Anda di halaman 1dari 24

Referat

BENDA ASING ESOFAGUS

Disusun Oleh :
M. Farid Rizqullah, S.Ked 04084881921001
Optima Fitra Ilhami, S.Ked 04084821921101
Fadya Ulviana Khairunnisa, S.Ked 04084821921128
Nabilla Oktavia Kesumadanoe, S.Ked 04084821921141

Pembimbing :
dr. Fiona Widyasari, Sp.T.H.T.K.L

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN


TELINGA HIDUNG TENGGOROK KEPALA LEHER
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
RUMAH SAKIT DR. MOHAMMAD HOESIN
PALEMBANG
2020
HALAMAN PENGESAHAN

Referat
BENDA ASING ESOFAGUS

Disusun oleh:
M. Farid Rizqullah, S.Ked 04084881921001
Optima Fitra Ilhami, S.Ked 04084821921101
Fadya Ulviana Khairunnisa, S.Ked 04084821921128
Nabilla Oktavia Kesumadanoe, S.Ked 04084821921141

Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat ujian kepaniteraan klinik di
Departemen Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya Rumah Sakit dr. Mohammad Hoesin Palembang periode 3 September
2020 – 21 September 2020.

Palembang, September 2020

dr. Fiona Widyasari, Sp.T.H.T.K.L

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
berkat-Nya referat yang berjudul “Benda Asing Esofagus” ini dapat diselesaikan tepat waktu.
Referat ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat ujian kepaniteraan klinik di Departemen
Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher Fakultas Kedokteran Universitas
Sriwijaya Rumah Sakit dr. Mohammad Hoesin Palembang periode 3 September 2020 – 21
September 2020.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada dr. Fiona
Widyasari, Sp.T.H.T.K.L. selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan selama
penulisan dan penyusunan referat ini. Tak lupa ucapan terima kasih kepada rekan-rekan
dokter muda dan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan referat ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kekeliruan dalam penulisan referat
ini. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan untuk
penulisan yang lebih baik di masa yang akan datang.

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..........................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN...........................................................................................ii
KATA PENGANTAR.......................................................................................................iii
DAFTAR ISI......................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................3
2.1 Anatomi dan Fisiologi ..........................................................................3
2.1.1 Anatomi esofagus....................................................................................3
2.1.2 Fisiologi esofagus....................................................................................6
2.2 Benda asing esofagus.............................................................................8
2.2.1 Definisi....................................................................................................8
2.2.2 Epidemiologi...........................................................................................8
2.2.3 Etiologi....................................................................................................9
2.2.4 Klasifikasi................................................................................................9
2.2.5 Patofisiologi............................................................................................10
2.2.6 Faktor Risiko...........................................................................................11
2.2.7 Manifestasi klinis....................................................................................11
2.2.8 Diagnosis.................................................................................................13
2.2.9 Tatalaksana..............................................................................................15
2.2.10 Komplikasi..............................................................................................16
2.2.11 Prognosis.................................................................................................17
BAB III KESIMPULAN..................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................19

iv
BAB I

PENDAHULUAN

Benda asing esofagus adalah benda yang tajam maupun tumpul atau makanan yang
tersangkut dan terjepit di esofagus karena tertelan, baik secara sengaja maupun tidak sengaja.
Peristiwa tertelan dan tersangkutnya benda asing merupakan masalah utama pada anak usia 6
bulan sampai 6 tahun dan dapat terjadi pada semua umur pada tiap lokasi di esofagus, baik di
tempat penyempitan fisiologis maupun patologis dan dapat pula menimbulkan komplikasi
fatal akibat perforasi. Benda asing yang tersangkut pada esofagus biasanya ditemukan pada
tempat penyempitan fisiologi pada esofagus yaitu cincin krikofaringeal, persilangan antara
esofagus dan arkus aorta, persilangan esofagus dengan bronkus utama sinistra, dan sfingter
bawah.1,2

Gejala yang biasanya timbul seperti, disfagia, pirosis, odinofagi dan regurgitasi. Faktor
predisposisi antara lain belum tumbuhnya gigi molar untuk dapat menelan dengan baik,
koordinasi proses menelan dan sfingter laring yang belum sempurna pada kelompok usia 6
bulan sampai 1 tahun, retardasi mental, gangguan pertumbuhan dan penyakit-penyakit
neurologik lain yang mendasarinya. Pada orang dewasa tertelan benda asing sering dialami
oleh pemabuk atau pemakai gigi palsu yang telah kehilangan sensasi rasa (tactile sensation)
dari palatum, pada pasien gangguan mental dan psikosis.1,2

Angka kejadian tertelan benda asing mengakibatkan 1500 kematian di Amerika Serikat.
Sebanyak 80-90 % benda asing esofagus akan melewati saluran pencernaan selama 7-10 hari
tanpa komplikasi, sedangkan 10-20% sisanya membutuhkan tindakan endoskopi dan 1%
membutuhkan pembedahan. Sebanyak 75% benda asing saluran cerna berada di esofagus saat
terdiagnosis. Kasus benda asing esofagus di RSUP Mohammad Husein Palembang selama
periode Januari 2013 sampai dengan Desember 2015 didapatkan sebanyak 43 pasien dengan
rasio jenis kelamin laki laki dibanding perempuan 3:2. Usia termuda adalah 4 bulan dan
tertua adalah 79 tahun, dengan usia terbanyak dibawah 10 tahun. Jenis benda asing terbanyak
adalah uang logam 44,1%, gigi palsu 25,5% yang terdiri dari gigi palsu berkawat sebanyak 6
kasus, gigi palsu tak berkawat sebanyak 5 kasus. Benda asing organik atau impaksi makanan
sebanyak 7 kasus.1,2

1
Benda asing di esofagus merupakan kasus yang sering ditemui pada praktek sehari-hari
dan menjadi alasan kunjungan pasien. Benda asing yang tertelan merupakan salah satu
kegawatdaruratan bidang THT-KL yang tersering dan dapat ditemukan pada semua usia di
seluruh dunia. Oleh karena itu, kasus ini diangkat pada diskusi kasus mengenai benda asing
di esofagus.1,2

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi


2.1.1 Anatomi Esofagus
Esofagus merupakan struktur berbentuk tabung yang panjangnya sekitar 10 inci (25 cm),
ke atas melanjutkan diri sebagai pars laringea faring yang terletak setinggi vertebra servikalis
VI. Esofagus berjalan melalui diafragma setinggi vertebra torakalis X untuk bersatu dengan
lambung. Di dalam leher, esofagus terletak di depan kolumna vertebralis; di lateral dibatasi
oleh kelenjar tiroid; dan di anterior berhubungan dengan trakea dan nervus laringeus rekuren.
Di dalam toraks, esofagus berjalan ke bawah dan kiri melalui mediastinum superior dan
kemudian mediastinum posterior.1 Gambaran esofagus dapat dilihat pada Gambar 1.4

Gambar 1. Gambaran Esofagus.4

3
Pada plana sagital, esofagus terlihat konveks, mengkuti alur konveksitas tulang belakang.
Esofagus pada neonatus dimulai setinggi vertebra servikal IV-V sampai pada batas setinggi
vertebra torakal IX, dengan panjang bervariasi antara 8-10 cm. Pertumbuhan panjang esofagus
menjelang umur 1 tahun meningkat menjadi 12 cm, pada umur 5 tahun panjang esofagus
menjadi 16 cm dan setelah itu pertumbuhannya menjadi lambat, sehingga pada umur 15 tahun
hanya mencapai 19 cm.3
Esofagus umumnya dalam keadaan kolaps bila tidak terdapat makanan yang
melewatinya. Bentuk lumennya mirip dengan celah, yaitu dalam keadaan istirahat, tetapi pada
bagian bawah bentuk lumennya lebih menyerupai tabung. Diameter lumen esofagus bervariasi,
tergantung dari ada tidaknya bolus makanan atau cairan yang melaluinya. Pada keadaan
istirahat, diameter lumen esofagus sekitar 20 mm dan dapat bertambah menjadi 30 mm. Pada
area penyempitan ukuran lumen dapat berkurang sampai 13-16 mm. Diameter lumen paling
besar didapatkan pada muara esofagus dengan lambung. 5
Hubungan Esofagus dengan Struktur Sekitar

Anterior: Trakea dan nervus laringeus rekuren sinistra; bronkus prinsipalis sinister yang
menyempitkan esofagus; dan perikardium yang memisahkan esofagus dari atrium
sinistrum.

Posterior: Korpus vertebra torakalis; duktus torakalis; vena azigos; arteri interkostal
posterior dekstra; dan pada ujung bawahnya aorta torakalis.

Sisi kanan: Pars mediastinalis pleura parietalis dan bagian terminal vena azigos.

Sisi kiri: Arteri subklavia sinistra, arkus aorta, duktus torakalis, dan pars mediastinalis
pleura parietalis.3

Di dalam abdomen esofagus berjalan turun ke bawah sekitar inci (1,3 cm) dan

kemudian masuk ke lambung. Di anterior esofagus berhubungan dengan lobus sinistra hepatis
dan posterior dengan krus sinistrum diafragma. 3
Persarafan
Persarafan esofagus berasal dari dua sumber utama yaitu saraf parasimpatis nervus vagus
dan saraf simpatis dari serabut-serabut ganglia simpatis servikalis inferior, nervus torakal dan
splachnicus. Nervus vagus memberikan cabang-cabang nervus laringeus rekuren dekstra, naik
ke arah faring setelah menyilang dengan arteri subklavia sedangkan nervus laringeus sinistra
naik ke arah faring setelah menyilang dengan arkus aorta. Saraf ini memberikan inervasi
parasimpatis pada esofagus servikalis dan sfingter esofagus atas dan juga serabut-serabut otot
esofagus torakalis. Badan sel serabut saraf ini dalam bagian-bagian rostral nucleus ambiquus,
mencapai esofagus melalui cabang-cabang n. vagus sendiri dan cabang-cabang n. laringeus
rekuren. Sinapsis serabut ini dalam dinding esofagus pada ganglia pleksus submukosal

4
Meissner dan pleksus mienterik Auerbach yang terletak di antara lapisan otot sirkuler sebelah
dalam dan lapisan otot longitudinal sebelah luar. Dari badan-badan sel ini muncul serabut-
serabut pendek postganglionik untuk menginervasi serat otot. 3
Badan sel serabut motorik simpatis preganglionik terdapat dalam dalam kolumna medula
spinalis lateral segmen torakal II-VI (terutama segmen torakal V dan VI). Serabut keluar
melalui radiks anterior, mencapai trunkus simpatikus melalui rami communicantes. Kemudian
naik ke atas ke ganglia servikal di mana serabut-serabut bersinapsis. Dari ganglia ini, serabut
postganglionik turun ke dalam toraks dekat dekat dengan nervus kardia superior, medius dan
inferior untuk bergabung dengan pleksus kardia dan mencapai esofagus tanpa sinapsis.
Beberapa serabut simpatis mengambil jalan pintas ke esofagus melewati ganglia torakal II-VI. 3
Vaskularisasi
Pada bagian servikal, vaskularisasi esofagus diperoleh dari arteri tiroidea inferior cabang
trunkus tiroservikalis arteri subklavia sinistra, bagian torakal dari aorta torakal desendens, arteri
interkostal dan arteri-arteri cabang bronkial. Pada bagian abdomen diperoleh dari cabang-
cabang arteri gastrik sinistra dan arteri frenik inferior yang langsung dari aorta abdominalis atau
oleh pembuluh darah lain dari aorta atau asal celiac. Aliran vena esofagus bagian servikal
dialirkan ke dalam vena tiroid inferior, pada bagian torakal ke dalam sistem vena azigos dan
hemiazigos dan pada bagian abdominal ke dalam vena gastrik sinistra. 3
Drainase Kelenjar Getah Bening
Drainase kelenjar getah bening mengikuti pola aliran pembuluh darah. Pembuluh eferen
bagian servikal esofagus mengalir ke dalam kelompok nodus servikal profunda inferior dan
nodus paratrakeal. Pada bagian torakal pembuluh eferen mengalir ke dalam nodus mediastinal
posterior dan nodus trakeobronkial, sedang pada bagian abdominal melalui nodus gastrik.
Beberapa pembuluh limfatik dapat secara langsung mengalir melalui duktus torakalis. 3
Area Penyempitan Esofagus
Esofagus memiliki tiga area penyempitan yang dapat dilihat pada divisualisasikan
melalui endoskopi atau fluoroskopi. Penyempitan pertama adalah penyempitan krikofaring
(sfingter krikofaring) disebabkan oleh penekanan otot krikofaring dan kartilago krikoid.
Diameter transversal 23 mm dan anteroposterior 14-17 mm berjarak kira-kira 16 cm dari gigi
insisivus atas pada orang dewasa dan terletak setinggi vertebra servikal VI. Penyempitan kedua
terletak + 25 cm dari gigi seri atas bertepatan dengan persilangan antara arkus aorta dan cabang
bronkus utama sinistra, daerah ini dapat dapat terlihat pulsasi aorta. Penyempitan ketiga berada
di diafragma, tepatnya pada bagian distal yang disebut hiatus esofagus setinggi vertebra torakal
X-XI. Di sini esofagus terjepit oleh sfingter esofagus bawah (LES). Ketiga lokasi penyempitan
ini adalah lokasi tersering dari impaksi akibat benda asing. 5

5
Gambar 2. Lokasi penyempitan esophagus dan perkiraan jaraknya dari gigi seri (biru) dan lubang
hidung (merah).3

2.1.2 Fisiologi Esofagus


Fungsi primer esofagus adalah deglutation (proses menelan) sedang fungsi sekundernya
adalah sebagai drainase. Fungsi yang terakhir bertindak untuk mencegah aliran berlimpah ke
dalam laring dan membawa bolus makanan dan cairan ke dalam gaster dan usaha untuk
membersihkan kembali esofagus. Menelan dimulai ketika suatu bolus, atau gumpalan makanan
yang telah dikunyah atau encer, secara sengaja didorong oleh lidah ke belakang mulut menuju
faring. Tekanan bolus merangsang reseptor-reseptor tekanan faring, yang mengirim impuls
aferen ke pusat menelan yang terletak di medulla batang otak. Pusat menelan kemudian secara
refleks mengaktifkan dalam urutan yang sesuai otot-otot yang terlibat dalam proses menelan.
Dalam proses menelan secara keseluruhan akan terlibat secara berkesinambungan bagian
mulut, faring, laring dan esofagus yang dibagi dalam tiga fase yaitu fase oral, fase faring, dan
fase esofagus.6
a. Fase Oral
Perpindahan bolus makanan dan atau cairan dari mulut ke faring dan terjadi secara
sadar. Bolus makanan yang dibentuk dari makanan yang dikunyah bercampur dengan
liur bergerak dari rongga mulut melalui dorsum lidah ke orofaring akibat kontraksi otot
instrinsik lidah. Kontraksi m. levator veli palatini mengakibatkan rongga pada lekukan
dorsum lidah diperluas, palatum mole terangkat dan bagian atas di bidang posterior
faring akan terangkat pula (passavant’s Ridge). Bolus makanan akan terdorong ke

6
posterior karena lidah terangkat ke atas. Bersamaan dengan ini, terjadi penutupan
nasofaring sebagai akibat kontraksi m. levator veli palatini. Selanjutnya terjadi kontraksi
m. palatoglosus yang menyebabkan isthmus faucium tertutup, diikuti oleh kontraksi m.
palatofaring sehingga bolus makanan tidak akan berbalik ke rongga mulut. 6
b. Fase Faring
Pada fase ini terjadi perpindahan bolus makanan dan atau cairan dari faring ke
esofagus, terjadi secara refleks dan berlangsung singkat selama 1-2 detik. Ketika masuk
ke faring bolus makanan harus diarahkan ke dalam esofagus dan dicegah untuk masuk ke
lubang-lubang lain yang berhubungan dengan faring. Dengan kata lain, makanan harus
dijaga agar tidak masuk kembali ke mulut, masuk ke saluran hidung, atau masuk ke
trakea. Pada akhir fase oral, faring dan laring bergerak ke atas oleh kontraksi m.
stilofaring, m. salfingofaring, m. tirohioid, dan m. palatofaring. 6
Aditus laring tertutup oleh epiglotis, sedangkan ketiga sfingter laring yaitu plika
ariepiglotika, plika ventrikularis dan plika vokalis tertutup karena kontraksi
m.ariepiglotika, m. aritenoid transversus dan m.krikoaritenoid lateralis. Bersamaan
dengan ini terjadi penghentian aliran udara ke laring karena refleks yang menghambat
pernapasan, sehingga bolus makanan tidak akan masuk ke dalam saluran napas,
selanjutnya bolus makanan akan meluncur ke arah esofagus, karena valekula dan sinus
piriformis sudah dalam keadaan lurus.6
c. Fase Esofagus
Fase perpindahan bolus makanan dari esofagus ke gaster. Dalam keadaan istirahat
introitus esofagus selalu tertutup. Dengan adanya rangsangan bolus makanan pada akhir
fase faring, maka terjadi relaksasi m. krikofaring, sehingga introitus esofagus terbuka dan
bolus makanan masuk ke dalam esofagus. Setelah bolus makanan lewat, maka sfingter
akan berkontraksi lebih kuat melebihi tonus introitus esofagus pada waktu istirahat,
sehingga makanan tidak akan kembali ke faring. Dengan demikian refluks dapat
dihindari. Gerakan bolus makanan di esofagus bagian atas masih di pengaruhi oleh
kontraksi m.konstriktor faring inferior pada akhir fase faring. Selanjutnya bolus makanan
akan didorong ke distal oleh gerakan peristaltik esofagus dan efek tambahan gravitasi
bumi. Gerakan peristaltik dalam keadaan normal terdiri dari gerakan peristaltik primer
dan sekunder, Gerakan peristaltik primer adalah kelanjutan gerakan peristaltik dari
faring, sedang yang sekunder timbul akibat dari regangan esofagus oleh makanan yang
tertinggal sebagai akibat kegagalan. Gerakan peristaltik primer mendorong semua
makanan yang sudah masuk esofagus ke dalam gaster. 6
Esofagus dijaga di kedua ujungnya oleh sfingter. Sfingter adalah struktur otot
berbentuk cincin yang ketika tertutup, mencegah lewatnya sesuatu melalui saluran yang
dijaganya. Sfingter esofagus atas adalah sfingter faringoesofagus, dan sfingter esofagus
7
bawah adalah sfingter gastroesofagus. Dalam keadaan istirahat sfingter esofagus bagian
bawah selalu tertutup dengan tekanan rata-rata 8 mmHg lebih besar dari tekanan di
dalam gaster sehingga tidak akan terjadi regurgitasi isi gaster. Pada akhir fase esofagus,
sfingter ini akan terbuka secara refleks ketika dimulainya peristaltik esofagus servikal
untuk mendorong bolus makanan ke distal. Selanjutnya setelah bolus makanan lewat
maka sfingter ini akan menutup kembali. Proses menelan pada fase esofagus berlangsung
sekitar 5 – 10 detik.6
Sewaktu menelan, sfingter gastroesfagus tetap berkontraksi untuk
mempertahankan sawar antara lambung dan esofagus, mengurangi kemungkinan refluks
isi lambung yang asam ke dalam esofagus. Jika isi lambung akhirnya mengalir balik
meskipun terdapat sfingter maka keasaam isi lambung dapat mengiritasi esofagus,
menyebabkan rasa tak nyaman di esofagus yang dikenal sebagai heartburn. Sewaktu
gelombang peristalsis menyapu menuruni esofagus, sfingter gastroesofagus melemas
secara refleks sehingga bolus dapat masuk ke dalam lambung. Setelah bolus masuk ke
lambung, proses menelan tuntas dan sfingter gastroesofagus kembali berkontraksi. 6

2.2 Benda Asing Esofagus


2.2.1 Definisi
Benda asing esofagus adalah semua benda baik berupa bolus makanan atau benda tajam,
tumpul, maupun agen korosif yang tertelan, baik secara sengaja maupun tidak sengaja, yang
dapat menyebabkan perlukaan esophagus.1

2.2.2 Epidemiologi
Benda asing yang tertelan dan impaksi makanan di esofagus merupakan kasus yang
sering dijumpai. Menurut dokumentasi American Association of Poison Control Centers
(2000), dari 116.000 kasus tertelan benda asing 75% merupakan anak-anak. Jenis benda asing
adalah benda benda yang sering dijumpai di rumah seperti uang logam, mainan, magnet.
Sementara pada orang dewasa, impaksi makanan merupakan jenis benda asing yang sering
dijumpai pada orang dewasa, diperkirakan prevalensi 13 per 100.000. Terdapat 1500-1600
insidensi kematian per tahun akibat komplikasi yang terjadi karena adanya benda asing pada
esofagus di Amerika Serikat.7
Penelitian potong lintang oleh Hussain dkk, (2010)., pada 212 pasien dengan diagnosis
benda asing esophagus, didapatkan laki-laki sebanyak 63% dan perempuan 37%, usia
terbanyak <10 tahun (60,26%) dengan jenis benda asing terbanyak berupa uang logam
(55,6%),bolus daging (20,75%) dan gigi palsu (7,07%). 8 Penelitian di RS Prof Dr. R. D.
Kandaou Manado pada periode 2010 hingga 2014 mendapatkan 53 kasus benda asing esofagus.

8
Kelompok usia 0-10 tahun adalah kelompok usia terbanyak yaitu 17 kasus (32,7%). Rasio laki-
laki dan perempuan adalah 25:27. Benda asing tersering adalah gigi palsu 25 kasus (48,1%) dan
uang logam 18 kasus (34,6%). 9 Penderita dengan keluhan tertelan benda asing yang datang di
RSUP Mohammad Husein Palembang selama periode Januari 2013 sampai dengan Desember
2015 sebanyak 43 pasien dengan rasio jenis kelamin laki laki dibanding perempuan 3:2. Usia
termuda adalah 4 bulan dan tertua adalah 79 tahun, dengan usia terbanyak dibawah 10 tahun.
Jenis benda asing terbanyak adalah uang logam 44,1%, gigi palsu 25,5% yang terdiri dari gigi
palsu berkawat sebanyak 6 kasus, gigi palsu tak berkawat sebanyak 5 kasus. Benda asing
organik atau impaksi makanan sebanyak 7 kasus.10

2.2.3 Etiologi
Jenis benda asing yang tertelan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti usia dan
kultur.11 Benda asing dalam esofagus dapat terjadi pada semua golongan umur baik itu anak-
anak maupun orang dewasa, hampir 70 % dari penderita adalah anak-anak berusia antara 6
bulan dan 6 tahun dan yang mempunyai risiko tinggi atas kejadian ini adalah anak yang
berumur 14 bulan (fase oral) 4 dan 6 tahun (ketika gigi mulai tumbuh). Faktor predisposisi pada
anak antara lain belum tumbuhnya gigi molar untuk dapat mengunyah dengan baik, koordinasi
proses menelan dan sfingter laring yang belum sempurna pada kelompok usia 6 bulan sampai 1
tahun. Pada anak-anak, jenis benda asing yang tertelan bisa berupa benda yang mereka letakkan
di dalam mulut mereka.12

2.2.4 Klasifikasi
Secara umum benda asing di bagi menjadi 2 jenis yaitu benda asing endogen dan
benda asing eksogen. Benda asing endogen seperti sekret kental (bronkolit), darah atau
bekuan darah, mekonium, proses perkejuan, krusta, nanah, dan membran difteri. Benda
asing eksogen yaitu benda padat, cair, dan gas.13
Benda asing esofagus dapat diklasifikasikan sebagai bolus makanan atau benda
asing sejati yang tidak dimaksudkan untuk dikonsumsi. Benda asing sejati dibagi lagi
menjadi benda tumpul seperti koin, benda tajam / runcing, dan lain-lain. Delapan puluh
persen dari benda asing sejati yang tertelan terjadi pada anak-anak, di mana hingga
40% tanpa ada saksi. Koin adalah benda yang paling sering tertelan oleh anak-anak.
Benda lain yang sering dijumpai pada anak-anak termasuk mainan kecil, kunci, krayon,
kelereng, batu, dan peniti. Orang dewasa jauh lebih kecil kemungkinannya daripada
anak-anak untuk menelan benda asing sejati, kecuali dalam kelompok berisiko tinggi

9
tertentu. Klasifikasi benda asing menurut European Society of Gastrointestinal
Endoscopy (ESGE) tercantum dalam Tabel 1.13
Tabel 1. Klasifikasi benda asing yang tertelan menurut European Society of Gastrointestinal Endoscopy (ESGE)

Tipe Contoh
Benda tumpul Benda bulat: koin, kancing, mainan
Baterai, magnet
Benda berujung tajam Benda tajam: jarum, tusuk gigi, tulang, peniti, potongan kaca
Benda tajam ireguler: sebagian gigi palsu, pisau cukur
Benda panjang Benda lunak: tali, kawat
Benda keras: sikat gigi, alat makan, obeng, pena, pensil
Bolus makanan Dengan atau tanpa tulang
Lainnya Paket obat-obatan terlarang
Berdasarkan penelitian Siti tahun 2015, jenis benda asing tersering yang
ditemukan pada benda asing esofagus adalah gigi palsu sebanyak 25 kasus. 14
Sedangkan urutan kedua terbanyak adalah uang logam sebanyak 18 kasus. Benda asing
ini dapat tersangkut di esofagus karena kecerobohan saat makan, saat bicara, atau saat
tertawa yang menyebabkan benda asing dapat tertelan. Gigi palsu yang tertelan juga
bisa diakibatkan karena makanan yang keras, mengunyah makanan dengan terlalu
cepat, serta ketidakpatuhan untuk memeriksakan gigi palsu ke dokter gigi. Sebuah studi
di Nigeria tentang kasus gigi palsu esofagus menyimpulkan bahwa kebanyakan pasien
gigi palsu dalam esofagus di Afrika, memiliki riwayat tidak pernah memeriksakan gigi
palsunya ke dokter gigi sejak awal pemasangan gigi palsu. Koin adalah benda asing
yang paling umum ditelan pada kelompok usia anak. Kurang perhatiannya orang tua
dalam mengawasi anak dalam bermain merupakan faktor resiko yang paling
penting.13,14

2.2.5 Patofisiologi
Terdapat 3 area yang menyempit pada esofagus yaitu:1
1. Sfingter esofagus bagian atas / upper esophageal sphincter (UES) yang
mencakup otot cricopharyngeus
2. Esofagus tengah tempat esofagus bersilangan di atas lengkung aorta
3. Sfingter esofagus bagian bawah / lower esophageal sphincter (LES).
Pada anak-anak, kisaran 74% benda asing terperangkap di tingkat UES
sedangkan pada orang dewasa, kisaran 68% dari obstruksi terjadi di esofagus distal dan
hal ini terkait dengan adanya kelainan anatomis dari esofagus.1
Bila terjadi inkarserata pada esofagus torakal atau pada tempat yang lebih di
bawah, perlu dipikirkan adanya gangguan esofagus yang mendasari. Sebaliknya bila
10
terjadi impaksi makanan pada esofagus bagian tengah atau bawah, hal ini mungkin
disebabkan oleh adanya lesi esofagus atau adanya gangguan motorik. Berbagai kondisi
yang dapat mendasari terjadi benda asing esofagus antara lain; refluks esofagitis yang
disertai striktur, stenosis pascaoperasi, web, Schatzki rings, hernia hiatal,
kardioakalasia, karsinoma, divertikulum dan gangguan motorik.1,15
Tiga jenis khusus dari benda asing tertelan dengan risiko komplikasi yang lebih
tinggi adalah baterai kancing (juga disebut baterai "disk" atau "koin"), magnet multipel,
dan benda dengan ujung yang tajam. Baterai alkali mempunyai toksisitas intrinsic local
dan sistemik dengan reaksi edema dan inflamasi local. Benda asing yang berada lama
di esofagus dapat menimbulkan berbagai komplikasi, antara lain jaringan granulasi
yang menutupi benda asing, radang periesofagus. Benda asing tertentu seperti baterei
alkali mempunyai toksisitas intrinsik lokal dan sistemik dengan reaksi edema dan
inflamasi lokal, terutama bila terjadi pada anak-anak.1,15

2.2.6 Faktor Predisposisi


Faktor yang mempermudah terjadinya aspirasi benda asing ke dalam saluran
napas antara lain:1
1. faktor personal yaitu usia, jenis kelamin, pekerjaan, kondisi sosial, dan tempat
tinggal.
2. faktor fisik yaitu kelainan struktur esofagus dan penyakit neurologik.
3. Proses menelan yang belum sempurna pada anak
4. Faktor dental yaitu tindakan bedah gigi, ekstraksi gigi, belum tumbuhnya gigi
molar pada anak berusia < 4 tahun.
5. Faktor kejiwaan yaitu emosi dan gangguan psikis
6. Ukuran dan bentuk serta sifat benda asing

2.2.7 Manifestasi klinis


Gejala sumbatan benda asing di dalam saluran napas tergantung pada lokasi
benda asing, derajat sumbatan (total atau sebagian) sifat, bentuk, dan ukuran benda
asing. Benda asing yang masuk melalui hidung dapat tersangkut di hidung, nasofaring,
laring, trakea, dan bronkus. Benda yang masuk melalui mulut dapat terhenti di
orofaring, hipofaring, tonsil, dasar lidah, sinus piriforis, esofagus, atau dapat juga
tersedak masuk ke laring, trakea, dan bronkus.1

11
Terdapat 3 stadium saat seseorang mengalami aspirasi. Stadium pertama
merupakan gejala permulaan, yaitu batuk-batuk hebat secara tiba-tiba (violent
paroxysms of coughing), rasa tercekik (choking), rasa tersumbat di tenggorok
(gagging,) bicara gagap (sputtering) dan obstruksi jalan napas yang terjadi dengan
segera. Pada stadium kedua, gejala stadium permulaan diikuti dengan interval
asimtomatik. Hal ini karena benda asing tersebut tersangkut, refleks-refleks akan
melemah dan gejala rangsangan akut menghilang. Stadium ini berbahaya, sering
menyebabkan keterlambatan diagnosis atau cenderung mengabaikan kemungkinan
aspirasi benda asing karena gejala dan tanda tidak jelas. Pada stadium ketiga, telah
terjadi gejala komplikasi dengan obstruksi, erosi atau infeksi sebagai akibat reaksi
terhadap benda asing, sehingga timbul batuk-batuk, hemoptisis, pneumonia, dan abses
paru.1

2.2.8 Diagnosis
Dalam menegakkan diagnosis benda asing esofagus, dilakukan anamnesis,
pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang meliputi radiologik dan endoskopik.
Tindakan endoskopi dilakukan untuk tujuan diagnostik dan terapi.1
a) Anamnesis
Diagnosis tertelan benda asing harus dipertimbangkan pada setiap anak
dengan riwayat rasa tercekik (choking), rasa tersumbat di tenggorok (ganging),
batuk, dan muntah yang diikuti dengan disfagia, berat badan menurun, demam,
dan gangguan napas.1
Pada orang dewasa, sindrom penetrasi hampir selalu terjadi, kecuali pada
pasien psikiatrik dan pemakai obat-obatan, dengan gambaran adanya gangguan
menelan yang disertai dengan nyeri faring dan esofagus, terkadang disertai
dengan batuk, tersedak, muntah dan hematemesis. Bila sindrom ini tidak terdapat
pada orang dewasa perlu dicurigai adanya kondisi-kondisi faringoesofagus yang
abnormal. Inkarserata yang disebabkan oleh benda asing memberikan sensasi
nyeri yang biasanya dirasakan pada insisura jugularis bagian bawah, yang secara
konstan meluas bila ada gerakan menelan. Keluhan yang sama juga dirasakan bila
benda asing mencapai lambung, setelah melewati pasase faringesofagus, akibat
adanya perlukaan pada esofagus. Afagia total yang disertai sialorhoe dapat terjadi
bila terjadi obstruksi total lumen esofagus yang biasanya disebabkan oleh impaksi

12
daging makanan. Batuk atau tersedak yang diikuti oleh adanya dispepsia persisten
biasanya disebabkan oleh benda asing yang berukuran besar. Keluhan yang
dirasakan penderita tidak selamanya berhubungan dengan posisi aktual benda
asing dalam esofagus, contohnya bila keluhan dirasakan pada regio servikal
lateral, posisi benda asing biasanya terletak pada bagian atas krikofaring.
Inervasi faringeal oleh nervus vagus dan nervus glossofaringeus tampaknya
berperan dalam menimbulkan sensasi tersebut.16
b) Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, didapatkan kekakuan lokal pada leher bila benda
asing terjepit akibat edema yang timbul progresif. Bila benda asing ireguler
menyebabkan perforasi akut, didapatkan tanda pneumo-mediastinum, emfisema
leher dan pada auskultasi terdengar suara getaran di daerah prekordial atau
interskapular. Bila terjadi mediastinitis, tanda efusi pleura unilateral atau bilateral
dapat dideteksi. Perforasi langsung ke rongga pleura dan pneumotoraks jarang
terjadi, namun dapat timbul sebagai komplikasi dari tindakan endoskopi. 1 Selain
itu, dapat dilakukan pemeriksaan faringolaringoskopi untuk melihat benda asing
hipofaring, retensi air liur, dan edema pada regio aritenoid. Palpasi regio servikal
juga perlu dilakukan untuk mengetahui adanya emfisema subkutan, kekenyalan
regio jugular, dan nyeri. Dapat juga dilakukan auskultasi kardiopulmoner, palpasi
abdomen, dan pengukuran suhu tubuh.7
Pada anak, gejala nyeri atau batuk dapat disebabkan oleh aspirasi dari air
liur atau minuman dan pada pemeriksaan fisik didapatkan ronki, mengi, demam,
abses leher atau tanda-tanda emfisema subkutan. Selain itu, bisa didapatkan
tanda-tanda lanjut seperti berat badan menurun dan gangguan pertumbuhan.
Benda asing yang berada di daerah servikal esofagus dan di bagian distal
krikofaring, dapat menimbulkan gejala obstruksi saluran nafas dengan bunyi
stridor, karena menekan dinding trakea bagian posterior, dan edema periesofagus.
Gejala aspirasi rekuren akibat obstruksi esofagus sekunder dapat menimbulkan
pneumonia, bronkiektasis, dan abses paru.1
c) Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang benda asing esofagus meliputi pemeriksaan
radiologi dan pemeriksaan endoskopi. Pemeriksaan radiologi dapat berupa foto
rontgen polos esofagus servikal dan torakal anteroposterior dan lateral, harus

13
dibuar pada semua pasien yang diduga tertelan benda asing. Benda asing
radioopak seperti uang logam, mudah diketahui lokasinya dan harus dilakukkan
foto ulang sesaat sebelum tindakan esofagoskopi untuk mengetahui kemungkinan
benda asing sudah pindah ke bagian distal. Letak uang logam umumnya koronal
maka hasil foto rongen akan dijumpai bayangan radioopak berbentuk bundar,
sedangkan pada pasien lateral berupa garis radiooopak yang sejajar dengan
kolumna vetebralis. Benda asing seperti tulang, kulit, telur, dan lainnya
cenderung berada pada posisi koronal esofagus, sehingga akan lebih mudah
dilihat pada posisi lateral. Benda asing seperti plastik aluminium dapat diketahui
dengan tanda inflamasi periesofagus atau hiperinflmasi hipofaring dan esofagus
bagian proksimal. Gambaran radiologik benda asing batu baterai menunjukkan
pinggir bulat dengan gambaran densitas ganda, karena berbentuk bilaminer.
Selain itu, foto rontgen toraks dapat menunjukkan gambaran perforasi esofagus
dengan emfisema servikal, emfisema mediastinal, pneumotoraks, pyotoraks,
mediastinitis, serta aspirasi pneumonia.1
Foto polos sering tidak menunjukkan gambaran benda asing, misalnya
daging dan tulang ikan, sehingga diperlukan pemeriksaan esofagus dengan
kontras (esofagogram). Esofagogram pada benda asing radiolusen akan
memperlihatkan “filling defect persistent”. Pemeriksaan esofagus dengan kontras
sebaiknya tidak dilakukan pada benda asing radioopak karena densitas benda
asing biasanya sama dengan zat kontras, sehingga akan mengganggu visualisasi.
Risiko lain adalah terjadi aspirasi bahan kontras. Bahan kontras barium lebih baik
daripada zat kontras yang larut di air (water soluble contrast), seperti
Gastrografin, karena sifatnya kurang toksik terhadap saluran napa, sedangkan
Gastrografin bersifat mengiritasi paru. Pemeriksaan dengan CT scan esofagus
dapat menunjukan gambaran inflamasi jaringan lunak dan absens. MRI
(Magnetic resonance imaging) dapat menunjukan gambaran semua keadaan
patologik esofagus.1

2.2.9 Tatalaksana
Benda asing di esofagus dikeluarkan dengan tindakan esofagoskopi dengan
menggunakan cunam yang sesuai dengan benda asing tersebut. Bila benda asing telah

14
berhasil dikeluarkan harus dilakukan esofagoskopi ulang untuk menilai adanya
kelainan-kelainan esofagus yang telah ada sebelumnya. Benda asing tajam yang tidak
berhasil dikeluarkan dengan esofagoskopi harus segera dikeluarkan dengan
pembedahan, yaitu servikotomi, torakotomi atau esofagotomi, tergantung lokasi benda
asing tersebut. Bila dicurigai adanya perforasi yang kecil segera dipasang pipa
nasogaster agar pasien tidak menelan, baik makanan maupun ludah dan diberikan
antibiotika berspektrum luas selama 7-10 hari untuk mencegah timbulnya sepsis.1
Benda asing tajam yang telah masuk ke dalam lambung dapat menyebabkan
perforasi di pylorus. Oleh karena itu perlu dilakukan evaluasi dengan sebaik baiknya,
untuk mendapatkan tanda perforasi sedini mungkin dengan melakukan pemeriksaan
radiologik untuk mengetahui posisi dan perubahan letak benda asing. Bila letak benda
asing menetap selama 2 kali 24 jam maka benda asing tersebut harus dikeluarkan secara
pembedahan (laparatomi).1
Benda asing uang logam di esofagus bukan keadaan gawat darurat, namun uang
logam tersebut harus dikeluarkan sesegera mungkin dengan persiapan tindakan
esofagoskopi yang optimal untuk mencegah komplikasi.1
Benda asing baterai bundar (disk/button battery) di esofagus merupakan benda
yang harus segera dikeluarkan karena risiko perforasi esofagus yang terjadi dengan
cepat dalam waktu ±4 jam setelah tertelan akibat nekrosis esofagus.1

15
Gambar 3. Algoritma tatalaksana benda asing esofagus.17

2.2.10 Komplikasi
Benda asing dapat menimbulkan laserasi mukosa, perdarahan, perforasi lokal
dengan abses leher atau mediastinitis. Perforasi esofagus dapat menimbulkan selulitis
lokal, fistel trakeoesofagus. Benda asing bulat atau tumpul dapat juga menimbulkan
perforasi, sebagai akibat sekunder dari inflamasi kronik dan erosi. Jaringan granulasi di
sekitar b-enda asing timbul bila benda asing berada di esofagus dalam waktu yang
lama.
Gejala dan tanda perforasi esofagus servikal dan torakal oleh karena benda asing
atau alat, antara lain emfisema subkutis atau mediastinum, krepitasi kulit di daerah
leher atau dada, pembengkakan leher, kaku leher, demam dan menggigil, gelisah, nadi
dan pernapasan cepat, nyeri yang menjalar ke punggung, retrosternal dan epigastrium.
Bila terjadi perforasi ke pleura dapat timbul pneumotoraks atau pyotoraks.1

16
2.2.11 Prognosis
Prognosis benda asing esofagus berkisar 80% hingga 90% benda asing yang
tertelan akan lewat secara spontan dalam 3 hingga 7 hari, 10-20% sisanya akan
memerlukan intervensi endoskopi, dan 1 % akan membutuhkan intervensi bedah.
Anak-anak dengan cedera kerongkongan dari baterai bundar perlu tindak lanjut jangka
pendek dan jangka panjang untuk mencari komplikasi yang berkaitan dengan erosi atau
perforasi dan penyempitan kerongkongan.15

17
KESIMPULAN

Benda asing yang tertelan merupakan salah satu kegawatdaruratan bidang THT-
KL pada semua usia di seluruh dunia dengan berbagai manifestasi klinis seperti rasa
tercekik (choking), tersumbat di tenggorok (gagging), batuk, dan muntah yang diikuti
dengan disfagia, demam, dan gangguan napas.
Dalam menegakkan diagnosis benda asing esofagus dilakukan anamnesis,
pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang meliputi radiologik dan endoskopik.
Dari anamnesis didapatkan adanya riwayat tersedak disertai rasa tercekik dan tersumbat
di tenggorokan. Pada pemeriksaan fisik, didapatkan kekakuan lokal pada leher bila
benda asing terjepit akibat edema yang timbul progresif. Pemeriksaan radiologi berupa
foto rontgen polos esofagus servikal dan torakal anteroposterior dan lateral.
Benda asing di esofagus dikeluarkan dengan tindakan esofagoskopi dengan
menggunakan cunam yang sesuai dengan benda asing tersebut. Bila benda asing telah
berhasil dikeluarkan harus dilakukan esofagoskopi ulang untuk menilai adanya
kelainan-kelainan esofagus yang telah ada sebelumnya. Benda asing tajam yang tidak
berhasil dikeluarkan dengan esofagoskopi harus segera dikeluarkan dengan
pembedahan, yaitu servikotomi, torakotomi atau esofagotomi, tergantung lokasi benda
asing tersebut. Bila dicurigai adanya perforasi yang kecil segera dipasang pipa
nasogaster agar pasien tidak menelan, baik makanan maupun ludah dan diberikan
antibiotika berspektrum luas selama 7-10 hari untuk mencegah timbulnya sepsis.
Benda asing dapat menimbulkan laserasi mukosa, perdarahan, perforasi lokal
dengan abses leher atau mediastinitis. Perforasi esofagus dapat menimbulkan selulitis
lokal, fistel trakeoesofagus.
Kisaran 80% hingga 90% benda asing yang tertelan akan lewat secara spontan
dalam 3 hingga 7 hari, 10-20% sisanya akan memerlukan intervensi endoskopi, dan 1
% akan membutuhkan intervensi bedah.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Yunizaf, M. Benda Asing di Esofagus. Dalam: Soepardi, E., Iskandar, N., Bashiruddin,
J., Restuti, R. Telinga hidung tenggorok kepala dan leher. Edisi . Jakarta: Balai penerbit
FKUI; 2017. 264-67
2. Wallah IP, Mengko SK, Tumbel REC. Benda Asing Faring Esofagus di Bagian/KSM
THT-KL RSUP Prof. R. D. Kandou Manado Periode Januari 2014 – Desember 2016.
Jurnal e-Clinic (eCl). 2017;5(2): 310-18
3. Snell RS, editor. Clinical anatomy. 9th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2012.
4. Paulsen F, Waschke J, editors. Sobotta Clinical Atlas of Human Anatomy. Vol 2. 15th ed
volume, New York: Urban & Fischer; 2011.
5. Solowski N, Lintzenich CR, Postma GN. Esophagology. In: Wackym PA, Snow JB, editors.
Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery. 18th ed. Connecticut: People's Medical
Publishing House;2018.p.1267-78.
6. Sherwood, L. editor. Fundamentals of Human Physiology. 4th ed. Pacific Groove: Brooks Cole
Pub Co. 2011.
7. Ekim H. Management of esophageal foreign bodies: A report on 26 patients and literature
review. East J Med. 2010;15.p.21-5.
8. Hussain G, Iqbal M, Hussain M, Ali S. Esophageal foreign bodies: an experience with rigid
esophagoscope. GJMS. 2010;8(2).p.218-20.
9. Marasabessy SN, Mengko SK, Palandeng OI. Benda Asing Esofagus di Bagian/SMF THT-KL
BLU RSUP Prof. Dr. RD Kandoi Manado Periode Januari 2010 – Desember 2014. e-CliniC.
2015;3(1).p.376-80.
10. Zuleika P, Ghanie A. Penatalaksanaan Enam Kasus Aspirasi Benda Asing Tajam di Saluran
Trakheobronkial. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan. 2016;3(1).p.411-20.
11. Ratcliff MK. Esophageal Foreign Bodies. American Family Physician. 1991;4(3).p.824-931.
12. Ambe P, Weber S, Scauer M, Knoefel WT. Swallowed Foreign Bodies in Adult. Dtsch Arztebl
Int. 2012;109(50).p.869-75.
13. Birk M, Bauerfeind P, Deprez PH, Häfner M, Hartmann D, Hassan C, Hucl T, Lesur G,
Aabakken L, Meining A. Removal of foreign bodies in the upper gastrointestinal tract
in adults: European Society of Gastrointestinal Endoscopy (ESGE) Clinical Guideline.
Endoscopy. 2016 May;48(05):489-96.

19
14. Mahardika,P. dan Asthuta, A. Karakteristik Pasien Benda Asing Esofagus Di RSUP
Sanglah Dari Tahun 2013-2015. Bagian THT-KL Fakultas Kedokteran Universitas Sam
Ratulangi Manado. 2015;1(3):5
15. Schaefer TJ, Trocinski D. Esophagial Foreign Body. [Updated 2020 Apr 27]. In:
StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020.
16. Kolegium Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok bedah Kepala dan Leher. 2008.
Buku Modul Utama, Modul Esofagus Benda Asing Edisi I. Kolegium Ilmu Kesehatan
THT-KL, hal. 17.
17. Long, B., Koyfman, A. & Gottlieb, M. Esophageal Foreign Bodies and Obstruction in
the Emergency Department Setting: An Evidence-Based Review. 2019;56(5); 499-511
p.

20

Anda mungkin juga menyukai