PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Tuberkulosis adalah suatu
BATASAN MASALAH
Laporan Kasus ini berisi tentang Anamnesa, pemeriksaan fisik, gejala
pasien, serta penatalaksanaan Coxitis. Laporan ini juga membahas sedikit
mengenai Coxitis secara umum.
1.3
TUJUAN PENULISAN
Penulisan Laporan Kasus ini bertujuan untuk:
-
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1
IDENTITAS
Nama
: An.RA
Umur
: 5 tahun
: Dampit
Pekerjaan
: Belum bekerja
Pendidikan
: Belum sekolah
Agama
: Islam
: Jawa
ANAMNESA
Keluhan Utama:
Pembengkakan pada paha kanan atas bagian belakang yang terasa nyeri.
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang ke poli bedah ortopedi RSUD Kanjuruhan Kepanjen
diantar oleh ayahnya dengan posisi sendi panggul fleksi dan keluhan
pembengkakan pada paha kanan atas bagian belakang sejak 1 bulan yang lalu.
Pembengkakan tersebut dimulai dengan munculnya benjolan yang berukuran
1cm yang makin lama makin membesar. Besarnya ukuran benjolan tersebut
awalnya tidak mengganggu pasien namun makin hari makin terasa nyeri dan
pada benjolan tersebut mulai membengkak hingga mengeluarkan cairan
berwarna kuning seperti madu yang keruh. Selain nyeri, pasien juga kesulitan
beraktivitas (bermain) sehingga pasien seringkali rewel. Menurut ayah pasien,
pasien lebih rewel dan sering merasa kesakitan di malam hari. Selain itu,
menurut orang tua pasien berat badan pasien juga turun secara drastis dalam
Diabetes
: tidak diketahui
Alergi
: tidak diketahui
Batuk lama
: disangkal
: Tidak diketahui
Diabetes
: Tidak diketahui
Alergi
: Tidak diketahui
Batuk lama
tahun yang lalu dengan diagnose penyakit paru-paru. Ibu pasien tersebut
rutin berobat namun obat kadang berhenti diminum bila keluhan berkurang.
Setelah minum obat biasanya kencing berwarna merah yang oleh dokter
dikatakan sebagai efek samping obat.
2.3
PEMERIKSAAN FISIK
Status Present
Tampak kesakitan, kesadaran compos mentis (GCS E4V5M6), status gizi kesan
kurang.
Tanda Vital
Tensi
: 130/100 mmHg
Nadi
Pernafasan
Suhu
: 38,2o C
PB
: 120 cm
BB
: 11 kg
BMI
= Kg/m2
= 11/(1,2)2
= 7,64
Indeks
BB/U
Status gizi
BB Lebih (Over weight)
BB Normal (Normal weight)
BB Rendah (Under weight)
BB Sangat Rendah (Severe Under weight)
Z score
> +2 SD
-2 SD s/d +2 SD
-3 SD s/d < -2 SD
< -3 SD
Kepala
Bentuk : normocephali
Rambut : warna kemerahan seperti rambut jagung, distribusi merata.
Mata
Sklera Ikterik
: -/-
Conjuctiva Anemis
: -/-
Telinga
Bentuk
: normotia
Secret
: -/-
Hidung
Tidak ada deviasi septum
Sekret
: -/-
Tonsil
: T1/T1
Pharing
: tidak hiperemi
Leher
Trakea lurus di tengah, tidak teraba pembesaran KGB
Paru
6
: Regio pelvis dekstra teraba lebih hangat dari pada Regio pelvis sinistra,
nyeri tekan (+), krepitasi (-), pembengkakan limfonodi daerah setempat
(-)
RESUME
An.RA 5 tahun datang ke poli bedah ortopedi dengan posisi sendi
panggul fleksi dan keluhan pembengkakan
belakang yang terasa nyeri, makin membesar 1bulan, membentuk luka yang
mengeluarkan cairan berwarna kuning seperti madu yang keruh. Pasien juga
mengalami penurunan berat badan 5kg dalam jangka waktu 1 bulan, 1
minggu sebelum dibawa ke RSUD pasien mengalami batuk ringan dan demam,
status gizi kesan kurang, pasien nampak sakit, riwayat trauma (-), riwayat
keluarga sakit paru-paru (+). Pada pemeriksaan lokalisata pada regio pelvis
posterior dekstra ditemukan kulit kemerahan, terdapat luka 1cm penonjolan
abnormal (+), oedem (+), teraba lebih hangat dari pada Regio pelvis posterior
sinistra, nyeri tekan (+), pembengkakan limfonodi daerah setempat (-),
pergerakan aktif dan pasif hip joint terhambat.
2.4
DIAGNOSIS
Diagnosis Kerja
Coxitis suspect Infeksi Bakteri Spesifik (Tuberculosis) dengan gizi buruk
Diagnosis Banding
Coxitis non spesifik
Osteoarthritis
Dislokasi panggul bawaan.
2.5
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk mendukung diagnosis dan
menyingkirkan diagnosis banding. Usulan pemeriksaan adalah:
1. Pemeriksaan laboratorium: darah lengkap, mantoux test, biopsy dan kultur
jaringan
2. X-Ray
2.6
PENATALAKSANAAN
Non operatif
1. Memperbaiki keadaan umum penderita, istirahat, perbaikan nutrisi (konsul
ke Gizi).
2. Pemberian antituberculostatika dengan triple drug bila BTA (+) pada
pemeriksaan bakteriologi, mantoux (+) 10 mm (konsul ke Spesialis anak).
Operatif
1. Debridement pada regio pelvis posterior dekstra yang mengalami lesi
2. Imobilisasi dengan traksi kulit pada tungkai yang sakit.
2.7
DISKUSI
Pada kasus ini diambil kesimpulan bahwa pasien menderita Coxitis
suspect infeksi spesifik (Tuberculosis) dengn gizi buruk berdasarkan temuan
pada;
Anamnesa
-
Benjolan pada paha kanan atas bagian belakang yang mengeluarkan nanah
yang terasa nyeri sehingga pasien kesulitan beraktivitas.
Pemeriksaan fisik
-
non spesifik, osteoarthritis dan dislokasi panggul bawaan. Infeksi sendi non
spesifik (Arthritis supuratif akut) dijadikan diagnosis banding berdasarkan
kesamaan bahwa infeksi ini menyerang sendi dan bermanifestasi klinis pada
anak-anak berupa benjolan yang berisi pus, nyeri, menyerang sendi besar,
gerakan sendi menjadi terbatas.11 Namun diagnosis ini dapat disingkirkan karena
pada infeksi sendi non spesifik (Arthritis supuratif akut) infeksi sendi dapat
terjadi: 1. Secara langsung melalui luka pada sendi baik karena luka trauma,
injeksi atau tindakan atroskopi, 2. Penyebaran osteomielitis kronis yang
menembus masuk ke dalam sendi, 3. Metastasis dari tempat lain melalui
sirkulasi darah, sementara pada pasien ini riwayat trauma pada sendi yang
bersangkutan maupun trauma pada lokasi lain pada tubuh pasien disangkal.
Selain itu, diagnosis ini dapat disingkirkan jika pada pemeriksaan bakteriologi
ditemukan BTA (+) karena pada infeksi sendi non spesifik (Arthritis supuratif
akut) disebabkan oleh Stafilococcus aureus.
11
Namun diagnosis
11
10
BAB III
COXITIS SUSPECT INFEKSI SPESIFIK (TUBERCULOSIS)
DENGAN GIZI BURUK
3.1
DEFINISI
Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis. Penyakit ini diketahui mengenai hampir semua organ tubuh dalam
bentuk TB Paru dan TB Ekstraparu. Pemikiran kemungkinan adanya TBE yang
menyertai TBP pada seorang penderita agaknya belum menjadi kelaziman.
Dikenal istilah Koch pulmonum, yaitu penyakit paru yang disebabkann
Mycobacterium tuberculosis. Seringkali penyakit tuberkulosis diidentikkan
dengan Koch pulmonum, seolah-olah tuberkulosis hanya menimbulkan
penyakit paru-paru saja. Sikap ini dapat
11
merupakan salah satu infeksi spesifik tulang dan sendi, terbanyak disebabkan
oleh Mycobacterium tuberculosis.5
3.2
EPIDEMIOLOGI
Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit menular yang dapat berakibat
fatal dan dapat mengenai hampir semua bagian tubuh. Biasanya dan lebih
banyak mengenai paru. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Mycrobacterium
tuberculosis atau Tubercle bacillus. Menurut WHO 6, Indonesia adalah negara
yang menduduki peringkat ketiga dalam jumlahpenderita TB setelah India dan
Cina. Diperkirakan 140.000 orang meninggal akibat TB setiap tahun atau setiap
4 menit ada satu penderita yang meninggal dinegara negara tersebut , dan
setiap 2 detik terjadi penularan. Hampir 10% dari seluruh pendertita TB
memiliki keterlibatan dengan muskulo-skeletal.7
Penyebaran Mycrobacterium tuberculosis berasal dari hematogen dari
tempat lain maupun bisa langsung dari daerah metaphyse menyebar ke synovial
11
joint. Sendi terbanyak terkena ialah sendi panggul (Coxitis tuberculosa) dan
sendi lutut (Gonitis tuberculosa), terbanyak pada anak yang sedang tumbuh.
Tuberculosis sendi umumnya bersifat monoartikuler (80%) dan hanya
20% yang bersifat poliartikuler. Sendi yang terserang terutama sendi lutut,
panggul, pergelangan kaki dan kadangkala sendi bahu. Arthritis tuberculosa
selalu disertai osteomielitis tuberkulosa yang merupakan penyebaran dari
tuberculosis pada epifisis.11
3.3
PATOFISIOLOGI
Mycrobacterium tuberkulosis masuk kedalam tubuh manusia melalui
saluran pernafasan dan saluran cerna, dengan perjalanan infeksi berlangsung
dalam 4 fase:7
1. Fase Primer
Basil masuk melalui saluran pernafasan sampai ke alveoli. Didalam jaringan
paru timbul reaksi radang yang melibatkan sistim pertahanan tubuh, dan
membentuk afek primer.Bila basil terbawa ke kelenjar limfoid hilus, maka
akan timbul limfadenitis primer, suatu granuloma sel epiteloid dan nekrosis
perkijuan. Afek primer dan limfadenitis primer disebut kompleks primer.
Sebagian kecil dapat mengalami resolusi dan sembuh tanpa meninggalkan
bekas atau sembuh melalui fibrosis dan kalsifikasi.
2. Fase Miliar
Kompleks primer mengalami penyebaran miliar, suatu penyebaran
hematogen yang menimbulkan infeksi diseluruh paru dan organ lain.
Penyebaran bronkogen menyebarkan secara langsung kebagian paru lain
melalui bronkus dan menimbulkan bronkopneumonia tuberkulosa. Fase ini
dapat berlangsung terus sampai menimbulkan kematian, mungkin juga dapat
sembuh sempurna atau menjadi laten atau dorman.
3. Fase Laten
Kompleks primer ataupun reaksi radang ditempat lain dapat mengalami
resolusi dengan pembentukan jaringan parut sehingga basil menjadi dorman.
Fase ini berlangsung pada semua organ yang terinfeksi selama bertahuntahun.Bila terjadi perubahan daya tahan tubuh maka kuman dorman dapat
12
Inhalasi basil TB
Alveolus
Destruksi basil TB
Destruksi makrofag
Resolusi
Pembentukan tuberkel
Kelenjar limfe
Perkijuan
Penyebaran hematogen
Kalsifikasi
Kelenjar limfe
Pecah
13
MANIFESTASI KLINIS
Penderita terbanyak pada anak-anak, terdapat chronically irritable joint,
anak berjalan dengan kaki pincang. Sendi terasa nyeri, otot spasme dan atropi.
Terdapat kontraktur fleksi sendi lutut, atau sendi panggul. Laju endap darah
14
meningkat dan tuberculin skin test positif. Biasanya, anak akan muncul
umumnya sakit, mudah lelah, dan memiliki berat badan turun dengan jelas.
Riwayat keluarga TB atau riwayat pribadi adenitis serviks atau radang selaput
dada dapat diperoleh. Jika lesi berada dalam ekstremitas bawah, misalnya, di
pinggul, gejala awal mungkin sedikit lemas karena ketidaknyamanan. Sendi
yang terkena akan menjadi kaku, dan segera "night-cries" berkembang, karena
iritasi dari proses ini adalah masih low-grade, spasme otot melindungi bagian di
siang hari, tetapi ketika anak tertidur tindakan perlindungan dari otot-otot hilang,
dan saat bergerak, nyeri dirasakan, maka, anak tersebut akan menangis.4
Pada coxitis, infeksi biasanya mulai di epifisis femur dan kadang-kadang
mulai di membran sinovia. Rasa nyeri terasa di lutut (reffered pain). Kemudian
terjadi arthritis dan abses yang menyebabkan dekstruksi caput femoris. Gejala
pertama biasanya spasme dan kelemahan intermitten. Rasa nyeri terasa dilutut
atau di bagian dalam (medial) paha. Kalau terjadi destruksi sendi lebih lanjut,
paha akan berada dalam posisi fleksi dan adduksi dengan rotasi yang mulanya
eksorotasi tapi kemudian menjadi endorotasi. Pembengkakan sendi dapat
bertambah dan terjadi abses dan pus akan menuju anterior masuk ke sendi atau
jurusan lain.8
3.5
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium 2,7
1. Darah
Secara umum, sama dengan penderita penyakit kronik lainnya,sering
ditemukan anemia hipokrom. Hitung-jumlah lekosit dapat normal atau
meningkat sedikit, pada hitung jenis ditemukan monositosis. Laju endap
darah meningkat tetapi tidak dapat menjadi indikator aktivitas penyakit.
2. Tes Tuberkulin
Dengan cara Mantoux, disuntikkan PPD 5 TU (0.1 ml) intrakutan. Reaksi
pada tubuh dibaca setelah 48-72 jam. Jika indurasi < 5 mm dikatakan tes
Mantoux negatif. Indurasi > 10 mm , tes Mantoux positif ; sedangkan
indurasi 5 9 mm meragukan dan perlu diulang.
3. Bakteriologi
15
Untuk
pemeriksaan
bakteriologik
dan
histopatologik
diperlukan
CT atau
video
16
17
DIAGNOSIS
Diagnosa dibuat berdasarkan temuan klinis dengan tingkat kecurigaan
yang tinggi didaerah endemis, dengan keluhan nyeri dan tanda-tanda infeksi
sistemik lainnya disertai dengan hasil pemeriksaan hematologis, radiologis,
bakteriologis dan histipatologis. Diagnosa untuk tuberkulosis diluar paru (extra
pulmonal tuberculosis) termasuk coxitis tuberkulosa dapat dikatakan pasti bila
secara klinis, dan hasil pemeriksaan penunjang menunjukkan hasil positif. Jika
hasil pemeriksaan bakteriologis dan histopatologis negatif maka disebut sebagai
kasus tuberkulosis ekstra paru tersangka.7
Diagnosis banding:
Coxitis non spesifik
18
Transient sinovitis
Penyakit Legg-Calve-Perthes
Osteoarthritis
Dislokasi panggul bawaan.
Catatan:
Jika dijumpai skrofuloderma (TB pada kelenjar dan kulit), pasien dapat
langsung di diagnosis TB.
Perlu perhatian khusus jika ditemukan salah satu keadaan dibawah ini :
1. Tanda bahaya : kejang, kaku kuduk, penurunan kesadaran, kegawatan
lain seperti sesak nafas.
2. Foto torak menunjukkan gambaran milier, kavitas, efusi pleura.
3. Gibbus, Coxitis
19
3.7
PENATALAKSAAN
Penatalaksanaan dilakukan dengan memperbaiki keadaan umum
penderita, perbaikan nutrisi, istirahat, pemberian antituberculostatika dengan
triple drug, imobilisasi dengan traksi tungkai yang sakit. Bila terapi konservatif
gagal maka dilakukan operasi (Artrodesis panggul, bila ada kerusakan sendi
yang lanjut).
20
3.8
GIZI BURUK
Gizi buruk dapat ditentukan secara klinis dan antopometris, yaitu:10
Marasmus
wajah seperti orang tua
kulit terlihat longgar
tulang rusuk tampak
terlihat jelas
kulit paha berkeriput
terlihat tulang belakang
lebih menonjol dan
kulit di pantat
berkeriput
( baggy pant )
Kwasiorkor
edema
rambut kemerahan,
mudah dicabut
kurang aktif,
rewel/cengeng
pengurusan otot
crazy pavement
dermatosis
Marasmik-Kwasiorkor
Gambaran klinik
merupakan campuran
dari beberapa gejala
klinik Kwashiorkor dan
Marasmus dengan
BB/TB <-3 SD disertai
edema yang tidak
mencolok
Tindakan
Stabilisasi
H 1-2
H 3-7
Atasi/cegah hipoglikemi
Atasi/cegah hipotermi
Atasi/cegah dehidrasi
Perbaiki ggg elektrolit
Obati infeksi
Perbaiki def. nutrient mikro
Makanan stabilisasi &
Transisi
Makanan tumbuh kejar
Stimulasi
Siapkan tindak lanjut
tanpa Fe
21
Transisi
H 8-14
Rehabilitas
i
Mg 3-6
Tindak lanjut
Mg 7-26
+ Fe
BAB IV
PENUTUP
4.1
KESIMPULAN
An.RA 5 tahun datang ke poli bedah ortopedi dengan posisi sendi
panggul fleksi dan keluhan pembengkakan
belakang yang terasa nyeri, makin membesar 1bulan, serta membentuk luka
yang mengeluarkan cairan berwarna kuning seperti madu yang keruh. Pasien
juga mengalami penurunan berat 5 kg dalam jangka waktu 1bulan. 1 minggu
sebelum dibawa ke RSUD pasien mengalami batuk ringan dan demam. Status
gizi pasien kesan kurang dan nampak sakit. Riwayat keluarga sakit paru-paru
(+). Pada pemeriksaan lokalisata pada regio pelvis posterior dekstra ditemukan
kulit kemerahan, terdapat luka 1cm, penonjolan abnormal (+), oedem (+),
teraba lebih hangat dari pada Regio pelvis posterior sinistra, nyeri tekan (+),
krepitasi (-), pergerakan hip joint terhambat. Berdasarkan resume tersebut
disimpulkan bahwa pasien menderita Coxitis suspect infeksi spesifik
(tuberculosis) dengan gizi buruk. Diagnosa banding dari keadaan tersebut adalah
Coxitis non spesifik, osteoarthritis, dan dislokasi panggul bawaan.
4.2
SARAN
Berdasarkan kasus tersebut pasien disarankan:
1. Memperbaiki keadaan umum penderita, istirahat, perbaikan nutrisi (konsul
ke Gizi).
2. Pemberian antituberculostatika dengan triple drug jika ditemukan BTA (+)
pada pemeriksaan bekteriologi (konsul ke Spesialis anak).
3. Imobilisasi dengan traksi kulit pada tungkai yang sakit setelah dilakukan
debridement pada lesi.
22
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
Diakses
pada
19
April
2011.
http://boneandspine.com/arthritis/tuberculous-arthritispathology-clinicalfeatures/=
5.
6.
7.
Nazar Moesbar. 2006. Infeksi Tuberkulosa pada Tulang BelakangSub Departemen Orthopaedi dan Trauma Departemen Ilmu Bedah
FK-USU/RSUP
H.
Adam
Malik
Medan.
Suplemen
Majalah
9.
Udo Geipel. 2009. Pathogenic organisms in hip joint infections Udo Geipe
-Institute of Medical Microbiology and Hygiene, University of Saarland
Hospital, Homburg (GER) How to cite this article: Geipel U. Pathogenic
23
organisms in hip joint infections. Int J Med Sci 2009; 6:234-240. Diakses
pada 19 April 2011 http://www.medsci.org/v06p0234.htm
10.
11.
24