LATAR BELAKANG
Orang yang sudah lanjut usia mengalami penurunan pada fisik, sosial dan psikologisnya
yang menyebabkan akan tersisih dari lingkungan sosialnya. Semakin bertambahnya usia, fungsi
tubuhpun mengalami kemunduran sehingga lansia lebih mudah terganggu kesehatannya, baik
keadaan fisik maupun kesehatan jiwa. Karena keadaan fisik yang banyak mengalami
kemunduran sehingga membuat lansia memiliki kecenderungan untuk membutuhkan bantuan
dalam hal memenuhi kebutuhan sehari-hari. Oleh karena perubahan-perubahan yang terjadi pada
diri lansia, hal tersebut akan menimbulkan permasalahan baik pada fisik, mental, sosial,
ekonomi, dan psikologisnya. Sehingga orang menjadi depresif atau merasa tidak senang saat
memasuki masa usia lanjut. Mereka menjadi tidak efektif dalam pekrjaan dan peran sosial, jika
mereka bergantung pada energi fisik yang sekarang tidak dimilikinya lagi.
Dalam menyokong pemenuhan kebutuhan lansia diperlukan adanya pelayanan yang
dapat membantu dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut. Salah satu wadah bagi lansia
untuk memenuhi kebutuhan sosialnya yaitu melalui program posyandu lansia yang digalakan
oleh pemerintah. Posyandu lansia merupakan pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia
lanjut.
PERMASALAHAN
Semenjak adanya pandemi Covid-19, kegiatan posyandu tidak dapat terlaksana.
Dikarenakan berkumpul dalam jumlah yang besar akan sangat berisiko terjadi penularan Covid-
19, dan juga karena para lansia merupakan kategori yang paling berisiko tinggi jika tertular
wabah ini. Maka puskesmas melakukan inisiasi pemeriksaan dan kunjungan lansia ke rumah
masing-masing, untuk mengetahui kondisi dan kesehatan para lansia di lingkungan kerja
Puskesmas IV Denpasar Selatan.
Latar Belakang
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh
virus dangue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypty. Demam Berdarah Dengue adalah
penyakit menular yang disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti
dan dapat juga ditularkan oleh Aedes albopictus, yang ditandai dengan demam tinggi mendadak,
tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus-menerus selama 2-7 hari, manifestasi perdarahan,
termasuk uji Tourniquet positif, trombositopeni (jumlah trombosit ≤ 100.000/µl),
hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit ≥ 20%), disertai dengan atau tanpa perbesaran hati.
Demam Berdarah Dengue banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis. Data dari seluruh
dunia menunjukkan Asia menempati urutan pertama dalam jumlah penderita DBD setiap
tahunnya. Sementara itu, terhitung sejak tahun 1968 hingga tahun 2009, World Health
Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di
Asia Tenggara. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah
kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia. Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya
semakin bertambah seiring dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk.
Di Indonesia DBD telah menjadi masalah kesehatan masyarakat selama 41 tahun terakhir.
Penyakit DBD adalah penyakit menular yang sering menimbulkan wabah dan menyebabkan
kematian pada banyak orang penyakit ini di sebabkan oleh virus dengue dan di tularkan oleh
nyamuk aedes aegypti. Nyamuk ini tersebar luas di rumah-rumah, sekolah dan tempat-tempat
umum lainnya seperti tempat ibadah, restoran, kantor, balai desa dan lain-lain sehingga setiap
keluarga dan masyarakat mengandung risiko untuk ketularan penyakit DBD. Obat untuk
penyakit DBD belum ada, dan vaksin untuk pencegahannya juga belum ada, sehingga satu
satunya cara untuk memberantas penyakit ini adalah dengan memberantas nyamuk Aedes
aegypti.
Permasalahan
Pengendalian penyakit DBD dilakukan secara intensif melalui upaya preventif oleh pemerintah
pusat dan daerah dengan melibatkan peran serta masyarakat. Upaya preventif dilakukan dengan
melaksanakan kegiatan penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), pemberantasan
sarang nyamuk dan upaya 3M plus (menutup, menguras, mengubur dan menghindari gigitan
nyamuk), serta diedarkannya Surat Kewaspadaan Dini dari Menteri Kesehatan kepada Gubernur
untuk merespon Kejadian Luar Biasa (KLB) dan mengantisipasi peningkatan kasus.
Pada bulan Januari hingga April 2020 kasus penyakit DBD di Denpasar mencapai 832 kasus.
Sehingga diperlukan upaya preventif pemberantasan vector penularan DBD, yaitu dengan
metode 3M Plus.
Pelaksanaan
Hari/ Tanggal : Senin, 4 Januari 2021
Waktu : 09.00 WIB - selesai
Tempat : Desa Pedungan, Denpasar Selatan
Petugas Pelaksana : Dokter internsip, staf puskesmas
PELAKSANAAN
Pada tanggal 6 Januari 2021 kegiatan ini dilakukan di kantor kejaksaan negeri Denpasar oleh 2
orang dokter internsip, 2 orang dokter puskesmas, dan 1 orang petugas lab puskesmas. Sebanyak
40 pegawai yang pernah kontak dengan penderita COVID-19 dilakukan contact tracing dan
pengambilan swab nasofaring untuk diuji menggunakan metode PCR. Kegiatan dilakukan
dengan menggunakan APD level 3 dan dengan protokol Kesehatan yang ketat.
MONITORING & EVALUASI
Kegiatan sudah menerapkan protokol kesehatan, petugas kesehatan sudah memakai APD level 3
karena tindakan berpotensi menimbulkan aerosol. Pada penemuan hasil swab yang positif maka
pasien akan melakukan isolasi mandiri jika gejala ringan ataupun dirawat di rumah sakit jika
terdapat gejala berat.
Penyuluhan Kader Posyandu di Desa Pedungan tentang Penerapan Protokol New Normal
Latar belakang :
Coronavirus adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit mulai dari
gejala ringan sampai berat. Ada setidaknya dua jenis coronavirus yang diketahui
menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat seperti Middle East
Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit jenis baru yang belum pernah
diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Virus penyebab COVID-19 ini dinamakan
SarsCoV-2. Virus corona adalah zoonosis (ditularkan antara hewan dan manusia).
Penelitian menyebutkan bahwa SARS ditransmisikan dari kucing luwak (civet cats) ke
manusia dan MERS dari unta ke manusia. Adapun, hewan yang menjadi sumber
penularan COVID19 ini masih belum diketahui.
Tanda dan gejala umum infeksi COVID-19 antara lain gejala gangguan
pernapasan akut seperti demam, batuk dan sesak napas. Masa inkubasi rata-rata 5-6 hari
dengan masa inkubasi terpanjang 14 hari. Pada kasus COVID-19 yang berat dapat
menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan kematian.
Tanda-tanda dan gejala klinis yang dilaporkan pada sebagian besar kasus adalah demam,
dengan beberapa kasus mengalami kesulitan bernapas, dan hasil rontgen menunjukkan
infiltrat pneumonia luas di kedua paru.
Pada 31 Desember 2019, WHO China Country Office melaporkan kasus
pneumonia yang tidak diketahui etiologinya di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina. Pada
tanggal 7 Januari 2020, Cina mengidentifikasi pneumonia yang tidak diketahui
etiologinya tersebut sebagai jenis baru coronavirus (coronavirus disease, COVID-19).
Pada tanggal 30 Januari 2020 WHO telah menetapkan sebagai Kedaruratan Kesehatan
Masyarakat Yang Meresahkan Dunia/ Public Health Emergency of International Concern
(KKMMD/PHEIC). Penambahan jumlah kasus COVID-19 berlangsung cukup cepat dan
sudah terjadi penyebaran antar negara (Kemenkes, 2020).
Berdasarkan bukti ilmiah, COVID-19 dapat menular dari manusia ke manusia
melalui percikan batuk/bersin (droplet), tidak melalui udara. Orang yang paling berisiko
tertular penyakit ini adalah orang yang kontak erat dengan pasien COVID-19 termasuk
yang merawat pasien COVID-19. Rekomendasi standar untuk mencegah penyebaran
infeksi adalah melalui cuci tangan secara teratur menggunakan sabun dan air bersih,
menerapkan etika batuk dan bersin, menghindari kontak secara langsung dengan ternak
dan hewan liar serta menghindari kontak dekat dengan siapapun yang menunjukkan
gejala penyakit pernapasan seperti batuk dan bersin. Selain itu, menerapkan Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi (PPI) saat berada di fasilitas kesehatan terutama unit gawat
darurat.
Selain di tempat fasilitas kesehatan, pencegahan penularan virus COVID-19 juga
penting dilakukan oleh masyarakat sekitar. Pnyuluhan yang dilakukan oleh kader
posyandu dirasa penting sehingga masyarakat, khususnya di daerah kecamatan kaliwates
teredukasi dengan baik tentang COVID-19 sehingga angka penularan tidak bertambah
banyak.
Permasalahan
Banyak di masyarakat sekitar yang masih belum mengerti tentang penyakit COVID -19
ini sehingga kepedulian masyarakat untuk mematuhi protocol kesehatan sangat rendah.
Hal ini lah yang menyebabkan angka penularan masih sangat tinggi
Pelaksanaan
Penyuluhan dilakukan oleh kader posyandu secara serentak di wilayah desa pedungan,
khususnya wilayah banjar kaja, banjar pitik, dan banjar gladag.
PELAKSANAAN
Pada tanggal 1 Februari 2021 dilakukan swab pcr oleh 3 orang dokter internsip, 1 orang dokter
puskesmas, dan 1 orang bidan puskesmas. Sebanyak 60 orang yang dirawat dilakukan
pengambilan swab nasofaring untuk diuji menggunakan metode PCR. Kegiatan dilakukan
dengan menggunakan APD level 3 dan dengan protokol Kesehatan yang ketat.