Anda di halaman 1dari 30

ASMA

BRONKIAL
<<
Definisi
Penyakit saluran respiratori kronis dengan dasar
inflamasi kronis yang mengakibatkan obstruksi
dan hiperreaktivitas saluran respiratori dengan
derajat bervariasi. Manifestasi klinis batuk, wheezing,
sesak napas, dada tertekan timbul secara kronik,
berulang, reversible, cenderung memberat
pada malam atau dini hari, dan biasanya
timbul jika ada pencetus.
Etiologi
Belum diketahui. Faktor pencetus adalah alergen,
infeksi (saluran nafas atas), iritan, cuaca, kegiatan
jasmani, refluks gastroesofageal, dan psikis.
Epidemiologi

Berdasarkan Global Asthma Report 2018, Asma


mempengaruhi sebanyak 339 juta orang di seluruh dunia
dan menyebabkan kematian sebesar 15%

Penelitian International Study of Asthma dan Allergies in


Childhood (ISAAC) menunjukkan bahwa prevalensi gejala
asma berkisar dari 1.6-27.2% pada anak usia 6-7 tahun,
dan 1.9-35.5% pada anak usia 13-14 tahun. Sedangkan
prevalensi asma anak di Indonesia sekitar 10% pada
anak usia 6-7 tahun dan sekitar 6,5% pada anak usia
<14 tahun.
Patogenesis
Remodelling
Patofisiologi
Kriteria diagnosis
a. Anamnesis
1. Keluhan wheezing dan atau batuk berulang
2. Sesak nafas
3. Rasa dada tertekan
4. Produksi sputum
5. Chronic recurrent cough (batuk kronik berulang)
Kriteria diagnosis
Karakteristik yang mengarah ke asma adalah 1:
Episodisitas: gejala timbul episodik/berulang
Faktor pencetus
• Iritan: asap rokok, asap bakaran sampah, asap obat nyamuk, suhu
dingin, udara kering, makanan minuman dingin, penyedap rasa,
pengawet makanan, pewarna makanan
• Alergen: debu, tungau debu rumah, rontokan hewan, serbuk sari
• Infeksi respiratori akut karena virus
• Aktivitas fisis: berlarian, berteriak, menangis, atau tertawa
berlebihan
Kriteria diagnosis
• Riwayat alergi pada pasien atau riwayat asma dalam
keluarga
• Variabilitas: intensitas gejala bervariasi dari waktu
ke waktu, bahkan dalam 24 jam. Biasanya malam
hari lebih berat (nokturnal)
• Reversibilitas: gejala dapat membaik secara
spontan atau pemberian obat pereda asma
Kriteria diagnosis
b. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan stabil tanpa gejala, tidak ditemukan kelainan.
2. Keadaan sedang bergejala batuk atau sesak, dapat
terdengar wheezing, baik langsung (audible wheeze)
atau terdengar dengan stetoskop.
Selain itu, perlu dicari gejala alergi lain pada pasien seperti
dermatitis atopi atau rinitis alergi, dan dapat pula
dijumpai tanda alergi seperti allergic shiners atau
geographic tongue.
Kriteria diagnosis
b. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan fungsi paru
• spirometer
• peak flow meter
2. Pemeriksaan IgE dan eosinofil total.
3. Ro toraks.
4. Ro sinus paranasal (pada anak >5 tahun dengan asma
persisten atau sulit diatasi)
5. Uji tuberkulin
Kriteria diagnosis asma
Gejala Karakteristik
Wheezing, batuk, sesak  Biasanya lebih dari 1 gejala respiratori
napas, dada tertekan,  Gejala berfluktuasi intensitasnya seiring
produksi sputum waktu
 Gejala memberat pada malam atau dinihari
 Gejala timbul bila ada pencetus
Konfirmasi adanya limitasi aliran udara ekspirasi
Gambaran obstruksi FEV1 rendah (<80% nilai prediksi)
saluran respiratori FEV1 / FVC ≤ 90%
Uji reversibilitas (pasca-
Peningkatan FEV1 >12%
bronkodilator)
Variabilitas Perbedaan PEFR harian >13% 
Uji provokasi Penurunan FEV1 >20%, atau PEFR >15%
Kriteria penentuan derajat asma
Derajat
Uraian kekerapan gejala asma
Asma
<6x/tahun atau jarak antar gejala
Intermiten
≥6 minggu
Persisten
>1x/bulan, <1x/minggu
ringan
Persisten >1x/minggu, namun tidak setiap
sedang hari
Persisten
Gejala asma terjadi hampir tiap hari
berat
Diagnosis banding
• Rinitis, rinosinusitis • Laringomalasia,
• Chronic upper airway trakeomalasia
cough syndrom • Hipertrofi timus
• Infeksi respiratori • Pembesaran KGB
berulang • Aspirasi benda asing
• Bronkiolitis • Vascular ring, laryngeal web
• Aspirasi berulang • Disfungsi pita suara
• Defisiensi imun • Malformasi kongenital
• Tuberkulosis saluran respiratori
Inflamasi, infeksi, alergi Obstruksi mekanis
Diagnosis banding

• Displasia bronkopulmonal • Penyakit GERD


• Bronkiektasis • Penyakit jantung bawaan
• Diskinesia silia primer • Gangguan neuromuscular
• Fibrosis kistik • Batuk psikogen

Patologi bronkus Kelainan sistem organ lain


Tatalaksana jangka panjang
1. Mencari dan menghindari faktor pencetus, untuk itu diperlukan
kerjasama dengan orang tua penderita.
2. Mencegah serangan asma dengan pemberian obat untuk
mempertahankan sel-sel mediator tidak pecah.
3. Medikamentosa
○ Reliver (pereda) β2 agonis short acting, antikolinergik,
teofilin short acting, aminofilin dan adrenalin
○ Controller ( pengendali)  β2 agonis long acting,
steroid inhalasi/oral. Antileukotrien, teofilin sustained
release, dan sodium kromoglikat
Obat pengendali asma

1. Steroid Inhalasi
Obat pengendali asma

2. Agonis beta 2 kerja panjang


(LABA : long acting β2 agonist) :
formoterol
3. Antileukotrin : montelukast,
pranlukast, zafirlukast
4. Teofilin lepas lambat
5. Anti IgE : Omalizumab
Penentuan derajat kendali
A. Penilaian Klinis (Dalam 6-8 minggu)
Terkendali dengan/tanpa Terkendali
sebagian Tidak
Manifestasi Klinis obat pengendali
terkendali
(Bila semua kriteria terpenuhi) (Min. satu)
Gejala Siang Hari Tidak pernah (< 2 kali/minggu) > 2 kali/minggu
Tiga atau lebih
Aktivitas Terbatas Tidak ada Ada kriteria ­
Gejala Malam Hari Tidak ada Ada terkendali
sebagian*†
Pemakaian Pereda Tidak ada (< 2 kali/minggu) > 2 kali/minggu
B. Penilaian risiko perjalanan asma (risiko eksaserbasi, ketidakstabilan, penurunan fungsi paru,
efek samping)
Asma yang tidak terkendali, sering eksaserbasi , pernah masuk ICU karena asma, FEV 1 yang
rendah, paparan terhadap asap rokok, mendapat pengobatan dosis tinggi
Jenjang kendali asma
Penilaian derajat serangan
Serangan asma
Asma serangan dengan
Asma serangan berat
ringan-sedang ancaman henti
napas
• Bicara dalam kalimat • Bicara dalam kata • Mengantuk
• Lebih senang duduk • Duduk bertopang lengan • Letargi
daripada berbaring • Gelisah • Suara napas
• Tidak gelisah • Frekuensi napas tak terdengar
• Frekuensi napas meningkat meningkat
• Frekuensi nadi meningkat • Frekuensi nadi meningkat
• Retraksi minimal • Retraksi jelas
• SpO2 : 90-95% • SpO2 (udara kamar) < 90%
• PEF (peak expiratory flow) • PEF < 50% prediksi atau
>50% prediksi atau terbaik terbaik
Tatalaksana serangan asma ringan di IGD
● Serangan Asma Ringan
○ Sekali nebulisasi respon yang baik ( complete response)derajat
serangannya ringan
○ Observasi 1-2 jam respon bertahan pulang ( bekali obat β-agonis
(hirupan/oral) yang harus diberikan tiap 4-6 jam
○ Jika pencetus serangan adalah infeksi virus, tambahkan steroid oral
jangka pendek (3-5 hari)
○ Kontrol ke klinik rawat jalan dalam waktu 24-48 jam untuk evaluasi
ulang tatalaksana.
○ Jika setelah observasi 2 jam gejala timbul kembali, pasien diperlakukan
sebagai serangan asma sedang
Tatalaksana serangan asma sedang di IGD
● Serangan Asma Sedang
○ Pada pemberian nebulisasi 2/3 kali respon parsial derajat
serangannya sedang.
○ Observasi dan tangani di ruang rawat sehari (RRS)
○ Berikan kortikosteroid sistemik (oral) metilprednisolon dengan dosis 1-2
mg/kgBB/hari selama 3-5 hari
○ Pasang jalur parenteral sejak di UGD
Tatalaksana serangan asma berat di IGD
Serangan asma berat
○ Dengan 3 kali nebulisasi berturut-turut tidak responrawat inap
○ Oksigen 2-4 liter/menit diberikan sejak awal termasuk saat nebulisasi
○ Pasang jalur parenteral dan lakukan foto toraks
○ Ada gejala dan tanda ancaman henti napasrawat diruang rawat
intensif.
○ Ada dehidrasi dan asidosis, atasi dengan pemberian cairan intravena dan
koreksi terhadap asidosis.
○ Steroid intravena diberikan secara bolus, tiap 6-8 jam (0,5-1
mg/kgBB/hari)
Tatalaksana serangan asma berat di IGD
● Nebulisasi b agonis + antikolinergik dengan oksigen dilanjutkan tiap 1-2 jam, jika
dengan 4-6 kali pemberian mulai terjadi perbaikan klinis, jarak pemberian dapat
diperlebar menjadi tiap 4-6 jam
● Aminofilin diberikan secara iv dengan ketentuan sebagai berikut :
○ jika pasien belum mendapat aminofilin sebelumnya, diberikan aminofilin dosis aw
(inisial) sebesar 6-8 mg/kgBB dilarutkan dalam dektrosa 5% atau garam fisiologis
sebanyak 20 ml, diberikan dalan 20-30 menit.
○ Jika pasien telah mendapat aminofilin sebelumnya (kurang dari 4 jam), dosis yang
diberikan adalah setengah dosis inisial.
○ Kadar aminofilin dalam darah diukur dab dipertahankan sebesar 10-20 mcg/ml
○ Selanjutnya, aminofilin dosis rumatan diberikan sebesar 0,5-1 mg/kgBB/jam
Takaran, obat, cairan dan waktu nebulisasi

Cairan, obat, waktu Nebulisasi Nebulisasi


jet ultrasonik
Garam faali (NaCl 0,9%) 5 ml 10 ml

Β Lihat tabel 2  
Agonis/antikolinergik/steroid

Waktu 10-15 menit 3-5 menit


Obat untuk nebulisasi, jenis dan dosis
Nama generik Sediaan Dosis Nebulisasi

Golongan β-agonis
Fenoterol Solution 0,1% 5-10 tetes
Salbutamol Nebule 2,5 mg 1 nebule (0,1-0,15
mg/kg)
Terbutalin Respule 2,5 mg 1 respule
Golongan antikolinergik
Ipratropium bromide Solution 0,025% > 6 tahun : 8-20 tetes
≤ 6 tahun: 4-10 tetes
Golongan steroid
Budesonide Respule  
Fluticasone Nebule  
Sediaan steroid yang dapat digunakan untuk serangan asma:
Nama generik Sediaan Dosis
● Steroid oral:
Metil Prednisolon Tablet 4 mg, 8 1-2 mg/kgbb/hari –tiap 6 jam
mg
Prednison Tablet 5 mg 1-2 mg/kgbb/hari –tiap 6 jam
Triamnisolon 4 mg 1-2 mg/kgbb/hari –tiap 6 jam
● Steroid injeksi:
Nama generik Sediaan Jalur Dosis
Methylprednisolo Vial 125 mg Iv/im 1-2 mg/kgbb/hari –tiap 6 jam
n suksinat
Vial 500 mg
Hidrokortison Vial 100 mg Iv/im 4 mg/kgbb/6 jam
suksinat
Deksametason Ampul 5 mg Iv/im 0,5-1 mg/kgbb-bolus,
dilanjutkan1 mg/kgbb/hari
diberikan tiap 6-8 jam
Betametason Ampul 4 mg Iv/im 0,05-0,1 mg/kgBB tiap 6 jam
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai