Anda di halaman 1dari 3

Klasifikasi skin graft

Berdasarkan asalnya
a. Autograft : berasal dari suatu tempat dan ditransplatasikan pada
tempat lain, pada individu yang sama (berasal dari tubuh yang sama).
b. Allograft (Homograft) : berasal dari individu lain yang sama spesiesnya
(berasal dari tubuh lain).
c. Xenograft (Heterograft) : graft berasal dari makhluk lain yang berbeda
spesies.
(Lawrence, 2007)
Berdasarkan ketebalannya
a. Split thickness skin graft (STSG)
Graft ini terdiri dari lapisan atas kulit, yaitu epidermis dan sebagian
dermis.
Tipe ini dapat dibagi atas 3 bagian :
1. Thin Split Thickness Skin Graft sering disebut Thiersch atau OllierThiersch graft, berukuran 0,008 - 0,012 mm.
(Thin STSG : terdiri dari epidermis dan bagian lapisan dermis).
2. Intermediate (medium) Split Thickness Skin Graft, berukuran 0,012 0,018 mm.
(Intermediate STSG : terdiri dari epidermis dan bagian lapisan
dermis).
3. Thick Split Thickness Skin Graft, nama lainnya Three quarter
thickness graft, berukuran 0,018 - 0,030 mm.
(Thick STSG : terdiri dari epidermis dan bagian lapisan dermis).
(Steinstraer, Lars, Al-Benna, Sammy. 2011).
Keuntungan :
a. Kemungkinan survive lebih besar
b. Dapat dipakai untuk menutup defek yang luas
c. Donor dapat diambil dari daerah tubuh mana saja
d. Resiko pada daera donor minimal Daerah donor dapat sembuh
sendiri / epitelialisasi dalam 7-14 hari.
(Wax, Mark K. 2015; Steinstraer, Lars, Al-Benna, Sammy. 2011)
Kerugian :
a. Punya kecendrungan kontraksi lebih besar dalam penyembuhannya.

b. Punya

kecendrungan

mengalami

hipo-hiperpigmentasi

(terjadi

perubahan warna) terutama pada individu berkulit gelap.


c. Secara estetik kurang baik. Ketipisannya, tekstur yang halus dan
tidak adanya hair-growth menjadikan graft ini lebih bersifat
fungsional daripada kosmetik.
(Wax, Mark K. 2015; Steinstraer, Lars, Al-Benna, Sammy. 2011)
Indikasi :
Split thickness skin graft (STSG) digunakan untuk menutup defek kulit
yang luas (diameter >5-6 cm) atau kapanpun ketika kepentingan
kosmetik tidak dipentingkan.
(Wax, Mark K. 2015; Steinstraer, Lars, Al-Benna, Sammy. 2011)
Kontra indikasi :
a. Penggunaan split thickness skin graft (STSG) tidak diindikasikan jika
kontraksi luka dapat membahayakan fungsi dan ketika kepentingan
kosmetik lebih diutamakan.
b. Ukuran luka kecil yang dapat diperbaiki dengan melakukan flap atau
full thickness skin graft
(Wax, Mark K. 2015; Steinstraer, Lars, Al-Benna, Sammy. 2011)
b. Full Thickness Skin Graft (FTSG) :
Graft ini meliputi epidermis dan seluruh ketebalan dermis tanpa
disertai subcutaneus fat (Steinstraer, Lars, Al-Benna, Sammy. 2011).
Keuntungan :
a. Kecendrungan untuk terjadi kontraksi selama penyembuhan lebih
kecil.
b. Kecendrungan untuk berubah warna lebih kecil
c. Secara estetik lebih baik dari split thickness skin graft (memiliki
banyak karakteristik kulir normal termasuk warna, tekstur dan
ketebalan)
(Steinstraer, Lars, Al-Benna, Sammy. 2011; Khosh, Maurice. 2014)
Kerugian :
a. Kemungkinan survive lebih kecil dibanding split thickness skin graft
karena banyaknya jaringan yang membutuhkan revaskularisasi.

b. Hanya dapat menutup defek yang tidak terlalu luas, tidak


terkontaminasi, dan dengan vaskularisasi yang baik.
c. Area donor harus dijahit atau ditutup primer atau oleh split thickness
skin graft bila luka donor agak luas sehingga tidak dapat ditutup
primer.
d. Donor terbatas pada tempat-tempat tertentu seperti inguinal,
supraklavikular, retroaurikular.
(Steinstraer, Lars, Al-Benna, Sammy. 2011; Khosh, Maurice. 2014)
Indikasi :
a. Full Thickness Skin Graft (FTSG) ideal untuk defek pada wajah yang
tidak dapat dilakukan flap. Area yang baik untuk FTSG diantaranya
ujung hidung, kelopak mata, dahi, telinga.
b. Defek kulit yang tidak begitu luas
(Steinstraer, Lars, Al-Benna, Sammy. 2011; Khosh, Maurice. 2014)
Kontra indikasi :
Tidak terdapatnya suplai darah.
(Steinstraer, Lars, Al-Benna, Sammy. 2011; Khosh, Maurice. 2014)

Anda mungkin juga menyukai