebutuhan
3. Penyakit Mastitis
rutin
oleh
ibu
pemberian
ASI
dapat
berhenti.
mengembalikan
berat
badan
ibu
101
mastitis. Penyakit ini biasanya menyertai
pertama
kelahiran
anak
dan
meningkat
10
Penyakit
disebabkan teknik
ibunya.4
bermakna pada ibu dengan kondisi kekurangan gizi tingkat berat atau mengalami KEK.
Kandungan protein, lemak maupun laktosa-
102
nya jauh lebih rendah pada ibu dengan
menyusui adalah :
ringan.
Jenis Makanan
60 g beras
50 g ikan tuna
25 g tempe
100 gr sayur bayam
100 g pisang
5 ml minyak
Sumber : Depkes, 2007
Nilai Kalori
240 kalori
95 kalori
40 kalori
50 kalori
50 kalori
45 kalori
Ibu Menyusui
Kesehatan ibu pasca persali-nan dapat
ibu
saat
memerlukan
untuk
untuk
mengalami
bantuan
sakit
pada
obat-obatan
103
Langkah pencegahan lebih diutamakan
lanjut.
sung.
104
2. Metode hormonal yang digunakan saat
menyusui.11
E. Diskusi
105
ruskan pemberian ASI hingga 2 tahun disertai
seluruh
pihak
yang
bertanggung
jawab
Daftar Pustaka
1. Unicef Indonesia,
2012. Ringkasan
Kajian Kesehatan Ibu dan Anak. Hal:1-2.
[Diunduh 01 Januari 2013].
2. Roesli, Utami, 2000. Mengenal ASI
Eksklusif. Pustaka Pembangunan Swadaya
Nusantara, Jakarta.
106
3. Hernawati, Nia, 2007. Tidak Ada yang
Bisa
Menggantikan
ASI.
Dari
http://asiku.wordpress.com/2007/07/page/
2/ [diakses 12 Agustus 2011]
4. Depkes, RI. 2007. Pelatihan Konseling
Menyusui. Direktorat Bina Gizi dan
Kesehatan. Jakarta
5. Brown J.E., Nutrition Through The Life
Cycle 2nd., Thomson Wadsworth, 2005.
6. Gibson, Rosalind S, 2005. Principles of
Nutritional Assesment. Edisi kedua.
Oxford University. New York.
Pendahuluan
Situasi penderita kusta di Indonesia
25%
kecacatan
setiap
anak.1
tingkat
Berdasarkan
II
data
ditemukan
Dinas
Kesehatan
program pemerintah.
107
108
Tujuan umum penelitian ini yaitu diketahuinya pengetahuan dan perilaku pencegah-
cing.
yaitu:
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan
terjaga
Jumlah informan yang berhasil diwawancara sebanyak 13 dari 27 orang yang terdaf-
privasinya
(menjadi
kurang
sumber
demi
menjaga
kerahasiaan
Nurfadhilah & Putra, Pengetahuan dan Perilaku Pencegahan Kecacatan Penderita Kusta
109
penyakitnya sehinga apabila peneliti
Karakteristik
Jenis kelamin
Usia
Tingkat
kecacatan
Pendidikan
terakhir
Status
Pekerjaan
Karakteristik
Jenis kelamin
Usia
Tingkat
kecacatan
Pendidikan
terakhir
Status
Pekerjaan
Nama Informan
Tn. RH
Tn. AS
Laki-laki
Laki-laki
32 tahun
37 tahun
Tn. RP
Laki-laki
35 tahun
Tn. M
Laki-laki
(15 tahun)
SMP
SD
SMA
SD
Penarik
becak
Tukang
kayu
Teknisi
mesin
Pengangguran
Nama Informan
Tn. H
Ny. A
Laki-laki
Perempuan
25 tahun
21 tahun
Tn.W
Laki-laki
30 tahun
Tn.I
Laki-laki
53 tahun
Ny. D
Perempuan
30 tahun
SMU
SD
SMA
SMP
SMP
supir truk
wiraswasta
Pedagang
Pengangguran
Buruh pabrik
110
jawaban benar, sebagian benar, dan salah.
Pengetahuan
Jawaban informan pada penilaian pengetahuan dibagi menjadi 3 kelompok yaitu
Tabel 2 Perbandingan Jawaban Informan Mengenai Pengetahuan Kusta pada Pasien Kusta
di Puskesmas Kecamatan Cilincing Tahun 2012
Pertanyaan
Apakah bapak/ibu/saudara
mengetahui apa itu
penyakit kusta ?
Jawaban Benar
ini opini dulu sebelum saya
kena ini, penyakit ini semacam kutukan, tapi ada juga
yang bilang kalau ini penyakit menular. setau saya itu
-Tn. RPYa palingan begini nih
Bisa bapak/ibu/saudara
ceritakan bagaimana gejala gejalanya kaya saya dulu
tuh. Tangan, muka, badan
penyakit kusta itu?
merah-merah, pegel, kaki
bengkak, ada sisiknya gitu
sama keram, apa itu yah
namanya, baal -Tn. Hmenular klo tidak diobati
Sepengetahuan
lewat napas yang terlalu
bapak/ibu/saudara
penyakit kusta itu menular dekat
-Tn. ASatau tidak?
Jika ya,bagaimana cara
penularannya?
Penyakit kusta bisa
menyebabkan cacat?
Jika ya,bagian tubuh mana
yang bisa terkena
bagaimana cara merawat
bagian tubuh tersebut agar
tidak semakin parah ?
Bisa bapak/ibu/saudara
ceritakan bagaimana cara
pengobatan penyakit
kusta?
Berdasarkan pengalaman
nyatanya ada sih yang cacat
Kaki, tangan, terutama jari
(Untuk mata) kalo denger
sih belum, tapi liat digambar ada
-Tn. RPminum obat teratur, yang 8
biji 1 kali minum 1 kali sehari obat yang merah diminum yang atasnya dulu baru
yang buletnya 1 kali sehari
sampai habis
-Tn. ADakan menimbulkan kecacatan
-Tn. AS-
Sebagian benar
Ya begini mbak,,ini yang keliatannya, ya merahmerah begini deh (Sambil menunjukan bagianbagian tubuhnya yang
merah) -Tn. H Yaa paling bercak aja
ini, gak berasa
-Tn. M-
Jawaban salah
.gak tau apaan,
emang apa?
-Tn. RH-
Nurfadhilah & Putra, Pengetahuan dan Perilaku Pencegahan Kecacatan Penderita Kusta
111
Rata-rata hitung pengetahuan informan
seluruhnya).
cara penyembuhan
Jawaban Benar
Jawaban Salah
Bagaimana cara bapak/ibu waktu itu saya pernah dikasih tau ada
/saudara melakukan pera- olahraga kecil, pagi2 pake sarung
kakinya ditarik2 (sambil menunjukan
watan pada luka ?
caranya), menggerakkan jari supaya
jangan terlalu banyak diam,terutama
abis bangun tidur. Dulu kan saya
pernah ikut kegiatan kaya gini juga
(sambil tertawa kecil).
kan disini ada anjuran gosok pake
batu apung itu tiap mandi, trus rendam
selama 20 menit, abis itu gosok pake
batu apung itu kelukanya langsung
Tn. RP
Menurut bapak/ibu/saudara direndem air ,sama diururt pake
penyakit kusta bisa menye- minyak ,terus pake sepatu yang tebel
tapi sih saya tiap kerja pake sandal
babkan cacat?
bagaimana cara merawat jepit aja gak pake sepatu abisan kan
bagian tubuh tersebut agar saya kerjanya jadi tukang kayu rapih
amat kalo pake sepatu soalnya juga
tidak semakin parah ?
temen saya kalo kerja Cuma pake
sandal sama celana pendek
Tn. H
Sepengetahuan bapak/ibu/ bisa tapi lama. dikasih tau pokoknya
saudara penyakit kusta bisa dibilangin minum obat terus sampe
sembuh jangan pernah berenti.
di sembuhkan atau tidak?
jika ya, bagaimana caranya Ny. A
Bisa bapak/ ibu/ saudara Nah, itu katanya kalau nggak minum,
ceritakan bagaimana cara lewat sehari ya ngulang dari pertama.
pengobatan penyakit kus- Yang saya takutkan ya itu, jadi kan
berobat yang sekian bulan sia-sia.
ta?
Makanya saya biar bagaimanapun juga
tetep rutinlah.
Tn. I
112
Karakteristik Informan
menimbulkan kecacatan.4
poin jawaban.
Pengetahuan
kemungkinan
berperan
Nurfadhilah & Putra, Pengetahuan dan Perilaku Pencegahan Kecacatan Penderita Kusta
113
nilai terendah yang didapatkan adalah 35.
ketika
ditanyakan
mengenai
pengertian
14
12
10
P1
P2
P3
6
P4
P5
P6
2
0
Jawaban Benar
Sebagian Benar
Jawaban salah
114
tahuan penderita kusta. Hal ini sesuai dengan
diberikan edukasi.
Daftar Pustaka
Nurfadhilah & Putra, Pengetahuan dan Perilaku Pencegahan Kecacatan Penderita Kusta
115
persen. Diunduh dari www.depkes.go.id
pada 1 Februari 2012
2. Kamseno, A. Efektivitas Lembar Balik
Untuk Meningkatkan Pengetahuan Pasien
Tentang Penyakit Kusta di Poliklinik
Kulit dan Kelamin RS Dr Cipto
Mangunkusumo Jakarta,Jakarta,2010
3. Soeratman, AR. Gambaran Kualitas
Hidup Pasien kusta di Poliklini Kulit dan
Kelamin RS. Dr Cipto Mangunkusumo,
Jakarta periode Meii-Juli 2009. Jakarta ;
Universitas Indonesia. 2010.
4. Prawoto. Faktor-faktor yang Berpengaruh
Terhadap Terjadinya Reaksi Kusta pada
Latar Belakang
Peraturan tentang kawasan tanpa rokok
um
analisis univariat.
merokok
yang
menyatakan
bahwa
Metode
Penelitian ini adalah penelitian deskrip-
116
117
asap rokok dan 88,8% menyetujui diberlaku-
masuk KTR.
Pembahasan
Lebih dari separuh responden penelitian ini adalah mahasiswa perokok (54%),
namun sepertiga dari mahasiswa perokok
tersebut memiliki keinginan untuk dapat
berhenti merokok (32,2%). Mahasiswa juga
menyatakan membutuhkan bantuan untuk
berhenti merokok (23,2%). Keinginan untuk
dapat berhenti merokok didasarkan pada
118
Langkah-langkah pengembangan KTR dian-
efektif dijalankan.
a.
kampus.
rehabilitasi
yang ingin
merokok.
bagi
mahasiswa
b.
an fisik,
oleh
adanya
kebijakan
ketersediaan
sumber
daya
dan
119
kesehatan. Menyangkut juga keterjang-
jarak,
ketersediaan
transportasi,
jam
c.
maupun
2. Merespon
(responding),
memberikan
langkah-langkah
kan.
perilaku masyarakat.
terkait KTR.
kebiasaan merokok.
120
KTR merupakan bentuk tanggung jawab
mahasiswa terhadap kesehatan diri dan
lingkungannya.
Simpulan
Sebanyak 88,8% mahasiswa sangat
mendukung diberlakukannya kebijakan KTR
di lingkungan UMJ.
Daftar Pustaka
1. Tim Pengendalian Tembakau MPKU PP
Muhammadiyah,
2011.
Ringkasan
Standar Operasional Prosedur Penerapan
121
122
menjadi perhatian dunia karena dalam salah
Kajian Literatur
1. Pengertian Demensia
Demensia merupakan penyakit pada
123
rumah tangga serta menurunnya kemampuan
yang
berkurang
pendek
sangat
waktu
lagi
oleh
untuk
dan
sederhana
maupun
dan
dan
sangat
jangka
tempat,
panjang
tidak
ketidakmampuan
mampu
pen-derita
manfaat
relasi
dengan
orang
lain
124
menjadi pencuriga, pola tidur terganggu,
depresi, ansietas.
2.
93%.
Sedangkan
secara
lebih
spesifik,
125
cermin seakan-akan berbicara dengan orang
kan.
yang
126
merupakan gejala prodromal demensia (Price
hal-hal
mencemaskan
keadaan pseudode-mensia.
depresi
pada
demensia
yang
sebelumnya
penderita.
tidak
Pada
pernah
penelitian
Chemerinski dkk (1998), didapatkan prevalensi gangguan ansietas 7% (GAD 5%, gang-
dapat
kognitif.
perilaku
yaitu:
checking,
berulang-ulang
walking;
nighttime
walking;
melakukan
127
dideskripsikan sebagai berjalan tanpa tujuan,
ntut
perhatian,
memerintah,
mengeluh,
tidak
kalimat
pantas,
mengulang-ulang
128
bahwa 65% perilaku agresif terjadi saat
demensia.
Disinhibisi,
menyebabkan
penderita
sebut.
Perilaku
demensia.
disinhibisi
bisa
mengakibatkan
bentuk
katastrofik,
Gainotti
(1972), berdasarkan
perilaku
menuntut
(demanding),
129
mencampuri urusan orang lain tanpa diudang
asuhan harian.
maka
mengulang-ulang
pertanyaan
dan
demensia berat.
sinasi;
tiga
alasan
utama
lain
adalah
130
3. Gangguan perilaku dan psikologis pada
beberapa tipe demensia
Pada dasarnya masalah-masalah perilaku dan psikologis bisa dialami oleh penderita
demensia jenis yang mana saja. Meskipun
demikian beberapa masalah perilaku dan
psikologis tertentu sering lebih menonjol pada
jenis demensia tertentu.
didapat
Ansietas: didapat pada 50% penderita
Rasa marah, anger: didapatkan pada 30%
penderita
Gangguan makan dan gangguan tidur:
sering terjadi
Perilaku bermasalah: didapatkan pada 20-
Demensia Alzheimer
Absher dan Cummings, mengemukakan tujuh
kategori non-cognitive behavioral changes
pada penderita demensia Alzheimer, menca-
60% penderita
Demensia vaskuler
Secara umum, tanda dan gejala psikologis dan
perilaku berikut ini merujuk pada demensia
kup:
Kepribadian:
perubahan
kepribadian
vaskuler:
Labilitas emosional (perubahan perubahan
emosi, reaksi emosional berlebihan terhadap masalah-masalah kecil)
Ansietas
Gejala gejala depresi lebih sering didapatkan dibandingkan penderita demensia
Alzheimer
Fluktuasi kemampuan fungsional ("good
and bad" days)
Mengalami kebingungan (confusion) pada
senja atau malam hari
131
Selain gejala gejala yang berlaku umum di
khas.
gejala
yang
menonjol
Binswanger)
Adalah demensia vaskuler yang ditandai
oleh banyak infark mikro pada substansia
alba: disfungsi eksekutif, gangguan perhatian,
kehilangan daya ingat, fungsi motorik melambat, ataksia, inkontinensi (sejak awal sakit),
serta hilangnya kelancaran berbicara, apatisme, depresi, emosi ditandai oleh "ups and
sebenarnya
cukup
banyak
downs"
Penyakit Parkinson
Sekitar
20-30%
penderita
penyakit
Parkinson akan mengalami demensia. Masalah perilaku dan psikologis yang menonjol
adalah perlambatan motorik dan perlambatan
Parkinsonisme
2. Kelainan kortikal, mendasari gangguan
kognitif dan gejala gejala neuropsikiatrik
3. Kelainan sistim
simpatis,
mendasari
gangguan otonomik
berpikir (brady-phrenia).
Penyakit Huntington
Demensia merupakan bagian dari perjalanan penyakit ini. Selain gejala khas gerakan
132
dan delusi merupakan karakteristik demensia
menelan
dan
suhan
sehingga
sering didapatkan.
Cedera kepala
133
Resistensi sedang merupakan bentuk
Simpulan
an dan toileting.
al dan pekerjaan.
sia:
anti ansietas.
didapatkan bahwa BPSD merupakan prediktor terkuat bagi terjadinya beban peker-jaan
Saran
a. Beberapa hal yang harus diperhatikan saat
orang
lain
yang
dapat
134
diandalkan misalnya anggota keluarga
atau sahabat.
-
Interaksi,
komunikasi
terapeutik,
Daftar Pustaka
1. Balestreri L, Grossberg A, Grossberg GT,
Behavioral and Psychological Symptoms
of Dementia as a Risk Factor for Nursing
Home Placement, in International Psychogeriatrics Vol 12 suppl 1, 2000.
2. Ballard C, Lowery K, Powell I, O'Brien J,
James I, Impact of Behavioral and
Psychological Symptoms of Dementia on
Caregivers, in International Psychogeriatrics vol 12 suppl 1,2000.
3. Bliwise DL, Orcadian Rhythms and
Agitation, in International Psychogeriatrics vol 12 suppl 1, 2000.
4. BPSD Educational Pack, International
Psychogeriatric Asociation, 2003.
5. Brodaty H, Behavioural and Psychological Symptoms of Dementia, Kongres I
API, Jakarta, Juni 2003.
135
19. Mintzer JE, Brawman-Mintzer O, Mirski
DF, Barkin K, Anxiety in the Behavioral
and
Psychological
Symptoms
of
Dementia, in International Psychogeriatrics vol 12 suppl 1, 2000.
20. Neugroschl JA, Kolevzon A, Samuels SC,
Marin DB, Dementia, in Kaplan &
Sadock's Comprehensive Textbook of
Psychiatry 8 th Ed., Lippincot Williams &
Wilkins, Baltimore, 2005.
21. O'ConnorDW, Epidemiology of Behavioral and Psychological Symptoms of
Dementia, in international Psychogeriatrics. vol 12 suppl 1, 2000.
22. Sadock BJ, Sadock VA, Kaplan &
Sadock's Synopsis of Psychiatry, Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 10th
Ed, Lippincott Williams & Wilkins, Baltimore, 2007.
Abstract
Cryptococcus is an encapsulated yeast that caused cryptococcosis in human. In the era of HIV/
AIDS there is an increased number of cryptococcosis. There are distinguished clinical manifesttations among species and serotypes. Cryptococcus can be found in nature habitat of pigeon stool or
decayed trees. The basidiospores inhalated and reached the host lung. Cr. neoformans caused
opportunistic infection in human, thus Cr. neoformans variety grubii are more likely to be found in
HIV/ AIDS. it also known that other distinguished species of Cryptococcus has been found along
with high burden of HIV/ AIDS, such as Cr. albidus, Cr. laurentii and Cr. uniguttulatus.
Pulmonary cryptococcosis are predominant in immunocompetent hosts, thus meningeal cryptococcal were known to be predominant AIDS stage cilinical manifestation. There are also fungal
virulence factors, host immune responses that can affect clinical appearances. Diagnostic can be
established based on location of fungal burden site in the organ, host immune status, and also in
vitro fungal identification, and finally can lead to adequate therapy of cryptococcosis.
Key word: Cryptococcus, HIV/ AIDS, virulence factor, immune response.
136
137
serta erat kaitannya dengan sumber di alam
Pendahuluan
Pada penderita gangguan sistem imun
terjadi
dapat
ditemukan
pada
ten.1,3,4,10,11
Selanjutnya
penurunan
imunitas
yang
pasien
imunokompedengan
adanya
tus.5,6,7,8
Prevalensi
kriptokokosis
meningeal
dapat
12
menjadi
saprofit
pada
individu
Kamboja 18%,
18
Di Malawi
16
memiliki
tersebut
138
Tinjauan Pustaka
1. Definisi Kriptokokosis
Kriptokokosis
adalah
infeksi
yang
kriptokokosis.1,4,11,13,14,15
Kingdom
: Fungi
klinis.1
Phylum
: Basidiomycota
Subphylum
: Basidiomycotina
Class
: Urediniomycetes
Order
: Sporidiales (Filobasidiales)
Family
: Sporidiobolaceae (Filobasi-
diaceae)
Genus
Teleomorf:
2,3,4,5,6,7,8
Pada penderita
: Filobasidiella (Cryptococcus)
neoformans
varietas
distribusi yang berbeda. Cr. neoformans ditemukan di berbagai belahan dunia serta erat
kaitannya dengan sumber di alam yaitu tanah
atau ingkungan yang tercemar kotoran burung
merpati.1,3,18,19,20,21 Sedangkan Cr. gattii diketahui memiliki distribusi di wilayah beriklim
139
tropis dan subtropis seperti Australia dan
gai saprofit.1
3. Klinis kriptokokosis
(serotipe
dan
C)
sebagai
spesies
kompeten.1,11,13,14
Spesies lain yang ditemukan juga pada
manusia adalah Cr. albidus, Cr. laurentii, dan
Cr. uniguttulatus. Ketiga spesies ini memang
tidak menjadi penyebab utama kriptokokosis
pada manusia, tetapi ditemukan juga pada
kasus-kasus AIDS.5,6,7,8 Cr. albidus dan Cr.
laurentii memiliki habitat yang kosmopolit,
diantaranya pada tanaman, air, udara, mamalia, dan kadang pada orang sehat jamur-jamur
140
Tabel 1. Manifestasi klinis kriptokokosis
Central nervous system
Acute, subacute, chronic
Meningitis
Cryptococcomas of brain
(abscess)
Subdural effusion
Spiral and granuloma
Dementia
Lung
Nodules (single or multiple)
Lobar infiltrates
Interstitial infiltrates
Cavities
Endobronchial masses
Tumor-like projection
Allergy
Colonization
Acute respiratory
distress syndrome
Concomitant opportunistic
Infection
Bronchiolitis obliteransOrganizing pneumonia
Mediastinal masses
Hilar adenopathy
Pneumothorax
Pleural effusion/ empyema
Miliary pattern
Skin
Papules
Tumorlike projections
Vesicles
Plaques
Abscesses
Cellulitis
Purpura
Acneiform
Draining sinuses
Ulcers
Bullae
Herpetiformis-like
Molluscum contagiosum-like
Concomitant
tumor
or
infection
Eye
Gastrointestinal tract
Extraocular muscle paresis Esophagitis
Biliary tract
Keratitis
Duodenum and colon
Choroiditis
Hepatitis
Endophthalmitis
Peritonitis
Optic nerve atrophy
Pancreatitis
Genitourinary tract
Prostatitis
Pyelonephritis
Genital lesions
Adrenal Gland
Adrenal insufficiency
Cushing disease
Adrenal mass
Breast
Mastitis
Thyroid
Thyroiditis
Thyroid mass
141
kulosis, diabetes, proteinosis alveolar atau
obat.1
142
berat badan dan sakit kepala. Dapat pula
mekanik.
AIDS.
143
Tabel 2. Perbedaan gambaran klinis & laboratorium pada pasien meningitis kriptokokus
Gambaran klinis & laboratorium
AIDS
Non AIDS
++
+++
Sakit kepala
++++
++++
Demam
+++
+++
Penurunan kesadaran
++
Meningismus
++
++
Gangguan penglihatan
++
++
++++
++
++++
+++
++
Cryptococcemia
+++
Kelainan ekstraneural
++
Lesi otak
++
Peningkatan TIK
++
++++
+++
++
Dikutip sebagian dari: Casadevall A, Perfect JR. Cryptococcus neoformans. Washington DC: ASM
Press;1998
Manifestasi klinis pada kulit, yaitu krip-
kulit berat seperti selulitis atau abses. Kriptokokosis kulit juga dapat menyerupai kelainan
kulit lain, seperti karsinoma sel basal, pyoderma gangrenosum, atau bahkan penyakit
kulit varicella. Umumnya berbagai kelainan
kulit disebabkan oleh Cr. Neoformans, meskipun Cr. gattii juga dapat menimbulkan kelainan kulit.1
144
imunitas dari lokasi dimana mikroorganisme
mans
tubuh inang.
memiliki
enzim
pemecah
zat-zat
produksi melanin.1,23 Kemampuan jamur untuk tumbuh dan beradaptasi pada suhu normal
manusia menjadi salah satu alasan spesies
tersebut mampu menimbulkan kriptokokosis.
Faktor virulensi lain adalah kapsul polisakarida, glucuronoxylomannan (GXM). Telah
dibuktikan bahwa kapsul polisakarida mampu
melindungi sel khamir Cr. neoformans yang
masuk ke dalam tubuh inang/hospes karena
perannya dalam antifa-gositik, deplesi komplemen, respon entibodi minimal, menghambat
migrasi leukosit, disregulasi sekresi sitokin,
gangguan pada presentasi antigen. Sebaliknya
dalam perco-baan in vitro ditemukan strain
mutan yang tidak berkapsul bersifat kurang
virulen.1,23
Faktor virulensi ketiga adalah pigmen
melanin berwarna coklat gelap, yang dihasilkan dari pemecahan kompleks difenolik.
Melanin melindungi jamur terhadap sistem
kekebalan tubuh manusia. Diketahui bahwa
Pada
145
Sel T helper (CD4+ limfosit) juga menstimu-
sidal.1
tokokosis.(9)
146
run dan hilang. Disamping juga peran sel
adalah
pemeriksaan
dengan
147
mine (CDBT), yang bertujuan membedakan
minggu
A).
10,23
6. Penatalaksanaan kriptokokosis
AmBd
(0.7
mg/kg/
hari
IV)
dengan HIV
(disertai meningoensefalitis)
1200
mg/
hari)
Flucytosine
parah dan tidak dimungkinkan pemberian oral, selama lebih kurang 2 minggu,
disertai monitoring
Pertimbangan
terapi
supresif
untuk
menghentikan
selama
pemberian
sangat
rendah selama
3 bulan
148
jutkan apabila hitung sel CD4+ < 100
sel/l.
non HIV.(25)
imun.
HIV.(25)
Untuk gejala sedang berat disertai
Daftar Pustaka
1. Casadevall A, Perfect JR. Cryptococcus
neoformans. Washington DC: ASM
Press;1998
2. Kidd SE, Hagen F, Tscharke RL, Hyunh
M, Bartlett KH, Fyfe M, et al. A rare
genotype of Cryptococcus gattii caused
cryptococcosis outbreak on Vancouver
Island (British Columbia, Canada). Proceed Nation Acad Sci 2004;101 (49):
17258-63
3. Ellis DH, Pfeiffer TJ. Natural habitat of
Cryptococcus neoformans car. Gattii. J
Clin Microbiol 1990; 28:1642-4
4. Duncan C, Schwantje H, Campbell SC,
Bartlett K. Cryptococcus gattii in wildlife
of Vancouver Island, British Columbia,
Canada. J Wildlife Dis 2006;42(1):175-8
5. Chang MF, Chiou CC, Liu YC, Wang
HZ, Hsieh KS. Cryptococcus laurentii
149
fungemia in a premature neonate. J Clin
Microbiol 2001;39(4):1608-11
6. Garelick JM. Scleral ulceration caused by
Cryptococcus albidus in a patient with
acquired immune deficiency syndrome
cornea 2004;23:730-1
7. Olivares LRC, Espinosa RA, Santos GRP,
Martinez RL. Frequency of Cryptococcus
species and varieties in Mexico and their
comparison with some latin American
Countries. Rev Lat-amer Microbiol 2000;
42:35-40
8. Kordossis T, Avlami A, Velegraki A,
Stefanou I, Georgakopoulus G, Papalambrou C, Legakis NJ. First report of Cryptococcus laurentii meningitis and fatal case
of Cryptococcus albidus cryptoccemia in
AIDS patients. Med Mycol 1998;36:335-9
9. Abbas AK, Lichtman AH. Cellular and
Molecular Immunology. 5th ed. Philadelpia:Elsevier-Saunders;2005
10. Franzot S, Salkin IF, Casadevall A.
Cryptococcus neoformans var. grubii:
Separate varietal status for Cryptococcus
neoformans serotype A isolates. J Clin
Microbiol 1999;37:838-40
11. Lacaz C, Heins-Vaccari EM, HernandezArriagada GL, Martins E Prearo C, Corim
SM, Martins M. Primary cutaneus cryptococcosis due to Cryptococcus neoformans
var. gattii serotype B, in an immunecompetent patient. Rev Inst Med Trop Sao
Paulo 2002;44(4):225-8
12. Lakshmi V, Sudha T, Teja VD, Umabala
P. Prevalence of central nervous sistem
cryptococcosis in human immunedeficiency virus reactive hospitalized patients.
Indian J Microbiol 2007;25:146-49
13. Taylor MB, Chadwick D, Barkham T.
First isolation of Cryptococcus neoformans var. gattii from a patient in Singapore. J Clin Microbiol 2002;28:3098-9
14. Mitchell TG, Perfect JR. Cryptococcosis
in the era of AIDS-100 years after the
discovery of Cryptoccus neoformans. J
Clin Microbiol Rev 1995;8(4):515-48
15. Braddley JW, Dismukes WE. Cryptococcosis. In Dismukes WE, Pappas PG,
Pendahuluan
Metode
bayi
kecuali
yang mengganggu pengukuran atau intepretasi data, Orang tua subjek menolak. Jumlah
150
151
sample perjenis kelamin untuk estimasi nilai
Hasil
rerata
dengan
menggunakan
interval
Baru lahir
Umur hari
n Laki
n Perempuan
184
186
16
20
Total 203
Total 211
ak IC adalah jarak
medialis femoris yang diukur dengan menggunakan jangka modifikasi dalam satuan
211 perempuan.
Lahir
Berat Badan
Laki
Perempuan
Kg
Kg
Rerata
3.17
3.12
SD
0.39
0.36
95% CI
3.12-3.23
3.07-3.17
SE
0.02
0.02
Median
3.1
3.1
Minimum
2.5
2.5
Maksimum
4.4
4.4
152
Tabel 3. Karakteristik Panjang Badan Bayi
Baru Lahir
Laki
Perempuan
Cm
Cm
kecil (0.12)
Rerata
49.12
49.04
SD
1.78
1.84
95% CI
48.87-49.36
48.79-49.29
SE
0.12
0.12
Median
49.00
49.00
Minimum
45.00
45.00
Maksimum
54
55
Panjang Badan
.05
.04
.03
.02
.01
0.00
-.01
N=
203
intermaleoli
Gambar 1. IM Laki
153
.06
.05
.04
.03
.02
.01
0.00
-.01
N=
211
intermaleoli
Gambar 2. IM Perempuan
3. Jarak IC bayi baru lahir
Perempuan
IC
Laki
Perempuan
Cm
Cm
Rerata
2.39
2.25
SD
0.64
0.62
95% CI
2.30-2.48
2.16-2.23
SE
0.04
0.04
Median
2.30
2.20
Minimum
1.00
0.50
Maksimum
4.40
4.00
bahwa
154
49.12 cm dan rerata panjang badan perem-
26
106
104
203
interkondili
Gambar 3. IC laki
108
30
25
99
233
272
343
362
5
75
109
181
224
307
348
353
1
81
0
N=
211
interkondili
Gambar 4. IC Perempuan
Diskusi
Penelitian ini menghasilkan pengetahu-
Kesimpulan
untuk laki dan 2.16-2.23 cm untuk perempuan. Nilai tersebut berlaku untuk komunitas
Daftar Pustaka
155
mic Press; 1977. p. 1-52, 86-96, 110-1,
114-8.
3. Tax HR. Podopediatric. Baltimore/Sydney: Williams and Wilkins Company;
1985. p. 1- 112, 180-95, 259-84, 324-44,
373-97, 478-507.
4. Munandar A. Iktisar anatomi alat gerak
& ilmu gerak. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 1995. p. 137-64.
5. Steindler A. Kinesiology of the human
body under normal and pathological
conditions. 2nd ed. Springfield, Illinois:
Charles Thomas Publisher; 1964. p. 32660, 373-414.
6. Adams JC, Hambled DL. Outline of
orthopedics. 11th ed. New York: Churchill Livingstone; 1990. p. 3435, 371-3.
7. Steven PM. Bow leg and knock knees. In:
Staheli TL, editor. Pediatrics orthopaedic
secrets. Philadelphia: Henley & Belfus
Inc; 1998. p. 207-15.
8. LloydRoberts GC. Orthopedics in
infancy and childhood. London: Butterworths; 1971. p. 304-309, 257-64.
9. Tachjian MO. Clinical pediatric orthopedics the art of diagnosis and principles of
management. Stanford: Appleton and
Lange; 1997. p. 2-8, 24-40, 78-85, 11865.
10. Tachjian MO. Pediatric orthopedics, vol
2. 2nd ed. Philadelphia/Tokyo: WB Saunders Company; 1990. p. 2405-82, 255770, 2717-58
11. Snyder RG, Schneider LW, Owing CL,
Reynolds HM, Golomb DH, Schork MA.
Anthropometry of infants, children, and
youths to age 18 for product safety design.
Michigan: Ghway Safety Research
Institute Thye University of Michigan
Ann Arbor; 1977. p. 1-45, 416-25.
12. Lowrey GH. Growth and development of
children. 7th ed. Chicago: Year Book
Medical Publishers Inc; 1978. p. 54-449.
13. Idris FH. Pertumbuhan Lengkung Kaki
dan Faktor yang Mempengaruhinya. FK
UI Disertasi; 2004
14. Mathew SE, Madhuri V. Clinical tibiofemoral angle in south Indian children.
Bone Joint Resr. 2013 Aug 14;2(8):155-