Dibacakan :
PELVIC PERITONITIS
Oleh:
Irene Hongarta
Supervisor Pembimbing
dr. Linda M. Mamengko, SpOG, Subsp. FER
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn. SO
Umur : 17 tahun
Pekerjaan : Pelajar
Pendidikan : SMA
Alamat : Tomohon
Agama : Kristen
Suku/Bangsa : Minahasa
MRS : 09/11/2022
2. ANAMNESIS
Keluhan Utama:
Nyeri perut kanan bawah sejak 4 hari yang lalu.
PEMERIKSAAN FISIK
Status Praesens
Keadaan Umum : Cukup
Kesadaran : Kompos Mentis
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 80 x/m
Respirasi : 21 x/m
Suhu : 38,5ᵒc
SpO2 : 95% room air
VAS : 4/10
BB : 70 kg
TB : 160 cm
IMT : 27.34 kg/m2
Kepala
Mata : Conjungtiva Anemis (+/+), Sklera Ikterik (-/-)
Hidung : Sekret (-/-), Hiperemis (-/-)
Telinga : Sekret (-/-)
Wajah : Jerawat (+/+)
Mulut : Karies (-)
Tenggorokan : Tonsil T1-T1
Leher : Pembesaran KGB (-)
Thoraks
Cor : Bunyi Jantung Reguler, Murmur (-), Gallop (-)
Pulmo : Sp. Vesikuler, Rh (-/-), Wh (-/-)
Abdomen
Inspeksi : Cembung
Palpasi : Nyeri tekan (+) kanan bawah
Perkusi : WD (-)
Auskultasi : BU (+) meningkat
Ekstremitas
Inspeksi : Hirsutisme (+) bilateral
PEMERIKSAAN GINEKOLOGI
Inspeksi : Fluksus (-), fluor (+), vulva tak
PEMERIKSAAN PENUNJANG
USG transrektal:
Hasil USG :
VU terisi kurang
Uterus antefleksi ukuran 5,48 x 4,34 cm
EL (+) 0,4 cm
Ovarium kanan sulit dievaluasi
Ovarium kiri tampak folikel-folikel, jumlah +/- 14 ukuran folikel terkecil
0.33 x0.36cm , folikel terbesar uk 1.15 x 1,62cm
FF (+)
Kesan : PCO
Bayangan gas dalam usus kesan normal. Tak tampak dilatasi usus besar maupun
usus kecil.
Tak tampak gambaran herring bone /coil spring .
Tak tampak gambaran stepp ladder.
Tak tampak udara bebas dalam cavum abdomen.
Flank area kesan normal.
Peritonel fat kesan normal.
====== [Conclusion] ======
Tak tampak kelainan yang signifikan pada pemeriksaan ini
DIAGNOSIS
P0A0 17 tahun dengan PUA O + PCO + Peritonitis e.c. suspek perforasi app
RENCANA TERAPI
DPJP: dr. Linda M. Mamengko, Sp.OG (K)
- Ceftriaxone 2 x 1 g IV (ST)
- Metronidazole 2 x 500 mg IV
- Konsul TS Bedah :
Diagnosis :
Peritonitis ec susp Apendisitis akus dd Tuba ovarial abses.
Rencana :
Laparakopik diagnostik
Rencana Tindakan :
Laparaskopi konversi laparatomi + drainase abses + Apendektomi ec peritonitis ec
suspect Tuba Ovarial Abses.
LAPORAN OPERASI
Tanggal operasi: 9 November 2022
- Divisi Bedah
1. Pasien tidur terlentang diatas meja operasi dalam anestesi
2. Asepsi dan antisepsis lapangan operasi
3. Insisi infraumbilikal, insisi diperdalam hingga fasia, fasia diklem kocher
dan dibuka secara tajam hingga menembus peritoneum, dan ditegel.
4. Dimasukkan trokar 10mm dan gas dialirkan. Masuk kamera, dilakukan
diinsisi 8 cm ke lateral kanan sejajar umbilikus, dimasukkan trokar 5mm.
5. Evaluasi intra-abdomen, tampak omentum taksis ke rongga pelvis, kanan
bawah, dan kiri abdomen, disertai perlengketan dan pocket - pocket abses.
Kesan perlengketan sulit dilepas.
6. Diputuskan dilanjutkan konversi laparotomi infraumbilikus.
7. Evaluasi lebih lanjut tampak adhesi peritoneum, omentum, usus2 halus,
kolon, uterus, serta kedua tuba dan ovarium, dilanjutkan dengan
adhesiolisis. Pocket - pocket abses didrainase, kesan tuba ovarian abses
kanan.
8. Apendiks tampak hiperemis, letak retrocaecal, dilanjutkan dengan
apendektomi, lalu punctum appendix dijahit tabac sac.
9. Evaluasi lebih lanjut organ intra-abdomen dalam batas normal
10. Rongga abdomen dicuci dengan NaCl 0,9% hangat
11. Operasi dilanjutkan TS Obsgin.
1. Eksplorasi lanjut dilakukan oleh Obgin, dilakukan adhesiolisis, ditemukan
abses dan tuba falopi kanan membesar ukuran ± 5x4 cm, ovarium kanan
tervisualisasi membesar; tuba talopi kiri ukuran ± 4x4cm, ovarium kiri sulit
dievaluasi.
2. Dilakukan drainase pus dari cavum uteri dan cavum abdomen dicuci
dengan NaCl 0,9%
3. Kontrol perdarahan → perdarahan aktif (-)
4. Abdomen ditutup lapis demi lapis
5. Peritoneum dan fascia dijahit secara mass closure secara jelujur dengan
PGA 2 tapper
6. Lemak dijahit secara interuptus dengan plain catgut 2/0 tapper
7. Kulit dijahit dengan PGA 2/0 cutting
8. Luka operasi ditutup dengan kassa steril
9. Operasi selesai
10. Perdarahan 150 cc
11. Diuresis 150 cc / 2 jam
Laboratorium (09/11/2022)
- Hemoglobin: 11,8 g/dL
- Leukosit: 18.600 sel/µL
- Trombosit: 309.000 /µL
- GDS: 69 mg/dL
- Ureum: 23 mg/dL
- Creatinine: 0,7 mg/dL
- SGOT: 19 U/L
- SGPT: 22 U/L
- Natrium: 133 mEq/L
- Kalium: 3,7 mEq/L
- Klorida: 99 mEq/L
Urinalisis (09/11/2022)
- Eritrosit: 5 – 6 /LPB
- Leukosit: 6 – 9 /LPB
- Epitel: 4 – 5 /LPK
- Leukosit: 1+
- Protein: 1+
- Keton: 2+
- Urobilinogen: 4+
- Billirubin: 1+
- Darah: 1+
- hCG: (-)
Laboratorium (10/11/2022)
- Hemoglobin: 11,2 g/dL
- Leukosit: 23.100 sel/µL
- Trombosit: 292.000 /µL
A: P0A0 17 tahun dengan TOA bilateral dengan hidrosalfing bilateral dan
apendisitis + telah dilakukan laparotomi apendektomi + drainase H1
P:
- Ceftriaxone 2 x 1 g iv
- Metronidazole 2 x 500 mg iv
- Klindamicin 2x100mg
- Ketoprofen 1x200mg supp
- Parasetamol 3x1gr iv
- Ranitidine 2x50mg iv
- Asam tranexamat 3x50mg iv
- Vitamin Bcomplex 2x500mg
-
Saran dari TS Bedah:
- Metoclopramide IV 3 x 1 amp
- NGT tertutup
- Diet clear water
- Mobilisasi
- Bladder training → aff kateter
Laboratorium (11/11/2022)
- Hemoglobin: 10,5 g/dL
- Leukosit: 11.100 sel/µL
- Trombosit: 321.000 /µL
P:
- IVFD RL 500 cc 20 tpm
- Ceftriaxone IV 2 x 1 g
- Metronidazole IV 2 x 500 mg
- Paracetamol IV 3 x 1 g
- Ranitidine IV 2 x 50 mg
- Asam traneksamat IV 3 x 500 mg
- Clindamycin 2 x 100 mg PO
- Vitamin B kompleks + C 2 x 1 tab PO
- SF 1 x 200 mg PO
- Ketoprofen 1 x 200 mg supp
- Perawatan pasca operasi
Terapi TS Gizi:
- Diit lambung I
- Jadwal 3 x makan + 2 x extra
- Kebutuhan gizi: energi 1.300 kkal, protein 65 gram, lemak 28,8 gram,
karbohidrat 195 gram
- Extra 3 x makanan cair
- Monitor asupan, hasil laboratorium.
Terapi TS Bedah:
- Saran aff kateter, aff NGT
- DL 1
- Mobilisasi
12 November 2022
S: Nyeri luka operasi
O: KU: Cukup Kes: CM
T: 120/70 mmHg
N: 80 x/m
R: 20 x/m
S: 36,6ᵒC
Kepala: Conjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Abdomen: Luka operasi terawat, drain cairan serous 50 cc, bisung usus (+)
normal
Kateter (+), bladder training
P:
- IVFD RL 500 cc 20 tpm
- Ceftriaxone IV 2 x 1 g
- Metronidazole IV 2 x 500 mg
- Paracetamol IV 3 x 1 g
- Ranitidine IV 2 x 50 mg
- Asam traneksamat IV 3 x 500 mg
- Clindamycin 2 x 100 mg PO
- Vitamin B kompleks + C 2 x 1 tab PO
- SF 1 x 200 mg PO
- Ketoprofen 1 x 200 mg supp
- Perawatan pasca operasi
Terapi TS Gizi:
- Diet TKTP menu RS dengan komposisi energi 1.400 kkal, protein 45
grama, lemal 45 gram, dan karbohidrat 204 gram. Dibagi dalam 3x
pemberian
- Pepsitol 45 gram + air 150 cc sebanyak 2 x per hari
- Pemberian dilakukan secara bertahap sampai kebutuhan terpenuhi.
- Monitor asupan, hasil laboratorium.
13 November 2022
S: Nyeri luka operasi (+). Demam (-). Sudah terdapat flatus dan BAB.
O: KU: Cukup Kes: CM
T: 122/72 mmHg
N: 80 x/m
R: 20 x/m
S: 36,6ᵒC
Kepala: Conjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Abdomen: Cembung, lemas, luka operasi terawat, drain 100 cc, bising
usus (+) normal
P:
- IVFD RL 500 cc 20 tpm
- Ceftriaxone IV 2 x 1 g
- Metronidazole IV 2 x 500 mg
- Paracetamol IV 3 x 1 g
- Ranitidine IV 2 x 50 mg
- Asam traneksamat IV 3 x 500 mg
- Clindamycin 2 x 100 mg PO
- Vitamin B kompleks + C 2 x 1 tab PO
- SF 1 x 200 mg PO
- Lansoprazole 1 x 1 cap
- Ketoprofen 1 x 200 mg supp
- Perawatan pasca operasi
- Observasi tanda vital, perdarahan, drain
- Rawat bersama TS Bedah
- NGT tertutup sesuai TS Bedah
- Pemeriksaan DL ulang, bila hasil normal maka pasien bisa rawat jalan:
• Cefadroxil 3 x 500 mg
• Doxycycline 2 x 100 mg
• Lansoprazole 1 x 1 cap
• SF 1 x 200 mg
• Vitamin B comp C 2 x 1
• Rawat luka operasi
PEMBAHASAN
Idealnya dilakukan pemeriksaan dalam dan inspekulo pada kasus seperti ini,
akan tetapi karena pasien belum menikah maka pemeriksaan tersebut tidak dapat
dilakukan, sehingga evaluasi vagina untuk menilai duh tubuh dalam dinding vagina
dan serviks (strawberry cervix, duh tubuh serviks, penilaian nyeri goyang serviks,
nyeri adneksa, dan lainnya) tidak dapat dilakukan.
PID utamanya merupakan diagnosis klinis. Walaupun terdapat beberapa
pemeriksaan penunjang yang dapat membantu penegakan diagnosis seperti NAAT
(nucleic acid amplification test) untuk mengidentifikasi C. trachomatis dan N.
gonorrhea, akan tetapi hasil NAAT negatif tidak mengeksklusikan PID.
Ultrasonografi (USG) dan CT scan dapat dilakukan, dan bila hasil negatif, PID juga
tidak dapat dieksklusikan. Maka dari itu, terapi dini dan tepat harus dimulai
berdasarkan kecurigaan klinis. Komplikasi jangka pendek yang dapat terjadi
sebagai akibat dari PID adalah TOA atau abses pelvis, sedangkan komplikasi
jangka panjang yang dapat terjadi yakni kehamilan ektopik, infertilitas, dan nyeri
pelvis kronis.10
TOA adalah adalah massa pada adneksa yang berasal dari infeksi
polimikroba sebagai akibat dari PID. Patogen dominan biasanya adalah bakteri
anaerobik. Uniknya, N. gonorrhea dan C. trachomatis biasanya tidak ditemukan
dari TOA. Pertama, infeksi asendens dari vagina dan serviks naik ke endometrium,
kemudian menyebar ke tuba fallopi hingga ke kavum peritoneum di mana patogen
membentuk massa berdinding. Mayoritas kasus terdapat peritonitis di sekitar
massa. Selain itu, TOA juga dapat terjadi sebagai penyebaran dari organ sekitar
yang terinfeksi, paling sering yaitu apendiks. Penyebaran secara hematogen atau
kanker organ pelvis juga dapat menyebabkan TOA.3
Faktor risiko PID dan TOA serupa, yaitu aktivitas seksual dengan beberapa
pasangan, usia reproduktif, riwayat PID sebelumnya, pemasangan AKDR (alat
kontrasepsi dalam rahim), dan ligasi tuba.3,10 Pada kasus ini, pasien hanya memiliki
faktor risiko usia reproduktif. Riwayat aktivitas seksual tidak tergali.
Manifestasi klasik TOA adalah nyeri abdomen, massa pelvis pada
pemeriksaan fisik, demam, dan leukositosis. Beberapa manifestasi yang tidak
umum ditemukan namun dapat menjadi keluhan pada TOA adalah duh tubuh
vagina (28%), mual (25%), dan perdarahan dari jalan lahir (21%). 3 Maka dari itu,
perdarahan yang dialami oleh pasien bisa menjadi bagian dari PID maupun TOA.
Duh tubuh mukopurulen dan nyeri goyang serviks mengarahkan diagnosis
ke PID, akan tetapi bila secara bersamaan ditemukan nyeri tekan abdomen bagian
bawah yang mengindikasikan nyeri pada uterus atau adneksa, maka TOA perlu
dicurigai. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah USG, CT scan
abdomen, MRI, atau laparoskopi sebagai pemeriksaan baku emas. USG adalah
pencitraan yang ideal karena terjangkau dari segi biaya, tidak ada paparan radiasi,
dan tersedia secara luas. Pada USG, dapat ditemukan obliterasi adneksa sempurna
unilateral atau bilateral, ketebalan tuba fallopi >5 mm, cairan pada cul-de-sac, dan
septa inkomplit dalam tuba fallopi. 3 Tanda roda pedati atau cogwheel (Gambar 1)
adalah penanda sensitif untuk TOA. Selain itu, dapat ditemukan kompleks tubo-
ovarium, yaitu gambaran ovarium yang meradang berupa polikistik reaktif (akibat
edema) dan kemudian menjadi lengket ke tuba dan biasanya terletak dalam pouch
of Douglas (Gambar 2).12 Pada CT scan dapat ditemukan abses dengan dinding
tebal dan seragam (95%), yang seringkali multilokuler (89%) dengan peningkatan
densitas cairan.3
5. Vulvovaginal - STI Treatment Guidelines [Internet]. 2021 [cited 2022 Dec 4].
Available from: https://www.cdc.gov/std/treatment-guidelines/vaginal-
discharge.htm
6. Bacterial Vaginosis - STI Treatment Guidelines [Internet]. 2022 [cited 2022 Dec 4].
Available from: https://www.cdc.gov/std/treatment-guidelines/bv.htm
7. Trichomoniasis - STI Treatment Guidelines [Internet]. 2022 [cited 2022 Dec 4].
Available from: https://www.cdc.gov/std/treatment-guidelines/trichomoniasis.htm
10. Jennings LK, Krywko DM. Pelvic Inflammatory Disease [Internet]. StatPearls
[Internet]. StatPearls Publishing; 2022 [cited 2022 Dec 4]. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK499959/
15. Peña AS, Witchel SF, Hoeger KM, Oberfield SE, Vogiatzi MG, Misso M, et al.
Adolescent polycystic ovary syndrome according to the international evidence-
based guideline. BMC Med. 2020 Mar 24;18(1):72.
16. Teh JJ, Wali S, Mollier J, Gilchrist M, Miskry T. The management of tubo-ovarian
abscess - A retrospective analysis of a centre offering outpatient intravenous
antibiotic therapy. F1000Research. 2022 Apr 1;11:386.
19. Taylor GM, Erlich AH, Wallace LC, Williams V, Ali RM, Zygowiec JP. A tubo-
ovarian abscess mimicking an appendiceal abscess: a rare presentation of
Streptococcus agalactiae. Oxf Med Case Rep. 2019 Aug 10;2019(8):omz071.