Anda di halaman 1dari 4

ESSAY

DEMAM TIFOID

Disusun oleh :

Nama : Arya Adhi Yoga Wikrama Jaya

Nim : 018.06.0031

Kelas : A

Blok : DIGESTIVE II

Dosen : dr. Winangun, Sp.PD FINASIM

UNIVRSITAS ISLAM AL-AZHAR


FAKULTAS KEDOKTERAN
MATARAM
2020
Latar Belakang
Demam tifoid atau tifoid abdominalis merupakan penyakit infeksi akut yang
disebabkan oleh kuman Salmonella typhi. Salmonella enterica serovar paratyphi A, B dan C
dapat menyebabkan infeksi yang disebut demam paratifoid. Penyakit ini mudah menular dan
dapat menyerang banyak orang sehingga dapat menimbulkan wabah. World Health
Organization (WHO) memperkirakan di seluruh dunia terdapat 11 hingga 21 juta kasus dan
sekitar 128 ribu hingga 161 ribu kematian akibat tifoid setiap tahunnya. Insiden demam tifoid
terjadi di wilayah Asia cukup tinggi, yaitu dengan angka insiden lebih dari 100 kasus
pertahun per 100.000 populasi. Prevalensi tifoid di Indonesia sebesar 1.6% dari rentang
0.3%-3% dengan dua belas provinsi mempunyai prevalensi diatas angka nasional.

Isi
Demam tifoid (Tifus abdominalis, enteric fever) ialah penyakit infeksi akut yang
biasanya terdapat pada saluran cerna dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai
gangguan pada saluran pencernaan dengan atau tanpa gangguan kesadaran. Demam tifoid
adalah infeksi oleh salmonella enterica serovar S.typhi dan S. paratyphi A, B, dan C,
merupakan bakteri gram negatif, family Enterobacteriaceae, yang memiliki antigen O9 dan
O12 LPS, antigen protein flagelar Hd (di Indonesia : Hj) dan capsular Vi, sumber penularan
yaitu pasien demam tifoid, dan Karier berupa convalescent carrier tinja/air kemih > 1 tahun
ataupun chronic carrier.
Demam tifoid merupakan penyakit infeksi yang dijumpai di seluruh dunia, secara luas
di daerah tropis dan subtropis terutama di daerah dengan kualitas sumber air yang tidak
memadai dengan standar higienis dan sanitasi yang rendah yang mana di Indonesia dijumpai
dalam keadaan endemik. Dari laporan World Health Organization (WHO) pada tahun
2003, terdapat 17 juta kasus demam tifoid per tahun di dunia dengan jumlah kematian
mencapai 600.000 kematian dengan Case Fatality Rate (CFR = 3,5%). Angka kejadian
penyakit demam tifoid di daerah endemis berkisar antara 45 per 100.000 penduduk per tahun
sampai 1.000 per 100.000 penduduk per tahun.
Penyakit ini disebabkan oleh infeksi kuman Salmonella typhosa/ Eberthella
typhosa/ Salmonella typhi yang merupakan kuman gram negatif, bergerak dengan rambut
getar dan tidak menghasilkan spora. Kuman ini dapat tumbuh pada semua media dan pada
media yang selektif, bakteri ini memfermentasi glukosa dan manosa, tetapi tidak dapat
memfermentasi laktosa. Waktu inkubasi berkisar tiga hari sampai satu bulan. Sumber
penularan utama demam tifoid adalah penderita itu sendiri dan karier yang dapat
mengeluarkan berjuta-juta kuman S. typhi dalam tinja, dan tinja inilah yang menjadi sumber
penularan. Bakteri ini dapat hidup baik sekali pada suhu tubuh manusia maupun yang sedikit
lebih rendah, serta mati pada suhu 70o C ataupun oleh antiseptik. Bakteri ini dapat hidup
sampai beberapa minggu di alam bebas seperti di dalam air, es, sampah, dan debu. Bakteri ini
dapat mati dengan pemanasan (suhu 60o C) selama 15 – 20 menit, pasteurisasi, pendidihan,
dan khlorinisasi.
Bakteri Salmonella Typhi memiliki beberapa komponen antigen antara lain antigen
dinding sel (O) yang merupakan lipopolisakarida dan bersifat spesifik grup.Antigen flagella
(H) yang merupakan komponen protein berada dalam flagella dan bersifat spesifik
spesies.Antigen virulen (Vi) merupakan polisakarida dan berada di kapsul yang melindungi
seluruh permukaan sel.Antigen ini menghambat proses aglutinasi antigen O oleh anti O
serum dan melindungi antigen O dari proses fagositosis.Antigen Vi berhubungan dengan
daya invasif bakteri dan efektivitas vaksin.Salmonella Typhi menghasilkan endotoksin yang
merupakan bagaian terluar dari dinding sel, terdiri dari antigen O yang sudah dilepaskan,
lipopolisakarida dan lipid A.Antibodi O, H dan Vi akan membentuk antibodi agglutinin di
dalam tubuh.Sedangkan, Outer Membran Protein (OMP) pada Salmonella Typhi merupakan
bagian terluar yang terletak di luar membran sitoplasma dan lapisan peptidoglikan yang
membatasi sel dengan lingkungan sekitarnya.OMP sebagain besar terdiri dari protein purin,
berperan pada patogenesis demam tifoid dan antigen yang penting dalam mekanisme respon
imun host.OMP berfungsi sebagai barier mengendalikan masuknya zat dan cairan ke
membran sitoplasma selain itu berfungsi sebagai reseptor untuk bakteriofag dan bakteriosin.
Manifestasi klinis yang didapat berupa dengan terlihat masa inkubasi rata-rata 7-14
hari, manifestasi klinis bervariasi seperti ringan – berat, klasik – atipikal dengan spektrum
luas. Sering sulit dibedakan dengan demam akut ok penyakit lain. Gejala prodromal demam
meningkat secara bertangga (step ladder) pada minggu pertama, lalu tetap tinggi (remitten
atau kontinyu) minggu selanjutnya. Disamping itu gejala tidak spesifik : lemah, sakit kepala,
pusing,batuk, sakit tenggorokan, mialgia,mual muntah, nyeri perut (40%), rasa perut tidak
enak (kebanyakan), dan juga bisa diare atau konstipasi. Minggu II terjadi ‘rose spot’ (>50%
kulit putih, pd kulit hitam sering tidak tampak) demam, gangguan mental- apatis, delirium
(10-45%) bradikardia relatif (15-100%), typhoid tounge (sebgaian besar kasus),
hepatomegali, sering didapat juga splenomegali,nyeri abd.lokal atau difus, distensi-
meteorismus, peristalsis menurun. Minggu III: IgM bertahan beberapa minggu, selanjutnya
diganti IgG. Komplikasi seperti perdarahan, perforasi, sepsis dan syok septik, miokarditis,
DIC, Bisa terjadi kematian bila tdk diobati (15%), Relaps (10%) bila terapi tidak adekuat ,
Karier (1-4%). Minggu IV terjadi Penyembuhan, bila terapi tepat.
Pada pemeriksaan histopatologi didapatkan berupa Minggu 1 yaitu infeksi, inflamasi
lokal Plaques Peyer. Minggu 2 terjadi proliferasi, nekrosis, perdarahan. Minggu 3 terjadi
ulserasi (btk oval, sering single di ileum terminalis, memanjang sumbu usus). Bila bertahan
minggu 4 regenerasi.
Tata laksana yang dilakuakn berupa diet rendah selulose, dukungan nutrisi,
istirahat/kurangi exercise/tirah baring, pemberian Obat berupa Simptomatik (KALAU
PERLU), dan Antibiotik, jika terjadinya, penanganan komplikasi berupa Perdarahan ringan:
Konservatif, Bila perforasi dilakuakn tindakan bedah. Tata laksana lain yang diberikan pada
demam tifoid berupa terapi medikamentosa dengan pemberian Kloramfenikol doc (obat
pilihan), karena Mortalitas ¯ < 12 % à 1 %, Murah, Dosis 50 -60 mg/kg.BB tiap 4-6 jam atau
4 x 500 mg/hr à spi 10 hari apireksia.
Komplikasi yang terjadi berupa Intra intestinal seperti Perdarahan usus, dan Perforasi
usus. Ekstraintestinal yaitu Reaktif hepatitis, Pankreatitis tifosa, Miokarditis tifosa, dan
Bronkhitis, pneumonia. Sistemik berupa Tifoid toksik, Sepsis – septik syok, Anemia, DIC.
Neuropsikiatri yaitu Ensefalopati, psikosis, meningitis.
Untuk tindakan pencegahan dapat dilakuakn tindakan berupa vaksin tifoid yang terdiri
2 jenis vaksin tifoid oral dan injeksi. Oral berupa Ty21AO à perlu 3 dosis selama 5 hari.
Ulang tiap 5 tahun. Vaksi Ag Vi murni, injeksi intra muskular, dosis tunggal, diulang 3 tahun.
Modifikasi yaitu vaksin conjugate Vi sedang dikembangkan di Viet Nam, 92 % efektif.

Anda mungkin juga menyukai