Anda di halaman 1dari 24

ALERGI MAKANAN

DISUSUN OLEH :
ANNISA RAHMADHANIA
1102013038

PEMBIMBING:
DR. EVY ARYANTI, SP.KK

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN KULIT


RSUD KABUPATEN BEKASI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
PERIODE 15 OKTOBER – 17 NOVEMBER 2018
PENDAHULUAN

Makanan adalah salah satu penyebab alergi yang berbahaya

EAACI (European Association of Alergy and Clinical


Immunology) membagi reaksi makanan menjadi toksik dan non
toksik

Alergi makanan pada orang dewasa dapat merupakan alergi yang


sudah terjadi saat anak-anak atau reaksi yang memang baru
terjadi pada usia dewasa
DEFINISI

 Alergi makanan merupakan respons imunologis yang


abnormal terhadap makanan yang dialami oleh seseorang
yang rentan terhadap makanan tersebut
 The American Academy of Allergy and Immunology dan
The National Institute of Allergy and Infectious Disease
membuat batasan mengenai reaksi simpang makanan,
alergi makanan, dan intoleransi makanan
 Reaksi simpang makanan (Adverse food reactions)

 Alergi makanan (food allergy)

 Intoleransi Makanan (Food intolerance)


Klasifikasi reaksi simpang makanan

Alergi Makanan (Imunologis)


Diperantarai IgE
Urtikaria, angioedema, rash, rinokonjungtivitis akut, eksaserbasi asma akut, anafilaksis, sindrom alergi oral

Tidak diperantarai IgE


Protein makanan yang menginduksi proktokolitis dan/atau enterokolitis, dermatitis kontak, dermatitis
herpetiformis, dan penyakit celiac

Campuran: diperantarai IgE dan tidak diperantarai IgE


Dermatitis atopik, asma, eosinofilik esofagitis, dan gastroenteritis
Intoleransi (Non imunologis)
Nontotksik (defisiensi enzim)
Intoleransi laktosa, galaktosemia

Toksik (farmakologis)
Kafein (tremor), tiramin dalam keju yang sudah lama diproduksi (migrain), alkohol, histamin (keracunan ikan)

Mirip dengan intoleransi/alergi makanan


Insufisiensi pankreas, penyakit empedu dan hati, herniasi hiatus, rinitis gustatori, anoreksia nervosa, sindrom
aurikulotemporal (kemerahan pada muka dan salivasi).
EPIDEMIOLOGI

 Alergi makanan merupakan penyebab terbanyak dari kasus


anafilaksis di instalasi gawat darurat di Eropa Barat dan
Amerika
 Alergi makanan sendiri di Amerika Serikat menyebabkan
sekitar 30.000 reaksi anafilaksis, 2.000 orang dirawat
inap, dan sekitar 200 jiwa meninggal setiap tahun
 Anak dengan dermatitis atopik sedang sampai berat
merupakan prevalensi tertinggi alergi makanan diperantai
IgE
 Prevalensi alergi makanan di Indonesia adalah 5-11%
ETIOLOGI

 Faktor Genetik
 Maturitas Usus
 Pajanan Alergi
 Pencetus Alergi Makanan
PATOFISIOLOGI

Gambar 2.1. Mekanisme sensitasi dan reaktivitasi sel imun akibat alergen makanan
Sumber: Otsu K, 2011
MANIFESTASI KLINIK

 Reaksi terhadap alergi makanan dapat bermanifestasi di


sistem gastrointestinal, kulit, dan respiratorius.
 Pada keadaan yang berat dapat timbul reaksi anafilaksis
yang dapat menyebabkan kematian
Manifestasi klinis akibat reaksi alergi terhadap makanan
Penyakit Tanda khas Imunopatologi Tambahan Usia Makanan Penyabab Perjalanan Alamiah
Tersering
Diperantarai Antibodi IgE
(Onset Akut)
Urtikaria/ Dicetuskan oleh makanan atau Anak-anak > Biasanya Alergen Bergantung dari makanan
Angioedema (gambar 2 dan 3) kontak kulit langsung Dewasa dominan
(Urtikaria Kontak); Makanan
biasanya menimbulkan gejala
akut (20%) tapi terkadang
urtikaria kronik (2%)

Sindrom Alergi pada Mulut Gatal, edema sedang terbatas Sensitisasi protein tepung sari oleh Onset setelah alergi Buah mentah atau Mungkin seumur hidup
(Hubungan tepung sari – pada rongga mulut saluran pernafasan menyebabkan IgE tepung sari sayuran yang dimasak dan bervariasi bergantung
makanan) (gambar 4) Terkadang, Menyebar di berikatan dengan homologus, khususnya ditegakkan (dewasa dalam bentuk yang musim
sekitar mulut (~ 7%) atau pada protein makanan yang labil, > anak muda) masih bisa ditoleransi.
Anafilaksis (1% - 2%) biasanya buah/sayuran.
Dapat bertambah pada musim
semi
Rhinitis, Asma Gejala mungkin menyertai Bayi/anak-anak > Umumnya: Alergen Bergantung dari makanan
reaksi alergi oleh karena dewasa, kecuali dominan
makanan tetapi jarang pada penyakit Khusus: gandum, telur,
terisolasi atau menimbulkan tertentu (contohnya dan makanan laut,
gejala kronis Baker’s Asma) sebagai contohnya
Gejala munbkin juga
dicetuskan oleh inhalasi
aerosol protein makanan
Anafilaksis Perkembangannya cepat, Pengeluaran mediator yang banyak, Siapapun Apapun, tetapi lebih Bergantung pada
reaksi pada berbagai sistem seperti histamin, walaupun kadar sering kacang, Kerang, makanannya
organ, dapat termasuk kolaps triptase sel mast tidak selalu meningkat ikan, susu, dan telur
Kardivaskuler
Anafilaksis karena aktivitas Makanan Mencetuskan Aktivitas diduga mengubah absorbsi Onset biasanya Gandum, kerang, Diduga menetap
yang berhubungan dengan anafilaksis hanya jika proses usus, pencernaan alergen, atau keduanya remaja/dewasa
makanan pencernaan diikuti oleh
aktivitas
Manifestasi klinis akibat reaksi alergi terhadap makanan

Penyakit Tanda khas Imunopatologi Tambahan Usia Makanan Penyabab Perjalanan Alamiah
Tersering

Diperantarai antibodi IgE/ diperantarai sel


(Onset Lambat/ kronik)
Dermatitis Atopik Dikaitkan dengan Mungkin terkait dengan makanan – Bayi > anak-anak Alergen dominan, Biasanya sembuh
(Gambar 5) makanan pada ~ 35% responsif sel T terhadap kulit > dewasa biasanya susu dan
anak dengan ruam sedang telur
sampai berat

Gastroenteropati eosinofil Gajala bervariasi pada Mediator yang berperan Semua orang Multiple Kemungkinan menetap
letak atau derajat mengaktivasi eosinofil, seperti
inflamasi eosinofili Eotaxin dan IL 5
Esofageal:
Disfagia dan nyeri
Generalisata: asites,
penurunan berat badan,
edema, dan obstruksi
Manifestasi klinis akibat reaksi alergi terhadap makanan

Penyakit Tanda khas Imunopatologi Tambahan Usia Makanan Penyabab Perjalanan Alamiah
Tersering
Diperantarai sel (Onset Lambat/ Kronis)
Enterokolitis protein Biasanya mempengaruhi Meningkatkan respon TNF-α, Balita Susu sapi, kedelai, Biasanya sembuh
makanan bayi Pengurangan respon terhadap TGF nasi, dan gandum
Paparan kronis:mual, -β
diare, letargi
Paparan kembali setelah
pembatasan: mual diare,
dan hipotensi (15%) 2 jam
setelah makan

Proktitis pada diet protein Mucus-laden, Feses Inflamasi eosinofili Balita ASI Biasanya sembuh
berdarah pada bayi

Sumber : Sicherer SH, 2009.


Kriteria klinis untuk diagnosis anafilaksis
Anafilaksis dicurigai apabila terdapat satu dari tiga kriteria di bawah ini

1. Onset akut (menit sampai beberapa jam) yang melibatkan kulit, jaringan mukosa, atau
keduanya, seperti timbul bintik-bintik merah, gatal atau kemerahan, pembengkakan pada bibir,
lidah, atau uvula.
Ditambah setidaknya satu dari tanda di bawah ini
a. Tanda gawat napas, seperti dispnea, bronkospasme (wheezing), stridor, penurunan laju
ekspirasi puncak (peak expiratory flow), dan hipoksemia.
b. Penurunan tekanan darah atau timbul gejala disfungsi organ seperti hipotonia (kolaps),
sinkop, atau inkontinens.
2. Dua atau lebih gejala di bawah ini yang muncul cepat setelah terpapar alergen yang dicurigai
menimbulkan reaksi alergi pada pasien (menit sampai beberapa jam).
a. Keterlibatan jaringan kulit-mukosa seperti timbul bintik merah di seluruh tubuh, gatal dan
kemerahan, pembengkakan bibir, lidah atau uvula.
b. Tanda gawat napas, seperti dispnea, bronkospasme (wheezing), stridor, penurunan laju
ekspirasi puncak (peak expiratory flow), dan hipoksemia.
c. Penurunan tekanan darah atau timbul gejala disfungsi organ seperti hipotonia (kolaps),
sinkop, atau inkontinens.
d. Gejala gastrointestinal yang persisten seperti kerap perut, nyeri, dan muntah-muntah.

3. Penurunan tekanan darah setelah terpapar alergen yang sudah dipastikan menimbulkan reaksi
pada pasien (menit sampai beberapa jam)
a. Pada bayi dan anak-anak: tekanan sistolik rendah atau turun >30% dari tekanan darah
sistolik.*
b. Pada dewasa: tekanan sistolik <90 mmHg atau atau turun >30% dari normal.

*Tekanan sistolik rendah jika <70 mmHg untuk usia 1 bulan s.d 1 tahun, kurang dari [70 mmHg + (2xusia)] untuk usia 1 s.d
10 tahun dan <90 mmHg untuk usia 11 s.d 17 tahun.
Manifestasi Klinis

Urtikaria Angioedema Dermatitis


Sindrom alergi
pada wajah Atopik
oral
DIAGNOSIS

 Anamnesis
 Apakah reaksi muncul tiap kali pasien mengkonsumsi
makanan yang dicurigai menyebabkan alergi?
 Berapa lama gejala muncul setelah pasien mengkonsumi
makanan yang dicurigai menyebabkan alergi?
 Adakah riwayat alergi di keluarga?

 Apa saja gejala yang diderita pasien?


 Pemeriksaan Fisik
 bertujuan untuk mengevaluasi sistem kulit, gastrointestinal,
dan respiratorius.
 Pada pasien yang dicurigai menderita alergi makanan, kulit
harus diperiksa dengan cermat dengan memfokuskan pada
tanda-tanda seperti pruritus, papulovesikel eritema dengan
ekskoriasi, eksudat serosa, xerosis, likenifikasi, papul, dan
keratosis pilaris.
 Pemeriksaan Penunjang
 Tes provokasi makanan terbagi menjadi 3 jenis:
 open food challenge (OFC)
 single blind placebo-controlled food challenge
(DBPCFC) -> Gold Standard
Gambar 2. Algoritma Diagnosis Klinis Menggunakan Uji Provokasi
Sumber: Sampson, 2012
 Uji Kulit
 Darah Tepi
 IgE total dan spesifik
 Antibodi mononuklear dalam sirkulasi
 Pelepasan histamin oleh basofil
Gambar 3. Alogaritma Diagnosis Alergi Makanan Berdasarkan Gejala Klinis
Sumber: Sampson, 2012
Tatalaksana

 Terapi primer untuk alergi makanan adalah dengan


mencegah paparan terhadap makanan yang menyebabkan
alergi
 Pasien yang beresiko mengalami reaksi anafilaksis
sebaiknya harus selalu membawa injeksi epinefrin yang
tersedia dalam bentuk pen yang tersedia dalam dosis 0,3
mg dan 0,15 mg atau 0,01 mg/kgBB
Cara Menggunakan Epinefrin pen
PENATALAKSANAAN

 Farmakoterapi yang digunakan pada alergi makanan


diantaranya adalah:
 Kromolin, Nedokromil
 Glukokortikoid
 Agonis beta adrenegik
 Metil xantin
 Antagonis kolinergik (muskarinik)
 Antagonis leukotrin
 Antagonis reseptor-H1
PROGNOSIS

 Pada prinsipnyanya alergi tidak bisa disembuhkan.


 Dermatitis atopik akan berkurang pada usia 12 tahun akan
tetapi ada kemungkinan organ sasaran berpindah karena
50-80% anak ini akan mengalami rhinitis alergik dan asma.
 Alergi makanan yang mulai pada usia 3 tahun mempunyai
prognosis yang lebih baik karena ada kemungkinan kurang
lebih 40% dari mereka akan mengalami grow-out.
 Anak yang mengalami alergi pada usia 15 tahun ke atas
cenderung untuk menetap, tetapi toleransi terhadap susu,
telur dan kedelai cukup sering dijumpai

Anda mungkin juga menyukai