Anda di halaman 1dari 20

REFERAT

ALERGI SUSU SAPI

DEA MIRANTI YURINDA


N 111 17 130

Pembimbing :
dr. Suldiah, Sp.A
BAB I
PENDAHULUAN
Sumber nutrisi terbaik bagi bayi baru lahir
adalah air susu ibu (ASI). Umumnya sampai 6
bulan, setelah diberi susu formula sebagai
PASI. Susu sapi dianggap sebagai penyebab
alergi makanan pada anak-anak yang paling
sering dan awal dijumpai dalam kehidupan.
Alergi protein susu sapi dapat berkembang
pada anak-anak yang diberi ASI atau pada
anak-anak yang diberi susu formula.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
 Alergi susu sapi (ASS) adalah penyakit yang timbul
sebagai akibat pemberian susu sapi atau makanan yang
mengandung susu sapi.
 Alergi susu sapi adalah suatu reaksi yang tidak diinginkan
yang diperantarai secara imunologis terhadap protein susu
sapi. Alergi susu sapi biasanya dikaitkan dengan reaksi
hipersensitivitas tipe 1 yang diperantai oleh IgE.
Epidemiologi
Diperkirakan insiden ASS 2-3% diantara
keseluruhan bayi. Sedangkan diantara bayi
umur 1 tahun dengan dermatitis atopik, 30-
45% disebabkan ASS. Alergi pada susu sapi
85% akan menghilang atau menjadi toleran
sebelum usia 3 tahun.
Etiologi
Protein susu sapi merupakan alergen tersering.
Protein susu sapi terdiri dari 2 fraksi, yaitu casein dan
whey. Fraksi casein yang membuat susu berbentuk
kental (milky), protein whey mengalami denaturasi
dengan pemanasan ekstensif (albumin serum bovin,
gamaglobulin bovin, dan α-laktalbumin).
Klasifikasi
1. IgE mediated 2. Non-IgE mediated
Gejala klinis berupa Gejala klinis berupa
urtikaria, angioedema, allergic eosinophilic
ruam kulit, dermatitis gastroenteropathy, kolik,
atopik, muntah, nyeri enterokolitis,
perut, diare, konjungtivitis, proktokolitis, anemia, dan
bronkospasme, dan gagal tumbuh.
anafilaksis.
Patogenesis
 Diperantarai IgE (2 tahap)

(1) Proses sensitisasi => alergen dibawa APC ke


limfosit T => aktivasi limfosit B => produksi IgE =>
interaksi dengan alegen di sel mast => Ab mengikat sel
mast => (2) kontak selanjutnya => IgE berinteraksi
dengan sel mast mengikat epitop alergi pada protein
SS => proses sinyal intraselular => pelepasan mediator
inflamasi, histamin, PAF, dll.
Patogenesis
 Tanpa diperantarai IgE

Reaksi Th1 => aktivasi komplemen => alergen


mengaktifkan makrofag melalui sitokin => mampu
sekresi mediator vasoaktif (PAF, leukotrien) =>
peningkatan fagositosis selular (melibatkan sel epitel)
=> terjadi peradangan kronis (gastrointestinal, kulit,
saluran napas).
Manifestasi Klinis
Saluran Saluran
Kulit
Napas Cerna

- Urtikaria - Hidung
- Muntah
- Kemerahan tersumbat
- Rinitis
- Kolik
kulit - Konstipasi
- Pruritus - Batuk
- Diare
- Dermatitis berulang
- Asma
- BAB darah
atopik
Diagnosis
1. IgE mediated 2. Non-IgE mediated
Melihat gejala klinis Adanya riwayat alergi
dan dilakukan uji IgE terhadap protein susu
spesifik (uji tusuk kulit atau
sapi, diet eliminasi, uji
uji RAST).
provokasi makanan, dan
(+) → eliminasi makanan
pemeriksaan tambahan
protein SS
seperti endoskopi dan
(-)→ beri kembali makanan
biopsi.
protein SS
Diagnosis
Anamnesis
 Jangka waktu timbulnya gejala
 Jumlah susu yang diminum/dimakan
 Penyakit atopi seperti asma, rinitis alergi, dermatitis
atopi, urtikaria, alergi makanan, dan alergi obat pada
keluarga atau penderita sendiri.
 Gejala klinis yang timbul
Pemeriksaan fisik
Kulit tampak kering, urtikaria, dermatitis atopi,
Allergic shiner’s, nasal crease, geographic tongue,
mukosa hidung pucat, dan mengi.

Allergic shiner’s geographic tongue


Pemeriksaan Penunjang
Uji Tusuk Kulit (Skin prick
test )
IgE spesifik
IgE RAST (Radio Allergo
Sorbent Test)
Uji Eliminasi dan
Provokasi

Pemeriksaan Darah Pada


Tinja

Apusan Darah Tepi


Tatalaksana
Nutrisi
 Hindari segala bentuk produk susu sapi tetapi harus memberikan nutrisi
yang seimbang dan sesuai untuk tumbuh kembang.
 Bayi dengan ASI eksklusif, ibu dapat melanjutkan pemberian ASI dengan
menghindari protein susu sapi dan produk turunannya.
 Bayi yang mengonsumsi susu formula:
- Pilihan utama adalah susu hipoalergenik.
- Formula susu terhidrolisat ekstensif
- Eliminasi diet menggunakan formula susu terhidrolisat ekstensif
atau formula asam amino
 Apabila susu formula terhidrolisat ekstensif tidak tersedia, sebagai alternatif
dapat diberikan susu formula yang mengandung isolat protein kedelai
dengan kemungkinan adanya reaksi silang alergi terhadap protein kedelai
pada bayi.
 Pemberian makanan padat perlu menghindari adanya protein susu sapi.
 Susu mamalia lain selain sapi bukan merupakan alternatif.
Medikamentosa
 Gejala yang ditimbulkan alergi susu sapi diobati sesuai gejala
yang terjadi.
 Antagonis reseptor H1 (antihistamin) generasi satu dan generasi
kedua dapat digunakan dalam penanganan alergi.
 Jika didapatkan riwayat reaksi alergi cepat, anafilaksis, asma,
atau dengan alergi makanan yang berhubungan dengan reaksi
alergi yang berat, epinefrin harus dipersiapkan.
Pencegahan
Sebelum terjadi sensitisasi. penghindaraan
dilakukan sejak pranatal pada janin yang dari
Pencegahan Primer
keluarga yang mempunyai bakat atopi, berupa
pemberian susu sapi hipoalergenik.

Setelah terjadi sensitisasi tetapi belum timbul


manifestasi. Sensitisasi diketahui dengan cara
Pencegahan Sekunder pemeriksaan IgE spesifik atau dengan uji kulit.
Penghindaran susu sapi dengan cara pemberian susu
sapi non alergenik.

Sudah mengalami sensitisasi dan menunjukkan


manifestasi. Penghindaran dengan pemberian susu
sapi yang dihidrolisis sempurna atau pengganti susu
Pencegahan Tersier
sapi, pemberian obat misalnya setirizin, imunoterapi,
imunomodulator serta penghindaran asap rokok.
Prognosis
Umumnya baik, dengan angka remisi 45-55% pada
tahun pertama, 60-75% pada tahun kedua dan 90%
pada tahun ketiga.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai