Anda di halaman 1dari 31

PRESENTASI KASUS

Oleh
Dimas Yudhistira Astura
Anatomi serviks

Terbagi atas dua bagian yaitu bagian atas atau


supravaginal dan bagian bawah atau vaginal.

Bagian luar dari vagina yang disebut ektoserviks


dibatasi oleh forniks kanan, kiri, depan, belakang
yang ditutupi oleh epitel gepeng berlapis yang
mengkilat dan berwarna merah muda.

Kemudian ektoserviks tersebut dihubungkan oleh


kanalis servikalis dengan serviks bagian dalam
yang dilapisi oleh epitel endoserviks (epitel silindris
selapis) yang berwarna merah.
1.
Epitel skuamosa ( gepeng ) : pada
ektoserviks

2.
Epitel kolumnar ( silindris ) : pada
endoserviks

3. Zona transformasi
Estrogen level, mekanismenya belum
jelas tetapi diyakini merupakan respon
terhadap tingginya tingkat sirkulasi estrogen
dalam tubuh.
Erosiserviks adalah hilangnya
sebagian/seluruh permukaan epitel
gepeng (squamo) berlapis dari
ektoserviks dan diganti oleh epitel
silindris (columnar) selapis dari kanalis
servikalis, oleh karena itu portio menjadi
berwarna merah, granuler, dan lebih
mudah terkena infeksi.
ESTROGEN
a. Dalam Kehamilan

b. Pada wanita yang mengkonsumsi pil KB

c. Saat kelahiran

d. Pada wanita pengguna Hormone


Replacement Therapy (HRT)
INFEKSI

Teori bahwa infeksi adalah penyebab


dari erosi perlahan-lahan mulai tidak
terbukti. Bukti mengatakan bahwa
infeksi tidak menyebabkan erosi serviks
tapi justru sebaliknya, pergantian epitel
dari erosi serviks yang membuat serviks
lebih rentan terhadap berbagai bakteri
dan jamur dan cenderung sangat mudah
terinfeksi.
Kebanyakan wanita dengan erosi serviks tidak
memiliki gejala apapun. Tetapi wanita dengan erosi
yang luas dan berat bisa terdapat:

1.Peningkatan vaginal discharge

2. Perdarahan

3. Infertilitas

4. Pruritus vulva
PEMERIKSAAN
Pemeriksaan fisik :
Luas erosi serviks nampak terang,
permukaannya merah di sekitar mulut leher
rahim. Hal ini dapat meluas sampai ke
dalam leher rahim. Hal ini dapat bisa
menyebabkan terjadinya sedikit perdarahan
selama pemeriksaan. Folikel kecil Nabotii
mungkin dapat ditemukan tersebar di
permukaan
2. Anamnesis Khusus:

a. Keluhan utama : Keputihan .

b. Riwayat penyakit : Pasien mengeluh menderita


keputihan sejak 8 bulan yang lalu, tepatnya saat
pasien hamil dengan umur kehamilan 5 bulan.
Kemudian semakin hari keputihannya terasa semakin
bertambah, terutama sejak 2 bulan terakhir. Oleh
karena pasien merasa tidak nyaman serta gelisah
dengan kondisi ini, dikhawatirkan ada penyakit tertentu,
maka pasien memeriksakan diri ke Poli Kebidanan dan
Kandungan pada tanggal 14 Januari 2011.
KOMPLIKASI
1. Servisitis:
58,8% kejadian
Chlamydia Trachomatis dan Neisseria
Gonorrhoeae
kontak seksual Pada pemeriksaan nampak
cairan mukopurulen dan terdapat peningkatan
PMN (polymorphonuclear) leukosit

2. Erosi serviks mungkin merupakan tanda


awal kanker serviks
PENGOBATAN

Biasanya erosi serviks tidak menimbulkan gejala dan kebutuhan


perawatan.

Antibiotik oral maupun antibiotik topikal bisa digunakan untuk terapi .

Jika gejala ini semakin berat, maka tindakan yang sederhana baik
pembekuan (cryotherapy) atau cauterisasi (diatermi) erosi serviks
harus dilakukan.
RESPONSI KASUS
A. IDENTIFIKASI:
Nama : Ny. S
Umur : 27 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jalan ikan paus no. 12, Probolinggo
Agama : Islam
Status : Menikah
Bangsa : Indonesia
Datang ke poli : 14 Januari 2011

B. ANAMNESIS (autoanamnesis):
1. Anamnesis Umum:

Riwayat perkawinan:
Kawin 1 kali, menikah pada usia 24 tahun, lamanya 3 tahun.

Riwayat Obstetri:
P2A0
Anak pertama : Laki-laki, usia 2 tahun 3 bulan
Anak kedua : Perempuan, usia 4 bulan
2. Anamnesis Khusus:
a. Keluhan utama : Keputihan .

b. Riwayat penyakit : Pasien mengeluh menderita


keputihan sejak 8 bulan yang lalu, tepatnya saat pasien
hamil dengan umur kehamilan 5 bulan. Kemudian semakin
hari keputihannya terasa semakin bertambah, terutama sejak
2 bulan terakhir. Oleh karena pasien merasa tidak nyaman
serta gelisah dengan kondisi ini, dikhawatirkan ada penyakit
tertentu, maka pasien memeriksakan diri ke Poli Kebidanan
dan Kandungan pada tanggal 14 Januari 2011.
C. PEMERIKSAAN FISIK:
1. Status present:

Keadaan umum : cukup


Konjungtiva pucat : (-)/(-), ikterus (-)
Kesadaran : kompos mentis
Tekanan darah : 130/90 mmHg
Nadi : 88x/menit
Pernapasan : 22x/menit
Temperatur : 37,2 C.
Extrimitas : Edema (-/-), varises (-/-), refleks fisiologis (+/
+), refleks patologis (-/-)
Payudara : hiperpigmentasi (-/-).
Jantung : gallop (-), murmur (-).
Paru-paru : bising nafas vesikuler normal, ronkhi (-/-),
wheezing (-/-)
Keadaan gizi : sedang.
Berat badan : 44 kg
Tinggi badan : 153 cm
2. Status ginekologis:

Pemeriksaan luar: Abdomen; datar,


lemas, simetris, massa (-), nyeri tekan
(-), tanda cairan bebas (-).

Inspekulo: Pada porsio nampak


kemerahan, keputihan (+) kental dan
berwarna seperti susu
D. DIAGNOSIS:
Erosi serviks dengan servisitis

E. TERAPI:
1. Albothyl
2. Ceftriaxone 3x1
3. Metronidazole 2x1
F. FOLLOW UP:

1. 22 Januari 2011:
Inspekulo: masih nampak keputihan, kental, berwarna seperti
susu, masih nampak porsio kemerahan
Terapi: Albothyl
Ceftriaxone 3x1
Metronidazole 2x1

2. 2 Pebruari 2011:
Inspekulo: keputihan mulai berkurang, daerah kemerahan
pada porsio mengalami pengurangan

Terapi: Albothyl
Ceftriaxone 3x1
Metroniazole 2x1
ANALISA MASALAH
Erosi serviks adalah hilangnya sebagian/seluruh permukaan epitel gepeng (squamous)
berlapis dari ektoserviks dan diganti oleh epitel silindris (columnar) selapis dari kanalis
servikalis, oleh karena itu portio menjadi berwarna merah dan granuler. Karena terjadi
pergantian epitel tersebut, maka serviks lebih muda terkena infeksi. Mekanisme
terjadinya erosi ini memang belum jelas, namun diyakini terjadi pada saat masa janin,
maupun masa reproduksi, karena respon terhadap tingkat sirkulasi estrogen dalam
tubuh.
Dari anamnesa, dikatakan jika pasien mengeluh keputihan sejak 8 bulan yang lalu,
tepatnya saat pasien hamil anak kedua, dengan umur kehamilan sekitar 5 bulan.
Keputihannya cukup banyak, namun tidak disertai bau. Sebelumnya pasien pernah
mengalami keputihan, yaitu pada waktu SMA, namun pasien mengatakan jika
keputihannya tidak terlalu banyak, sehingga tidak pernah diperiksa ke dokter dan
keputihannya sembuh dengan sendirinya. Dalam 2 bulan terakhir ini, pasien
mengatakan jika keputihannya terasa semakin banyak, sehingga pasien merasa tidak
nyaman dengan keadaan ini dan memeriksakan diri ke Poli kebidanan dan kandungan.
Setelah di-inspekulo, nampak keputihan yang cukup kental, berwarna putih seperti susu,
dan terdapat daerah radang yang berwarna merah terang pada portio.
Menurut anamnesa, keputihan pertama terjadi pada saat ibu hamil 5 bulan. Pada ibu
hamil terjadi peningkatan kadar estrogen, karena estrogen sangat berpengaruh terhadap
sistem kardiovaskular maternal, yaitu menyebabkan vasodilatasi sirkulasi uteroplasenta,
stimulasi sistem renin-angiotensin-aldosteron, dan neovaskularisasi plasenta. Estrogen
juga meningkatkan kontraktilitas uterus dan mempunyai efek terhadap pertumbuhan
dan perkembangan glandula mammae. Oleh karena itu, disini saya menyimpulkan
bahwa pada pasien ini, erosi serviks terjadi karena kadar estrogen yang meningkat pada
saat pasien hamil
Kemudian pada anamnesa lanjut, didapatkan data tentang riwayat ekonomi pasien. Pasien berasal dari
keluarga dengan ekonomi menengah kebawah. Kemudian dilihat dari riwayat pendidikannya, pasien
mengatakan jika beliau hanya lulusan SMA. Pada riwayat gizi, pasien mengatakan jika jarang sekali
makan makanan yang bergizi. Setiap hari hanya makan 2 sampai 3 kali, mengkonsumsi lauk seadanya,
sehingga nutrisi yang masuk kurang, dan berdampak pada daya tahan tubuh pasien yang kurang baik.
Kemudian dari lingkungan, pasien tinggal di daerah yang menurut beliau kebersihannya kurang.
Berdasar pengakuan pasien, pasien jarang sekali memperhatikan kebersihan organ vitalnya. Pada saat
sehabis koitus-pun, pasien juga jarang sekali membersihkannya.Disini dapat disimpulkan bahwa
kesadaran diri pasien tentang pentingnya menjaga kebersihan organ vital sangat minim.
Sebenarnya erosi bukanlah sesuatu yang berbahaya, karena erosi hanyalah sebuah pergantian epitel
dari gepeng berlapis menjadi silindris selapis, selama tidak terdapat infeksi maupun invasi dari bahan-
bahan patogen. Namun pada pasien ini, dikarenakan pasien kurang menjaga kebersihan, terutama
organ vitalnya, akibatnya rentan terjadi infeksi. Kemudian infeksi ini ditandai dengan keputihan, yang
disebut dengan servisitis. Faktor nutrisi juga sangat berpengaruh, dalam hal ini pada daya tahan tubuh
pasien, namun dikarenakan pasien dari juga kurang mendapat nutrisi yang baik, sehingga hal ini
semakin memudahkan infeksi terjadi dan berkembang, oleh karena itu wajar jika pasien mengatakan
jika keputihannya tidak kunjung sembuh dan malah bertambah banyak.
Pasien mendapat perawatan yang cukup intensif di Poli kandungan, temasuk juga informasi tentang
nutrisi, juga tentang pentingnya menjaga kebersihan organ vital, kerap kali diberitahukan kepada
pasien. Setiap kali kontrol ke poli, pasien selalu dievaluasi tentang keputihannya, kemudian juga
tentang radang pada porsio nya. Pasien diobati dengan Albothyl, Ceftriaxone dan Metronidazole.
Albothyl yang mengandung Policresulen, bermanfaat sebagai antiseptik. Selain itu Policresulen juga
berfungsi untuk pembuangan serta penyembuhan jaringan yang rusak. Ceftriaxone yang merupakan
Sefalosporin generasi ketiga, diberikan karena sangat efektif untuk infeksi bakteri aerob. Sedangkan
Metronidazole efektif untuk infeksi bakteri anaerob
Pada kontrol yang kedua masih nampak adanya keputihan, namun radang
pada porsio mulai berkurang. Kontrol ketiga, keputihannya berkurang, begitu
juga dengan radang pada porsionya, meski masih nampak, namun luasnya
mengalami penurunan yang signifikan dibanding pada saat kontrol kedua..
Disini pasien bercerita jika beliau telah menjalankan apa yang diperintahkan.
Pasien minum obat dengan teratur sesuai petunjuk dari dokter, kemudian juga
makan lebih teratur, apa yang dimakan selalu diusahakan yang bergizi, walau
tidak selalu seperti itu setiap harinya. Yang paling penting, menjaga
kebersihan organ vitalnya saat ini benar-benar diperhatikan.
Dari kasus diatas, dapat saya simpulkan bahwa sebenarnya erosi adalah hal
yang fisiologis , itu dikarenakan terjadi karena respon terhadap sirkulasi
estrogen dalam tubuh, biasa terjadi pada wanita pada saat kadar estrogen
dalam tubuhnya cukup tinggi, dan hal itu tidak berbahaya selama tidak ada
infeksi, maupun invasi dari bahan-bahan asing yang bersifat patogen.
Kebersihan organ vital serta nutrisi yang baik sangat berperan besar terhadap
pertahanan diri, dari infeksi maupun bahan-bahan asing, sehingga erosi tidak
menjadi sesuatu yang patologis.

Anda mungkin juga menyukai