Anda di halaman 1dari 21

Alergi

Susu Sapi
Definisi
• Alergi susu sapi (ASS)  suatu reaksi
yang tidak diinginkan yang diperantarai
secara imunologis terhadap protein susu
sapi.
• Biasanya dikaitkan dengan reaksi
hipersensitivitas tipe 1 yang diperantai oleh
IgE.
• Namun, dapat diakibatkan oleh reaksi imunologis yang tidak diperantarai
oleh IgE ataupun proses gabungan antara keduanya
Angka Kejadian

Insidens alergi susu sapi Gejala klinis ringan sampai sedang,


sekitar 2-7.5% hanya 0,1-1% yang berat

Sebagian besar reaksi alergi susu sapi


diperantarai oleh IgE dengan Reaksi alergi terhadap susu
insidens 1.5%, sedangkan sisanya sapi terjadi pada 0.5% bayi
adalah tipe non-IgE. yang mendapat ASI eksklusif
Etiologi

• Faktor genetik (40% bayi yang lahir dari ibu penderita alergi
kemungkinan akan mengalami alergi pula di kemudian hari)
• Terpapar bahan alergi (bahan tidak saja yang dimakan oleh
bayi secara langsung tetapi juga yang dimakan oleh ibu
menyusui)
• Faktor lain seperti paparan polusi udara, asap rokok, binatang
piaraan, cuaca.
Faktor Risiko
● Alergi lainnya. Banyak anak yang alergi terhadap susu juga memiliki alergi lain.
● Dermatitis atopik. Anak-anak yang menderita dermatitis atopik - peradangan kulit yang
umum dan kronis - lebih mungkin mengembangkan alergi makanan.
● Riwayat keluarga. Risiko alergi makanan seseorang meningkat jika salah satu atau kedua
orang tuanya alergi makanan atau jenis alergi atau penyakit alergi lainnya - seperti demam,
asma, gatal-gatal atau eksim.
● Usia. Alergi susu lebih sering terjadi pada anak-anak. Seiring bertambahnya usia, sistem
pencernaan mereka matang, dan tubuh mereka cenderung bereaksi terhadap susu.
Patofisiologi
IgE Mediated
Alergen yang terkandung di susu sapi (α-laktalbumin, β-laktoglobulin dan αs-kasein) 
dipresentasikan oleh sel dendritik/APC  ditranspor ke kelenjar limfe ke sel TH-0  sel T
berdiferensiasi menjadi TH-2 dan T Helper folikular  berperan dalam produksi sitokin
khususnya IL-4  IL-4, TH-2 dan TFH akan menginduksi limfosit B untuk menukar produksi
isotope antibody dari IgM menjadi IgE  IgE yang dihasilkan akan menempel pada reseptor-
reseptor IgE berafinitas tinggi (FϲεRI) pada sel mast, basofil dan eosinofil yang menandai
terjadinya proses sensitisasi  pada paparan selanjutnya, sel mast yang telah tersensitisasi oleh
alergen spesifik ini akan teraktivasi apabila terjadi reaksi silang antara alergen dengan minimal
2 reseptor FϲεRI  Aktivasi sel mast akan menimbulkan tiga respon biologis yang meliputi
degranulasi mediator yang telah terbentuk sebelumnya, sintesis dan sekresi mediator lipid serta
sintesis dan sekresi sitokin.
Patofisiologi
Non-IgE Mediated
• Kompleks imun yang terbentuk  mengaktivasi komplemen

• Reaksi yang melibatkan interaksi sel limfosit T, sel mast atau neuron 
menginduksi sekresi sitokin seperti IL-3, IL-4, IL5 dan IL-13  mengaktivasi
eosinofil, sel mast, basofil dan makrofag untuk melepaskan mediator inflamasi 
menimbulkan perubahan fungsional pada motilitas usus dan aktivitas otos polos
saluran cerna  sebabkan inflamasi kronis dan manifestasi ASS
Klasifikasi
Non-IgE
IgE mediated
mediated

Alergi susu sapi yang diperantarai oleh IgE. Alergi susu sapi yang tidak
diperantarai oleh IgE, tetapi
• Gejala klinis timbul dalam waktu 30 menit sampai diperantarai oleh IgM.
1 jam (sangat jarang > 2 jam) mengkonsumsi
protein susu sapi. • Gejala klinis timbul lebih lambat (1-3
• Manifestasi klinis  urtikaria, angioedema, ruam jam) setelah mengkonsumsi protein
kulit, dermatitis atopik, muntah, nyeri perut, diare, susu sapi.
rinokonjungtivitis, bronkospasme, dan anafilaksis. • Manifestasi klinis  allergic
• Dibuktikan dengan kadar IgE susu sapi yang (+) eosinophilic gastroenteropathy, kolik,
(uji tusuk kulit atau uji RAST). enterokolitis, proktokolitis, anemia, dan
gagal tumbuh.
Diagnosis

Tidak ada gejala Gejala klinis akan muncul


patognomonik. dalam satu jam (reaksi
Timbul sebelum usia 1 bulan dan cepat) atau setelah satu jam
Gejala berupa gejala muncul dalam 1 minggu setelah (reaksi lambat) setelah
gastrointestinal (50-60%), mengonsumsi protein susu sapi mengkonsumsi protein susu
kulit (50-60%) dan sistem sapi.
pernapasan (20-30%)

Diagnosis
Diagnosis (con’t)
Pendekatan diagnosis untuk alergi susu sapit tipe IgE­-mediated­ adalah dengan melihat
gejala klinis dan dilakukan uji IgE spesifik (uji tusuk kulit atau uji Radio Allergo Sorbent
Test/RAST).

• Hasil (+)  lakukan eliminasi (penghindaran) makanan yang mengandung protein susu
sapi
• Hasil (-)  dapat diberikan kembali makanan yang mengandung protein susu sapi

Untuk diagnosis pasti dapat dilakukan uji eliminasi dan provokasi


Diagnosis (con’t)
Pendekatan diagnosis untuk alergi susu sapi yang non IgE-mediated adalah dengan
adanya riwayat alergi terhadap protein susu sapi, diet eliminasi, uji provokasi
makanan, dan kadang-kadang dibutuhkan pemeriksaan tambahan seperti endoskopi
dan biopsi.
Pemeriksaan Penunjang IgE Spesifik

Uji tusuk kulit IgE RAST (Radio Allergo


(Skin prick test) Sorbent Test)

Uji eliminasi dan provokasi Pemeriksaan darah pada


tinja
Diagnosis
Banding
• Kelainan metabolisme bawaan
• Kelainan anatomi
• Coeliac disease
• Insufisiensi pankreas (cystic fibrosis)
• Intoleransi laktosa
• Keganasan dan infeksi.

• Keadaan yang menyulitkan adalah bila terdapat 2 keadaan/penyakit yang


terjadi bersamaan. Pada anak dengan penyakit refluks gastroesofageal,
sekitar 15-20% juga alergi terhadap susu sapi.
Manifestasi Klinis

Diare (61%) Hematoschezia (53,2%) Muntah (25,4%)

Malnutrisi (15%) Konstipasi (4,6%)


Eczema (20,4%)

• Gejala ringan-sedang  92,1%

• Gejala berat  7,9%

• Bayi yang tidak mengonsumsi ASI eksklusif lebih cenderung mengalami gizi
buruk dan gejala alergi susu sapi yang berat
Tatalaksana
Medikam
Nutrisi
entosa

• Penghindaran total produk susu namun tetap nutrisi • Obat diberikan sesuai gejala
cukup
• Bayi dengan ASI eksklusif  lanjutkan pemberian • Antagonis reseptor H1 (antihistamin)
ASI dan pertimbangkan suplementasi kalsium pada generasi 1 dan 2
ibu dan melakukan pembatasan protein susu sapi
• Epinefrin  untuk reaksi alergi cepat,
• Bayi dengan sufor  mensubtitusi produk dengan anafilaksis, asma atau reaksi alergi berat
susu hipoalergik
• Hindari makanan padat dengan kandungan protein
susu sapi
Medikam
entosa
Tatalaksana Alergi
Susu Sapi pada
Bayi dengan ASI
Eksklusif
Medikam
entosa
Tatalaksana Alergi
Susu Sapi pada
Bayi dengan Susu
Formula
Komplikasi

● Anak-anak yang alergi terhadap susu sapi cenderung berkembang


mengalami masalah kesehatan lainnya seperti alergi terhadap makanan
lainnya antara lain telur, kedelai, kacang, dll. serta rhinitis alergi

● Komplikasi serius terkait malabsorpsi dan berkurangnya intake/asupan


dengan manifestasi anemia defisiensi kronis dan gangguan pertumbuhan

● Beberapa kasus  terjadi anafilaksis


Prognosis
• Umumnya baik, dengan angka remisi 45-55% pada tahun pertama, 60-
75% pada tahun kedua dan 90% pada tahun ketiga.

• Terjadinya alergi terhadap makanan lain juga meningkat hingga 50%


terutama pada jenis: telur, kedelai, kacang, sitrus, ikan dan sereal dan
alergi inhalan meningkat 50-80% sebelum pubertas
SKDI
Alergi makanan  4A

Tingkat Kemampuan 4: mendiagnosis, melakukan


penatalaksanaan secara mandiri dan tuntas
 
4A. Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan
melakukan penatalaksanaan penyakit tersebut secara
mandiri dan tuntas.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai