(URETEROLITIASIS)
Jacky Harianto Wijaya Wong
1365050260
Pembimbing : dr. Ruyandi Hutasoit, Sp.U
Mayoritas pada
Amerika Serikat
Asia : 1-5% Eropa : 5-9% Kanada : 12% negara dengan iklim
: 13-15%
tropis!
2,8-
Triamteren
Apatit 1% Sistin 1-3% Silika <1% Dihidroksiadenin
<1%
<1%
Tinjauan Pustaka: Anatomi
Faktor Risiko
Penyakit
Jenis kelamin Usia Pekerjaan Geografis Iklim metabolik
tertentu
Kandungan Kandungan
mineral urin < Ksp mineral urin > Ksp
Adanya area-area
obstruksi pada ureter
Patogenesis dan Patofisiologi
Nukleasi dan
Proses saturasi Pertumbuhan, Agregasi,
Serta Retensi Kristal
Nanobakteria / calcifying
Fixed particle growth
nanoparticles (CNPs)
• Adanya anchoring site • Pernah dideteksi dalam darah,
Teori pembentukan kristal: • Batu oksalat jejas pd epitel produk darah, dan batu ginjal,
tubulus perlekatan kristal yg dan pada kalsifikasi-kalsifikasi
difasilitasi ROS patologis lainnya
Kondisi Defek Metabolik / Lingkungan
Hiperkalsiuria absorptif Peningkatan absorpsi kalsium gastrointestinal
Kebocoran fosfat ginjal Gangguan absorpsi fosfor ginjal
Hiperkalsiuria ginjal Gangguan reabsorpsi kalsium ginjal
Hiperkalsiuria resorptif Hiperparatiroidisme primer
Nefrolitiasis kalsium hiperurikosuria Kelebihan purin dalam diet, overproduksi asam urat
Nefrolitiasis kalsium hipositraturia
Isolated Idiopatik
Divertikulum kaliks
• Faktor-faktor metabolik diduga mendasari (kandungan mineral yang tinggi pada urin).
Tambahan: Kehamilan
• LFG meningkat 30-50%, peningkatan ekskresi inhibitor seperti sitrat, magnesium, dan glikoprotein
Inhibitor Pembentukan Kristal
Menghambat pembentukan batu Ca oksalat & Ca fosfat
Cara: Menghambat
• Berikatan dengan Ca bebas pembentukan batu Ca.
• Menghambat presipitasi Ca oksalat Cara: Berikatan dengan
• Mencegah aglomerasi kristal Ca oksalat ion Ca di permukaan
• Menghambat nukleasi heterogen Ca oksalat melalui monosodium urat.
4.
3. Pirofosfat &
1. Sitrat 2. Magnesium Makromolekul
fosfat
polianion
5. Glikoprotein urin
(nefrokalsin, 6. Osteopontin /
7. Inter-alfa-tripsin
glikoprotein Tamm- uropontin
Horsfall)
Promoter
Peningkatan
Lipid membran Volume urin yg
kalsitriol Oksalat Kalsium Natrium Sistin
sel rendah
(stimulasi PTH)
Fosfolipid
Glikolipid
Klasifikasi Ureterolitiasis
1. Batu kalsium
Kondisi Definisi
Nefrolitiasis hiperkalsiuria absorptif Peningkatan ekskresi kalsium urin (>9,2 mg/mg kreatinin) setelah
konsumsi kalsium oral.
Nefrolitiasis hiperkalsiuria resorptif Peningkatan resorpsi kalsium yang biasanya diakibatkan oleh
hiperparatiroidisme primer.
Nefrolitiasis hiperkalsiuria renal-induced Diakibatkan renal tubular acidosis (RTA), yang disebabkan defek pada
sekresi ion hidrogen tubulus renal atau reabsorpsi bikarbonat yang
terganggu.
Kondisi Definisi
Konsentrasi Makromolekul
pH urin Kekuatan ion
sistin dalam urin
• Batu opak merah cerah ground-glass dengan tepian halus, kristal heksagonal
Klasifikasi Ureterolitiasis Xantin
2. Batu non-kalsium:
• Seringkali terbentuk akibat defisiensi xantin dehidrogenase kongenital mengkatalis
oksidasi hipoxantin menjadi xantin, dan xantin menjadi asam urat.
• Alopurinol menyebabkan xantinuria iatrogenik
– Menurunkan kadar asam urat pada darah dan urin, namun meningkatkan kadar
hipoxantin dan xantin diduga diakibatkan oleh inhibisi xantin dehidrogenase
Indinavir
• Indinavir inhibitor protease (obat utk pasien AIDS) menimbulkan batu radiolusen yg
radiolusen pd CT scan non-kontras
• Pada umumnya, penghentian obat-obatan sementara diiringi hidrasi intravena akan
membantu luruhnya batu ini
Klasifikasi Ureterolitiasis Batu lain
2. Batu non-kalsium:
• Batu silikat agak jarang, dikaitkan dengan penggunaan antasid yang mengandung silika
dalam jangka panjang
• Batu triamteren radiolusen, dan akhir-akhir ini semakin kerap ditemukan (akibat
konsumsi obat anti-HT yg mengandung triamteren (Dyazide)
• Batu infeksi terjadi akibat proses infeksi, dan biasanya terbentuk dari magnesium
amonium fosfat heksahidrat (MgNH4PO4-6H2O) namun juga dapat mengandung kalsium
fosfat dalam bentuk apatit karbonat
– Pengaruh bakteri pemecah urea
– Batu struvit hanya terjadi dgn adanya ISK oleh bakteri pemecah urea!
Organisme yg Memproduksi Urease
Manifestasi Klinis Ureterolitiasis
Nyeri
2,8-Dihidroksiadenin
1. Cairan
• Air putih min 2 L per hari, jus sitrus (lemon & jeruk)
2. Diet
• Kurangi konsumsi protein hewani, restriksi natrium, tingkatkan konsumsi sayur dan buah
3. Obesitas
• Turunkan IMT, lingkar pinggang, dan berat badan
5. Menghindari oksalat
• Hindari vit. C dosis tinggi (<2 g/hari)
Tatalaksana:
Medikamentosa
Jenis Obat Dosis Efek Samping
Diuretik tiazid Potassium wasting, kram otot, hiperurikosuria, asidosis
Hidroklorotiazid 25 mg PO bid intraselular, hipositraturia
Klortalidon 25-50 mg PO satu kali sehari
Indapamid 2,5 mg PO satu kali sehari
Natrium selulosa fosfat 10-15 g/hari dibagi seiring jam makan Gangguan GI, hipomagnesemia, hiperoksaluria, stimulasi
PTH
Ortofosfat 0,5 g PO tid Serupa dengan SCP, kalsifikasi jaringan lunak
Kalium sitrat 20 mEq PO bid-tid Gangguan GI, hiperkalemia
Alopurinol 300 mg PO satu kali sehari Ruam-ruam, mialgia
Magnesium glukonat 0,5 – 1 g tid Diare
Piridoksin (B6) 100 mg PO satu kali sehari -
D-Penisilamin 250 mg PO satu kali sehari (titrasi hingga berefek) Sindroma nefrotik, dermatitis, pansitopenia
Alfa- 100 mg PO bid (titrasi hingga berefek) Ruam-ruam, astenia, keluhan reumatologis, gangguan GI,
Merkaptopropionilglisin perubahan status mental
Kaptopril 25 mg PO tid Batuk, ruam-ruam, hipotensi
Asam asetohidroksamik 250 mg PO bid-tid Fenomena tromboembolik, tremor, sakit kepala, palpitasi,
edema, gangguan GI, hilangnya pengecapan, ruam-ruam,
alopesia, anemia, nyeri perut
Algoritma Penatalaksanaan Farmakologis Batu Saluran Kemih
Tatalaksana Batu Kalsium Oksalat
Tatalaksana Batu Kalsium Fosfat
Tatalaksana Batu Asam Urat dan Amonium Urat
Tatalaksana Batu Infeksi
Tatalaksana Batu Sistin
Tatalaksana Berdasarkan Ukuran Batu Ureter
Batu Di Ureter Proksimal Kanan : (A) Sebelum Terapi Ekspulsif Medis, dan (B) Batu Yang Sama pada Ureter
Distal Saat Menjalani Terapi Ekspulsif Medis Selama 21 Hari
Pencegahan
Diet untuk menghindari zat-
Menghindari kondisi zat pembentuk batu
dehidrasi (konsumsi 2,5-3 L • Diet seimbang kaya sayur dan buah
air setiap harinya dan pola • Kalsium 1-1,2 gram/hari
minum sirkadian) • Pembatasan NaCl 4-5 gram/hari
• Protein hewani 0,8-1,0 g/kg/hari)
Antibiotik Paratiroidektomi
•Menurunkan infeksi •Apabila terjadi
hiperparatiroidisme primer
sehingga dapat menurunkan
resorpsi kalsium dari tulang
Komplikasi & Prognosis
• Jika tidak diobati adekuat gagal ginjal (hidronefrosis akibat hambatan
aliran urin), infeksi saluran kemih dan ginjal, diabetes melitus, hipertensi,
operasi batu yang berulang, pola makan yang buruk, faktor lingkungan dan
genetik
• Risiko hematoma subkapsular & perirenal dgn ESWL 0,24-4,1%
• Tingkat kekambuhan batu saluran kemih pada anak-anak dan remaja :
sekitar 50% setelah 3 tahun jauh lebih tinggi dibandingkan dewasa
• Batu yang paling sering rekuren batu dihidroksiadenin, sistin, dan
brusit, yang seringkali mengalami batu multipel pada setiap insidensi baru
dan jumlah prosedur operasi yang lebih banyak
Kesimpulan
• Penanganan batu ureter atau ureterolitiasis memerlukan diagnosis yang cermat &
tatalaksana dini.
• Batu ureter dapat timbul sekunder akibat berpindahnya batu ginjal ke saluran yang
terletak lebih di bawah, atau timbul primer akibat agregasi dan nukleasi batu di
lokasi-lokasi anatomis penyempitan pada ureter.
• Materi kalsium atau non-kalsium, tergantung proses metabolik yang mendasari.
• Keluhan yang paling sering dirasakan nyeri pinggang / nyeri menjalar ke organ
genital sesuai dengan persarafan yang terkena, disertai kencing berwarna merah
atau seperti teh, dan mual muntah.
• Diagnosis batu dapat dilakukan yang paling mudah dengan urinalisis, disertai
dengan foto atau USG, tergantung dari materi pembentuk batu.
Kesimpulan
• Tatalaksana batu bergantung pada ukurannya, dengan menggunakan batas 10 mm
sebagai penentu tindakan yang akan dilakukan.
• Tatalaksana batu terdiri dari perubahan gaya hidup dan pola makan, tatalaksana
medikamentosa, dan tatalaksana operatif.
• Batu yang telah dikeluarkan seringkali mengalami rekurensi, sehingga tatalaksana dan
pemantauan berkala menjadi andalan para dokter untuk memantau kondisi pasien.
• Penting untuk mengingatkan pasien bahwa penyakitnya dapat berulang jika tidak
diiringi dengan pola hidup yang baik.
• Jika tidak ditangani dengan baik, urolitiasis dapat menyebabkan berbagai komplikasi,
hingga gagal ginjal, nekrosis tubular, dan ruptur ureter.
• Upaya pencegahan harus dilaksanakan dengan lebih terarah untuk menghindari
rekurensi dan menurunkan morbiditas akibat urolitiasis ini.
Daftar Pustaka
1. Odoemene CA, Okere P, Ugonabo MC. Ureterolithiasis: management in an environment with limited facilities. Niger J Clin Pract. 2017
Mei; 20(5): 622-8.
2. Raheem OA, Khandwala YS, Sur RL, Ghani KR, Denstedt JD. Burden of urolithiasis: trends in prevalence, treatments, and costs. Eur
Urol Focus. 2017 Feb; 3(1): 18-26.
3. Prasadja N, Soebadi DM, Soesanto WD, Widodo JP. Stone-free rate differences in kidney stones patient with and without tamsulosin
after ESWL. Indonesian Journal of Urology. 2011; 18(2): 36.
4. Vijaya T, Kumar M, Ramarao N, Babu A. Urolithiasis and Its Causes – Short Review. The Journal of Phytopharmacology. 2013; 2(3): 1-
6.
5. Liu Y, Chen Y, Liao B, Luo D, Wang K, Li H, et al. Epidemiology of Urolithiasis in Asia. Asian Journal of Urology. 2018; 5(4): 205-14.
6. Pearle MS, Antonelli JA, Lotan Y. Urinary lithiasis: etiology, epidemiology, and pathogenesis. Dalam: Wein AJ, Kavoussi LR, Partin AW,
Peters CA. Campbell-Walsh Urology. Ed 11. 2016. China: Elsevier. 1170-96.
7. Alelign T, Petros B. Kidney stone disease: an update on current concept. Adv Urol. 2018; 2018: 3068365.
8. Stoller ML. Urinary stone disease. Dalam: McAninch JW, Lue TF. Smith & Tanagho’s General Urology. Ed 18. United States: McGraw-
Hill Education. 249-79.
9. Purnomo B. Dasar-dasar Urologi. Ed 3. 2003. Jakarta: Sagung Seto. 90-9.
10. Turk C, Neisius A, Petrik A, Seitz C, Skolarikos A, Tepeler A, et al. EAU Guidelines on Urolithiasis. European Association of Urology
Guidelines. 2017: 7-29.
11. Mehmet NM, Ender O. Effect of urinary stone disease and its treatment on renal function. World J Nephrol. 2015 Mei 6; 4(2): 271-6.
12. Pace K, Spiteri K, German K. Spontaneous proximal ureteric rupture secondary to ureterolithiasis. J Surg Case Rep. 2016 Nov;
2016(11): rjw192.
13. Tasian GW, Kabarriti AE, Kalmus A, Furth SL. Kidney stone recurrence among children and adolescents. J Urol. 2017 Jan; 197(1): 246-
52.
14. Daudon M, Jungers P, Bazin D, Williams JC Jr. Recurrence rates of urinary calculi according to stone composition and morphology.
Urolithiasis. 2018 Okt; 46(5): 459-70.