UNIVERSITAS ANDALAS
Oleh :
Pembimbing :
dr. H. Ariadi, Sp. OG
i
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS
BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FK UNAND/RS. Dr. M. DJAMIL PADANG
Telah menyelesaikan Join Confre yang berjudul “Post optimal Debulking atas Indikasi
Ca Ovarium Stadium Lanjut Dengan Hasil PA Benign Cyst Teratoma Ovarii Pada
Pasien Usia 31 Tahun
”
Peserta PPDS 0
Mengetahui/Menyetujui Pembimbing Obstetri & Ginekologi
Mengetahui
KPS PPDS OBGYN
FK UNAND RSUP Dr. M. Djamil Padang
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.2 Laparoskopi dengan Massa pada ovarium yang besar (M), uterus normal (U) dan
ovarium (O) 33
v
BAB I
PENDAHULUAN
Tumor ovarium adalah suatu jaringan baru yang bersifat abnormal yang terbentuk pada
ovarium dan mempunyai bentuk serta sifat yang berbeda dari sel jaringan aslinya. hal ini
disebabkan karena adanya proliferasi dan diferensiasi yang abnormal dari sel pada ovarium
akibat adanya mutasi gen yang mengatur proliferasi sel tersebut. Tumor ovarium dapat bersifat
Terdapat berbagai macam jenis tumor jinak dan tumor ganas ovarium yang masing-
masing memiliki karakterisitik tersendiri. Tumor ovarium merupakan neoplasma yang paling
sering terjadi pada wanita dengan insidensi 80% tumor jinak dan sisanya tumor ganas ovarium.
tumor ganas ovarium memiliki angka kematian yang tinggi dan mencapai urutan kelima dari
seluruh tumor ganas yang menyebabkan kematian dan merupakan tumor ganas ginekologi
Menurut data 25% dari seluruh keganasan ginekologi merupakan tumor ganas ovarium
dengan kasus baru sekitar 22.280 kasus pertahun dan bertanggungjawab 50% akan kematian
pada penderita kanker ginekologi dan hanya memiliki five-year survival rate sekitar 46%.1
Rata-rata 1 dari 70 wanita mederita karsinoma ovarium selama hidupnya dan 1 dari 95
meninggal akibat kanker ovarium yang invasive dengan usia rata-rata diagnosis adalah 63 tahun
dengan dua per tiga wanita berusia di atas 55 tahun pada saat diagnosis. kanker ovarium
herediter biasanya terjadi pada wanita yang rata-rata 10 tahun lebih muda dari penderita kanker
ovarium non herediter. kanker ovarium nonepitel lebih sering terjadi pada anak perempuan dan
wanita muda dan adanya sedikit peningkatan frekuensi pada wanita ras Kaukasia dibandingkan
vi
BAB II
vii
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Name : Nn. GPS
Umur : 31 tahun
MR No. : 01.04.43.83
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SMA
KELUHAN UTAMA :
Seorang pasien usia 31 thun masuk ZGL kebidanan RSUP DR M Djamil kiriman dari poliklinik
Onkologi Ginekologi RSUP DR M Djamil Padang tanggal 25 Maret 2019 pukul 15.00 wib
dengan D/ NOK Susp. Malignancy pro laparotomi
Riwayat penurunan berat badan (+) 5kg sejak 2 bulan yang lalu.
viii
Tidak pernah menderita penyakit hati, jantung, ginjal, Diabetes Mellitus, Hipertensi, Alergi
Tidak ada keluarga yang menderita penyakit menular, kejiwaan, psikologis pada keluarga
Riwayat Pernikahan : Menikah 1x tahun 2002, sedah bercerai sekitar 7 tahun yang
lalu
PEMERIKSAAN FISIK
Kesadaran : CMC
Suhu : 36,5’C
Berat Badan : 50 kg
ix
Genitalia : Status Obstetrikus
STATUS OBSTETRIKUS
Abdomen
Pa : Teraba massa kistik dengan permukaan tidak rata, terfiksir, ukuran sebesar bola
volley.
Ausk : BU (+) N
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
02/5/2019
x
Kalium 3,9 mmol/L 3,5-5,1
Glucose 106 mg/dl <200
SGOT 14 u/L 0 – 31
SGPT 7 u/L 0 – 34
xi
ULTRASONOGRAFI :
xii
INTERPRETASI USG :
xiii
Tampak gambaran massa hipoechoic inhomogen dengan bagian hiperechoic ukuran >
15,83x10,17cm septum (+) >4mm, papil (+) > 4, asites (+), vaskularisasi (+)
Kesan :
RMI :
U X M X CA 125
3 X 1 X 254,6
763,8
xiv
CT SCAN ABDOMEN PELVIS
CT Scan Kesan :
Sugestif suatu teratoma dengan susp. Hernia umbilical DD/ Perluasan Massa
xv
Hasil konsul antar bagian di Poli
• Konsul Jantung
EF 60% LVH
• Konsul IPD
Kesimpulan: Saat ini dapat dilakukan tindakan operasi dalam narkose dengan risiko:
- Kardiovaskuler : Sedang
- Pulmoner : Ringan
- Metabolik : Ringan
DIAGNOSIS
xvi
SIKAP
Kontrol KU, VS
Informed concent
PLAN
Laparotomi (29/4/2019)
29/4/2019
Dilakukan laparotomi
Setelah peritoneum terbuka tampak masa berwarna putih keabuan dengan permukaan tidak rata,
ukuran sebesar bola voli, perlengketan dengan omentum (+), asites (+)
Jaringan di PA kan
DIAGNOSIS :
SIKAP :
xvii
MANAJEMEN :
IVFD RL 28tpm
LAB POST OP :
Hematokrit 38 % 37 – 43
FOTO OPERASI :
xviii
xix
FOLLOWUP :
O/
KU Kes TD Nd Nf T
Post op 1hari
xx
P/ Perawatan post op
Aff infus
Paracetamol 3x500 mg
O/
KU Kes TD Nd Nf T
Post op 2hari
P/ Perawatan post op
xxi
Paracetamol 3x500 mg
O/
KU Kes TD Nd Nf T
Post op 3 hari
P/ Perawatan post op
Aff kateter
Cefixime 2x200mg
Paracetamol 3x500 mg
O/
KU Kes TD Nd Nf T
xxii
Sdg CMC 110/80 88 22 Af
Post op 4 hari
P/ Perawatan post op
Cefixime 2x200mg
Paracetamol 3x500 mg
Rencana Pulang
HASIL PA
LEIOMIOMA UTERI
NABOTIAN CYST
CERVICITIS KRONIS
xxiii
xxiv
xxv
xxvi
BAB III
xxvii
TINJAUAN PUSTAKA
Tumor ovarium adalah suatu jaringan baru yang bersifat abnormal yang terbentuk pada
ovarium dan mempunyai bentuk serta sifat yang berbeda dari sel jaringan aslinya. hal ini
disebabkan karena adanya proliferasi dan diferensiasi yang abnormal dari sel pada ovarium
akibat adanya mutasi gen yang mengatur proliferasi sel tersebut. Tumor ovarium dapat bersifat
Tumor ganas ovarium merupakan pertumbuhan langsung dari sel-sel ganas ovarium
dan metastasis dapat meluas melalui sirkulasi dari cairan peritoneum. penyebaran secara
limfatik juga dapat terjadi ke pelvis retroperitoneal dan kelenjar getah bening para-aorta.
penyebaran yang lebih jarang ke paru-paru dan otak merupakan penyebaran yang terjadi secara
hematogen. 1
Terdapat berbagai macam jenis tumor jinak dan tumor ganas ovarium yang masing-
masing memiliki karakterisitik tersendiri. Tumor ovarium merupakan neoplasma yang paling
sering terjadi pada wanita dengan insidensi 80% tumor jinak dan sisanya tumor ganas ovarium.
tumor ganas ovarium memiliki angka kematian yang tinggi dan mencapai urutan kelima dari
seluruh tumor ganas yang menyebabkan kematian dan merupakan tumor ganas ginekologi
Sekitar 25% dari seluruh keganasan ginekologi merupakan tumor ganas ovarium
dengan kasus baru sekitar 22.280 kasus pertahun dan bertanggungjawab 50% akan kematian
pada penderita kanker ginekologi dan hanya memiliki five-year survival rate sekitar 46%.1
Rata-rata 1 dari 70 wanita mederita karsinoma ovarium selama hidupnya dan 1 dari 95
meninggal akibat kanker ovarium yang invasive dengan usia rata-rata diagnosis adalah 63 tahun
dengan dua per tiga wanita berusia di atas 55 tahun pada saat diagnosis. kanker ovarium
xxviii
herediter biasanya terjadi pada wanita yang rata-rata 10 tahun lebih muda dari penderita kanker
ovarium non herediter. kanker ovarium nonepitel lebih sering terjadi pada anak perempuan dan
wanita muda dan adanya sedikit peningkatan frekuensi pada wanita ras Kaukasia dibandingkan
epitel, germ cell ovarium, atau stroma ovarium. 65% dari semua tumor oovarium dan 90% dari
semua tumor ganas ovarium merupakan tumor epitel pada kapsul ovari. Kanker ovarium yang
merupakan metastasis dari tumor primer lain sekitar 5%-10% dan biasanya berasal dari traktus
gastrointestinal yang dikenal sebagai tumor Krunkenberg, atau tumor primer yang berasal dari
payudara dan endometrium dengan komponen kistik dan ukuran yang bervarias i.1,4
Meskipun penyebab dari karsinoma ovarium masih belum jelas namun dugaan akan
adanya transformasi ganas dari jaringan ovarium dalam ovulasi yang lama. Ovulasi yang
mengganggu epitel ovarium dan mengaktifkan mekanisme perbaikan sel. Ovulasi yang terjadi
dalam waktu lama dapat menghapus dan mutasi dari gen somatic selama proses perbaikan sel,
dan adanya teori bahwa kanker ovarium serosa berasal dari tuba fallopi distal. 1
Sekitar 10%-15% wanita dengan kanker ovarium memiliki faktor genetik. pasien
dengan mutasi pada gen BRCA1 memiliki 85% kemungkinan terkena kanker payudara dan
30%-50% kemungkinan terkena kanker ovarium. Proporsi yang lebih kecil dari pasien dengan
mutasi gen BRCA2 juga memiliki peningkatan resiko kanker ovarium sebanyak 25%. Pasien
dengan sindrom Lynch II (kanker kolorektal nonpolyposis herediter atau HNPCC) memiliki
resiko genetik ovarium, kolorektal, ginjal, endometrium, lambung dan usus kecil yang tinggi. 1
Metastasis tumor dapat meluas melalui sirkulasi dari cairan peritoneum. penyebaran
secara limfatik juga dapat terjadi ke pelvis retroperitoneal dan kelenjar getah bening para-aorta.
Banyak kasus tumor ovarium ini yang mengalami relaps dan metastasis ke peritoneal lebih dari
xxix
satu kali relaps. Penyebaran yang lebih jarang ke paru-paru dan otak merupakan penyebaran
yang terjadi secara hematogen. Penyebaran tumor intaperitoneal dapat menyebabkan akumulasi
asites di abdomen dan tumor menyebar ke usus yang dapat menyebabkan obstruksi usus
intermitten atau ileus karsinomatosa. kondisi ini dapat menyebabkan malnutrisi, kakeksia dan
kematian1,3
xxx
Ex. from GI tract, female genital tract, or breast
xxxi
Wanita dengan riwayat kanker ovarium pada keluarga memiliki resiko kanker ovarium
yang meningkat secara signifikan (5%-15%), hal ini termasuk 10%-15% wanita dengan kanker
ovarium yang memiliki faktor genetic. pasien dengan mutasi pada gen BRCA1 (30%-70%),
gen BRCA2 (10%-30%) dan sindrom Lynch II/HNPCC (10%-50%). wanita dengan riwayat
pribadi kanker payudra memiliki peningkatan dua kali lipat dalam kejadian kanker ovarium.
4. Usia tua
6. Infertilitas
7. Nulipara
Mekanisme kanker ovarium dianggap terkait dengan mutasi yang terjadi selama
ovulasi, wanita dengan riwayat ovulasi jangka panjang yang tidak terputus (menarche dini,
infertilitas, nuliparitas, menunda kelahiran anak, dan menopause onset lambat) berisiko lebih
tinggi untuk mengalami kanker ovarium, hal ini juga berlaku pada bertambahnya usia dengan
50% dari seluruh wanita yang didiagnosis dengan kanker ovarium rata-rata berusia 63 tahun
atau lebih. Selain itu terdapat berbagai macam faktor yang berhubungan dengan rekurensi dari
kejadian tumor ovarium. Pada sebuah penelitian dilakukan analisa univariat dan ditemukan
adanya hubungan antara rekuren dan beberapa faktor, meliputi stadium penyakit, penyebaran
xxxii
ovarium. Pada analisis regresi multivariat, mempertahankan fertilitas (HR = 2,57; 95% CI 1,1-
6; p=0,029) dan stadium lanjut (HR=4,q5; 95% CI 2,3-7,6; p<0,001) yang ditemukan
Tabel 3.2 Indikasi untuk Asesmen Kanker Ovarium Genetik dan Konseling Genetik5
Pasien yang didiagnosis dengan kanker ovarium sering tidak menunjukkan gejala atau
memiliki keluhan yang tidak jelas dan tidak spesifik sampai penyakit tersebut berkembang ke
stadium lanjut. beberapa pasien dapat mengalami rasa nyeri pada perut bagian bawah yang tidak
jelas, distensi abdomen, kembung dan rasa kenyang dini. ketika tumor berkembang, gejala-
gejala lain dapat berkembang pula termasuk pada sistem gastrointestinal seperti mual, anoreksia
dan gangguan pencernaan, kemudian adanya keluhan lain pada frekuensi berkemih, adanya
xxxiii
disuria dan tekanan pada pelvis. Asites dapat ditemukan pada tahap lanjut dan menyebabkan
sesak nafas sekunder akibat adanya efusi pleura. hernia ventral juga dapat ditemukan karena
Saat tumor berkembang, temuan utama pada penyakit ini adalah pada pemeriksaan
adanya massa pada pelvis yang solid, terfiksir dan ireguler yang dapat meluas ke abdomen
bagian atas dan munculnya asites. metastasis kanker ovarium ke umbilikus (Suster Mary Joseph
Nodule) dengan massa yang keras yang ditemukan saat pemeriksaan dapat menunjukkan
Gejala awal yang dapat muncul adalah adanya rasa kembung, cepat kenyang,
dyspepsia, nyeri abdomen, nyeri panggul. Gejala lanjutan yang kemudian muncul adalah nyeri
punggung, frekuensi/urgensi buang air kecil, konstipasi, kelelahan, dispareunia dan perubahan
menstruasi.1
Jinak Ganas
Mobilitas Mobile Terfiksir
Konsistensi Kistik Padat
Permukaan Licin Ireguler
Bilateral atau Unilateral Unilateral Bilateral
Dengan melakukan pemeriksaan secara sistematis, tanda yang paling penting untuk
penyakit ini adalah ditemukannya massa pada daerah pelvis. Bila tumor tersebut padat,
bentuknya irreguler dan terfiksir di dinding panggul, keganasan perlu dicurigai. Bila di bagian
atas abdomen ditemukan juga massa dan disertai asites, keganasan hampir dapat dipastikan.
Penegakkan diagnosa pada tumor ovarium dapat dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu :1,2
1. Anamnesa
xxxiv
b. Keluhan mendadak akibat komplikasi kista ovarii.
2. Pemeriksaan fisik :
tumor.
3. Pemeriksaan penunjang :
d. Tumor marker CA-125 : Pada dugaan tumor ovarium dengan keadaan tanpa
tumor marker
USG abdomen merupakan alat diagnostik utama untuk melihat massa adneksa dan
untuk membedakan tumor jinak dengan ganas. CT-scan dan MRI dapat membantu penegakkan
xxxv
diagnosis dalam melihat penyebaran tumor serta membedakan antara kanker primer dengan
sekunder. Barium enema dan pielografi intravena sangat membantu dalam mencari metasatasis
dari gastrointestinal dan saluran urogenital. biomarker CA125 tidak direkomendasikan untuk
Salah satu teknologi baru yang dapat digunakan untuk membedakan antara tumor
primer dengan metastasis tumor ovarium adalah Teknik 3D power Doppler yang baru dengan
menggunakan sumber cahaya yang dapat diatur menghasilkan kemampuan untuk mencipatakan
cahaya dan efek bayangan, dan meningkatkan kedalaman persepsi untuk gambaran 3D dari
aliran darah. Mode bayangan HD live merupakan teknologi baru menggambarkan fetus dan
plasenta dengan kejernihan vitreous-like, dan struktur internal bisa dilihat secara jelas, mirip
dengan teknologi Holographic, unutk itu dapat memfasilitasi visualisasi dari pembuluh darah,
pembuluh darah utama dengan tree-shaped structure mempenetrasi dari perifer ke bagian
sentral.4
Gambar 3.2 Laparoskopi dengan Massa pada ovarium yang besar (M), uterus normal (U) dan
ovarium (O)
Tabel 3.4.Hasil USG pada Pasien dengan Massa Pelvis1
Benign Malignant
xxxvi
Tumor marker yang dapat digunakan sesuai dengan jenis tumor yaitu C-125, α-
(hCG).1
xxxvii
Gambar 3.3 Evaluasi dan Manajemen Kanker Ovarium5
1. Pembedahan
kelenjar getah bening pelvis dan paraaorta. Tujuan dilakukannya debulking adalah
untuk tidak menyisakan tumor yang terlihat atau nodul tumor yang tidak lebih dari 1
cm. Apabila tercapai, maka pasien dikatakan telah dilakukan debulking optimal,
apabila debulking optimal tidak tercapai, maka kemungkinan terjadinya rekurensi atau
persisten yang lebih besar, selain itu tindakan pembedahan lain seperti biopsy
peritoneal dan limpadenektomi dapat dilakukan sebagai bagian dari prosedur staging.1,3
Wanita dengan tumor germ-cell yang jinak seperti teratoma matur (kista
xxxviii
mengandung tumor (ovarium cystectomy) atau dengan mengangkat seluruh ovarium
persalinan selesai atau kanker yang memerlukan histerektomi abdominal total dan
Sebagian besar tumor sex cord-stromal cell adalah lesi tingkat rendah,
unilateral dan jarang mengalami rekurensi, tatalaksana yang biasa dilakukan adalah
mempertahankan kehamilan dapat meningkatkan resiko relaps, untuk itu perlu follow
2. Kemoterapi
Pada dasarnya, massa tumor secara progressif membutuhkan waktu lebih lama
dua kali lipat saat membesar. Ketika kanker bersifat mikroskopis dan tidak dapat
selnya yang mengalami replikasi menurun karena keterbatasan suplai darah dan
xxxix
Gambar 3.4 Diagram Siklus Sel2
xl
Ketika tumor berada dalam fase eksponensial dari pertumbuhan Gompertzian,
maka tumor akan lebih sensitif terhadap kemoterapi karena presentase sel yang lebih
besar berada dalam fase aktif dari siklus sel, oleh karena itu metastasis harus lebih
sensitif terhadap kemoterapi daripada tumor primer. untuk mencapai manfaat yang
potensial ini, kanker ovarium lanjut biasanya pertama kali ditatalaksana dengan
pembedahan untuk mengangkat tumor primer dan menghilangkan massa yang besar,
dan hanya menyisakan residual mikroskopis untuk diterapi dengan kemoterapi ajuvan.
Selain itu, massa tumor akan menyusut sebagai respon terhadap pengobatan. Tumor
dengan jumlah sel yang lebih besar akan memasuki fase aktif dari siklus sel untuk
kemoterapi kombinasi, paling umum carboplatin intravena dan paclitaxel (Taxol) atau
xli
memiliki lebih banyak efek samping daripada kemoterapi intravena tradisional. Tumor
marker C1-125 dan CT-scan paling banyak digunakan untuk mengevaluasi tingkat
ini memiliki angka kejadian rekurensi yang tinggi walapun telah diberikan pengobatan
yang agresif.1
Regime yang paling umum adalah bleomycin, etoposide, dan cisplatin (Platinol)
(BEP). Pada pasien yang memiliki tumor marker yang meningkat sebelum pengobatan,
maka marker ini dapat digunakan untuk menilai efektivitas terapi antara siklus
kemoterapi.1
Pada kanker sex cord-stromal cell, kemoterapi dan radiasi tidak memiliki
3. Radioterapi2
- Brachyterapy
- Larutan radionuklida
xlii
pasca operasi jika rekurensi regional tinggi. Untuk keganasan uterus, terapi sinar
untuk tumor yang tidak dapat dilakukan pembedahan. Untuk kanker ovarium epitelial
gejala yang disebabkan oleh metastasis kanker ginekologi apa pun, oleh karena itu rasa
sakit, perdarahan, obstruksi bronkial, dan gejala sisa neurologis seringkali dapat
Five-year survival rate secara keseluruhan adalah 20% untuk pasien dengan kanker
ovarium epitelial (80%-95% untuk stadium I, 40%-70% stadium II, 30% stadium III
Five-year survival rate secara keseluruhan pada tumor germ cell adalah 85%
untuk disgerminoma, 70%-80% immature teratoma dan 60%-70% untuk tumor sinus
endodermal.1
cell 70%-90%. Namun, tumor sel granulosa tumbuh lambat, dan rekurensi yang
xliii
Tabel 3.8 Five-year Survival Rate berdasarkan Stadium dan Jenis Tumor5
BAB IV
DISKUSI
xliv
Pada kasus yang telah dipaparkan diatas seorang pasien usia 31 tahun dengan diagnosis
awal Neoplasm Kistik ovarium susp. Malignancy, kemudian dilakukan laparotomy dan optimal
debulking. Terdapat beberapa hal yang perlu dibahas dalam kasus ini :
Pada kasus ini didiagnosis dengan NOK suspek Malignancy berdasarkan anamnesis
yaitu perut yang dirasakan membesar sejak 9 bulan yang lalu yang dirasa terlalu cepat untuk
pertumbuhan sebuah tumor sehingga menjadi sebesar bola volley. Selain itu juga ada keluhan
syndrome praneoplastik seperti berat badan turun drastis sebanyak 2kg selama 2 bulan. Selain
itu pada pemeriksaan fisik didapatkan massa yang terfiksir dengan permukaan tidak rata serta
terfiksir atau tidak dapat digerakkan, pada pemeriksaan USG didapatkan adanya ukuran >
15,83x10,17cm septum (+) >4mm, papil (+) > 4, asites (+), vaskularisasi (+), dari IOTA rule
mengenai diagnosis ca ovarium didapatken kesan malignancy, selain itu pada pemeriksaan
Marker Ca 125 yang tinggi pada pasien yaitu 254,6, sehingga didapatkan RMI 763,8. Jadi dari
pemaparan diatas dpat disimpulkan bahwa proses penegakan diagnosis pada pasien ini sudah
tepat.
Apabila dilihat dari sudut pandang onkologi, berdasarkan diagnosis dan temuan saat
operasi yang diduga pasien ini menderita ca ovarium stadium lanjut, maka penatalaksanaan
optimal debulking dirasakan tepat untuk kasus ini. Namun apakah masih diperlukan tindakan
konservatif mengingat fungsi reproduksi pada pasien ini? Idealnya dapat dilakukan frozen
section untuk setiap kasus yang diduga keganasan dan masih diharapkan fungsi reproduksinya,
sehingga pemilihan tindakan saat itu tepat laksana. Selain itu, khususnya pada pasien yang
diduga keganasan dan akan dilakukan tindakan laparotomi baik untuk diagnostic ataupun
terapeutik, terhadap pasien tersebut sudah dilakukan inform consent menegenai kemingkinan
untuk dilakukan optimal debulking bila temuan intra operatifnya adalah ca ovarium stadium
lanjut. Pada pasien ini dinilai ca ovariumnya sudah berada pada stadium IIc, sehingga tujuan
dilakukannya debulking adalah untuk tidak menyisakan tumor yang terlihat atau nodul tumor
yang tidak lebih dari 1 cm. Apabila tercapai, maka pasien dikatakan telah dilakukan debulking
optimal, apabila debulking optimal tidak tercapai, maka kemungkinan terjadinya rekurensi atau
persisten yang lebih besar. Namun untuk kasus tumor ovarium yang diduga jinak, pembedahan
biasanya terbatas pada salpingooforektomi unilateral jika kesuburan masih diinginkan, namun
tindakan pengangkatan yang komplit harus tetap dilakukan apabila tidak diharapkan lagi fungsi
xlv
reproduksi. Pada beberapa penelitian terapi bedah dalam mempertahankan fungsi reproduksi
dapat meningkatkan resiko relaps, untuk itu perlu follow up jangka panjang yang konsisten.
Dirasa perlu untuk dilakukan peninjauan ulang terhadap hasil patologi anatomi pada
pasien ini.
Prognosis pasien dengan ca ovarium pada stadium lanjut umumnya buruk, Apabila
ditemukannya asites berulang maka dapat dilakukan parasentesis. Five-year survival rate
secara keseluruhan adalah 20% untuk pasien dengan kanker ovarium epitelial (80%-95% untuk
stadium I, 40%-70% stadium II, 30% stadium III dan <10% pada stadium IV). Pada pasien ini
dengan pemeriksaan klinis yang menunjukan kearah keganasan, sementara hasil Patologi
anatomi menunjukan hal sebaliknya, maka tetap diperlukan pemantauan ketat serta followup
terus menerus seumur hidup untuk pasien ini, selain untuk mencegah dan mengetahui secara
dini adanya rekurensi, pasien juga akan membutuhkan terapi hormonal untuk menggantikan
fungsi ovarium yang telah diangkat.
xlvi
DAFTAR PUSTAKA
1. Callahan TL, Caughey AB. Blueprints Obstetrics & Gynecology ed 7th: Philadelphia.
Wolters Kluwer, 2018; hal. 1024-44
2. Hoffman BL, Schorge JO, Schaffer JI, Harvoson LM, Bradshaw KD, Cunningham FG,
Williams Gynecology. Texas: Mc Graw Hill, 2012; hal. 692-700, 853-855,879, 1137.
3. Helpman L, Yaniv A, Beiner ME, Ronen SA, Perri T, Baruch GB, et al. Fertility
preservation in woman with borderline ovarian tumors – how does it impact disease
outcome?. Acta Obstetricia et Gynecologica Scandinavia. 2017; 96:1300-6.
4. Sajapal S, Aboellail MAM, Tanaka T, Nitta E, Kanenishi K, Hata T. Picture of the
Month: Three-dimensional power Doppler with silhouette mode for diagnosis of
malignant tumors. Ultrasound Obstet Gynecol. 2016; 48:806-8
5. Doubeni CA, Doubeni ARB, Myers AE. Diagnosis and Management of Ovarian
Cancer. Perelman School of Medicine, University of Pennsylvania. American
Academy of Family Physicians 2016. vol 93(11): 937-44
6. Burges A, Schmalfteldt B. Ovarian Cancer: Diagnosis and Treatment. Dtsch Arztebl
Int 2011; 108(38): 635-41
xlvii