TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Tumor grawitz adalah tumor yang berasal dari epitel tubulus ginjal,
terutama terletak di korteks. Nama lain dari tumor Grawitz adalah renal cell
carcinoma, renal adenocarcinoma, hypernephroma, clear cell carcinoma dan
alveolar carcinoma.9,18
2.2 Epidemiologi
Tumor grawitz terjadi pada 2-3% dari semua keganasan yang terjadi pada
orang dewasa dan merupakan kanker di bidang urologi yang paling mematikan.
Tumor Grawitz ikut berkontribusi sebanyak 90% dari seluruh keganasan pada
ginjal.3
Secara keseluruhan, diperkirakan 9 kasus baru di temukan dalam
100.000 populasi tiap tahunnya. Secara umum, selama dua dekade terakhir dan
sampai saat ini, telah terjadi peningkatan tahunan sekitar 2% dalam kejadian
baik diseluruh dunia dan di Eropa.3,10
Tumor grawitz terjadi umumnya pada dekade usia 50-60 tahun dengan
rasio laki dan perempuan 3:2. Insiden tumor grawitz bervariasi sesuai dengan
ras, dimana insiden lebih tinggi pada orang berkulit hitam jika dibandingkan
dengan orang berkulit putih dengan alasan yang belum diketahui. Mayoritas
kasus tumor grawitz terjadi sporadik, hanya 4% yang diperkirakan bersifat
genetik. 3,9
2.3 Etiologi
Penyebab dari tumor grawitz sendiri belum diketahui, tetapi paparan
pekerjaan (occupational exposure), gangguan kromosom dan gen penekan
tumor (tumor supressor genes) telah diimplikasikan. Asap rokok merupakan
satu-satunya faktor resiko yang secara konsisten berhubungan dengan
terjadinya tumor grawitz berdasarkan hasil studi. Paparan asbes, solvent, dan
cadmium juga dapat meningkatkan resiko terjadinya tumor grawitz. Beberapa
studi case-control menunjukkan bahwa tumor grawitz umum terjadi di antara
individu yang mengalami obesitas jangka panjang dan hipertensi. 3,9
Tumor grawitz terjadi dalam dua bentuk, yaitu bentuk herediter dan
sporadik. Sebagian besar kasus tumor Grawitz adalah tipe sporadik, hanya 4%
kasus bersifat herediter. Tumor grawitz herediter memiliki pola yang konsisten
6
fosfolipid
Tipe 1, jenis yang lebih umum, mengandung sel basofil dengan sedikit
sitoplasma.
Tipe 2 merupakan varian yang lebih agresif dengan sel eosinofilik dan
sitoplasma yang lebih banyak, mengandung banyak butiran butiran
(granuler).
Abnormalitas sitogenik yang berhubungan dengan chromophilic renal
Tipe1
Tipe2
Gambar 2.2: Gambaran mikroskopis dari Karsinoma Sel Ginjal Papiler tipe
1 dan Tipe 2 (Campbell)
3. Chromophobe cell carcinoma / Karsinoma Sel Ginjal Kromofob
Gambar 2.3: Karsinoma Sel Ginjal Kromofob secara makroskopik dan mikroskopik
(Campbell)
4. Karsinoma Duktus Koligentes/ Collectings duct carcinoma
mikroskopik, tumor ini terdiri dari campuran tubulus yang terdilatasi dan
struktur papilar yang dilapisi oleh epitel selapis kubus, membentuk
cobblestone appearance.3
Banyak kasus dari tipe ini dilaporkan dengan grade yang tinggi,
stadium lanjut, dan tidak memberikan respons pada terapi konvensional. 2
5. Karsinoma Medula Ginjal / Renal Medullary Carcinoma
Karsinoma medula ginjal merupakan subtipe renal cell carcinoma baru
yang hampir secara eksklusif berhubungan dengan sifat dari sel sabit (sickle
cell).3
6. Diferensiasi Sarkoid/ Sarcomatoid Differentiation
Diferensiasi sarkoid ditemukan pada 1-5% dari karsinoma sel ginjal.
Subtipe ini dikarakteristikan dengan histologi sel spindel, pengecatan positif
untuk vimentin, pola pertumbuhan infiltratif, perilaku agresif dalam metastasis
lokal, dan prognosis buruk.3
7. Karsinoma sel ginjal tidak terklasifikasikan
Jenis ini merupakan kasus minor (<3%), bentuk yang tidak dapat
dideskripsikan walaupun dengan analisis yang menyeluruh. Jenis ini terkait
dengan sifat biologis yang agresif dengan prognosis yang kurang baik. 3
Gambar 2.4: Karsinoma Sel Ginjal dengan diferensiasi sarkoid secara makroskopik
dan mikroskopik (Campbell)
2.5 Staging tumor
Hingga tahun 1990, sistem yang paling sering digunakan untuk
mengetahui stadium dari karsinoma sel ginjal adalah sistem Flock dan Kadesky
yang dimodifikasi oleh Robson atau sistem klasifikasi Robson. 3,9
Pembagian stadium dari tumor Grawitz menurut Robson dibagi menjadi :
Gambar 2.5: Stadium dari renal cell carcinoma oleh Holland, menurut sistem
klasifikasi yang ditemukan Robson, Murphy, Flocks, Kadesky (Campbell)
Pada tahun 2009, American Joint Comitee on Cancer
(AJCC)
mengemukakan revisi terhadap sistem TNM yang hingga kini digunakan untuk
sistem penentuan stadium dari karsinoma sel ginjal dan merupakan revisi dari
klasifikasi 2002. Klasifikasi ini hanya berlaku bagi karsinoma sel ginjal. Sistem
TNM terdiri dari pembagian menurut lokasi primer / primary site (T), kelenjar
getah bening (N), dan lokasi Metastase (M). 3,9
Sistem TNM meliputi:3
Tumor primer ( T )
TX : Tumor primer tidak dapat dinilai
11
12
Gambar 2.6: Stadium dari Karsinoma Sel Ginjal T1a, T1b, T2a, T2b,T3a, T3b, T3c,
dan T4 menurut (AJCC 2010)
13
bisa
timbul
bila
ukuran
tumor
semakin
membesar
yang
ginjal
setempat
yang
menyebabkan
peningkatan
produksi
merupakan
penyebab
paraneoplastik
yang
paling
sering
walaupun
tulang, kelenjar getah bening dan suprarenal, otak, ginjal, serta jaringan
subkutan juga merupakan lokasi yang sering menjadi tempat metastase
penyakit.9
Gambaran klinis dengan gejala sistemik seperti kehilangan berat badan
yang terjadi secara signifikan (>10% dari berat badan awal), cacheksia
(wasting syndrome), status performa yang buruk, demam lama tanpa
penyebab yang jelas, batuk dalam waktu lama, dypsneu, nyeri tulang, kejang
dan sakit kepala menunjukkan gejala metastase lebih lanjut. 3,9
2.7 Diagnosa
Penentuan klinis diagnosa dari penyakit keganasan pada ginjal dimulai
dengan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang
tepat. Pendekatan yang sistematis diperlukan untuk evaluasi massa ginjal, serta
membedakan antara lesi ginjal jinak dan ganas. 3
2.7.1
Anamnesa
Dari anamnesa dan pemeriksaan fisik, dapat ditemukan gejala klinis
sebagai berikut : 3
Pertumbuhan Lokal Tumor
Hematuria
Nyeri pinggang
Massa pada perut
Perdarahan pada daerah perinefrik
Metastase
Batuk yang menetap
Nyeri tulang
Limfadenopati servikal
Gejala konstitusional
Penurunan berat badan / demam / malaise
Obstruksi Vena Kava Inferior
Edema ekstremitas bawah bilateral
Varikokel pada sisi kanan yang tidak bisa hilang
Sindroma paranoplastik
Hiperkalsemia
Hipertensi
Polisitemia
Sindroma Stauffer
2.7.2
Pemeriksaan fisik
16
syndrome
Pemeriksaan penunjang
1. Laboratorium
Kelainan dalam penemuan laboratoris pada tumor Grawitz meliputi
anemia, hematuria, dan peningkatan laju endap darah. Anemia terjadi
pada 30% pasien dengan serum besi (SI) dan kapasitas total Hb untuk
mengikat besi (TIBC) rendah. Hematuria, baik kasat mata maupun
mikroskopis, terjadi pada 60% pasien. 75% pasien mengalami peningkatan
LED, LDH, dan CRP. Penemuan laboratoris bersifat non spesifik dan hasil
yang normal tidak menyingkirkan diagnosa tumor Grawitz. 3,9
2. IVP
Tes awal yang dilakukan untuk mendiagnosa massa ginjal dan
mengevaluasi hematuria adalah IVP (Intravenous Pyelography). Saat ini,
IVP jarang digunakan untuk menegakkan diagnosa dan evaluasi dari
karsinoma sel ginjal, tapi penting untuk mendeteksi adanya massa pada
ginjal.4,9
Gambaran tumor Grawitz pada IVP yaitu adanya massa yang
meluas (ekspansi), berbentuk tonjolan (contour bulge). Tumor grawitz lebih
bersifat ekspansif daripada infiltratif, dengan adanya displacement dari
kaliks ginjal. Tanda-tanda IVP lain dari tumor Grawitz akibat efek massa
dan kebutuhan perfusi vaskular yang meningkat adalah pembesaran ureter
dan pelvis ginjal, obstruksi duktus koligentes dan penurunan fungsi ginjal
akibat hipervaskularisasi dari tumor Grawitz. Dapat tampak gambaran
hidronefrosis pada massa yang besar, akibat kompresi dari kaliks mayor,
pelvis renalis dan ureter.16
Massa dengan ukuran <3cm tidak dapa dideteksi oleh IVP.
Menurunnya fungsi ginjal membutuhkan pemeriksaan tambahan untuk
menyingkiran diagnosa tumor Grawitz. Tetapi faktanya, penemuan
17
penuruan fungsi ginjal dan adanya massa renal mendekati diagnosa tumor
Grawitz. Adanya trombus pada vena renalis merupakan penyebab umum
fungsi ginjal menurun.16
3. Ultrasonografi
Pada massa
ginjal,
setelah
IVP,
dilakukan
pemeriksaan
MRI
untuk
lebih
memperjelas
karakteristik
massa
dan
Gambar 2.7: Gambaran USG A. Kista ginjal B. Massa solid ginjal (Smith)
4. CT-Scan
dapat mendeteksi massa yang kecil, berukuran <3 cm, dan dapat
digunakan
untuk
menentukan
stadium
dari
keganasan
dengan.
5. MRI
MRI dianggap ekuivalen dengan CT dan lebih mahal. Digunakan
untuk menentukan stadium dari penyakit tumor Grawitz. Keuntungan dari
MRI adalah lebih mudah untuk mengevaluasi pasien dengan penyebaran
vaskuler. MRI lebih baik dari CT scan untuk melihat keterlibatan dari vena
kava inferior.4,9
19
Gambar 2.9: Gambaran MRI transaxial dari tumor Grawitz (panah besar)
dengan trombus tumor di vena cava inferior (panah kecil). (Smith)
6. Pet-Scan
Teknik ini bertujuan untuk agen biokimia yang diberikan secara
sistemik seperti 18-fluoro-2-deoxy-glucose (FDG), yang dapat terakumulasi
dalam ginjal. Pemeriksaan ini terutama untuk memonitoring respon
penderita terhadap terapi sistemik bagi mereka dengan penyakit metastatik
serta mendeteksi progresi dari keganasan.9
7. Fine Needle Aspiration
Sitologi fine needle aspiration memiliki kemampuan yang terbatas
untuk mengevaluasi tumor Grawitz. Walaupun dinilai memiliki kemampuan
untuk mendeteksi keganasan 100% pada kasus dengan tumor >4cm dan
95% pada kasus dengan tumor <4cm namun akurasi yang kurang baik
menyebabkan pemeriksaan ini hanya digunakan untuk membedakan
penyakit primer dengan metastasis ginjal dari tumor di luar ginjal.
Sebelumnya, prosedur ini tidak direkomendasikan karena takut akan
terjadinya penyebaran tumor di sepanjang traktus jarum, tapi setelah
dilakukan penelitian, hal ini sangatlah jarang terjadi dan teknik ini dianggap
aman.4,9
8. Pemeriksaan sitologi
Pasien dengan hematuria harus dievaluasi dengan sistoskopi. Darah
yang keluar dari orificium ureter menunjukkan sumber pendarahan berasal
20
dari upper urinary tract. Pemeriksaan sitologi urin jarang membantu dalam
menegakkan diagnosa tumor Grawitz.9
2.8 Diagnosa banding
1. Abses ginjal16
2. Angiomyolipoma
Tumor jinak ginjal yang langka ini sering ditemukan pada pasien
dengan sklerosis tubulus (45-80%), bersifat bilateral, dan asimtomatik. Tumor
ini tidak berkapsul, berwarna kuning kelabu, bulat hingga oval, dan
menyebabkan kapsula renalis terangkat dengan permukaan yang menonjol
dan iregular. Secara histologis terdiri dari sel lemak matur, otot polos, dan
pembuluh darah.9,16
3. Oncocytoma
Oncocytoma adalah tumor jinak epitelial yang tersusun atas oncocyt.
Oncocytes adalah sel-sel epitel besar dengan sitoplasma eosinofilik granular.
Oncocytomas dapat terjadi pada kelenjar paratiroid, tiroid, kelenjar adrenal,
kelenjar ludah, dan ren. Prosentase oncocytomas 3,1% sampai 6,6% dari
semua tumor ginjal. Terjadi lebih sering pada pria (1,7: 1), dengan kejadian
puncak pada dekade keenam dan ketujuh. Kebanyakan pasien tidak
menunjukkan gejala.9,16
4. Sarkoma ginjal
Tumor primer sarkoma pada ginjal jarang ditemukan, hanya 1-3% dari
seluruh neoplasma ginjal. Tumor ini berasal dari kapsul ginjal. Banyak terjadi
pada dekade ke 5 dan dominan pada laki laki. Secara histologis, tumor ini
sulit dibedakan dengan karsinoma ginjal sarkomatoid. Sarkoma ginjal meliputi
leiomiosarkoma
(50%),
fibrosarkoma,
liposarkoma,
hemangiosarkoma,
Prosedur limfadenektomi
regional
komplit
pada
nefrektomi
radikal,
termasuk
subcostal
anterior/
Chevron/
eksisi radikal. Untuk tumor thrombi yang telah mencapai setinggi atrium
kanan, biasanya dibutuhkan cardiopulmonary bypass.9
Kini, radikal nefrektomi laparoskopik semakin banyak digunakan
untuk pasien dengan tumor Grawitz yqng terlokalisir. Pasien dengan
tumor Grawitz pada kedua ginjalnya atau adanya penyakit pada ginjal
yang tidak terkena tumor memiliki kebutuhan yang berbeda. Jika
dilakukan radikal nefrektomi pada pasien ini, maka akan dibutuhkan
dialisis jangka panjang atau transplatasi ginjal. Alternatif
dari operasi
b. Nefrektomi parsial
Saat ini, penggunaan
nefrektomi
parsial
distimulasi
oleh
sistemik seperti diabetes melitus dan nefrosklerosis. Selain itu, juga pada
pasien dengan tumor Grawitz bilateral atau tumor grawitz mengenai 1
ginjal yang masih berfungsi normal dimana mungkin 1 ginjal lainnya tidak
terbentuk (agenesis) / sudah diambil/ adanya kelainan yang bersifat
irreversibel. 3,8
Pada pasien dengan tumor Grawitz bilateral, pendekatan yang
harus dilakukan adalah meninggalkan sebanyak mungkin jaringan ginjal
normal yang masih berfungsi pada kedua ginjal. Satu ginjal dengan fungsi
yang baik tersisa minimal 20% dibutuhkan untuk menghindiri gagal ginjal
stadium akhir.3,8
Nefrektomi parsial dan reseksi dari parenkim ginjal yang normal
pada batas yang cukup semakin banyak digunakan sebagai terapi operasi
primer untuk tumor dengan ukuran <4cm. Resiko terjadinya kekambuhan
pasca operasi bervariasi antara 0-10%. Kekambuhan ini biasanya
disebabkan karena adanya microscopic multifocal Grawitz tumor yang
tidak terdetekasi pada sisa ginjal.3,8,9
Komplikasi utama dari tindakan ini adalah pendarahan. Selain itu,
juga dapat terjadi cedera atau obstruksi ureter, disfungsi ginjal, loss of
kidney dan malformasi arteriovenosus.3,8
Tingkat keberhasilan operasi nefrektomi parsial untuk tumor
Grawitz bagus dan banyak studi melaporkan adanya peningkatan angka
harapan hidup sebesar 78-100%.3,8
24
c. Ablasi termal
Terapi
ablasi
termal,
termasuk
cryoablasi
dan
ablasi
ginjal
herediter
yang
disertai
gejala
lesi
multifocal
dan
berukuran besar (>3 cm), berbatas tidak tegas, dan non homogen, serta
bagi pasien berusia muda dengan tumor padat berukuran kecil yang
memiliki gambaran radiografi konsisten dengan karakteristik tumor
Grawitz.3
2.9.2 Tatalaksana untuk tumor grawitz yang terlokalisir stadium lanjut
a. Trombus vena cava inferior
Salah satu fitur unik dari tumor Grawitz adalah seringnya
pertumbuhan massa kedalam lumen pembuluh darah vena, yang disebut
juga trombus tumor vena. 45-75% penderita tumor Grawitz dan trombus
vena cava inferior dapat diterapi dengan pembedahan agresif termasuk
nefrektomi radikal dan trombektomi vena cava inferior.3
Adanya trombus tumor vena harus dicurigai pada pasien dengan
tumor ginjal yang mengalami edema ekstremitas bawah, varikokel yang
terbatas pada sisi kanan atau varikokel yang tidak hilang saat berbaring,
pelebaran dari vena superfisial abdomen, proteinuria, emboli paru, massa
pada atrium kanan jantung, atau hilangnya fungsi ginjal yang terlibat.
Stadium dari trombus vena kava inferior ini terdiri dari: (I) perluasan ke
ostium dari vena renalis (II) perluasan ke atas, sampai bagian bawah hati
(III) keterlibatan bagian intrahepatik dari vena kava inferior, tapi di bawah
diafragma, dan (IV) meluas pada vena di atas diafragma. 3
MRI merupakan pemeriksaan non invasif dan akurat untuk
mengetahui dan melihat seluas mana trombus tumor vena. 3
26
Gambar 2.12: Ilustrasi tumor Grawitz pada ginjal kanan dengan trombus
tumor yang meluas melalui vena renalis ke dalam vena cava inferior dan
berakhir di atrium kanan.(Campbell)
b. Invasi tumor Grawitz ke organ sekitar
Pasien dengan tumor grawitz lokal stadium lanjut mengalami gejala nyeri
akibat invasi ke dinding abdomen posterior, akar saraf, atau otot
paraspinal. Oleh karena terapi operatif adalah satu satunya tatalaksana
yang efektif pada tumor Grawitz, maka operasi yang luas (en-bloc
resection) dari organ organ yang terlibat sering dilakukan. Tujuan terapi
adalah eksisi komplit dari tumor, termasuk reseksi usus, lien, dan dinding
abdomen yang terlibat. Terapi radiasi untuk tumor Grawitz ekstensif lokal
masih kontroversial.3
2.9.3 Tatalaksana untuk tumor grawitz metastase (disseminated diaseases)
Diperkirakan 30% pasien yang baru didiagnosa tumor Grawitz memiliki
metastase. 20 40% pasien dengan gejala lokal akan mengalami metastase.
Metastase tumor Grawitz berkembang dengan cepat dan agresif, dan
memiliki angka kelangsungan hidup 5 tahun kurang dari 10%. 3,9
a. Pembedahan
Studi menunjukkan nefrektomi radikal disertai imunoterapi dapat
meningkatkan angka kelangsungan hidup bila dibandingkan dengan
pasien yang menerima imunoterapi saja.9
Pasien dengan lokasi metastase soliter terutama pada paru paru
merupakan kandidat yang tepat untuk dilakukannya nefrektomi disertai
dengan pembuang jaringan metastatik. Terapi ini dapat menghasilkan
angka kelangsungan hidup 5 tahun sebanyak 30-40%. Pada pasien
dengan terapi ajuvan, sedikit pembedahan pada daerah metastase dapat
meningkatkan angka kelangsungan hidup.9
b. Radiasi
Terapi radiasi merupakan metode penting untuk dilakukan pada
masa paliatif pasien dengan metastatik karsinoma sel ginjal. Walaupun
karsinoma sel ginjal dianggap sebagai tumor yang resisten terhadap
radiasi, namun dua per tiga pasien dengan metastase ke otak, tulang, dan
paru paru mengalami efek paliatif yang efektif. 9
c. Terapi sitokin dan senyawa lain
Interferon merupakan sekumpulan protein dengan aktivitas antiviral,
modulasi imun dan anti proliferatif. Dosis interferon 3-5 hari/minggu
27
melalui injeksi subkutan. Pasien dengan beban tumor rendah, yaitu pada
pasien dengan tumor primer yang sudah di ambil, metastase nodul
ataupun paru paru saja, dan kondisi umum yang baik disarankan
menerima terapi interferon.9
Interleukin-2 (IL-2) adalah T-cell growth factor yang diproduksi ketika
limfosit T teraktivasi. Di Amerika, Interleukin-2 (IL-2) diberikan dengan
injeksi bolus intravena dengan dosis 600000 720000 IU/kgBB setiap 8
jam selama 5 hari (15 dosis). Bahaya dari pengobatan ini adalah
toksisitas. Gejala toksisitas IL-2 disebut vascular leak syndrome yang
meliputi hipotensi, oligouria dan kerusakan multi organ menyebabkan
tingginya angka kematian dalam pengobatan. IL-2 banyak diberikan
karena agen lain tidak bisa membentuk respon yang lama sebaik IL-2. 3
d. Agen biologis yang baru
Gambar 2.13: Target Terapi pada lintasan VHL (Von Hippel Lindau)
Karsinoma Ginjal Sel Jernih (Campbell)
Saat ini ada banyak evaluasi mengenai obat antiangiogenik, inhibitor
tirosin kinase dan aktivator siklus sel lain berkaitan dengan karsinoma sel
ginjal. Baik tumor Grawitz genetik maupun sporadik, didapatkan mutasi
dari gen Von Hippel Lindau (VHL) yang menyebakan hilangnya produk
gen. Hal ini dapat menyebabkan meningkatnya kadar faktor - pemicu
28
prognostik
yang
penting
untuk
menentukan
angka
kelangsungan hidup pada pasien dengan karsinoma sel ginjal meliputi tanda
dan gejala spesifik, faktor yang terkait dengan tumor, dan pemeriksaan
laboratorium. Stadium patologis terbukti telah menjadi satu satunya faktor
prognostik yang penting untuk karsinoma sel ginjal. Penentuan stadium
berdasarkan sistem TNM sangat jelas membagi grup pasien berdasarkan hasil
dari penyakit ini.3
Penemuan
Stad.
Stadium TNM
Angka Kelangsungan
Robson
(2009)
T1-2N0M0
70-90
II
T3aN0M0
50-70
IIIA
T3aN0M0
40-60
IIIA
T3bN0M0
30-50
IIIA
T3cN0M0
20-40
bawah diafragma
Invasi vena kava inferior di
atas diafragma atau invasi
29
II
T4N0M0
0-30
IVA
T4N0M0
0-20
Keterlibatan limfatik
IIIB
T N1M0
0-20
Metastase Sistemik
IVB
T N M1
0-10
Tabel 2.1 Stadium TNM dan Prognosis Karsinoma Sel Ginjal. (Campbell)
30