Oleh:
Pembimbing:
dr. Prima Maya Sari, Sp.M
Judul Kasus
Oleh:
Nabilla Oktavia Kesumadanoe, S. Ked 04084821921141
Laporan kasus ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas dalam mengikuti
Kepaniteraan Klinik di Bagian Mata RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya periode 20 Mei s.d 24 Juni 2019.
2
STATUS PASIEN
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. Rosida
Tanggal lahir : 20 Maret 1954 (65 tahun)
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Bangsa : Indonesia
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Alamat : Jln. Kapten Robani Kadir, Palembang
Tanggal Pemeriksaan : 28 Mei 2019
3
melihat dalam terowongan (-), pandangan ganda (-),seperti melihat benda
berterbangan (-), dan seperti melihat tirai (-).
3. Pemeriksaan Fisik
a. Status Generalis
Keadaan umum : baik
Kesadaran : compos mentis
Tekanan darah : 150/80 mmHg
Nadi : 80 kali/menit regular, isi dan tegangan cukup
Frekuensi napas : 20 kali/menit
Suhu : tidak dilakukan
Status gizi : baik
b. Status Oftalmologikus
Visus - 1/60
4
Tekanan - P=N+0
intraokular
KBM orthophoria
GBM 0
0 0 0
0 0 0
0
0 0 0 0
Palpebra
Superior Tenang Tenang
Inferior Tenang Melengkung ke dalam
Konjungtiva - Tenang
Kornea - Jernih
BMD - Sedang
Iris - Gambaran baik
Pupil - Bulat, Central, Refleks
cahaya (+), diameter 3 mm
Lensa - Keruh, ST (-)
Refleks - Tidak dapat dinilai
Fundus
Papil - Tidak dapat dinilai
Makula - Tidak dapat dinilai
Retina - Tidak dapat dinilai
4. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Slit lamp
Pemeriksaan visus
Topografi kornea
Pemeriksaan Shadow Test
5
5. Diagnosis Banding
Katarak Senilis Matur OS + Trikiasis OS
6. Diagnosis Kerja
Katarak Senilis Matur OS dengan Entropion Involusion OS
7. Tatalaksana
a. Katarak
1) KIE
Menjelaskan pada pasien dan keluarga bahwa keluhan mata kabur
pada pasien disebabkan oleh katarak yang timbul dipengaruhi
oleh faktor usia.
Menjelaskan kemungkinan rencana terapi yang akan dilakukan
yaitu terapi pembedahan berupa ektraksi lensa dan akan dipasang
lensa baru.
2) Non farmakologi
Rujuk ke dokter spesialis mata untuk dilakukan pemeriksaan lebih
mendalam dan dilakukan tindakan pembedahan sesuai indikasi.
Konsul ke dokter spesialis penyakit dalam (untuk penatalaksanaan
Diabetes Mellitus dan hipertensi).
b. Entropion
1) KIE
Menjelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa keluhan pada
pasien mengenai seperti ada yang menusuk-nusuk itu disebabkan
oleh margo palpebra melipat kearah dalam sehingga bulu mata
disekitarnya menggeser jaringan konjungtiva dan kornea. Hal ini
dapat dipengaruhi oleh faktor usia.
Menjelaskan kepada pasien bahwa sebelum operasi katarak, harus
dilakukan epilasi.
6
2) Farmakologi
Artificial tears (Cendo Lyteers (Kalium Chloride 0.8 g/ml +
Sodium Chloride 4.4 mg/mL) 6x1 tetes per hari OS)
Litrol 6x1 tetes per hari OS
3) Non Farmakologi
Rujuk ke dokter spesialis mata untuk dilakukan tindakan
pembedahan.
8. Prognosis
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
7
ANALISIS KASUS
Ny. Rosidah usia 65 tahun datang dengan keluhan utama pandangan mata
kiri kabur sejak 1 tahun yang lalu. Keluhan diikuti dengan penglihatan seperti
berasap dan kabut. Pandangan kabur dirasakan terus menerus sepanjang hari, saat
melihat dekat ataupun jauh. Mata kiri pasien terkadang gatal, terkadang berair,
dan silau, tidak ada penglihatan ganda, tidak ada pandangan seperti melihat
pelangi atau terowongan. Pasien mengatakan lebih jelas melihat jika berada di
tempat yang redup.
Selain keluhan masalah penglihatan, pasien juga mengeluh mata kiri terasa
terkadang gatal dan berair serta terasa seperti ada benda yang menusuk-nusuk.
Keluhan dirasakan baru dalam beberapa bulan terakhir.
Pada pemeriksaan status generalis didapatkan keadaan umum tampak baik,
kesadaran compos mentis, tekanan darah 150/80 mmHg, Nadi 80x/menit,
Respiratory rate 20x/menit, dan status gizi baik. Pada pemeriksaan oftalmologi
didapatkan visus mata kiri 1/60. Lensa tampak keruh dan shadow test (-) pada
mata kiri. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk mendukung
diagnosis kasus ini adalah pemeriksaan slit lamp, tonometri, pemeriksaan refraksi,
dan pemeriksaan Shadow Test.
Dari anamnesis didapatkan bahwa sejak ± 1 tahun yang lalu, pasien
mengeluh pandangan mata kiri kabur dan melihat seperti berkabut atau berasap.
Keluhan diikuti dengan silau (+) dan pasien merasa lebih jelas melihat jika berada
ditempat yang redup. Keluhan kadang merasa gatal (+), kadang berair (+),mata
nyeri saat melihat sinar (+), mata merah (-),rasa panas pada mata (-), kotoran mata
(-), sekret (-), sulit membuka dan menutup mata (-), benjolan pada kelopak mata (-
), seperti melihat dalam terowongan (-), pandangan ganda (-),seperti melihat
benda berterbangan (-), dan seperti melihat tirai (-).
Dari hasil anamnesis, didapatkan kemungkinan pasien menderita katarak.
Katarak adalah kekeruhan pada lensa. Katarak senilis adalah semua kekeruhan
lensa yang terjadi pada usia lanjut, yaitu usia di atas 50 tahun. Gejala klinis dari
katarak senilis adalah penglihatan yang berangsur-angsur memburuk atau
8
berkurang dalam beberapa bulan atau tahun. Silau juga merupakan salah satu
masalah pada katarak senil, keluhannya yaitu berupa silau di tempat terang atau
apabila sedang mengendarai kendaraan dan menghadapi sinar yang datang di
malam hari.
Pasien mengeluh muncul selaput di kedua mata sejak ±30 tahun yang lalu.
Pada pemeriksaan yang dilakukan pada kedua mata pasien didapati jaringan
fibrovaskular dari arah nasal ke arah kornea dengan puncak melewati limbus
kornea tetapi tidak lebih dari 2 mm melewati kornea pada mata kanan, dan
terdapat jaringan fibrovaskuler dengan puncak mencapai tepi pupil pada mata kiri.
Jaringan tersebut awalnya timbul dengan ukuran kecil. Namun makin lama,
jaringan tersebut makin melebar. Pasien mengeluhkan rasa mengganjal di kedua
mata. Pasien juga mengeluhkan mata merah, gatal dan mudah berair saat terpapar
sinar matahari. Pasien mengaku bekerja sebagai pegawai swasta yang sering
bekerja di luar ruangan. Pasien sering terpapar polusi udara dan cuaca yang panas
dan kering. Pasien tidak menggunakan kaca mata pelindung sinar matahari saat
berada di luar rumah.
Pasien memiliki riwayat hipertensi dan diabetes mellitus yang terdiagnosis
sejak 1 tahun yang lalu. Dari pemeriksaan fisik umum didapatkan tekanan darah
210/100 mmHg. Pada status oftalmologis didapatkan visus mata kanan 6/60 dan
mata kiri 6/60. Lensa mata kanan dan kiri pasien tampak keruh.
Diagnosis pasien ditegakkan dari anamnesis dan pemeriksaan oftalmologis.
Berdasarkan anamnesis, pasien sering terpapar debu dan tidak menggunakan
kacamata pelindung sinar matahari saat di luar rumah. Dari pemeriksaan
oftalmologi tampak jaringan fibrovaskular dari arah masal pada kedua mata.
9
Puncak jaringan fibrovaskular pada mata kanan berada di antara limbus dan pupil,
sedangkan pada mata kiri, puncak sudah mencapai pinggiran pupil tetapi belum
melewati pinggiran pupil. Selain itu, kekeruhan pada lensa mata dapat
dihubungkan dengan usia pasien dan riwayat Diabetes Mellitus. Hasil
pemeriksaan lensa berupa Shadow Test memberikan hasil positif pada kedua
mata. Dari penjabaran di atas, dapat dipikirkan kemungkinan diagnosis pterygium
nasalis grade II OD dan grade III OS dengan diagnosis banding pseudopterigium
ODS, disertai katarak senilis imatur ODS.
Pterygium merupakan pertumbuhan fibrovaskular berbentuk segitiga yang
meluas dari konjungtiva menuju kornea. Pterygium dapat berasal dari arah nasal
ataupun temporal. Penyebab terjadinya pterygium belum dapat dipastikan, namun
terdapat beberapa faktor risiko yang mungkin menyebabkan pertumbuhan
fibrovaskular tersebut, antara lain: sinar ultraviolet, pollutants (debu, asap, angin),
inflamasi, dan permukaan kornea yang kering. Penderita dapat tidak memberikan
keluhan atau dapat mengeluhkan mata merah, iritasi, astigmatisme, dan penurunan
visus bila pterygium sudah menutupi pupil.
Derajat pertumbuhan pterigium ditentukan berdasarkan bagian kornea yang
tertutup oleh pertumbuhanp terigium, dan dapat dibagi menjadi 4 (Gradasi klinis
menurut Youngson):
Grade I : Jika pterigium hanya terbatas pada limbus kornea
Grade II : Jika pterigium sudah melewati limbus kornea tetapi tidak
lebih dari 2 mm melewati kornea
Grade III : Jika pterigium sudah melebihi derajat dua tetapi tidak
melebihi pinggiran pupil mata dalam keadaan cahaya normal (diameter
pupil sekitar 3-4 mm)
Grade IV : Jika pertumbuhan pterigium sudah melewati pupil
sehingga mengganggu penglihatan.
Tatalaksana pterygium adalah dengan observasi, kecuali bila terjadi
progresivitas, kemerahan dan rasa tidak nyaman yang mengganggu, serta
menurunnya fungsi penglihatan, maka dapat dilakukan tindakan operasi. Alasan
kosmetika juga dapat menjadi indikasi dilakukannya operasi. Pada kasus ini,
10
didapatkan pasien memiliki astigmatisme pada matanya dari pemeriksaan refraksi
secara subjektif. Astigmatisme ini mungkin dapat dipikirkan sebagai salah satu
komplikasi dari pterygium pada pasien. Namun hal ini belum dapat dipastikan
karena pasien memiliki riwayat kacamata yang tidak diketahui pasien apakah
kacamata tersebut juga merupakan kacamata silinder atau tidak, sehingga dapat
dilakukan pemeriksaan topografi kornea untuk menilai permukaan kornea. Oleh
karena itu, pasien direncanakan untuk dirujuk untuk penilaian lebih lanjut,
terutama mengenai indikasi operasi, dan tata laksana lanjut oleh dokter spesialis
mata. Artificial tears dapat diberikan sebagai lubrikan. Penggunaan topi lebar,
kacamata atau sunglasses sebagai pelindung saat beraktivitas di luar merupakan
salah satu cara untuk mencegah pterygium.
Selain itu, pada pasien juga terdapat katarak pada kedua mata. Katarak
mengganggu fungsi penglihatan pasien, berupa penglihatan kabur, seperti
berkabut dan berasap. Pasien dirujuk ke dokter spesialis mata untuk evaluasi lebih
lanjut dan rencana operasi katarak.
Katarak adalah kekeruhan pada lensa. Katarak senilis adalah semua
kekeruhan lensa yang terjadi pada usia lanjut, yaitu usia di atas 50 tahun. Gejala
klinis dari katarak senilis adalah penglihatan yang berangsur-angsur memburuk
atau berkurang dalam beberapa bulan atau tahun. Silau juga merupakan salah satu
masalah pada katarak senil, keluhannya yaitu berupa silau di tempat terang atau
apabila sedang mengendarai kendaraan dan menghadapi sinar yang datang di
malam hari.
Adanya penglihatan ganda (mononuklear diplopia) mungkin juga dapat
terjadi. Pada stadium insipien pembentukan katarak, penglihatan jauh kabur,
penglihatan dekat mungkin sedikit membaik, sehingga pasien dapat membaca
lebih baik tanpa kacamata. Miopia artifisial ini disebabkan oleh peningkatan
indeks refraksi lensa pada stadium insipien.
Pengobatan terhadap katarak adalah pembedahan. Pembedahan dilakukan
apabila tajam penglihatan sudah menurun sedemikian rupa dan mengganggu
kehidupan sosial sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari atau bila katarak ini
11
menimbulkan penyulit. Teknik pembedahan yang dapat dilakukan pada katarak
ialah:
12
penyakit berkurang serta meminimalisir debu yang dapat mengiritasi mata.
Dijelaskan juga kepada pasien untuk kontrol apabila pterygium berkembang
progresif atau mengganggu pengelihatan pasien untuk dirujuk kembali ke dokter
spesialis mata dan dipertimbangkan untuk dilakukan tindakan operatif. Pasien
juga disarankan untuk melakukan koreksi tajam pengelihatan apabila penurunan
visus akibat gangguan refraksi sudah mengganggu aktifitas sehari-hari.
Pada tatalaksana farmakologis, diberikan obat tetes mata Artificial tears
(Cendo Lyteers (Kalium Chloride 0.8 g/ml + Sodium Chloride 4.4 mg/mL)) 4x1
tetes per hari. Pada pterygium, diberikan artificial tear sebagai lubrikasi karena
pada pterygium terjadi distribusi air mata yang tidak normal akibat terdapat
selaput pada konjungtiva bulbi. Hal ini juga dapat mencegah terjadinya dry eye
syndrome pada kasus ini.
Terapi non farmakologis yang dianjurkan kepada pasien adalah surgikal
yang berupa eksisi pterygium dengan teknik conjunctival autograft. Prosedur ini
melibatkan pengambilan autograft, biasanya dari konjungtiva bulbar
superotemporal, dan dijahit di atas sklera yang telah di eksisi pterygium tersebut.
Terapi tambahan seperti pemberian MMC intraoperatif dan pasca operasi dengan
beta radiasi juga dapat dipertimbangkan untuk menurunkan tingkat kekambuhan
kasus pterigium. Pada kasus ini, tindakan operatif mungkin dapat
dipertimbangkan karena adanya penurunan visus dan adanya katarak ODS.
LAMPIRAN
13
Gambar 2.
14