Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di Indonesia masalah ibu dan anak merupakan sasaran prioritas dalam pembangunan
bidang kesehatan. Angka kematian ibu merupakan salah satu indikasi yang menentukan derajat
kesehatan suatu bangsa, oleh sebab itu hal ini merupakan prioritas dalam upaya peningkatan
status kesehatan masyarakat yang utama di Negara kita. Upaya kesehatan reproduksi salah
satunya adalah menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu hamil dan bersalin.

Angka kematian ibu dengan kehamilan di Indonesia termasuk tinggi di Asia. Pada setiap
2 jam terdapat satu ibu yang meninggal karena melahirkan. Propinsi penyumbang kasus
kematian ibu dengan kehamilan terbesar ialah Papua 730 per 100.000 kelahiran, Nusa Tenggara
Barat 370 per 100.000 kelahiran, Maluku 340 per 100.000. (Warta Demografi, tahun 30, no.4,
2000).

Dari data diatas meskipun ada kecenderungan menurun, tapi angka kematian ibu (AKI)
penduduk Indonesia masih relatif tinggi yaitu 307 per 100.000 kelahiran hidup tahun 2003.
Tingginya angka kematian ibu diantaranya disebabkan oleh beberapa faktor meliputi:
perdarahan, PEB dan infeksi. Salah satu dari ketiga faktor tersebut adalah perdarahan dan
perdarahan dapat terjadi pada wanita dengan mola hidatidosa.

Mola Hidatidosa ialah kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri tumor jinak (benigna) dari
chorion penyebab embrio mati dalam uterus tetapi plasenta melanjutkan sel-sel trophoblastik
terus tumbuh menjadi agresif dan membentuk tumor yang invasif, kemudian edema dan
membentuk seperti buah anggur, karakteristik mola hidatiosa bentuk komplet dan bentuk parsial,
yaitu tidak ada jaringan embrio dan ada jaringan embrio.

1
B. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memaparkan kepada pembaca mengenai
sebuah kasus mola partial sekaligus sedikit memberikan penjelasan mengenai teori atau tinjauan
pustaka tentang mola hidatidosa. Sehingga diharapkan penulis dan pembaca pada akhirnya
mampu menjelaskan dan memahami mengenai kasus mola hidatidosa.

BAB II
2
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian

Kehamilan mola hidatidosa adalah suatu kondisi tidak normal dari plasenta akibat
kesalahan pertemuan ovum dan sperma sewaktu fertilisasi (Sarwono Prawirohardjo, 2003).
Mola hidatidosa adalah penyakit neoplasma yang jinak berasal dari kelainan pertumbuhan
trofoblas plasenta atau calon plasenta dan disertai dengan degenerasi kristik villi dan perubahan
hidropik sehingga tampak membengkak, edomatous, dan vesikuler (Benigna).
Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal, dengan cirri-ciri stroma villus korialis langka
vaskularisasi, dan edematus ( Wahyu Purwaningsih & Siti Fatmawati, 2010).

Mola Hidatidosa ditandai oleh kelainan vili korialis, yang terdiri dari proliferasi
trofoblastik dangan derajat yang bervariasi dan edema sroma vilus. Mola biasanya menempati
kavum uteri, tetapi kadang-kadang ditemukan dalam tuba falopii dan bahkan dalam ovarium.
Perkembangan penyakit trofoblastik ini amat menarik, dan ada tidaknya jaringan janin telah
digunakan untuk menggolongkannya menjadi bentuk mola yang komplet (klasik) dan parsial
(inkomplet), (Sarwono Prawirohardjo, 2003).

B. Epidemiologi

Prevalensi mola hidatidosa lebih tinggi di Asia, Afrika, Amerika latin dibandingkan
dengan negara – negara barat. Dinegara – negara barat dilaporkan 1:200 atau 2000 kehamilan .
dinegara – negara berkembang 1:100 atau 600 kehamilan. Soejoenoes dkk (1967) melaporkan
1:85 kehamilan, Rs Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta 1:31 Persalinan dan 1:49 kehamilan; Luat
A siregar (Medan) tahun 1982 : 11 – 16 per 1000 kehamilan; Soetomo (Surabaya) : 1:80
Persalinan; Djamhoer Martaadisoebrata (Bandung) : 921 per 1000 kehamilan. Biasanya dijumpai
lebih sering pada umur reproduksi (15-45 tahun) dan pada multipara. Jadi dengan meningkatkan
paritas kemungkinan menderita mola lebih besar

C. Klasifikasi

3
1. Mola Hidatidosa Komplet (klasik)

2. Mola Hidatidosa Parsial (inkomplet)

Gambaran Mola parsial (inkomplet) Mola Komplet (klasik)


Jaringan embrio atau janin Ada Tidak ada
Pembengkakan hidatidosa pada vili Fokal Difus D.
D.
Hyperplasia Fokal Difus
D.
Inklusi stroma Ada Tidak ada
D.
Lekukan vilosa Ada Tidak ada
D.
Etiologi
Kekurangan vitamin A diduga kuat menjadi salah satu penyebab terjadinya mola
hidatidosa, pulihnya kadar vitamin A akan menyebabkan penderita hamil anggur terhindar dari
kanker dan memulihkan kesehatan, sehingga peluang untuk hamil lebih besar meskipun
penyebab mola hidatidosa tidak diketahui secara pasti, namun faktor penyebabnya adalah :
1. Faktor ovum : ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi terlambat dikeluarkan
2. Imunoselektif dari tropoblast: yaitu dengan kematian fetus,pembuluh darah pada stroma villi
menjadi jarang dan stroma villi menjadi sembab dan akhirnya terjadi hyperplasia.
3. Keadaan sosio-ekonomi yang rendah: keadaan sosial ekonomi akan berpengaruh terhadap
pemenuhan gizi ibu yang pada akhirnya akan mempengaruhin pembentukan ovum abnormal
yang mengarah pada terbentuknya mola hidatidosa.
4. Paritas tinggi: ibu dengan paritas tinggi, memiliki kemungkinan terjadinya abnormalitas
pada kehamilan berikutnya, sehingga ada kemungkinan kehamilan berkembang menjadi
mola hidatidosa.
5. Kekurangan protein : sesuai dengan fungsi protein untuk pembentukan jaringan atau fetus
sehingga apabila terjadi kekurangan protein saat hamil menyebabkan gangguan
pembentukan fetus secara sempurna yang menimbulkan jonjot-jonjot korion.
6. Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas.

4
E. Patofisiologi

Mola Hidatidosa Komplet (klasik)

Vili korialis berubah menjadi kumpulan gelembung yang jernih. Gelembung-gelembung


atau vesikula ini bervariasi ukurannya mulai dari yang mudah terlihat sampai beberapa cm, dan
bergantung dalam beberapa kelompok dari tangkai yang tipis. Massa tersebut dapat tumbuh
cukup besar sehingga memenuhi uterus, yang besarnya bisa mencapai ukuran uterus kehamilan
normal lanjut. Berbagai penelitian sitogenetik terhadap kehamilan mola komplet, menemukan
komposisi kromosom yang paling sering (tidak selalu) 46XX, dengan kromosom sepenuhnya
berasal dari ayah.

Fenomena ini disebut sebagai androgenesis yang khas ovum dibuahi oleh sebuah sperma
haploid yang kemudian mengadakan duplikasi kromosomnya sendiri setelah miosis. Kromosom
ovum bias tidak terlihat atau tampak tidak aktif. Tetapi semua mola hidatidosa komplet tidak
begitu khas dan kadang-kadang pola kromosom pada mola komplet bisa 46XY. Dalam keadaan
ini dua sperma membuahi satu ovum yang tidak mengandung kromosom. Variasi lainnya juga
pernah dikemukakan misalnya 45X. jadi mola hidatidosa yang secara morfologis komplet dapat
terjadi akibat beberapa pola kromosom.

Mola Hidatidosa Parsial (inkomplet)

Jika perubahan hidatidosa bersifat fokal serta belum begitu jauh dan masih terdapat janin
atau sedikitnya kantong amnion, keadaan ini digolongkan sebagai mola hidatidosa parsial. Pada
sebagian vili yang biasanya avaskuler terjadi pembengkakan hidatidisa yang berjalan lambat,
sementara vili lainnya yang vaskular dengan sirkulasi darah fetus plasenta yang masih berfungsi
tidak mengalami perubahan. Hyperplasia trofoblastik yang terjadi, lebih bersifat fokal dari pada
generalisata. Katiotipe secara khas berupa triploid, yang biasa 69XXY atau 69XYY dengan satu
komplemen maternal tapi biasanya dengan dua komplemen haploid paternal. Janin secara khas
menunjukkan stigmata triploidi yang mencakup malformasi congenital multiple dan retardasi
pertumbuhan.

5
F. Manifestasi Klinis
1. Nyeri/ kram perut
2. Perdarahan tidak teratur
3. Keluar jaringan mola
4. Keluar secret pervaginam
5. Muntah-muntah
6. Pembesaran uterus dan uterus lembek
7. Balotemen tidak teraba
8. Fundus uteri lebih tinggi dari kehamilan normal
9. Gerakan janin tidak terasa
10. Terdengar bunyi dan bising yang khas
11. Penurunan berat badan yang berlebihan

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium

Pengukuran kadar Hormon Karionik Ganadotropin (HCG) yang tinggi maka uji biologik
dan imunologik (Galli Mainini dan Plano test) akan positif setelah titrasi (pengeceran) :
Galli Mainini 1/300 (+) maka suspek molahidatidosa

2. Radiologik

Plain foto abdomen-pelvis : tidak ditemukan tulang janin

USG : ditemukan gambaran snow strom atau gambaran seperti badai salju.

3. Uji Sonde (cara Acosta-sison)


Tidak rutin dikerjakan. Biasanya dilakukan sebagai tindakan awal curretage.

4. Histopatologik
Dari gelembung-gelembung yang keluar, dikirim ke Lab. Patologi Anatomi

H. Komplikasi

6
1. Syok hypovolemia
2. Anemia
3. Infeksi sekunder
4. Perforasi
5. Moladesruen/ karoikarsinoma

I. Prognosis

Resiko kematian/kesakitan pada penderita mola hidatidosa meningkat karena


perdarahan, perforasi uterus, pre-eklamsi berat, tirotoksikosis atau infeksi. Akan tetapi, sekarang
kematian karena mola hidatidosa sudah jarang sekali. Segera setelah jaringan mola dikeluarkan,
uterus akan mengecil, kadar hCG menurun dan akan mencapai kadar normal sekitar 10-12
minggu pascaevakuasi. Kista lutein juga akan mengecil lagi. Pada beberapa kasus pengecilan ini
bisa mengambil waktu beberapa bulan.
Sebagian besar penderita mola hidatidosa akan baik kembali setelah kuretasi. Bila hamil
lagi, umumnya berjalan normal. Mola hidatidosa berulang dapat terjadi, tetapi jarang. Walaupun
demikian, 15-20% dari penderita pasca mola hidatidosa dapat mengalami degenerasi keganasan
menjadi tumor trofoblas gestasional (TTG), baik berupa mola invasif, koriokarsinoma, maupun
placental site trophoblastic tumor (PSTT).
Keganasan ini biasanya terjadi pada satu tahun pertama pascaevakuasi,yang terbanyak
enam bulan pertama. MHP lebih jarang menjadi ganas. Faktor risiko terjadinya TTG pascamola
hidatidosa adalah umur 35 tahun, uterus diatas 20 minggu, kadar hCG preevakuasi diatas
100.000 IU/L, dan kista lutein bilateral.

J. Penatalaksanaan
 Evakuasi

 Perbaiki keadaan umum.

 Bila mola sudah keluar spontan dilakukan kuret atau kuret isap

 Bila Kanalis servikalis belum terbuka dipasang laminaria dan 12 jam kemudian
dilakukan kuret.

7
 Memberikan obat-obatan Antibiotik, uterotonika dan perbaiki keadaan umum penderita.

 7-10 hari setelah kerokan pertama, dilakukan kerokan ke dua untuk membersihkan sisa-
sisa jaringan.

 Histeriktomi total dilakukan pada mola resiko tinggi usia lebih dari 30 tahun, Paritas 4
atau lebih, dan uterus yang sangat besar yaitu setinggi pusat atau lebih.

K. Pengawasan Lanjutan

- Ibu dianjurkan untuk tidak hamil dan dianjurkan memakai kontrasepsi oral pil.

- Mematuhi jadwal periksa ulang selama 2-3 tahun :


• Setiap minggu pada Triwulan pertama
• Setiap 2 minggu pada Triwulan kedua
• Setiap bulan pada 6 bulan berikutnya
• Setiap 2 bulan pada tahun berikutnya, dan selanjutnya setiap 3 bulan.
- Setiap pemeriksaan ulang perlu diperhatikan :
a. Gejala Klinis : Keadaan umum, perdarahan
b. Pemeriksaan dalam :
- Keadaan Serviks
- Uterus bertambah kecil atau tidak
c. Laboratorium

Reaksi biologis dan imunologis :

- 1x seminggu sampai hasil negatif


- 1x2 minggu selama Triwulan selanjutnya
- 1x sebulan dalam 6 bulan selanjutnya
- 1x3 bulan selama tahun berikutnya
- Kalau hasil reaksi titer masih (+) maka harus dicurigai adanya keganasan

Sitostatika Profilaksis

Metoreksat 3x 5mg selama 5 hari

8
BAB III
LAPORAN KASUS

Identitas pasien :

Nama :Ny. Lesta

Umur : 28th

Alamat : Pariaman

MR : 993655

Tanggal masuk : 17 Oktober 2017

Anamnesis

Keluhan utama

Seorang pasien usia 25 thaun masuk KR kiriman dari poliklinik RSUP M Djamil Padang pada
tanggal 17 oktober 2017 dengan Diagnosis G3P1A1H1 gravid 19-20 minggu + Susp. Mola
partial + janin hidup tunggal intra uterine.

Riwayat Penyakit Sekarang

9
 Nyeri di ari-ari hilang timbul sejak 1 hari SMRS

 Keluar flek dari kemaluan membasahi celana dalam 1 hari SMRS

 Keluar darah yang banyak dari kemaluan

 Keluar jaringan seperti daging dari kemaluan (-)

 Keluar jaringan mata ikan (-)

 Keluar air-air dari kemaluan (-)

 Tidak haid sejak 5 bulan yang lalu,

 HPHT : 10-6-2017 TP : 17 -3-2018

 Gerak anak dirasakan sejak 1 bulan yang lalu

 Mual (-) muntah (-) perdarahan (-)

 ANC 2x kebidan, pada usia kehamilan 2 dan 4 bulan, ke dokter Sp.OG 1x pada usia
kehamilan 5 bulan.

 Riwayat menstruasi :

 Menarche usia 13th, haid teratur 1x/ bulan. Lama haid 5-7 hari, ganti duk 2-3x/hari, nyeri
haid (-)

 Pasien diketahui hamil dengan mola saat kontrol ke dokter Sp. OG di pariaman 1 minggu
yang lalu kemudian pasien dikirim untuk kontrol ke poliklink kebidanan RSUP M Djamil
padang.

 Pasien sebelumnya juga mengalami keguguran dengan hamil anggur pada kehamilan ke 2
tahun lalu, dikuret, followup tidak teratur

Riwayat penyait dahulu :

Tidak ada riwayat penyakit jantung, paru, hati, ginjal, DM dan hipertensi

Riwayat penyakit keluarga :

Tidak ada riwayat penyakit menular, keturunan dan kejiwaan

10
Riwayat perkawinan :

Menikah 1x tahun 2010

Riwayat kehamilan/ abortus / persalinan : 2/1/1

1. 2011, cukup bulan, 2900gr, SCTPP ai panggul sempit/ dokter Sp.OG/ RSUD Pariaman /
hidup
2. 2016/abortus mola / dikuret.
3. Sekarang

Riwayat kontrasepsi : (-)

Riwayat imunisasi : (-)

Riwayat pendidikan : Tamat SMP

Riwayat kebiasaan : merokok (-), Narkoba (-), Alkohol (-)

Pemeriksaan fisik

KU KSD TD ND NF T

Sdg CMC 120/70 86 20 36,8

Berat badan sebelum hamil : 45kg

Berat badan setelah hamil : 48kg

Tinggi badan : 143cm

LILA : 24cm

BMI : 22,5 ( Normoweight)

Mata : Konjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)


11
Leher : JVP 5-2 cmH2O, kelenjar tiroid tidak membesar

Dada : Cor dan Pulmo dalam batas normal

Ekstremitas : Odema (-/-), sklera ikterik (-/-)

Abdomen : status obstetrikus

Genitalia : status obstetrikus

Status obstetrikus :

Muka : chlosma gravidarum : +

Payudara : membesar (+), areola dan papil hiperpigmentasi, kelenjar montgomery (+),
kolostrum (-)

Abdomen :

Inspeksi : tampak sedikit membuncit sesuai usia kehamilan 7 bulan, sikatrik (+) linea mediana

Palpasi : TFU teraba 3 jari diatas pusat, ballotemen (+)

Perkusi : tidak dilakukan

Auskultasi : BU (+) Normal, DJJ : 145-150bpm

Genitalia :

V/U tenang, PPV (-), flek (+) membasahi 1 celana dalam.

Pemeriksaan Penunjang :

USG

12
USG :

 Janin hidup tunggal intra uterine


 Aktifitas gerak janin terbatas
 Biometri :

13
BPD : 442mm AC : 153cm

FL :32,2mm HL : 33,7cm

EFW : 338gr

 Tampak massa plasenta bercampur dengan gambaran vesikel pada seluruh bagian
plasenta
 Kesan : gravid : 19-20 minggu
Mola hidatidosa partial
Pemeriksaan Laboratorium

Hb : 9,5 g/dl

Leukosit : 9120 /mm3

Ht : 30 %

Trombosit : 228.000/mm3

PT/APTT : 11,6/34,7 detik

GDS : 109 mg/dl

LDH : 453 /Ul

Ur/Kr : 12/0,6 mg/dl

Na/K/Cl/Ca : 139/3,7/104/7,8 mmol/l

Total protein : 6,1 g/dl

Alb/glb : 3,1/3,0 mg/dl

Bil direct/indirect : 0,4/0,1 mg/dl

SGOT/SGPT :13/8 Ul

Diagnosis :

G3P1A1H1 gravid 19-20 minggu + mola partial + anemia ringan + abortus imminens + bekas
SC

Janin hidup tunggal intra uterine

Sikap :
14
 Kontrol Ku, VS, HIS, DJJ, PPV
 Ekspektatif
 Tokolitik
 Bedrest

Th /

Asam mefenamat 3x500

Nifedipin 3x10mg

FOLLOW UP

18/10/2017

08.00

S/ nyeri di ari-ari (-) perdarahan pervaginam (+) 1 duk

O/

KU KSD TD ND NF T

Sdg CMC 120/80 85 21 36,7

Abd : HIS (-) DJJ : 134-146 bpm

Genitalia : V/U tenang PPV : (+) 1 duk

A/

G3P1A1H1 gravid 19-20 minggu + mola hidatidosa partial + abortus imminens + bekas SC

Janin hidup tunggal intra uterine

P/

Awasi KU, VS, DJJ, PPV

Bed Rest

15
Asam mefenamat 3x500mg

Nifedipin 3x10mg

19/10/2017

08.00

S/ nyeri di ari-ari (-) perdarahan pervaginam (+) 1 duk

O/

KU KSD TD ND NF T

Sdg CMC 110/80 82 18 36,7

Abd : HIS (-) DJJ : 135-148 bpm

Genitalia : V/U tenang PPV : (+) 1 duk

A/

G3P1A1H1 gravid 19-20 minggu + mola hidatidosa partial + abortus imminens + bekas SC

Janin hidup tunggal intra uterine

P/

Awasi KU, VS, DJJ, PPV

Bed Rest

Asam mefenamat 3x500mg

Nifedipin 3x10mg

Lab 19/10/2017

T3 : reagen habis

T4 : 87,43 mmol/l ( N = 60-120)

16
fT4 : reagen habis

TSH : 0,82 Ul/ml (N= 0,25-5)

B HCG : reagen habis

20/10/2017

08.00

S/ nyeri di ari-ari (-) perdarahan pervaginam (+) 1 duk

O/

KU KSD TD ND NF T

Sdg CMC 120/80 80 20 36,7

Abd : HIS (-) DJJ : 130-142 bpm

Genitalia : V/U tenang PPV : (+) 1 duk

A/

G3P1A1H1 gravid 19-20 minggu + mola hidatidosa partial + abortus imminens + bekas SC

Janin hidup tunggal intra uterine

P/

Awasi KU, VS, DJJ, PPV

Bed Rest

Asam mefenamat 3x500mg

Nifedipin 3x10mg

Cek darah rutin

Rencana histerotomi senin 23/10/2017

17
Lab darah Rutin

20/10/2017

Hb : 8,0 g/dl

Leukosit : 7140 / mm3

Ht : 26%

Trombosit : 214.000/mm3

Rencana transfusi PRC 2 unit

21/10/2017

08.00

S/ nyeri di ari-ari (-) perdarahan pervaginam (+) 1 duk

O/

KU KSD TD ND NF T

Sdg CMC 110/80 76 18 36,7

Abd : HIS (-) DJJ : 130-142 bpm

Genitalia : V/U tenang PPV : (+) 1 duk

A/

G3P1A1H1 gravid 19-20 minggu + mola hidatidosa partial + abortus imminens + bekas SC

Janin hidup tunggal intra uterine

18
P/

Awasi KU, VS, DJJ, PPV

Bed Rest

Asam mefenamat 3x500mg

Nifedipin 3x10mg

Cek darah rutin

Rencana histerotomi senin 23/10/2017

Laboratorium

Tgl 21/10/2017

Pukul 10.00

Hb : 11,4 g/dl

Leukosit : 7160 /mm3

Ht : 34%

Trombosit : 176.000/mm3

21/10/2017

22.00

S/ nyeri di ari-ari (-) perdarahan pervaginam (+) banyak dan bergumpal

O/

KU KSD TD ND NF T

Sdg CMC 110/70 90 20 36,7

19
Abd : HIS (-) DJJ : 130-142 bpm

Genitalia : V/U tenang PPV : (+) 3 duk

Inspekulo :

Vagina : tumor (-) laserasi (-) fluksus (+) darah berwarna merah kehitaman di forniks posterior

Portio : MP, ukuran sebesar jempol kaki dewasa, laserasi (-) fluksus (+) darah merembes dari
canalis servikalis, OUE tertutup

A/

G3P1A1H1 gravid 19-20 minggu + mola hidatidosa partial + abortus imminens + bekas SC

Janin hidup tunggal intra uterine

P/

Awasi KU, VS, DJJ, PPV

Bed Rest

Asam mefenamat 3x500mg

Nifedipin 3x10mg

Cek darah rutin cito

Rencana histerotomi senin 23/10/2017

Laboratorium

21/10/2017

23.15

Hb : 10,5g/dl

Leukosit : 7750/mm3

Hematokrit : 31%

Trombosit : 132.000 / mm3

20
22/10/2017

08.00

S/ nyeri di ari-ari (-) perdarahan pervaginam (+) 1 duk

O/

KU KSD TD ND NF T

Sdg CMC 120/80 80 18 36,7

Abd : HIS (-) DJJ : 140-145 bpm

Genitalia : V/U tenang PPV : (+) 1 duk

A/

G3P1A1H1 gravid 19-20 minggu + mola hidatidosa partial + abortus imminens + bekas SC

Janin hidup tunggal intra uterine

P/

Awasi KU, VS, DJJ, PPV

Bed Rest

Asam mefenamat 3x500mg

Nifedipin 3x10mg

Rencana histerotomi senin 23/10/2017

Tanggal 23/10/2017

21
10.00

Dilakukan histerotomi dan evakuasi jaringan mola dan janin

Lahir bayi

BBL : 400gr

PB : 22cm

A/S : 1/3

Didapatkan jaringan mola sekitar 500gr

A/ P1A2H1 post histerotomi ai mola hidaidosa partial + perdarahan berulang banyak + bekas SC

P/

Awasi KU, VS, PPV

IVFD RL drip metergin 3 ampul 28tts/menit

Inj. Ceftriaxone 2x1gr

Pronalgess supp 2 K/P

Cek lab 6 jam post op

Lab 6 jam post op :

Hb : 7,9 g/dl

Leukosit : 11.190/mm3

Ht : 24 %

Trombosit : 163.000 /mm3

Kesan : anemia sedang

Rencana : transfusi PRC 2 unit

22
Followup post op

24/10/2017

08.00

S/ Demam (-), PPV (-), BAB (-), BAK (+) kateter.

O/

KU KSD TD ND NF T

Sdg CMC 120/80 80 18 36,7

Abd : Luka post op tertutup verban, luka tenang, distensi (-)

: FUT 3 jari bawah pusat, kontraksi Baik

Genitalia : V/U tenang PPV : (+) 1/2 duk

A/ P1A2H1 post histerotomi ai mola hidaidosa partial + perdarahan berulang banyak + bekas SC

P/

Awasi KU, VS, PPV

IVFD RL drip metergin 3 ampul 28tts/menit

Inj. Ceftriaxone 2x1gr

Paracetamol 3x500mg

23
SF 2x1 tab

Vit C 3x 1 tab

Cek lab 6 jam post transfuse

Laboratorium post transfusi

Hb : 10,9 g/dl

Leukosit : 13.450 /mm3

Ht : 33 %

Trombosit : 234.000 /mm3

25/10/2017

08.00

S/ Demam (-), PPV (-), BAB (-), BAK (+)

O/

KU KSD TD ND NF T

Sdg CMC 120/80 80 18 36,7

Abd : Luka post op tertutup verban, luka tenang, distensi (-)

: FUT ½ pusat simfisis kontraksi baik

Genitalia : V/U tenang PPV : (+) 1/2 duk

A/ P1A2H1 post histerotomi ai mola hidaidosa partial + perdarahan berulang banyak + bekas SC

P/

Awasi KU, VS, PPV

24
IVFD RL drip metergin 3 ampul 28tts/menit

Inj. Ceftriaxone 2x1gr

Paracetamol 3x500mg

SF 2x1 tab

Vit C 3x 1 tab

26/10/2017

08.00

S/ Demam (-), PPV (-), BAB (-), BAK (+)

O/

KU KSD TD ND NF T

Sdg CMC 120/80 80 18 36,7

Abd : Luka post op tertutup verban, luka tenang, distensi (-)

: FUT ½ pusat simfisis, kontraksi baik

Genitalia : V/U tenang PPV : (+) 1/2 duk

A/ P1A2H1 post histerotomi ai mola hidaidosa partial + perdarahan berulang banyak + bekas SC

P/

Awasi KU, VS, PPV

Metil ergometrin 3x 1 tab PO

Cefixime 2x200mg PO

Paracetamol 3x500mg PO

SF 2x1 tab PO

Vit C 3x 1 tab PO

25
Boleh pulang, kontrol poliklinik RSUP M Djamil 5 hari lagi

31/10/2017

BAB IV
PENUTUP

A. DISKUSI

26
Telah dilaporkan seorang pasien usia 28 tahun dirawat dengan mola hidatidosa partial dan
abortus imminens. Pasien sebelumnya dikirim melalui poliklinik kebidanan di salah satu Rumah
sakit jejaring dengan Susp. Mola partial. Pada saat masuk ditemukan ada perdarahan pervaginam
sedikit sedikit sejak 1 hari yang lalu membasahi 1 duk, serta ditemukan anemia sedang, Hb 9,5
g/dl. Kemudian pasien dirawat untuk perbaikan KU serta persiapan untuk terminasi kehamilan
seperti pemeriksaan faal tyroid serta konsul ke bagian penyakit dalam dan anestesi.

Pada pasien terdapat beberapa faktor risiko seperti riwayat kehamilan mola sebelumnya
yang tidak tuntas followup dan pengobatannya, selain itu juga pasien termasuk kedalam sosio
ekonomi rendah.

Selama perawatan pasien dilakukan transfusi PRC serta pada pemeriksaan faal tyroid
didapatkan T4 normal ( T4= 87,43 nmol/l ) serta TSH normal ( TSh = 0,82mIU/mL). Setelah
hemodinamik stabil dan didapatkan Hb : 10,5g/dl. Maka dilakukan histerotomi untuk evakuasi
mola dan janin pada pasien. Didapatkan jaringan mola sekitar 500gr serta janin dengan berat
400gr. Janin kemudian meninggal pada menit ke 15 setelah dikeluarkan. Jaringan Mola di PA
kan.

Pada followup post tindakan didapatkan pasien anemia sedang Hb 7,9. Kemudian pasien
mendapatkan transfusi 3 PRC, sehingga Hb naik jadi 10,9 g/dl. Selama perawatan pasien juga
diberikan uterotonika drip selama 2 dhari, dilanjutkan uterotonika oral pada hari ke 3.
Perdarahan pervaginam tidak ada dan uterus mengalami involusi yang cukup baik, serta faal
hemodinamik cukup baik sehingga pasien dipulangkan pada hari ke 4 post OP. Kemudian pasien
disarankan kontrol 5 hari lagi ke poliklinik kebidanan RSUP M Djamil padang.

B. Kesimpulan

Mola Hidatidosa ditandai oleh kelainan vili korialis, yang terdiri dari proliferasi
trofoblastik dangan derajat yang bervariasi dan edema sroma vilus. Mola biasanya menempati
kavum uteri, tetapi kadang-kadang tumor ini ditemukan dalam tuba falopii dan bahkan dalam
ovarium. Perkembangan penyakit trofoblastik ini amat menarik, dan ada tidaknya jaringan janin
telah digunakan untuk menggolongkannya menjadi bentuk mola yang komplet (klasik) dan
parsial (inkomplet).

27
Kehamilan mola hidatidosa merupakan kelainan kehamilan yang banyak terjadi pada
multipara yang berumur 35-45 tahun.Mengingat banyaknya kasus mola hidatidosa pada wanita
umur 35-45 tahun sangat diperlukan suatu penanggulangan secara tepat dan cepat dengan
penanganan tingkat kegawatdaruratan obstetric. Observasi dini sangat diperlukan untuk
memberikan pertolongan penanganan pertama sehingga tidak memperburuk keadaan pasien.

C. Saran

Saran yang dapat disampaikan adalah:


1. Harus senantiasa menjaga kesehatan saat kehamilan
2. ANC teratur serta pemeriksaan USG
3. Mengkonsumsi makanan bergizi dan seimbang.
4. Jangan kekurangan vitamin A

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah. M.N. dkk. Mola Hidatidosa. PEDOMAN DIAGNOSIS DAN TERAPI LAB/UPF.
KEBIDANAN DAN PENYAKIT KANDUNGAN. RSUD DOKTER SOETOMO SURABAYA. 1994.
Hal 25-28.

Cuninngham. F.G. dkk. “Mola Hidatidosa” Penyakit Trofoblastik Gestasional Obstetri Williams. Edisi 21.
Vol 2. Penerbit Buku Kedokteran. EGG Jakarta. 2006. Hal 930-938.

Mansjoer, A. dkk. Mola Hidatidosa. KAPITA SELEKTA KEDOKTERAN.


Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jilid I. Media Aesculapius. Jakarta.2001. Hal 265-267

28
Martaadisoebrata. D, & Sumapraja, S. Penyakit Serta Kelainan Plasenta & Selaput Janin. ILMU
KEBIDANAN. Yayasan Bina pustaka SARWONO PRAWIROHARDJO. Jakarta.2002 Hal 341-348.

Mochtar. R. Penyakit Trofoblas. SINOPSIS OBSTETRI. Jilid I. Edisi2. Penerbit Buku Kedokteran. ECG.
Jakarta. 1998. Hal. 238-243.

Prawirohadjo, S. & Wiknjosastro, H. Mola Hidatidosa. ILMU KANDUNGAN. Yayasan Bina


Pustaka SARWONO PRAWIROHADJO. Jakarta. 1999. Hal . 262-264

Sastrawinata, S.R. Mola Hidatidosa. OBSETETRI PATOLOGIK. Bagian Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran. ELSTAR OFFSET. Bandung. 1981. Hal38-42.

29

Anda mungkin juga menyukai