Anda di halaman 1dari 38

INFEKSI

RESPIRATORIK
BOX B
BRONKIOLITIS
DEFISINI
Penyakit infeksi respiratorik akut bagian bawah yang ditandai dengan
1
adanya inflamasi bronkioli pada bayi < 2 tahun

2 Gejala : batuk dan pilek  takipneu, wheezing, ronkhi, penggunaan otot


bantu napas, napas cuping hidung

Umumnya disebabkan oleh virus. 60-90% disebabkan


3 Respiratory Syncytial Virus (RSV), bisa juga karena virus lain
seperti influenza

Secara epidemiologi sering terjadi pada anak usia < 2 tahun


4 (terbanyak < 6 bulan)
FAKTOR RISIKO
10
0
90

80 • BBLR
70
• Prematuritas

50
• Sosioekonomi rendah
40 • Crowded living condition
30

20
• Lingkungan perokok
10 • Tidak dapat ASI
PATOFISIOLOGI
10
0
90

80

70 Infeksi pada epitel bersilia pada bronkiolus  inflamasi 


edema, sekresi mukus, deposit sel-sel debris  infiltrasi
50

40 limfosit peribronkial dan edema submukosa  obstruksi


30
bronkiolus
20

10
Infeksi
RSV

Kolonisasi dan replikasi


di mukosa (terminal
bronkiolus:>>)

Nekrosis sel bersilia


bronkioli

Proliferasi limfosit, sel plasma


dan makrofag

Edema Plugging
submukosa Kongest
(debris dan
i
mukus)
FAKTOR YANG MEMPERBERAT

• Prematuritas

• Penyakit jantung kongenital

• Bronchopulmonary dysplasia

• Cystic fibrosis

• Abnormalitas saluran napas

• Penyakit neuromuskular

• Immunocompromise
MANIFESTASI KLINIS

• Demam sub febris

• Sesak nafas dengan tanda obstruksi

• Wheezing

• Bentuk dada hiperinflamasi

• Distress pernafasan ( takipnu, retraksi, nafas


cuping hidung, sianosis, takikardi)
DIAGNOSIS

• Anamnesis  Gejala, Faktor risiko, Faktor yang memperberat,


Riwayat-riwayat

• Pemeriksaan darah rutin : hasilnya tidak spesifik

• Foto rontgen

• Hiperaerasi, patchy infiltrat, patchy atelektasis

• Hiperinflasi difus, Diafragma datar, Subcostal >, Retrosternal


space , Infiltrat peribronkial

• Tes serologi : antigen RS


Derajat
Diagnosis Banding
Bronkiolitis Asma
bronkiale
Umur < 2 tahun > 2 tahun
Demam Ada Biasanya (-)
Wheezing Pertama Berulang
ISPA Ada Ada/tidak
Atopi keluarga Ada/tidak Ada
Riwayat alergi Ada/tidak Ada
Respon terhadap Lambat Cepat
bronkodilator
Pneumonia Bronkiolitis
Umur Semua umur < 2 tahun
Penyebab Bakteri/virus Virus
Onset Lebih lama cepat
Pemeriksaan Inspiratory Expiratory
fisik effort effort
Foto thorax Infiltrat Hiperaerasi
Tes RSV Negatif Positif
Tatalaksana
Suportif

Manifestasi berat

Hospitalisasi

IVFD sesuai kebutuhan

Oksigen

(Antibiotik)
Nebulisasi bronkodilator, epinefrin, larutan hipertonis tidak direkomendasikan
Tatalaksana
 Antibiotika non alergik sebagai profilaksis

 Pada saat kondisi sesak dapat diberikan kloramfenikol IV dan

dilanjutkan dengan pemberian peroral bila sesak berkurang.


 Bila dapat diberikan peroral langsung diberikan eritromisin 30-50

mg/kgBB/hari dalam 2-3 dosis.


 Suportif

Kortikosteroid diberikan untuk mengurangi edema saluran


pernafasan: kortikosteroid 15-20 mg/kgBB/hari atau
deksametason 0,5 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis selama 2-3
hari
 Cairan dan elektrolit dengan dekstrose 5% dan NaCl disesuaikan

dengan kebutuhan berdasarkan umur dan berat badan.


 Oksigen dengan kelembapan yang cukup
Komplikasi
 Perjalanan alami penyakit dan komplikasi

- Temuan klinis membaik : dalam 3-4 hari

- Temuan radiologis membaik : dalam 9 hari


 Obstruksi napas persisten : 20%

 Gagal napas : 25%

 Kolaps paru (jarang)


Pencegahan

 Imunoglobilin

 Vaksinasi
Prognosis

 Infeksi bronkiolitis akut berat pada bayi akan berkembang

menjadi asma.
PNEUMONIA
Definisi
 Sebagai inflamasi pada parenkim paru, dan merupakan penyebab
utama kematian pada anak usia di bawah lima tahun sebanyak
18%, setelah prematuritas, diare, dan malaria (WHO, 2010)

 Peradangan atau inflamasi yang mengenai parenkim paru dapat


disebabkan oleh berbagai macam etiologi dimana kuman atau zat
(agen) teraspirasi akan menimbulkan ketidakseimbangan antara
ventilasi dan perfusi pada sistem pernafasan, yang tercermin
melalui gejala klinis, radiologis maupun laboratoris.
Epidemiologi

 Setiap tahun terdapat sekitar 155 juta kasus pneumonia di


seluruh dunia dengan kematian sekitar 1,8 juta anak di
bawah 5 tahun, atau sekitar 20% dari seluruh kematian balita
di seluruh dunia.
 Insidensi pneumonia berkisar antara 10-20 kasus/100
anak/tahun atau sekitar 10-20% anak
 Survei Kesehatan Nasional (SKN) tahun 2001 melaporkan
bahwa 22,8% kematian balita dan 27,6% kematian bayi di
Indonesia disebabkan karena pneumonia.
Etiologi

Usia Patogen penyebab


(berdasarkan urutan frekuensi)
Neonatus Streptococcus grup B, E. Colli, Listeria
(< 3 minggu) monocytogenes, gram negatif lainnya,
Streptococcus pneumonia, Haemophillus influenza
3 minggu-3 bulan Respiratory syncitial virus, rhinovirus,
parainfluenza virus, infleunza viruses, adenovirus,
Streptococcus pneumonia, Haemophillus influenza,
jika pasien afebris pertimbangkan Chlamidia
trachomatis
4 bulan-4 tahun Respiratory syncitial virus, rhinovirus,
parainfluenza virus, infleunza viruses, adenovirus,
Streptococcus pneumonia, Haemophillus influenza,
Mycoplasma pneumonia, Group A Streptococcus
≥5 tahun M. Pneumonia, S. Pneumonia, Chlamydophila
Pneumonia, H. Influenza, Influenza virus,
adenovirus, virus respiratorius lainnya, Legionella
Pneumophila
Klasifikasi (WHO)
Klasifikasi Anak usia < 2 bulan Anak usia 2 bulan – 5
tahun
Pneumonia Sangat Berat  Kesadaran turun, letargis  Kesadaran turun, letargis
 Tidak mau menetek /  Tidak mau minum
minum  Kejang
 Kejang  Sianosis
 Demam atau hipotermia  Malnutrisi
 Bradipnea atau
pernapasan ireguler
Pneumonia Berat  Napas cepat  Retraksi (+)
 Retraksi yang berat  Masih dapat minum
 Sianosis (-)
Pneumonia Ringan    Takipnea
 Retraksi (-)
Klasifikasi (MTBS)

Diagnosis Klinis Klasifikasi (MTBS)


Pneumonia berat (rawat inap):
- tanpa gejala hipoksemia
- dengan gejala Penyakit sangat berat
(Pneumonia berat)
hipoksemia
- dengan komplikasi
Pneumonia ringan (rawat
Pneumonia
jalan)
Infeksi respiratorik akut atas Batuk: bukan pneumonis
Faktor Risiko
Typical
organisme
AGEN Atypical
HOST organisme
Tidak dapat diubah
• Usia terlalu muda/ tua
• Kelainan kongenital
ENVIRONMEN
T
Dapat diubah 1. Pencemaran udara
• BBLR 2. Padat penghuni
• Tidak mendapat 3. Penderita tinggal
imunisasi (campak, bersamaan dengan anak
pentabio, PCV) 4. Perilaku merokok orang
• Tidak mendapat ASI tua
eksklusif
• Gizi buruk
PNEUMONIA
• Defisit imun
• Aspirasi dan GER
Patofisiologi
Inhalasi/aspirasi bahan patogen

Pertahanan mekanik Pertahanan humoral Pertahanan seluler


(epitel, silia, dan (antibodi dan (leukosit, makrofag,
mukosa) komplemen) limfosit dan sitokin)

Respon tubuh inflamasi parenkim paru cairan


plasma masuk penurunan rasio ventilasi perfusi
 fungsi paru menurun kesulitan bernapas
sianosis, asidosis respiratorik, kematian
Stadium I/ • 4-12 jam
Patofisiologi
Kongesti

Stadium II/ • 48 jam


Hepatisasi berikutny
merah a

Stadium
III/ • 3-8 hari
Hepatisasi
kelabu

Stadium • 7-11
IV/
Resolusi hari
Patofisiologi
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Radiologi Pemeriksaan Laboratorium
 Rontgen thorax AP/LAT 
mencari penyebab lain,  Jumlah dan hitung jenis
komplikasi, dan bila ada leukosit, LED, AGD, CRP
perburukan.  Kultur dan pewarnaan
Gram sputum
 Deteksi antigen virus
 Pemeriksaan uji tuberkulin
Diagnosis Banding
Diagnosis Gejala klinis yang ditemukan
Bronkiolitis - episode pertama wheezing pada anak umur < 2
tahun
- hiperinflasi dinding dada
- ekspirasi memanjang
- gejala pada pneumonia juga dapat dijumpai kurang
atau tidak ada respon dengan bronkodilator
Bronkopneu - demam
monia - batuk
- dispneu yang ditandai dengan takipneu,
pernapasan cuping hidung, retraksi dan sianosis
- suara napas vesikuler meningkat sampai bronchial
- suara napas tambahan ronkhi basah halus nyaring
Bronkitis - batuk yang biasanyanya muncul 3-4 hari setelah
akut rhinitis
- dapat ditemukan wheezing atau ronkhi pada
auskultasi
Diagnosis Banding
Diagnosis Gejala klinis yang ditemukan
Tuberculosis - riwayat kontak positif dengan pasien TB dewasa
(TB) - uji tuberculin positif (≥10 mm, pada keadaan
imunosupresi ≥ 5 mm)
- pertumbuhan buruk/kurus atau berat badan menurun
- demam (≥ 2 minggu) tanpa sebab yang jelas
- batuk kronis (≥ 3 minggu)
pembengkakan kelenjar limfe leher, aksila, inguinal yang
spesifik. Pembengkakan tulang/sendi punggung,
panggul, lutut, falang.
Asma - riwayat wheezing berulang, kadang tidak berhubungan
dengan batuk dan pilek
- hiperinflasi dinding dada, ekspirasi memanjang
- berespon baik terhadap bronkodilator
Tatalaksana
 75% kasus pneumonia “Walking Pneumonia”
 Kriteria rawat inap
Bayi
 SpO2 ≤ 92%, sianosis
 Frekuensi napas >60x/menit
 Distress pernapasan, apnea intermiten, atau
grunting
 Tidak mau minum/menyusu
 Keluarga tidak bisa merawat di rumah
Tatalaksana
Kriteria rawat inap
Anak
 SpO2 <92%
 Frekuensi napas >50x/menit
 Distress pernapasan
 Grunting
 Terdapat tanda dehidrasi
 Keluarga tidak bisa merawat di rumah
Tatalaksana
 Tata laksana umum
Saturasi ≤ 92% udara kamar terapi oksigen kanul nasal,
head box, atau sungkup untuk mempertahankan saturasi
oksigen >92%
Pneumonia berat atau asupan per oral kurang diberikan
IVFD dan balans cairan
Antipiretik dan analgetik
Nebulisasi dengan B2 agonis dan/atau NaCl 
memperbaiki mucilliary clearance
Monitoring saturasi setiap 4 jam sekali
Tatalaksana
 Pemberian Antibiotik
 Amoksisilin pilihan pertama antibiotik oral pada anak <5 tahun.
Alternatifnya adalah co-amoxiclav, ceflacor, eritromisin, claritromisin dan
azitromisin
 Dosis amoksisilin oral  80 – 100 mg/kgbb/hari
 Antibiotik makrolid pilihan pertama secara empiris pada anak ≥ 5 tahun
 Antibiotik intravena yang dianjurkan: ampisilin dan kloramfenikol, co-
amoxiclav, ceftriaxone, cefuroxime, dan cefotaxime
 pemberian antibiotik oral harus dipertimbangkan jika terdapat perbaikan
setelah mendapat intravena
 Rekomendasi UKK Respirologi
 Antibiotik untuk community acquired pneumonia
 Neonatus-2 bulan ampisilin + gentamisin
 > 2 bulan lini pertama ampisilin, bila dalam 3 hari tidak ada
perbaikan dapat ditambahkan klormfenikol. Lini kedua seftriakson
Tatalaksana
 Nutrisi
Pemberian makanan per oral harus dihindari. Makanan lewat
NGT atau intravena.
Pemantauan balans cairan ketat agar anak tidak mengalami
overhidrasi
 Kriteria pulang
Gejala dan tanda pneumonia menghilang
Asupan per oral adekuat
Pemberian antibiotik dapat diteruskan di rumah (per oral)
Keluarga mengerti dan setuju untuk pemberian terapi dan
rencana kontrol
Kondisi rumah memungkinkan untuk perawatan lanjutan di
rumah
Pencegahan

Menghindari kontak dengan penderita


Meningkatkan daya tahan tubuh terhadap berbagai penyakit
saluran nafas seperti dengan cara hidup sehat, makan
makanan bergizi dan teratur, hindari pajanan asap rokok,
menjaga kebersihan, beristirahat yang cukup, rajin
berolahraga
Melakukan vaksinasi Pneumococcus (PCV) juga diharapkan
dapat mengurangi kemungkinan mengalami penumonia
yang sebagian besar disebabkan oleh Pneumococcus.

Anda mungkin juga menyukai