SKIN GRAFT
1706120051
Jakarta
2018
A. DEFENISI
Menurut Heriady (2005), skin graft adalah menanam kulit dengan ketebalan
tertentu baik sebagian maupun seluruh kulit yang diambil atau dilepaskan dari satu
bagian tubuh yang sehat (disebut daerah donor) kemudian dipindahkan atau
ditanamkan ke daerah tubuh lain yang membutuhkannya (disebut daerah resipien).
Skin graft adalah penempatan lapisan kulit baru yang sehat pada daerah luka.
(Blanchard, 2006:1)
2
1. Epidermis
Epidermis merupakan lapisan terluar kulit yang tersusun atas epitel
squamos yang terdiri atas terutama oleh keratinosit. Epidermis tidak memiliki
pembuluh darah, sehingga mendapatkannya melalui difusi dari dasar dermis,
menuju ke membrane basalis yang memisahkan epidermis dan dermis .
3
· Stratum Korneum
Disebut juga lapisan tanduk. Merupakan lapisan kulit yang
paling luar, terdiri atas sel-sel gepeng yang mati, tidak berinti dan
protoplasmanya berubah menjadi keratin (zat tanduk)
· Stratum Lusidum
Merupakan lapisan yang terdiri dari sel-sel gepeng tidak berinti
dengan protoplasma yang berubah menjadi protein eleidin. Lapisan ini
tampak jelas pada telapak tangan dan kaki.
· Stratum granulosum
Terdiri dari dua sampai tiga lapis sel gepeng dengan sitoplasma
yang kasar yang terdiri atas keratohialin.
· Stratum basalis
Merupakan dasar epidermis, berproduksi dengan cara mitosis.
Terdiri atas dua jenis sel yaitu sel kolumnair dan melanosit.
2. Dermis
Lapisan dermis jauh lebih tebal daripada epidermis, terbentuk oleh
jaringan elastic dan fibrosa dengan elemen selular, kelenjar dan rambut
4
ssebagai adneksa kulit. Terdiri atas dua bagian yaitu pars papilaris dan pars
retikularis.
3. Subkutis
Lapisan ini merupakan kelanjutan dermis, terdiri atas jaringan ikat
longgar berisi sel-sel lemak.
C. ETIOLOGI
a. Kerusakan kulit yang hebat sehingga terjadi gangguan pada fungsi
kulit itu sendiri, misalnya: luka bakar yang hebat, ulserasi, biopsi, luka
karena trauma / area yan terinfeksi dengan kehilangan kulit yang luas.
b. luka-luka bekas operasi yang luas sehingga tidak dapat ditutup secra
langsung dengan kulit yang ada di skitarnya.
a) Autograft
Yaitu skin graft yang donornya adalah jaringan yang diperoleh dari kulit
pasien sendiri. Graft berasal dari individu yang sama (berasal dari tubuh
yang sama). Hal ini dilakukan jika cukup tersedianya kulit sehat dan jika
kesehatan pasien memenuhi untuk perawatan tambahannya yaitu perawatan
donor.
b) Allograft
Yaitu skin graft yang donornya adalah jaringan yang diperoleh dari spesies
yang sama (berasal dari tubuh yang lain)
5
c) Zenograft atau heterograft
Yaitu skin graft yang donornya adalah jaringan yang diperoleh dari spesies
yang lain / berbeda (binatang) Biasanya yang digunakan adalah kulit babi.
3. Berdasarkan ketebalannya
a) Split Thickness Skin Graft (STSG)
Split thickness yaitu skin graft yang tipis, sedang atau tebal.Skin
graft yang dilakukan mencakup dermis dan sebagian dermis.
6
a. Thin Split Thickness Skin Graft, ketebalan kulit 0,008-0,012 mm,
terdiri dari epidermis dan ¼ bagian lapisan dermis.
i. Keuntungan dari penggunaan Thin STSG yaitu :
1. Vaskularisasi lebih mudah terjadi dan transplatasi lebih
bertahan lama
2. Penyembuhan daerah donor lebih cepat terjadi dan bisa
digunakan kembali dalam waktu singkat, sekitar tujuh sampai
sepuluh hari.
ii. Kerugian dari penggunaan Thin STSG yaitu :
1. Kecendrungan untuk terjadi kontraksi lebih besar
2. Kurang menyamai tekstur kulit asli
7
Penggunaan FTSG diindikasikan pada defek dimana jaringan disebelahnya
tidak bebas, juga digunakan jika jaringan disebelahnya memiliki lesi
premaligna atau maligna dan menghalangi penggunaan flap. Lokasi yang
sering digunakan pada FTSG yaitu ujung hidung, dahi, kelopak mata, kantus
medial, konka dan jari.
8
- Umumnya yang sering dilakukan diambil dari kulit daerah paha.
- Daerah pantat juga digunakan namun akan menimbulkan rasa nyeri setelah
operasi.
F. INDIKASI
1. Luka yang luas
2. Luka bakar
3. Operasi yang membutuhkan skin graft untuk penyembuhan
4. Area yang pernah terinfeksi dengan skin loss
5. Kosmetik dan pembedahan rekonstruksi
Skin-thickness skin graft digunakan untuk setiap luka yang tidak dapat
ditutup secara primer. Full-thickness skin graft digunakan jika banyak kulit yang
hilang seperti pada fracture terbuka pada tungkai bawah.
9
Kelenjar limfe akan terbentuk pada jaringan graft kira-kira 1
minggu, dan reinervasi graft akan mulai pada minggu-minggu
pertama. Proses revaskularisasi skin graft sebagai berikut:
a) Hubungan anastomose langsung antara graft dengan pembuluh
darah resipen (autoinokulasi)
b) Pertumbuhan dari pembuluh darah resipie ke dalam saluran
endothelial graft.
c) Penetrasi pembuluh darah baru ke dalam dermis graft.
2. Penyerapan Plasma
Periode waktu antara pemindahan kulit dengan revaskularisasi pada graft
merupakan fase penyerapan plasma. Graft akan menyerap eksudat pada luka dengan
aksi kapiler melalui struktur seperti spon pada graft dermis dan melalui pembuluh
darah dermis.Ini berfungsi untuk mencegah pengeringan terutama pada pembuluh
darah graft dan menyediakan makanan bagi graft. Keseluruhan proses ini merupakan
respon terhadap kelangsungan hidup graft selama 2–3 hari hingga sirkulasi benar-
benar adekuat. Selama tahap ini berlangsung, graft akan mengalami edema dan
beratnya akan meningkat hingga 30-50%.
3. Revaskularisasi
Revaskularisasi pada graft dimulai pada hari ke 2-3 post skin graft dengan
mekanisme yang belum diketahui. Tanpa memperhatikan mekanisme, sirkulasi pada
graft akan benar-benar diperbaiki pada hari ke 6 – 7 setelah operasi. Tanpa adanya
perlekatan dasar, imbibisi plasma dan revaskularisasi, graft tidak akan mampu
bertahan hidup.
4. Pengerutan luka
10
Pengerutan pada luka merupakan hal yang serius dan merupakan masalah
yang berhubungan dengan segi kosmetik tergantung pada lokasi dan tingkat
keparahan pada luka. Pengerutan pada wajah mungkin dapat menyebabkan terjadinya
ektropion, serta retraksi pada hidung. Kemampuan skin graft untuk melawan
terjadinya pengerutan berhubungan dengan komponen ketebalan kulit yang
digunakan sebagai graft.
5. Regenerasi
Epitel tubuh perlu untuk beregenerasi setelah proses pencangkokkan kulit
berlangsung. Pada STSG, rambut akan tumbuh lebih jarang atau lebih sedikit pada
daerah graft yang sangat tipis. Graft mungkin akan kering dan sangat gatal pada tahap
ini. Pasien sering mengeluhkan kulit yang tampak kemerahan. Salep yang lembut
mungkin akan diberikan pada pasien untuk membantu dalam menjaga kelembaban
pada daerah graft dan mengurangi gatal.
6. Reinnervasi
Reinnervasi pada graft terjadi dari dasar resipien dan sepanjang perifer.
Kembalinya sensibilitas pada graft juga merupakan proses sentral. Proses ini biasanya
akan dimulai pada satu bulan pertama tetapi belum akan sempurna hingga beberapa
tahun.
7. Pigmentasi
Pigmentasi pada FTSG akan berlangsung lebih cepat dengan pigmentasi yang
hampir serupa dengan daerah donor. Pigmentasi pada STSG akan terlihat lebih pucat
atau putih dan akan terjadi hiperpigmentasi dengan kulit tampak bercahaya atau
mengkilat. Untuk mengatasi hal ini biasanya akan dianjurkan untuk melindungi
daerah graft dari sinar matahari secara langsung selama 6 bulan atau lebih.
11
Hematoma dapat menghalangi proses revaskularisasi. Untuk mencegah
hematoma dapat dipakai metode mesh grafting dengan membuat insisi kecil
ultiple dengan jarak teratur untuk drainase darah atau eksudat dan juga untuk
memperluas kulit.
Faktor mekanik, berupa kegagalan imobilisasi sehingga skin graft
bergeserdan revaskularisasi tidak terjadi
Infeksi
Tekhnik yang salah, diantaranya adalah :
o Menempelkan skin graft pada daerah yang masih berepitel
o Skin graft terbalik
o Skin graft terlalu tebal
Jika skin graft dapat bertahan dalam waktu 72 jam tanpa ada infeksi maka
umumnya tidak aka nada reaksi penolakan dan umumnya skin graft dapat berhasil.
12
Tekanan yang adekuat
Tekanan yang adekuat dapat dicapai dengan melakukan fiksasi
yang baik yaitu dengan penjahitan interuptus dipinggir kemudian
dilanjutkan dengan beberapa jahitan kasur diatas skin graft untuk
menjamin kontak dan mencegah pergeseran. Penjahitan yang terlalu
longgar akan menyebabkan bergesernya graft sehingga tidak dapat
terbentuk bridging pembuluh darah yang baru. Sedangkan penjahitan
yang terlalu kuat akan menyebabkan tarikan yangkemudian akan
merusak graft itu sendiri.
13
Tidak adanya infeksi
Sukses tidaknya penutupan luka tergantung pada ada tidaknya infeksi
luka. Infeksi luka ditentukan oleh keseimbangan antara daya tahan luka dan
mikroorganismenya. Bila jumlah mikroorganismenya lebih dari 104 / gram
jaringan, maka resiko infeksi adalah sebesar 89%. Skin graft yang dilakukan
pada jaringan yang mengandung lebih dari 105/gr jaringan akan selalu gagal.
Streptococcus beta hemolyticus masih dianggap sebagai faktor infeksi yang
menyebabkan kegagalan skin graft. Demam yang tidak tinggi disertai adanya
bau atau kemerahahn pada pinggir skin graft antara hari ke-2 dan hari ke-4
pasca bedah apalagi bilai disertai rasa nyeri yang semakin bertambah akan
lebih menyokong adanya infeksi pada daerah operasi. Pada pasien dibetes atau
mereka yang mendapat terapi imunosupresan lebih mudah mendapatkan
infeksi. Pencegahan infeksi dilakukan dengan kompres NaCl 0.9% dan
memberikan antbiotik yang sesuai dengan mikroorganisme yang dapat
merusak graft
a. Daerah resipen
Bila diyakini tindakan hemostatis daerah resipen telah dilakukan dengan
baik dan fiksasi skin graft telah dilakukan dengan baik, balutan dibuka hari ke-5
untuk mengevaluasi hasil dari skin graft dan benang fiksasi/jahitan dicabut.
Skin graft take yang dimaksud adalah terjadi revaskularisasi dimana skin
graft memperoleh cukup vaskularisasi untuk hidup seperti parasit ditempat baru.
Apabila baik dilakukan perawatan tiap 2-3 hari. Disarankan pada penderita
tindakan skin graft diekstremitas tetap memakai pembalut elastic sampai
pematangan graft kurang 3-6 bulan.
Bila diduga akan adanya hematoma atau bekuan darah dibawah kulit
sebaiknya dalam 24-48 jam dilakukan pengamatan skin graft. Karena bila terjadi
seroma, hematoma atau bekuan darah dibawah skin graft akan mengurangi kontak
skin dengan resipen sehingga akan menghalangi take dari skin grat tersebut. Pada
pengamatan ini dilakukan pembukaan balutan dengan hati-hati jangan sampai
merusak skin graft (terangkat atau tergeser). Seroma, hematoma atau bekuan
14
darah harus segera dievakuasi dengan melakukan insisi kecil padaskin graft tepat
diatas seroma/hematoma/bekuan darah tersebut selanjutnya dilakukan pembalutan
lagi. Perawatan dan pergantian balutan dilakukan tiap hari sampai
seroma/hematoma bekuan darah tidak ada lagi dibawah skin graft. Bila evakuasi
seroma/hematoma/bekuan darah dilakukan dalam 24 jam pertama, graft masih
dapat terjamin take 100%. Infeksi pada skin graft tidak akan menimbulkan
kenaikan suhu badan dalam 24 jam pertama pasca bedah. Demam yang tidak
tinggi disertai adanya bau atau kemerahan pada pinggir skin graft antara hari ke-2
dan ke-4 pasca bedah.
b. Daerah donor
Pada donor split thickness skin graft balutan luka dibuka setelah proses
epitelisasi. Pada daerah donor terjadi penyembuhan atau epitelialisasi. Pada
daerah donor terjadi penyembuhan atau epitelialisasi untuk thin split
thicknessskin graft 7- 9 hari, intermediate split thickness skin graft 10 – 14 hari
sedangkan thick split thickness skin graft memerlukan 14 atau lebih. Perawatan
split thickness skin graft secara umum diambil rata-rata 14 hari. Balutan dibiarkan
sekitar 14 hari kecuali bila balutan kotor diganti bagian luarnya saja. Balutan pada
donor biasanya melekat erat dengan kulit. Saat melepas balut/tulle harus hati-hati
dan jangan dipaksa. Bila balutan masih melekat erat tidak diangkat. Hal yang
terbaik balutan dapat terpisah/terlepas spontan.
Bagian yang masih melekat dibiarkan sampai dapat terlepas sendiri karena
telah terjadi epitelisasi bila pelepasan balut/tulle dipaksa akan berdarah disertai
rasa nyeri, ini merusak proses epitelisasi dan penyembuhan akan bertambah lama.
Luka donor full thickness skin graft diperlakukan seperti luka jahitan biasa
yaitu hari ke-3 kontrol luka dan hari ke-7 jahitan dapat diangkat atau bila diyakini
hasil tindakan tidak akan timbul masalah control dapat langsung hari ke-7. Pada
donor full thickness skin graft yang tidak dapat ditutup primer, dilakukan
penutupan dengan split thickness skin graft, perawatannya seperti perawatan luka
split thickness graft.
J. KOMPLIKASI
Skin graft banyak membawa resiko dan potensial komplikasi yang beragam
tergantung dari jenis luka dan tempat skin graft pada tubuh.
15
Adanya hubungan yang kurang baik pada graft atau kurangnya perlekatan
pada dasar daerah resipien. Timbulnya hematom dan seroma dibawah graft akan
mencegah hubungan dan perlekatan pada graft dengan lapisan dasar luka.
Pergerakan pada graft atau pemberian suhu yang tinggi pada graft juga dapat
menjadi penyebab kegagalan graft. Sumber kegagalan yang lain diantaranya
adalah daerah resipien yang buruk. Luka dengan vaskularisasi yang kurang atau
permukaan luka yang terkontaminasi. Teknik yang salah juga dapat menyebabkan
kegagalan graft. Memberikan penekanan yang terlalu kuat, peregangan yang
terlalu ketat atau trauma pada saat melakukan penanganan dapat menyebabkan
graft gagal baik sebagian ataupun seluruhnya.
4. Nyeri
- Nyeri dapat terjadi karena penggunaan staples pada proses perlekatan graft
atau juga karena adanya torehan, tarikan atau manipulasi jaringan atau organ
(Long, 1996:60).
- Hal ini diduga bahwa ujung-ujung saraf normal yang tidak
menstransmisikan sensasi nyeri menjadi mampu menstransmisikan sensasi
nyeri (Smeltzer, 2002:214).
- Reseptor nyeri yang merupakan serabut saraf mengirimkan cabangnya ke
pembuluh darah lokal, sel mast, folikel rambut, kelenjar keringat dan
melepaskan histamin, bradikinin, prostaglandin dan macam-macam asam
yang tergolong stimuli kimiawi terhadap nyeri. Nosiseptor berespon
mengantar impuls ke batang otak untuk merespon rasa nyeri
16
5. Hematom
- Hematom atau timbunan darah dapat membuat kulit donor mati. Hematom
biasanya dapat diketahui lima hari setelah operasi. Jika hal ini terjadi maka
kulit donor harus diambil dan diganti dengan yang baru (Perdanakusuma,
2006:1).
- Hematom juga menjadi komplikasi tersering dari pemasangan graft.
6. Kontraktur
DAFTAR PUSTAKA
17
1. Blanchard, D. K, Lin, P & Lumsden, A. (2006). Skin graft. (Online),
(www.debakeydepartmentofsurgery.org/home/content.cfm?proc_name=Skin+
Graft+&content_id=272-19k- diakses tanggal 31 Juli 2006
2. Grabbe D. Skin Grafting [online].Sept 19th 2006 [cited 2008 Agustus
10th]; Available from
URL:http://www.emedicine.com/plastic/TOPIC382.HTM
3. Skin Graft-Reconstructive Plasric Surgery [online].March 5rd 2007 [cited
2008 Agustus 10th]. Available from URL
:http://www.penhealth.com/medlineplus/encyclopedia.htm.
4. Skin Grafting.[online]. March 14th 2006 [cited 2008 Agustus 10th] . Available
from : URL
: http://www.healthztoz.com.healthatoz/atoz/common/standard/trans.html
5. Christensen D, Christopher Arpey, Duane C. Whittaker. Skin grafting. In :
Surgery of the Skin – Procedural Dermatology. 1St published. Editors : June
K. Robinson et all. Philadelphia : Elsevier Mosby, 2005
6. Vistnes L. Grafting of Skin. In : The Surgical Clinics of North America. Vol
57. Editor : Hugh A. Johnson. Philadelphia : WB Saunders Company, 1977.
18