Anda di halaman 1dari 23

Laporan Kasus

Kehamilan Ektopik Terganggu

Oleh :

Jumria Tandi Panggalo

13014101005

(9 Juni - 17 Agustus 2014)

Pembimbing :

Prof. dr. Hermie M.M. Tendean, Sp.OG-K

BAGIAN ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN


RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
2014

1
BAB I
PENDAHULUAN

Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan dimana sel telur yang dibuahi
berimplantasi dan tumbuh diluar endometrium kavum uteri.1 Kehamilan ektopik
dapat mengalami abortus atau ruptur pada dinding tuba dan peristiwa ini disebut
sebagai kehamilan ektopik terganggu.2 Sebagian besar kehamilan ektopik
terganggu berlokasi di tuba (90%) terutama di ampula dan isthmus. Sangat jarang
terjadi di ovarium, rongga abdomen maupun uterus.3
Kehamilan ektopik terjadi pada 1 dari 50 kehamilan. Hal yang
menyebabkan besarnya angka kematian ibu akibat kehamilan ektopik yaitu
kurangnya deteksi dini dan pengobatan setelah diketahui mengalami kehamilan
ektopik. Kehamilan ektopik merupakan salah satu penyebab terbesar kematian ibu
pada triwulan pertama dari kehamilan.4 Berdasarkan data dari WHO, pada tahun
2003 terdapat satu dari 250 (0,04%) kelahiran di dunia menderita kehamilan
ektopik, dengan jenis kehamilan ektopik adalah kehamilan tuba fallopi, yang
sebagian besar dialam oleh wanita pada usia 35 tahun keatas serta dilaporkan
bahwa 60% dialami oleh wanita dengan paritas pertama dan kedua.5
Ibu yang mengalami kehamilan ektopik terganggu tertinggi pada kelompok
umur 20-40 tahun dengan umur rata-rata 30 tahun.1 Keadaan-keadaan yang
memungkinkan terjadinya kehamilan ektopik yakni penyakit radang panggul,
pemakaian antibiotika pada penyakit radang panggul, pemakaian alat kontrasepsi
dalam rahim IUD (Intra Uterine Device), riwayat kehamilan ektopik sebelumnya,
infertilitas, kontrasepsi yang memakai progestin dan tindakan aborsi.6
Kehamilan tuba tidak dapat mencapai usia kehamilan cukup bulan,
biasanya berakhir pada minggu ke 6-12, dan yang tersering pada minggu ke 6-8.
Berakhirnya kehamilan tuba ada 2 cara yaitu abortus tuba dan ruptur tuba.
Abortus tuba terjadi oleh karena telur bertambah besar dan menembus
endosalping (selaput lendir tuba), masuk ke lumen tuba dan dikeluarkan ke arah
infundibulum.7 Hal ini terutama terjadi kalau telur berimplantasi di daerah
ampulla tuba. Abortus tuba kira-kira terjadi pada minggu ke 6-12. Perdarahan
timbul karena abortus keluar dari ujung tuba dan mengisi kavum douglas sehingga

2
terjadilah hematokel retrouterin. Ruptur tuba terjadi apabila telur menembus
lapisan otot tuba ke arah kavum peritoneum. Hal ini terutama terjadi kalau
implantasi telur pada istmus tuba. Ruptur pada istmus tuba terjadi sebelum
minggu ke 12 karena struktur dindingnya yang tipis, sedangkan ruptur pada pars
interstisialis terjadi lambat biasanya sampai bulan ke 4 karena struktur lapisan
ototnya yang lebih tebal.5 Kehamilan ektopik dapat mengancam nyawa maka
deteksi dini dan pengakhiran kehamilan merupakan tatalaksana yang
disarankan.8,9
Berikut ini akan disampaikan laporan kasus mengenai diagnosis dan
penanganan kehamilan ektopik terganggu (KET).

3
BAB II
LAPORAN KASUS

IDENTITAS
Nama : Ny. RM
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SMP
Status : menikah
Umur : 29 tahun
Bangsa : Indonesia
Agama : Kristen protestan
Alamat : Minsel
Suami : Tn. AY
Pekerjaan : Swasta
Tempat tanggal lahir : Minsel, 30-1-1985
MRS tgl/jam : 17 Juni 2014 / 09.00 wita

ANAMNESIS
Anamnesis Utama
Anamnesis diberikan oleh penderita (autoanamnesa).
 Keluhan utama : Nyeri perut
Nyeri perut yang sangat hebat dialami mendadak oleh penderita 1 jam
sebelum masuk Rumah Sakit. Nyeri dirasakan pada bagian sebelah kiri
kemudian menjalar ke seluruh perut bagian bawah dan menetap. Nyeri
perut mulai dirasakan penderita sejak 1 minggu yang lalu, bersifat hilang
timbul dan tidak mengganggu aktifitas penderita. Keluar darah dari jalan
lahir dialami sejak 1 hari yang lalu, keluar darah sedikit-sedikit berwarna
merah kehitaman. Penderita juga mengalami mual dan muntah sejak 4 hari
yang lalu. sebelum masuk Rumah Sakit. Pasien terlihat lemas, 2 bulan
SMRS penderita mengatakan tidak mendapat haid, penderita melakukan
pemeriksaan tespack dan hasil tes kehamilan positif. HPHT penderita 13
Mei 2014, haid tidak teratur. BAB dan BAK biasa.

4
 Riwayat penyakit dahulu :
Riwayat keputihan (+) berbau gatal, penyakit darah tinggi, jantung, paru,
hati, ginjal dan kencing manis disangkal.
 Riwayat pribadi dan sosial :
Riwayat merokok (-), minum alkohol (-)

Anamnesis Ginekologis
 Riwayat perkawinan
Pasien menikah 1 kali (pada usia 20 tahun), dengan usia 9 tahun
pernikahan.
 Riwayat kehamilan
Banyaknya kehamilan 1 kali.
1. tahun 2014 hamil ini(G1P0A0).
 Riwayat KB
(-)
 Riwayat haid
Menarche umur 14 tahun, siklus tidak teratur, lamanya 4-7 hari, HPHT 13
Mei 2014.
 Riwayat penyakit, operasi, pemeriksaan dahulu disangkal.

PEMERIKSAAN FISIK
Status Praesens
Keadaan umum : Tampak sakit berat
Kesadaran : compos mentis
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Nadi : 102x/menit
Pernapasan : 28x/menit
Suhu badan : 36,5
Mata : konjungtiva anemis +/+
Kepala : normochepali
Lidah : beslag (-)
Gigi : caries (-)

5
Kerongkongan : T1-T1 hiperemis (-)
Leher : pembesaran KGB(-)
Dada : simetris normal
Cor/Pulmo : SI-SII normal, bising (-)
Areola mammae : hiperpigmentasi (+)
Perut : cembung
Hati : SDE
Limpa : SDE
Kelamin : oedem (-), infeksi (-)
Ekstremitas : edema (-)
Status Lokalis Abdomen
Inspeksi : cembung
Palpasi : tegang, nyeri tekan (+)
Perkusi : shifting dullness sukar dievaluasi karena nyeri
Auskultasi : bising usus (+)
Status Ginekologi
Inspeksi : fluksus (+), vulva t.a.k
Inspekulo : fluksus (+), vagina t.a.k, portio licin, erosi (-), livide (+), OUE
tertutup
Periksa dalam : fluksus (+), vagina t.a.k,
Portio: licin, nyeri goyang (+), OUE tertutup
` Cavum uteri : sukar dievaluasi karena nyeri
Adneksa Parametrium bilateral : sukar dievaluasi karena nyeri
Cavum douglassi : menonjol
Rectal Toucher : sfingter cekat, ampula kosong, mukosa licin

PEMERIKSAAN PENUNJANG
HB : 6,3 g/dl
Leukosit : 15.500/mm3b
Trombosit : 163.000/mm3
Tes kehamilan : HCG test (+)

6
USG : VU kosong, uterus AF bentuk ukuran normal, GS (-), adneksa sinistra pars
ampullaris tampak massa komplex, adneksa dextra dbn. cairan bebas (+) pada
cavum douglasi. Kesan: KET

RESUME MASUK
Pasien G1P0A0 29 tahun masuk rumah sakit jam 09.00 pada tanggal 17 Juni 2014
dengan keluhan: Nyeri perut yang sangat hebat Keluar darah dari jalan lahir
dialami sejak 1 hari yang lalu, keluar darah berwarna merah kehitaman. Penderita
juga mengalami mual dan muntah sejak 4 hari yang lalu. Riwayat terlambat haid
positif sejak 13 Mei 2014, haid tidak teratur.

Status praesens : KU tampak sakit, kesadaran compos mentis


T: 110/70 mmHg, N: 96x/menit, R: 28x/menit, S: 36,50 C
Status localis abdomen : inspeksi: cembung
Palpasi : tegang, nyeri tekan (+)
Perkusi : shifting dullness sulit dievaluasi karena nyeri
Auskultasi : bising usus (+)
Status ginekologi : Inspeksi : fluksus (+), vulva t.a.k
Inspekulo : fluksus (+), vagina t.a.k, portio licin, erosi (-),
livide (+), OUE Tertutup
PD : fluksus (+), vagina t.a.k,
Portio: licin, nyeri goyang (+), OUE tertutup
Cavum uteri : sulit dievaluasi karena nyeri
Adneksa Parametrium bilateral : sulit dievaluasi
karena nyeri
Cavum douglassi : menonjol

DIAGNOSIS SEMENTARA
G1P0A0, 29 tahun dengan Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)

7
SIKAP
 IVFD
 Laparotomi cito
 Konseling, informed consent
 Lab, cross match, USG
 Sedia donor, persiapan operasi

Jam 15.00 : penderita didorong ke kamar operasi


Jam 16.30 : operasi dimulai
KU Pre Op : tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis
T: 100/70, N: 102x/menit, R: 28x/menit, S: 36,5
Diagnosa Pre Op : G1P0A0, 29 tahun, dengan KET.
Jenis operasi : salpingektomi sinistra
Laporan operasi :
Pasien dibaringkan dalam posisi terlentang, dilakukan tindakan a/antiseptik pada
abdomen dan sekitarnya. Abdomen ditutup doek steril kecuali pada lapangan
operasi. Dalam general anastesi dilakukan insisi linea mediana inferior dan
diperdalam lapis demi lapis sampai fascia. Fascia dijepit dengan 2 pinset lalu
diperlebar ke atas dan ke bawah. Otot disisihkan ke samping. Tampak peritoneum
kebiruan. Peritoneum dijepit di antara 2 kocher, digunting dan dibuka. Tampak
darah dan bekuan darah, dihisap ± 2500 cc. Dilakukan eksplorasi, tampak uterus
sedikit membesar, tuba dan ovarium dextra terlihat baik. Tampak tuba pars
ampularis sinistra dengan ukuran 3x2x2cm, ditemukan janin. Kemudian
diputuskan untuk dilakukan salpingektomi sinistra. Tuba pars ismika sinistra dan
mesosalping dijepit dengan 2 klem, digunting dan dijahit double ligasi. Kontrol
perdarahan, tidak ada perdarahan aktif. Eksplorasi lanjut, tuba dan ovarium kanan
baik. Kavum abdomen dibersihkan dari sisa darah dan bekuan darah, dibilas
dengan menggunakan Nacl 0,9%.
Dinding abdomen ditutup lapis demi lapis. Peritoneum dijahit dengan
menggunakan plain catgut, otot dijahit dengan plain catgut, fascia dijahit jelujur
dengan surgical 1. Jaringan lemak dijahit simpul dengan plain catgut. Kulit dijahit

8
subkutikuler dengan chromic catgut. Luka operasi ditutup kassa betadine. Operasi
selesai.
Jam 18.00 : operasi selesai
KU Post Op : T: 110/70 mmHg, N: 84x/menit, R: 20x/menit, S: 36,90 C
Perdarahan ± 2500 cc
Diagnosa Post Op : P0A1, 29 tahun, post salpingektomi sinistra ai ruptur tuba pars
ampullaris sinistra.
Sikap :
 Kontrol TNRS & perdarahan
 Puasa sampai BU (+)
 IVFD RL:D5% = 2:2 (30 gtt/menit)
 Ceftriaxone 3x1 gr IV
 Metronidazole 2x500gr IV drips
 Asam traneksamat 3x1 ampul IV
 Kaltrofen supp 1x2 supp
 Vit C 3x1 amp IV
 Cek HB 2 dan 6 jam post Op (< 10 g/dl lakukan transfusi)

Follow up Post operasi


18 Juni 2014
S : nyeri luka
O: KU : cukup Kes : CM
T : 110/70mmHg; N : 80x/menit; R : 20x/menit; Sb : 36,5 0C
A : PoA1 29 tahun Post Salpingektomi sinistra a/i ruptur tuba pars ampularis
sinistra
P : IVFD RL: D5% → 2 : 2 → 28gtt/mnt
Ceftriaxone 3x1 gr i.v
Metrinidazole 2x0,5 gr i.v
Vitamin C 3x1 amp
Kaltrofen supp 1x2

19 Juni 2014

9
S : (-)
O : KU : cukup Kes : CM
T : 120/80mmHg; N : 80x/menit; R : 20x/menit; Sb : 36,5 0C
A : PoA1 29 tahun post Salpingektomi sinistra a/i ruptur tuba pars ampularis
sinistra
P : IVFD RL: D5%-- aff
Cefadroxyl 3x1
SF 2x1
Vitamin C 3x1

20 Juni 2014
S : (-)
O : KU : cukup Kes : CM
T : 120/80mmHg; N : 80x/menit; R : 20x/menit; Sb : 36,6 0C
A : PoA1 29 tahun post Salpingektomi sinistra a/i ruptur tuba pars ampularis
sinistra
P : Cefadroxyl 3x1
SF 2x1
Vitamin C 3x1

21 Juni 2014
S : (-)
O : KU : cukup Kes : CM
T : 110/70mmHg; N : 80x/menit; R : 20x/menit; Sb : 36,7 0C
A : PoA1 29 tahun post Salpingektomi sinistra a/i ruptur tuba pars ampularis
sinistra
P : Cefadroxyl 3x1
SF 2x1
Vitamin C 3x1

10
22 Juni 2014
S : (-)
O : KU : cukup Kes : CM
T : 110/70mmHg; N : 80x/menit; R : 20x/menit; Sb : 36,6 0C
A : PoA1 29 tahun post Salpingektomi sinistra a/i ruptur tuba pars ampularis
sinistra
P : Cefadroxyl 3x1
SF 2x1
Vitamin C 3x1
Periksa DL

23 Juni 2014
S : (-)
O : KU : cukup Kes : CM
T : 120/80mmHg; N : 80x/menit; R : 20x/menit; Sb : 36,8 0C
A : PoA1 29 tahun post salpingektomi sinistra a/i ruptur tuba pars ampularis
sinistra
P : Boleh pulang
Hasil lab (22/06-2014)
Hb : 10,1
Luka operasi : terawat baik

11
BAB III
PEMBAHASAN

yang akan didiskusikan pada kasus ini yaitu:


1. Diagnosis
2. Penatalaksanaan
3. Prognosis

DIAGNOSIS
Kehamilan ektopik terganggu merupakan salah satu kegawat daruratan
medis di bidang obstetri dan ginekologi. Dan menjadi salah satu penyebab utama
kematian ibu hamil dan merupakan penyebab tersering mortalitas ibu pada
trimester pertama. Oleh sebab itu perlu dilakukan diangnosis dini yang tepat.
Diagnosis kehamilan ektopik pada jenis mendadak tidak banyak mengalami
kesukaran, tetapi pada jenis menahun atau atipik bisa sulit sekali.1,2
Pada kasus Kehamilan ektopik terganggu, diagnosis dapat ditegakkan
melalui anamnesis yang tepat, pemeriksaan fisik umum, pemeriksaan ginekologi
dan pemeriksaan penunjang yang dapat membantu menegakkan diagnosis. Pasien-
pasien yang terdiagnosis kehamilan ektopik terganggu, pada mereka ditemukan
adanya 3 tanda yang khas (cardinal sign), yaitu didapatkan adanya riwayat
terlambat haid, keluhan nyeri pada perut bagian bawah yang biasanya menjalar
hingga ke bahu dan adanya perdarahan pervaginam yang sedikit dan berlangsung
kontinu. Namun untuk diagnosis pasti, ketiga hal di atas masih memerlukan
pemeriksaan penunjang lainnya dikarenakan banyak penyakit yang memiliki
keluhan yang serupa.

1. Anamnesis
Pada anamnesis biasanya ditemukan riwayat terlambat haid yang biasanya
singkat untuk beberapa waktu dan kadang-kadang terdapat gejala subjektif
kehamilan muda. Nyeri perut bagian bawah yang biasanya dirasakan hingga bahu
merupakan gejala penting. Nyeri abdomen disebabkan kehamilan yang pecah.
Nyeri dapat menjalar keseluruh abdomen tergantung dari perdarahan didalamnya.

12
Bila rangsangan darah dalam abdomen mencapai diafragma, dapat terjadi nyeri di
daerah bahu. Bila darahnya membentuk hematokel yaitu timbunan di daerah
kavum douglas akan terjadi rasa nyeri dibagian bawah dan saat buang air besar.
Pada pasien kehamilan ektopik terganggu rasa nyeri perut bagian bawah
bertambah sering dan keras. Perdarahan pervaginam terjadi setelah nyeri perut
bagian bawah. Perdarahan ini biasanya sedikit dan berwarna coklat tua dan
mungkin intermitten atau terus-menerus.1,2
Pada kasus ini penderita datang dengan keluhan utama Nyeri perut yang sangat
hebat dialami mendadak oleh penderita 1 jam sebelum masuk Rumah Sakit. Nyeri
dirasakan satu sisi kemudian menjalar ke seluruh perut bagian bawah. Nyeri perut
mulai dirasakan penderita sejak 1 minggu yang lalu, bersifat hilang timbul dan
tidak mengganggu aktifitas penderita. Keluar darah dari jalan lahir dialami sejak 1
hari yang lalu, keluar darah sedikit-sedikit berwarna merah kehitaman. Penderita
juga mengalami mual dan muntah sejak 4 hari yang lalu. sebelum masuk Rumah
Sakit. Pasien terlihat lemas, Riwayat terlambat haid positif sejak 13 Mei 2014,
haid tidak teratur. BAB dan BAK biasa.

2. Pemeriksaan fisik umum


Keadaan umum penderita tergantung dari banyaknya darah yang keluar
dari tuba. Pasien biasanya datang dalam keadaan pucat (anemis). Tanda-tanda
syok dapat ditemukan.1,2 Pada inspeksi biasa terlihat perut tidak ada pembesaran
ataupun terdapat sedikit pembesaran yang tidak sesuai dengan usia kehamilan.
Bila uterus dapat diraba maka akan teraba sedikit membesar dan kadang-kadang
teraba tumor disamping uterus dengan batas yang sukar ditentukan. Walaupun
janin tidak bertumbuh di endometrium kavum uteri, pembesaran yang ditemukan
pada uterus dipengaruhi oleh adanya hormon kehamilan. Pada palpasi ditemukan
adanya nyeri tekan abdomen dan perut menegang (defans muskular). Hal ini
terjadi karena adanya reaksi inflamasi yang menimbulkan perangsangan terhadap
peritoneum.
Dalam kasus ini, pasien datang dengan keadaan tampak lemah, namun
kesadaran masih baik. Pada pemeriksaan ditemukan konjungtiva anemis, tekanan
darah pasien sedikit turun, nadi dan respirasi yang cepat. Pada pemeriksaan regio

13
abdomen ditemukan adanya tanda akut abdomen. Adanya tanda kehamilan terlihat
pada hiperpigmentasi areola mamma dan hasil pemeriksaan ginekologi adanya
tanda chadwick.

3. Pemeriksaan ginekologi
Pada pemeriksaan ginekologi, pasien dengan kehamilan ektopik
terganggu pada perabaan kavum douglasi ditemukan adanya penonjolan pada
forniks posterior yang menandakan adanya hematokel retrouterina bila terjadi
perdarahan yang massif. Pada pemeriksaan bimanual ditemukan tumor yang tidak
begitu padat, nyeri tekan dan dengan batas-batas yang tidak rata di samping
uterus. Baik abortus tuba maupun ruptura tuba gerakan pada serviks nyeri sekali
(nyeri goyang portio).34,10
Pada kasus ini, ditemukan pula tanda yang menunjang diagnosa yakni
nyeri goyang pada portio, penonjolan cavum douglasi yang menandakan adanya
hematokel retrouterina. Sedangkan pada pemeriksaan adneksa parametrium
bilateral sulit di evaluasi dikarenakan nyeri yang dirasakan oleh penderita.

4. Pemeriksaan penunjang
Laboratorium
Pemeriksaan haemoglobin dan jumlah sel darah merah berguna membantu
menegakkan diagnosis kehamilan ektopik terganggu, terutama bila ada tanda-
tanda perdarahan dalam rongga perut. Pada kasus jenis yang tidak mendadak
biasanya ditemukan anemia, tetapi harus diingat bahwa penurunan haemoglobin
baru terlihat setelah 24 jam.2 Perhitungan leukosit biasanya normal atau
meningkat.
Pada pemeriksaan laboratorium pasien ini, didapatkan adanya penurunan
dari haemoglobin yakni 6,3 gr/dl dan pada pemeriksaan leukosit terdapat sedikit
peningkatan yakni 15.500/mm3. Penurunan kadar hemoglobin yang terjadi
menandakan adanya suatu perdarahan oleh karena adanya ruptur pada tempat
implantasi (tuba pars ampullaris Sinistra).

14
Tes Kehamilan
Semua pasien usia produktif yang datang dengan keluhan nyeri pada perut bagian
bawah atau perdarahan pervaginam, harus dilakukan tes kehamilan. Yang
dimaksud dengan tes kehamilan dalam hal ini ialah reaksi imunologik untuk
mengetahui ada atau tidaknya hormon human chorionic gonadotropin (HCG)
dalam air kemih. Jaringan trofoblas kehamilan ektopik menghasilkan kadar HCG
dalam kadar yang lebih rendah daripada kehamilan intrauterin normal, oleh sebab
itu dibutuhkan tes yang mempunyai tingkat sensitifitas yang lebih tinggi.2 Hasil
positif pada tes kehamilan dapat membantu diagnosis khususnya terhadap tumor-
tumor adneksa. Namun bisa pula didapatkan hasil negatif palsu. Hal ini terjadi
karena pada waktu dilakukan tes kehamilan mudigah telah meninggal beberapa
hari sebelumnya.3,4
Pada pasien ini, setelah dilakukan kateterisasi dilakukan tes kehamilan
dengan menggunakan pregnancy test yang dicelupkan ke dalam urin selama 1
menit dan didapatkan hasil positif (2 garis merah).

Ultrasonografi
Keunggulan cara pemerikssan ini terhadap ialah tidak invasif, artinya tidak
perlu memasukkan rongga dalam rongga perut. Dapat dinilai kavum uteri, kosong
atau berisi, tebal endometrium, adanya massa di kanan kiri uterus dan apakah
kavum Douglas berisi cairan Kesalahan bisa terjadi jika dalam kavum uterus
ditemukan kantung gestasi palsu (pseudosac). Pada kehamilan ektopik terganggu
sering tidak ditemukan kantung gestasi ektopik. Gambaran yang tampak ialah
cairan bebas dalam rongga peritoneum terutama di kavum douglas. Dapat pula
dijumpai hematokel pelvik yang dalam gambar ultrasonografik akan tampak
sebagai suatu masa ekhogenik di adneksa yang dikelilingi daerah kistik
(sonolusen) dengan batas tepi yang tidak tegas.5
Hasil pemeriksaan ultrasonografi pada pasien yang menunjang ke arah
diagnosis ialah terlihat uterus dalam bentuk normal juga tidak ditemukan kantung
gestasi pada kavum uterus dan didapatkan adanya cairan bebas pada kavum
douglas yang terlihat sebagai massa anekhoik.

15
Kuldosentesis
Kuldosentesis adalah Tindakan kuldosintesis atau punksi Douglas. Adanya
darah yang diisap berwarna hitam (darah tua) biar pun sedikit, membuktikan
adanya darah di kavum Douglasi.
Pada pasien, pemeriksaan ini tidak dilakukan lagi dikarenakan hasil yang
diharapkan dari pemeriksaan ini untuk menunjang diagnosa telah diperoleh
melalui pemeriksaan ultrasonografi.5,11,12

Laparoskopi
Dapat juga dilakukan laparoskopi. Laparaskopi hanya digunakan sebagai
alat bantu diagnosis terakhir apabila hasil-hasil penilaian prosedur diagnostik lain
untuk kehamilan ektopik terganggu meragukan. Namun beberapa dekade terakhir
alat ini juga dipakai untuk terapi. 12-14
Pada pasien, pemeriksaan ini tidak dilakukan lagi, Dengan alasan
pemeriksaan-pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan, seperti pemeriksaan
laboratorium, tes kehamilan dan ultrasonografi sudah cukup untuk dapat
mendiagnosis suatu kehamilan ektopik yang terganggu. Selain itu juga,
pemeriksaan laparoskopi pada kasus kehamilan ektopik yang telah pecah, dapat
menjadi sulit karena adanya darah dalam rongga pelvis sehingga mempengaruhi
dalam visualisasi alat-alat kandungan.

PENATALAKSANAAN
Penanganan kehamilan ektopik pada umumnya adalah laparotomi.
Laparotomi merupakan teknik yang lebih dipilih bila pasien secara hemodinamik
tidak stabil. Pada banyak kasus, pasien-pasien membutuhkan salpingektomi
karena kerusakan tuba yang banyak, hanya beberapa kasus saja salpingotomi
dapat dilakukan. Pada pasoen kehamilan ektopik yang hemodinamikanya stabil
dapat dilakukan salpingostomi.1,15
Tindakan laparatomi dapat dilakukan pada ruptur tuba, kehamilan dalam
divertikulum uterus, kehamilan abdominal dan kehamilan tanduk rudimenter.
Perdarahan sedini mungkin dihentikan dengan menjepit bagian dari adneksa yang
menjadi sumber perdarahan. Keadaan umum penderita terus diperbaiki dan darah

16
dari rongga abdomen sebanyak mungkin dikeluarkan. Serta memberikan transfusi
darah.16,17
Pada kasus ini, penanganan utama yang dilakukan adalah mengatasi
kegawatan (emergency treatment), yakni dengan memberikan terapi cairan.
Setelah diagnosis kehamilan ektopik terganggu ditegakkan dilakukan surgical
treatment yang dimaksudkan untuk menutup perlukaan yang terjadi, yakni dengan
melakukan laparotomi cito. Laparotomi cito dilakukan dengan maksud agar dapat
mencari dan menghentikan sumber perdarahan dengan segera, agar dapat
mencapai suatu keadaan homeostasis, dan juga agar penderita tidak jatuh ke
dalam komplikasi yang lebih lanjut. Jenis pembedahan yang dilakukan dalam
kasus ini adalah salpingektomi Sinistra, yaitu pengangkatan tuba yang
mengandung kehamilan. Cara ini dilakukan karena didapatkan ruptur tuba pars
ampularis sinistra dengan ukuran 3x2x2 cm dan ditemukan janin. Selain itu alasan
lain dilakukannya tindakan ini karena mengingat kemungkinan berulangnya
kehamilan ektopik pada lokasi tuba tersebut. Selama melakukan pembedahan
tidak ditemukan adanya kesulitan yang berarti, hingga pembedahan terlaksana
dengan baik. Setelah melakukan pembedahan, penanganan selanjutnya adalah
membantu proses penyembuhan (supporative treatment). Tindakan untuk
membantu proses penyembuhan yang utama adalah mengatasi agar penderita
tidak jatuh ke dalam anemia, pemberian antibiotika berspektrum luas, dan
pemberian roboransia. Pada penderita, medikamentosa yang diberikan adalah
ceftriaxone 1 gr 3x1 IV (skin test), Metronidazole 0,5gr 2x1 drip, Vit C 3x1 amp
IV, Kaltrofen 1x2 supp,asam traneksamat 3x1 amp IV. Setelah perawatan hari ke
2, bising usus terdengar lebih jelas dan pasien sudah diperbolehkan konsumsi
peroral, maka diganti dengan terapi medikamentosa peroral, yakni cefadroxyl 3x1
mg, SF 2x1 tab, Vitamin C 3x1 tab.
Selama 5 hari perawatan pasca operasi, pada penderita tidak ditemukan
hal-hal yang menyulitkan, sehingga penderita diperbolehkan untuk pulang dengan
anjuran kembali kontrol pada poliklinik kebidanan dan kandungan.

17
PROGNOSIS
Angka kematian ibu yang disebabkan oleh kehamilan ektopik terganggu
turun sejalan dengan ditegakkannya diagnosis dini dan persediaan darah yang
cukup.4,18
Prognosis pada kasus ini dapat ditinjau dari segi ibu dan janin. Dari pihak
ibu, prognosis pada kasus ini sebelum dilakukan operasi adalah dubia ad malam.
Sebelum dilakukan operasi, pada pasien ini segera dilakukan tindakan resusitasi
cairan untuk mengatasi keadaan emergensi pasien sampai keadaan umum yang
cukup baik untuk selanjutnya dilakukan laparotomi. Prognosis selama operasi
dubia ad bonam karena selama operasi, tidak ditemukan penyulit-penyulit yang
bermakna dan operasi berjalan dengan baik dan tidak sempat tertunda lama.
Prognosis post operasi juga dubia ad bonam hal ini dinilai dari kondisi pasien post
laparotomi tidak ditemukan keluhan yang bermakna ataupun terjadi komplikasi
post laparotomi. Prognosis pada janin yang dikandung baik dari pre operatif,
durante operatif dan post operatif yaitu dubia ad malam, hal dikarenakan tempat
implantasi janin di tuba pars ampullaris untuk bertumbuhnya janin sangat tidak
menunjang sehingga semakin besar janin maka terjadi pula ruptur pada tempat
implantasi dan akhirnya kematian janin.

18
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Kehamilan ektopik merupakan kehamilan yang berbahaya bagi seorang
wanita yang dapat menyebabkan kondisi yang gawat bagi wanita tersebut.
Keadaan gawat ini dapat menyebabkan suatu kehamilan ektopik terganggu.
Diagnosis yang tepat pada kasus ini didapatkan dari ditemukannya trias KET saat
anamnesis, tanda akut abdomen dan adanya tanda kehamilan pada pemeriksaan
fisik, hematokel retrouterina kavum douglas pada pemeriksaan ginekologi, dan
hasil tersebut dikonfirmasi dengan test kehamilan dan USG. Diagnosis pasti KET
didapatkan setelah dilakukan laparotomi cito sehingga ditindak lanjuti dengan
penaganan salpingektomi pada tuba pars ampullaris sinistra. Semua tindakan dan
penanganan yang dilakukan terhadap pasien sudah tepat dan secara tidak langsung
menurunkan angka kematian maternal oleh karena KET.

SARAN
Mengingat kehamilan ektopik terganggu merupakan kasus darurat di
bidang ginekologi dan dapat terjadi berulang, untuk itu disarankan kepada
penderita agar dapat menjaga pola hidup yang bersih dan sehat, menghindari
adanya hubungan multi partner pada suami dan istri dalam mencegah terjadinya
penyakit infeksi menular seksual, mengetahui gejala-gejala yang timbul akibat
kehamilan yang tidak normal sehingga dapat segera memeriksakan kehamilannya
dipuskesmas atau rumah sakit terdekat saat mengetahui dirinya hamil agar dapat
mengenali faktor-faktor risiko yang dimiliki terhadap suatu penyakit, khususnya
dalam hal ini KET.

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Prawirohardjo S, Hanifa W. Gangguan Bersangkutan dengan Konsepsi. Dalam:


Ilmu Kandungan, edisi II. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo, 2005; 250-8.
2. Wibowo B, Rachimhadhi T. Kehamilan Ektopik. Dalam :Ilmu Kebidanan.
Edisi III. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, 2002; 362-85.

3. Cunningham FG, Macdonald PC, Gant NF. Kehamilan Ektopik. Dalam:


Obstetri William (William’s Obstetri). Edisi XVIII. Jakarta:Penerbit Buku
Kedokteran EGC. 2005; 599-26.
4. Rachimhadhi Trijatmo. Kehamilan Ektopik. Dalam: Winkjosastro H, eds. Ilmu
Kebidanan.Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, 2009;58-
9,323-33.
5. Fylstra DL. Ectopic pregnancy not within the (distal) fallopian tube: etiology,
diagnosis, and treatment. AJOG 2012;289-99.
6. Wirakusumah FF. Kelainan tempat kehamilan. Dalam: Sulaiman S, et al.
Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan Reproduksi. Ed 2. Jakarta: EGC, 2005;16-27.
7. Achadiat CM. Kehamilan Ektopik. Bab 25. Dalam: Prosedur Tetap Obstetri
dan Ginekologi. Jakarta: EGC, 2004;100-4.
8. Prawirohardjo Sarwono, Winkjosastro Hanifa. Ilmu Kandungan. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, 2009;250.
9. Cacciatore B, Stenman U,Ylöstolalo P. Diagnosis of ectopic pregnancy by
vaginal ultrasonography in combination with a discriminatory serum hCG level
of 1000 iu/l (IRP).Br J Obstet Gynaecol 2011;97:904–8.
10. Cook J, Sankaram B, Wasunna A. Pecahnya Kehamilan Ektopik. Dalam:
Penatalaksaan Bedah Obstetri, Ginekologi, Ortopedi dan Traumatologi di
Rumah Sakit. Ahli bahasa: Syamsir HM. Jakarta: EGC, 1993;51-3.
11. Widjanarko Bambang. Kehamilan Ektopik. [access on 2012 september 2].
Available From: http://www.authorstream.com/Presentation/dodo.w-237245-
kehamilan-ektopik-entertainment-ppt-powerpoint.html
12. Mohamed H, Maiti S, Phillips G. Laparoscopic management of ectopic
pregnancy:a 5-year experience.J Obstet Gynecol 2012;22:411–4.

20
13. Rachimhadhi Trijatmo. Kehamilan Ektopik. Dalam: Winkjosastro H, eds.
Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo, 2007;198-210.
14. Kadar N, DeVore G, Romero R. Discriminatory hCG zone use in the
sonographic evaluation for ectopic pregnancy.Obstet Gynecol 2010;58:156–
61.
15. Hahlin M, Thorburn J, Bryman I. The expectant management of early
pregnancies of uncertain site. Hum Reprod 2010;10:1223–7.
16. Li Z, Leng J, Lang J, Liu Z, Sun D, Zhu L. Laparoscopic surgery in patients
With hypovolemic shock due to ectopic pregnancy. Zhonghua Fu Chan Ke Za
Zhi 2012;37:653–5.
17. Bangsgaard N,Lund C,Ottesen B,Nilas L.Improved fertility following
conservative surgical treatment of ectopic pregnancy. Br J Obstet Gynaecol
2011;110:765–70.
18. Rulin M. Is salpingostomy the surgical treatment of choice for unruptured
tubal pregnancy? Obstet Gynecol 2010; 86:1010–3.

21
Daftar Hadir Pembacaan Laporan Kasus dengan Judul

“Kehamilan Ektopik Terganggu“

Nama : Jumria Tandi Panggalo

NRI : 13014101005

Pembimbing : Prof. dr. Hermie M.M. Tendean, Sp.OG-K

Tanggal : Juli 2014

No Nama NRI Gelombang Tanda tangan

10

11

12

13

14

15

22
16

17

18

19

20

Manado, Juli 2014

Pembimbing,

Prof. dr. Hermie M.M. Tendean, Sp.OG-K

23

Anda mungkin juga menyukai