Disusun oleh:
Jacky Harianto Wijaya Wong
1361050260
2
Meningkatnya angka kejadian alergi selama 20 tahun terakhir dapat
menimbulkan masalah bagi dunia kesehatan
5
Penyakit alergi merupakan gangguan kronis yang umum terjadi pada
anak-anak
Dari 400 anak yang berumur 3-12 tahun, penderita alergi makanan
dengan jenis kelamin perempuan adalah sebesar 60% dan 40% sisanya
adalah laki-laki
Prevalensi alergi makanan di Indonesia adalah 5-11%
Prevalensi alergi makanan yang kecil ini dapat terjadi karena masih
banyak masyarakat yang tidak melakukan tes alergi
6
Alergi makanan terutama disebabkan oleh respons imun terhadap protein
makanan
Sensitisasi
(misalnya perkembangan respon imun IgE) terhadap alergen
terutama diasumsikan terjadi dari ingesti
Faktor risiko pada anafilaksis yang disebabkan oleh makanan meliputi:
Adanya asma, terutama penyakit asma yang tidak terkontrol
Riwayat episode anafilaksis sebelumnya
Kegagalan untuk mengenali gejala awal anafilaksis
7
Dimediasi oleh IgE Campuran IgE dan Non-IgE Tidak Dimediasi oleh IgE
Kutan: Urtikaria, angioedema, ruam Kutan: Dermatitis atopik, dermatitis Kutan: Dermatitis kontak, dermatitis
morbiliform, flushing, urtikaria kontak herpetiformis
kontak Gastrointestinal: Esofagitis eosinofilik Gastrointestinal: Food protein
Gastrointestinal: Sindrom alergi oral, dan gastroenteritis induced enterocolitis, proktokolitis,
anafilaksis gastrointestinal Respirasi: Asma sindrom enteropati, penyakit Celiac,
Respirasi: Rinokonjungtivitis akut, food protein induced enteropathy
bronkospasme Respirasi: Sindrom Heiner (food
Sistemik: Syok anafilaktik induced pulmonary hemosiderosis)
Tidak terklasifikasi
8
Alergen
• Hampir semua alergen adalah protein
• Antigen protein dapat menunjukkan aktivitas alergenik dengan
menginduksi produksi IgE -> hipersensitivitas tipe 1
Sel T
• Individu atopik merespons paparan alergen dengan ekspansi
cepat sel Th2 yang mengeluarkan sitokin -> mendukung sintesis
IgE dan eosinofilia
Antigen-Presenting Cells
• Sel dendritik, sel Langerhans, monosit, dan makrofag
mempresentasikan alergen ke sel T -> memodulasi inflamasi
alergi
9
IgE dan Reseptornya
• Respon alergi akut tergantung pada IgE dan kemampuannya
untuk berikatan secara selektif dengan rantai α dari FcεRI
afinitas tinggi atau FcεRII afinitas rendah (CD23)
Eosinofil
• Penyakit alergi ditandai oleh eosinofilia pada darah perifer dan
jaringan
• Granul protein eosinofil merusak sel-sel epitel, menginduksi
peningkatan respons saluran napas, dan menyebabkan
degranulasi dari basofil dan sel mast
Sel Mast
• Sel mast berasal dari sel-sel progenitor hematopoietik CD34
yang berada di sumsum tulang
• Sel mast didistribusikan secara luas di seluruh jaringan ikat
10
Antibodi IgE spesifik terhadap Proses inflamasinya lebih
makanan yang berikatan kronis dalam mempengaruhi
dengan reseptor Fcε pada sel kulit, saluran
mast, basofil, makrofag, dan gastrointestinal, saluran
sel dendritik pernafasan
Saluran pernafasan
Alergen makanan
kelas 2
Homolog secara
parsial dengan
serbuk sari
12
Kacang Tanah Maizena Udang Tomat Coklat Kacang Kedelai
Tepung Terigu Kuning Telur Daging Ayam Tuna Kerang Susu sapi
13
Manifestasi
Manifestasi Kulit
Gastrointestinal
Anamnesis
Manifestasi
Anafilaksis
Respirasi
14
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik lengkap harus dilakukan pada anak-anak dengan
riwayat reaksi alergi makanan
Hasil pemeriksaan biasanya normal kecuali jika reaksi tersebut terjadi
secara akut
Pengecualian utama adalah dermatitis atopik, yang mana merupakan
kondisi kronis yang dapat memburuk selama reaksi akut
Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan abdomen,
tanda-tanda kekurangan gizi, atau kegagalan tumbuh yang signifikan
15
Gold Standard
Tes Provokasi
Makanan
Uji IgE Spesifik • Eliminasi
• Povokasi
• Mengevaluasi kasus
• Rechallenge
alergi makanan
Patch Test yang diperantarai
(Provokasi Ulang)
• Hanya dapat IgE
mendeteksi reaksi
Skin Prick Test alergi fase lambat
• Tes penapisan yang diperantarai
dengan sensitivitas IgE dan reaksi tipe
dan spesifisitas IV
tinggi, cepat, dan
relatif tidak mahal 16
Identifikasi yang tepat dan eliminasi makanan yang berperan dalam reaksi
hipersensitivitas
Evaluasi secara berkala untuk menentukan apakah pasien telah kehilangan
reaktivitas klinisnya
Sejumlah uji klinis dapat mengevaluasi efektivitas imunoterapi oral, sublingual,
dan epikutan (patch) untuk pengobatan alergi makanan yang dimediasi IgE
Reaksi ringan -> Antihistamin oral
Gejala sistemik -> Epinefrin injeksi intramuskular pada paha bagian lateral
Edukasi -> kapan menggunakan self-injector dan teknik yang tepat
17
Pemberian epinefrin intramuskular secara cepat -> terapi lini
pertama
18
Pemberian ASI eksklusif pada usia 4-6 bulan pertama dapat
mengurangi penyakit alergi dalam beberapa tahun pertama
Makanan yang berpotensi alergenik (telur, susu, gandum, kacang-
kacangan, dan ikan) harus diperkenalkan setelah periode pemberian
ASI eksklusif
Penggunaan whey formula yang dihidrolisis secara parsial dapat
bermanfaat jika menyusui tidak dapat dilanjutkan selama 4-6 bulan
atau setelah disapih
Suplemen probiotik juga dapat mengurangi insidensi dan tingkat
keparahan eksim
19
Edema laring berat,
Reaksi anafilaksis bronkospasme
Kematian
berat ireversibel, hipotensi
refrakter
20
Alergi kacang-kacangan, ikan, dan kerang lebih persisten
Alergi pada anak semakin menghilang saat berusia remaja
Anak-anak dengan alergi makanan yang tidak dimediasi IgE
biasanya dapat teratasi pada tahun pertama kehidupan
21
22
Alergi makanan didefinisikan sebagai efek yang berlawanan terhadap
kesehatan yang timbul sebagai respon imun spesifik akibat paparan
bahan makanan tertentu
Diagnosisalergi makanan ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang
Identifikasi yang tepat dan eliminasi makanan yang berperan dalam
reaksi hipersensitivitas adalah satu-satunya penatalaksanaan yang
divalidasi untuk alergi makanan
23
Candra Y, Setiarini A, Rengganis I. Gambaran Sensitivitas Terhadap Alergen Makanan. Makara, Kesehatan 2011;15(1):44-50.
Bock SA, Sampson HA. Evaluation of Food Allergy. In: Leung DY, Szefler SJ, Bonilla FA, Akdis GA, Sampson HA editors. Pediatric
Allergy Principles and Practice. 3th ed. New York: Elsevier. 2016. p.371-4, 420.
Boyce JA, Assa’ad A, Burks AW, Jones S, Sampson HA, Wood RA. Guidelines for the Diagnosis and Management of Food Allergy in
the United States. Summary of the NIAID-Sponsored Expert Panel Report [Internet]. National Institute of Allergy and Infectious
Diseases; 2010 (cited 2018 May 14). Available at: https://www.foodallergy.org/sites/default/files/migrated-files/file/niaid-clinician-
summary.pdf.
Sicherer SH. Food Allergies [Internet]. Medscape; 2018 (cited 2018 May 15). Available at:
https://emedicine.medscape.com/article/135959-overview#showall.
Nowak-Wegrzyn A, Sampson HA, Sicherer SH. Allergic Disorders. In: Abzug MJ, Adams DR, Adelson SL, Aiken JJ, Akay B, Akdis
CA, Alessandrini EA. Nelson Textbook of Pediatrics. 20th ed. Philadelphia: Elsevier. 2016. p.1074-7, 1137-43.
Comberiati P, Cipriani F, Schwarz A, Posa D, Host C, Peroni DG. Diagnosis and treatment of pediatric food allergy: an update. Italian
Journal of Pediatrics 2015;41(13):1-8.
24