Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH BEDAH PLASTIK

SKIN GRAFT

dr. Erwin Ardian Noor

1706120051

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Jakarta

2018
A. DEFENISI

Skin graft ( pencangkokan kulit ) merupakan tehnik untuk melepaskan potongan


kulit dari suplai darahnya sendiri dan memindahkannya sebagai jaringan bebas ke
lokasi yang jauh ( resipen ). Tehknik skin graft dapat digunakan untuk memperbaiki
setiap tipe luka dan merupakan bentuk pembedahan rekonstruktif yang lazim
digunakan.( Bruner and Sudrath. 2002: 1898 )

Menurut Heriady (2005), skin graft adalah menanam kulit dengan ketebalan
tertentu baik sebagian maupun seluruh kulit yang diambil atau dilepaskan dari satu
bagian tubuh yang sehat (disebut daerah donor) kemudian dipindahkan atau
ditanamkan ke daerah tubuh lain yang membutuhkannya (disebut daerah resipien).
Skin graft adalah penempatan lapisan kulit baru yang sehat pada daerah luka.
(Blanchard, 2006:1)

Skin graft merupakan pencangkokan lapisan epidermis kulit yang dapat


dipindahkan secara bebas. Kulit yang digunakan dapat berasal dari bagian mana saja
dari tubuh, namun lazimnya berasal dari daerah paha, pantat, punggung atau perut.
(yudini,2007)

B. ANATOMI FISIOLOGI KULIT


Kulit adalah organ tubuh yang terluas yang terletak paling luar dan
membatasi dari lingkungan hidup manusia, juga merupakan organ essensial
dan vital serta sebagai sarana komunikasi non verbal antara individu.
Kelembutan kulit bervariasi, begitu juga ketebalan dan elastisitasnya. Luas
kulit orang dewasa adalah satu setengah sampai dua persegi. Tebalnya antara
satu setengah sampai lima millimeter, tergantung dari letak, umur, jenis
kelamin, suhu dan keadaan gizi. Fungsi utama kulit yaitu proteksi, absorpsi,
ekskresi, pengindraan sensori, termoregulasi, pembentukan pigmen, produksi
vitamin D serta untuk ekspresi emosi.

Secara histologis, kulit tersusun atas beberapa lapis yaitu lapisan


epidermis, lapisan dermis serta lapisan subkutis.

2
1. Epidermis
Epidermis merupakan lapisan terluar kulit yang tersusun atas epitel
squamos yang terdiri atas terutama oleh keratinosit. Epidermis tidak memiliki
pembuluh darah, sehingga mendapatkannya melalui difusi dari dasar dermis,
menuju ke membrane basalis yang memisahkan epidermis dan dermis .

3
· Stratum Korneum
Disebut juga lapisan tanduk. Merupakan lapisan kulit yang
paling luar, terdiri atas sel-sel gepeng yang mati, tidak berinti dan
protoplasmanya berubah menjadi keratin (zat tanduk)
· Stratum Lusidum
Merupakan lapisan yang terdiri dari sel-sel gepeng tidak berinti
dengan protoplasma yang berubah menjadi protein eleidin. Lapisan ini
tampak jelas pada telapak tangan dan kaki.

· Stratum granulosum
Terdiri dari dua sampai tiga lapis sel gepeng dengan sitoplasma
yang kasar yang terdiri atas keratohialin.
· Stratum basalis
Merupakan dasar epidermis, berproduksi dengan cara mitosis.
Terdiri atas dua jenis sel yaitu sel kolumnair dan melanosit.

2. Dermis
Lapisan dermis jauh lebih tebal daripada epidermis, terbentuk oleh
jaringan elastic dan fibrosa dengan elemen selular, kelenjar dan rambut

4
ssebagai adneksa kulit. Terdiri atas dua bagian yaitu pars papilaris dan pars
retikularis.

3. Subkutis
Lapisan ini merupakan kelanjutan dermis, terdiri atas jaringan ikat
longgar berisi sel-sel lemak.

C. ETIOLOGI
a. Kerusakan kulit yang hebat sehingga terjadi gangguan pada fungsi
kulit itu sendiri, misalnya: luka bakar yang hebat, ulserasi, biopsi, luka
karena trauma / area yan terinfeksi dengan kehilangan kulit yang luas.

b. luka-luka bekas operasi yang luas sehingga tidak dapat ditutup secra
langsung dengan kulit yang ada di skitarnya.

D. PEMBAGIAN SKIN GRAFT


1. Berdasarkan letak
a) Meshed skin graft
Skin graft pada daerah mata dan lubang
b) Sheet skin graft
Skin graft pada daerah wajah , leher, tangan dan kaki

2. Berdasarkan sumber donornya


Beberapa perbedaan jenis skin graft menurut Blanchard (2006) adalah:

a) Autograft
Yaitu skin graft yang donornya adalah jaringan yang diperoleh dari kulit
pasien sendiri. Graft berasal dari individu yang sama (berasal dari tubuh
yang sama). Hal ini dilakukan jika cukup tersedianya kulit sehat dan jika
kesehatan pasien memenuhi untuk perawatan tambahannya yaitu perawatan
donor.

b) Allograft
Yaitu skin graft yang donornya adalah jaringan yang diperoleh dari spesies
yang sama (berasal dari tubuh yang lain)

5
c) Zenograft atau heterograft
Yaitu skin graft yang donornya adalah jaringan yang diperoleh dari spesies
yang lain / berbeda (binatang) Biasanya yang digunakan adalah kulit babi.

3. Berdasarkan ketebalannya
a) Split Thickness Skin Graft (STSG)
 Split thickness yaitu skin graft yang tipis, sedang atau tebal.Skin
graft yang dilakukan mencakup dermis dan sebagian dermis.

 STSG merupakan tindakan definitive sebagai penutup defek yang


permanen atau hanya sebagai tindakan yang sementara sambil
menunggu tindakan yang defenitif. Tindakan ini dimaksudkan untuk
mengontrol serta mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi dan
menutup struktur vital tubuh.

 STSG diindikasikan untuk menutup defek kulit yang luas. STSG


digunakan pada saat kosmetik tidak menjadi pertimbangan utama atau
jika ukuran defek terlalu luas sehingga tidak dapat dilakukan FTSG.
Penggunaan lainnya untuk menutup ulkus kulit yang kronik yang tidak
sembuh-sembuh serta menutup menutup daerah luka akibat luka bakar
yang bertujuan untuk mengurangi tubuh kehilangan cairan.
Kontraindikasi penggunaan STSG yaitu tidak digunakan jika dari segi
kosmetik sangat diperhatikan seperti daerah wajah atau leher.

 Keuntungan dari STSG yaitu :


 Kemungkinan take lebih besar
 Dapat dipakai untuk menutup defek yang luas
 Donor dapat diambil dari daerah tubuh mana saja
 Daerah donor dapat sembuh sendiri/reepitelisasi

 Kerugian dari STSG yaitu :


 Mempunyai kecendrungan kontraksi lebih besar
 Memiliki kecenderungan terjadi perubahan warna
 Permukaan kulit mengkilat
 Secara estetik kurang baik

 Terbagi atas tiga yaitu:

6
a. Thin Split Thickness Skin Graft, ketebalan kulit 0,008-0,012 mm,
terdiri dari epidermis dan ¼ bagian lapisan dermis.
i. Keuntungan dari penggunaan Thin STSG yaitu :
1. Vaskularisasi lebih mudah terjadi dan transplatasi lebih
bertahan lama
2. Penyembuhan daerah donor lebih cepat terjadi dan bisa
digunakan kembali dalam waktu singkat, sekitar tujuh sampai
sepuluh hari.
ii. Kerugian dari penggunaan Thin STSG yaitu :
1. Kecendrungan untuk terjadi kontraksi lebih besar
2. Kurang menyamai tekstur kulit asli

b. Intermedict (medium) Split Thickness Skin Graft, ketebalan kulit


0,012-0,018 mm, terdiri dari epidermis dan ½ bagian dermis.

c. Thick Split Thickness Skin Graft, ketebalan kulit 0,018-0,030 mm,


terdiri dari epidermis dan ¾ bagian dermis.
i. Keuntungan Thick STSG yaitu :
1. Lebih sedikit terjadi kontraksi, lebih tahan terhadap trauma
2. Lebih menyamai seperti kulit normal
ii. Kerugian dati Thick STSG yaitu :
1. Vaskularisasi lebih sedikit
2. Penyembuhan daerah donor lebih lambat, sekitar sepuluh
sampai delapan belas hari

b) Full Thickness Skin Graft (FTSG)


 Full thickness yaitu tergantung dari banyaknya dermis yang ikut dalam
spesimen. Skin Graft yang terdiri dari epidermis dan seluruh bagian dermis.

 FTSG sering dijumpai sebagai tindakan defenitif untuk memperbaiki


kerusakan pada kulit wajah. Hal ini disebabkan karena kecendrungan
kontraksi lebih kecil, resistensi terhadap trauma lebih besar. Akan tetapi
jumlah dan ukuran donor sangat terbatas. Derah donor FTSG meliputi kepala
dan leher, retroaurikuler, supraklavikuler, dapat pula diambil dari daerah
abdomen atau paha.

7
 Penggunaan FTSG diindikasikan pada defek dimana jaringan disebelahnya
tidak bebas, juga digunakan jika jaringan disebelahnya memiliki lesi
premaligna atau maligna dan menghalangi penggunaan flap. Lokasi yang
sering digunakan pada FTSG yaitu ujung hidung, dahi, kelopak mata, kantus
medial, konka dan jari.

 Keuntungan dari penggunaan FTSG yaitu :

 Kecendrungan untuk terjadinya kontraksi lebih kecil


 Kecendrungan untuk terjadinya berubah warna lebih kecil
 Kecendrungan permukaan kulit mengkilat lebih kecil
 Secara estetik lebih baik dari STSG

 Kerugian dari penggunaan FTSG yaitu :


 Kemungkinan take lebih kecil dibanding dengan STSG
 Hanya dapat menutup defek yang tidak terlalu luas
 Donor harus dijahit atau ditutup oleh STSG bila luka donor agak luas
sehingga tidak dapat ditutup primer
 Donor terbatas pada tempat-tempat tertentu

E. DAERAH DONOR DAN DAERAH RESIPIEN SKIN GRAFT


1. Daerah donor SG
a. Daerah donor untuk FTSG
- Bagian yang di gunakan untuk menutup luku pada wajah dan leher : di
bawah atau di atas tulang selangka (klavikula), kelopak mata, perut, lipat paha
dan lipat siku, kulit belakang telinga.
- Bagian yang digunakan untuk menutup luka pada bagian kulit yang tidak
ditumbuhi rambut dan berfungsi untuk melapisi tangan : batas tulang hasta,
telapak kaki dengan penyesuaian warna, tekstur dan ketebalan yang tepat.
- Bagian yang digunakan untuk menutup luka pada graft dengan pigmen yang
lebih gelap : triposium (kulup), scrotu , labia minora.
b. Daerah donor untuk STSG
- Dapat di ambil dari mana saja di tubuh seperti perut, dada, punggung, pantat,
anggota gerak lainnya

8
- Umumnya yang sering dilakukan diambil dari kulit daerah paha.
- Daerah pantat juga digunakan namun akan menimbulkan rasa nyeri setelah
operasi.

2. Daerah Resipien Skin Graft


• Komponen penting yang menjamin suksesnya skin graft adalah persiapan
pada daerah resipien.
• Skin graft tidak akan dapat bertahan hidup pada jaringan yang tidak dialiri
darah.
• Skin graft akan dapat bertahan hidup pada periosteum, perikondrium,
dermis, fasia, otot, dan jaringan granulasi.
• Luka juga harus bebas dari jaringan yang mati dan bersih dari bakteri.

F. INDIKASI
1. Luka yang luas
2. Luka bakar
3. Operasi yang membutuhkan skin graft untuk penyembuhan
4. Area yang pernah terinfeksi dengan skin loss
5. Kosmetik dan pembedahan rekonstruksi

Skin-thickness skin graft digunakan untuk setiap luka yang tidak dapat
ditutup secara primer. Full-thickness skin graft digunakan jika banyak kulit yang
hilang seperti pada fracture terbuka pada tungkai bawah.

G. FASE PENYEMBUHAN SKIN GRAFT SECARA FISIOLOGIS

Terdapat dua tahap pemulihan skin graftyaitu :


1. Imbibisi plasmic (24-48 jam pertama setelah graft)
Dalam proses ini, jaringan donor akan mendapatkan nutrisi
melalui penyerapan plasma dari kulit dibawahnya melalui kapiler-
kapiler, sehingga STSG dikatakan memiliki kemungkinan berhasil
yang lebih besar karena cairan plasma yang diserap lebih efektif.

2. Fase penyembuhan/inokulasi (48-72 jam sampai 1 minggu setelah


graft)

9
Kelenjar limfe akan terbentuk pada jaringan graft kira-kira 1
minggu, dan reinervasi graft akan mulai pada minggu-minggu
pertama. Proses revaskularisasi skin graft sebagai berikut:
a) Hubungan anastomose langsung antara graft dengan pembuluh
darah resipen (autoinokulasi)
b) Pertumbuhan dari pembuluh darah resipie ke dalam saluran
endothelial graft.
c) Penetrasi pembuluh darah baru ke dalam dermis graft.

Menurut Rives (2006), masa penyembuhan dan kelangsungan hidup graft


terdiri dari beberapa tahap yaitu:
1. Perlekatan dasar.
Setelah graft ditempatkan, perlekatan dasar luka melalui jaringan fibrin yang
tipis merupakan proses sementara hingga sikulasi dan hubungan antar jaringan telah
benar-benar terjadi.

2. Penyerapan Plasma
Periode waktu antara pemindahan kulit dengan revaskularisasi pada graft
merupakan fase penyerapan plasma. Graft akan menyerap eksudat pada luka dengan
aksi kapiler melalui struktur seperti spon pada graft dermis dan melalui pembuluh
darah dermis.Ini berfungsi untuk mencegah pengeringan terutama pada pembuluh
darah graft dan menyediakan makanan bagi graft. Keseluruhan proses ini merupakan
respon terhadap kelangsungan hidup graft selama 2–3 hari hingga sirkulasi benar-
benar adekuat. Selama tahap ini berlangsung, graft akan mengalami edema dan
beratnya akan meningkat hingga 30-50%.

3. Revaskularisasi
Revaskularisasi pada graft dimulai pada hari ke 2-3 post skin graft dengan
mekanisme yang belum diketahui. Tanpa memperhatikan mekanisme, sirkulasi pada
graft akan benar-benar diperbaiki pada hari ke 6 – 7 setelah operasi. Tanpa adanya
perlekatan dasar, imbibisi plasma dan revaskularisasi, graft tidak akan mampu
bertahan hidup.

4. Pengerutan luka

10
Pengerutan pada luka merupakan hal yang serius dan merupakan masalah
yang berhubungan dengan segi kosmetik tergantung pada lokasi dan tingkat
keparahan pada luka. Pengerutan pada wajah mungkin dapat menyebabkan terjadinya
ektropion, serta retraksi pada hidung. Kemampuan skin graft untuk melawan
terjadinya pengerutan berhubungan dengan komponen ketebalan kulit yang
digunakan sebagai graft.

5. Regenerasi
Epitel tubuh perlu untuk beregenerasi setelah proses pencangkokkan kulit
berlangsung. Pada STSG, rambut akan tumbuh lebih jarang atau lebih sedikit pada
daerah graft yang sangat tipis. Graft mungkin akan kering dan sangat gatal pada tahap
ini. Pasien sering mengeluhkan kulit yang tampak kemerahan. Salep yang lembut
mungkin akan diberikan pada pasien untuk membantu dalam menjaga kelembaban
pada daerah graft dan mengurangi gatal.

6. Reinnervasi
Reinnervasi pada graft terjadi dari dasar resipien dan sepanjang perifer.
Kembalinya sensibilitas pada graft juga merupakan proses sentral. Proses ini biasanya
akan dimulai pada satu bulan pertama tetapi belum akan sempurna hingga beberapa
tahun.

7. Pigmentasi
Pigmentasi pada FTSG akan berlangsung lebih cepat dengan pigmentasi yang
hampir serupa dengan daerah donor. Pigmentasi pada STSG akan terlihat lebih pucat
atau putih dan akan terjadi hiperpigmentasi dengan kulit tampak bercahaya atau
mengkilat. Untuk mengatasi hal ini biasanya akan dianjurkan untuk melindungi
daerah graft dari sinar matahari secara langsung selama 6 bulan atau lebih.

H. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL SKIN GRAFT


Yang beresiko mengalami komplikasi selama operasi skin graft diantaranya :
 Usia lanjut ( > 60 tahun ) atau bayi baru lahir
 Merokok
 Penderita penyakit kronis
 Menggunakan obat hipertensi, insulin, relaksan otot

1. Faktor – Faktor Penyebab Kegagalan Skin Graft

11
 Hematoma dapat menghalangi proses revaskularisasi. Untuk mencegah
hematoma dapat dipakai metode mesh grafting dengan membuat insisi kecil
ultiple dengan jarak teratur untuk drainase darah atau eksudat dan juga untuk
memperluas kulit.
 Faktor mekanik, berupa kegagalan imobilisasi sehingga skin graft
bergeserdan revaskularisasi tidak terjadi
 Infeksi
 Tekhnik yang salah, diantaranya adalah :
o Menempelkan skin graft pada daerah yang masih berepitel
o Skin graft terbalik
o Skin graft terlalu tebal

Jika skin graft dapat bertahan dalam waktu 72 jam tanpa ada infeksi maka
umumnya tidak aka nada reaksi penolakan dan umumnya skin graft dapat berhasil.

2. Faktor-Faktor Keberhasilan Skin Graft


Suksesnya transplantasi dari suatu Skin Grafting berhubungan dengan take
dari graft tersebut. Take dari graft tergantung dari

 Vaskularisasi yang adekuat


Suatu skin graft memerlukan aliran darah yang adekuat dari daerah
resipien untuk dapat bertahan hidup. Skin Graft yang dilakukan pada daerah
resipien yang kaya akan pembuluh darah mempunyai kemungkinan untuk
take yang lebih besar. Aliran darah dari daerah resipien ke graft kemudian
akan melewati fase imbibisi plasmic, inoskulasi, hingga akhirnya terbentuk
bridging pembuluh darah yang baru ke graft. Untuk itu, hal-hal yang
menghalangi aliran darah ke graft seperti jaringan granulasi harus
disingkirkan terlebih dahulu.

 Kontak yang baik antara skin graft dengan daerah resipien


Agar proses pembentukan bridging pembuluh darah yang baru dari
daerah ke graft dapat berjalan dengan baik, maka diperlukan kontak yang baik
antara skin graft dengan daerah resipiennya. Untuk itu yang harus
diperhatikan adalah tekanan yang adekuat pada graft, ada tidaknya kumpulan
cairan antara graft dengan resipien, dan pergerakan antara graft dengan
resipiennya.

12
Tekanan yang adekuat
Tekanan yang adekuat dapat dicapai dengan melakukan fiksasi
yang baik yaitu dengan penjahitan interuptus dipinggir kemudian
dilanjutkan dengan beberapa jahitan kasur diatas skin graft untuk
menjamin kontak dan mencegah pergeseran. Penjahitan yang terlalu
longgar akan menyebabkan bergesernya graft sehingga tidak dapat
terbentuk bridging pembuluh darah yang baru. Sedangkan penjahitan
yang terlalu kuat akan menyebabkan tarikan yangkemudian akan
merusak graft itu sendiri.

Mencegah timbunan cairan antara graft dengan resipien


Darah, serum dan bahan purulen akan memisahkan graft dari
resipiennya, menghalangi vaskularisasi sehingga akan menghalang
take dari skin graft tersebut dan menyebabkan kegagalan graft.
Perdarahan yang terjadi pada proses penempelan graft biasanya akan
berhenti sendiri dalam 5-10 menit, sehingga sebelum operasi
dilanjutkan, harus dilakukan evakuasi terhadap bekuan darah yang
mungkin terjadi. Bila dicurigai akan adanya seroma, hematoma atau
pus di bawah kulit, sebaiknya dalam 24-48 jam dilakukan
pengamatan skin graft. Seroma, hematoma atau bekuan darah harus
segera di evakuasi dengan melakukan insisi kecil pada graft tepat di
atas seroma, hematoma atau bekuan darah tersebut, selanjutnya
dilakukan pembalutan lagi. Perawatan dan penggantian pembalut
dilakukan tiap hari sampai seroma, hematoma dan bekuan darah tidak
ada lagi di bawah skin graft.

Imobilisasi yang baik


Adanya pergerakan antara graft dengan daerah resipien akan
menghancurkan bridging kapiler yang baru sehingga mengalami
terbentuknya vaskularisasi graft. Untuk menjaga agar tidak terjadi
pergerakan antara graft dengan resipien dapat digunakan spalk untuk
daerah ekstrimitas, leher dan aksila, untuk melindungi skin graft dari
gerakan-gerakan tubuh yang dapat merusak skin graft serta mencegah
kontraksi yang terjadi karena posisi anatomis. Pada daerah wajah,
imobilisasi dapat dilakukan dengan balutan tie over.

13
 Tidak adanya infeksi
Sukses tidaknya penutupan luka tergantung pada ada tidaknya infeksi
luka. Infeksi luka ditentukan oleh keseimbangan antara daya tahan luka dan
mikroorganismenya. Bila jumlah mikroorganismenya lebih dari 104 / gram
jaringan, maka resiko infeksi adalah sebesar 89%. Skin graft yang dilakukan
pada jaringan yang mengandung lebih dari 105/gr jaringan akan selalu gagal.
Streptococcus beta hemolyticus masih dianggap sebagai faktor infeksi yang
menyebabkan kegagalan skin graft. Demam yang tidak tinggi disertai adanya
bau atau kemerahahn pada pinggir skin graft antara hari ke-2 dan hari ke-4
pasca bedah apalagi bilai disertai rasa nyeri yang semakin bertambah akan
lebih menyokong adanya infeksi pada daerah operasi. Pada pasien dibetes atau
mereka yang mendapat terapi imunosupresan lebih mudah mendapatkan
infeksi. Pencegahan infeksi dilakukan dengan kompres NaCl 0.9% dan
memberikan antbiotik yang sesuai dengan mikroorganisme yang dapat
merusak graft

I. PERAWATAN SKIN GRAFT PADA DONOR DAN RESIPEN

a. Daerah resipen
Bila diyakini tindakan hemostatis daerah resipen telah dilakukan dengan
baik dan fiksasi skin graft telah dilakukan dengan baik, balutan dibuka hari ke-5
untuk mengevaluasi hasil dari skin graft dan benang fiksasi/jahitan dicabut.
Skin graft take yang dimaksud adalah terjadi revaskularisasi dimana skin
graft memperoleh cukup vaskularisasi untuk hidup seperti parasit ditempat baru.
Apabila baik dilakukan perawatan tiap 2-3 hari. Disarankan pada penderita
tindakan skin graft diekstremitas tetap memakai pembalut elastic sampai
pematangan graft kurang 3-6 bulan.
Bila diduga akan adanya hematoma atau bekuan darah dibawah kulit
sebaiknya dalam 24-48 jam dilakukan pengamatan skin graft. Karena bila terjadi
seroma, hematoma atau bekuan darah dibawah skin graft akan mengurangi kontak
skin dengan resipen sehingga akan menghalangi take dari skin grat tersebut. Pada
pengamatan ini dilakukan pembukaan balutan dengan hati-hati jangan sampai
merusak skin graft (terangkat atau tergeser). Seroma, hematoma atau bekuan

14
darah harus segera dievakuasi dengan melakukan insisi kecil padaskin graft tepat
diatas seroma/hematoma/bekuan darah tersebut selanjutnya dilakukan pembalutan
lagi. Perawatan dan pergantian balutan dilakukan tiap hari sampai
seroma/hematoma bekuan darah tidak ada lagi dibawah skin graft. Bila evakuasi
seroma/hematoma/bekuan darah dilakukan dalam 24 jam pertama, graft masih
dapat terjamin take 100%. Infeksi pada skin graft tidak akan menimbulkan
kenaikan suhu badan dalam 24 jam pertama pasca bedah. Demam yang tidak
tinggi disertai adanya bau atau kemerahan pada pinggir skin graft antara hari ke-2
dan ke-4 pasca bedah.

b. Daerah donor
Pada donor split thickness skin graft balutan luka dibuka setelah proses
epitelisasi. Pada daerah donor terjadi penyembuhan atau epitelialisasi. Pada
daerah donor terjadi penyembuhan atau epitelialisasi untuk thin split
thicknessskin graft 7- 9 hari, intermediate split thickness skin graft 10 – 14 hari
sedangkan thick split thickness skin graft memerlukan 14 atau lebih. Perawatan
split thickness skin graft secara umum diambil rata-rata 14 hari. Balutan dibiarkan
sekitar 14 hari kecuali bila balutan kotor diganti bagian luarnya saja. Balutan pada
donor biasanya melekat erat dengan kulit. Saat melepas balut/tulle harus hati-hati
dan jangan dipaksa. Bila balutan masih melekat erat tidak diangkat. Hal yang
terbaik balutan dapat terpisah/terlepas spontan.
Bagian yang masih melekat dibiarkan sampai dapat terlepas sendiri karena
telah terjadi epitelisasi bila pelepasan balut/tulle dipaksa akan berdarah disertai
rasa nyeri, ini merusak proses epitelisasi dan penyembuhan akan bertambah lama.
Luka donor full thickness skin graft diperlakukan seperti luka jahitan biasa
yaitu hari ke-3 kontrol luka dan hari ke-7 jahitan dapat diangkat atau bila diyakini
hasil tindakan tidak akan timbul masalah control dapat langsung hari ke-7. Pada
donor full thickness skin graft yang tidak dapat ditutup primer, dilakukan
penutupan dengan split thickness skin graft, perawatannya seperti perawatan luka
split thickness graft.

J. KOMPLIKASI
Skin graft banyak membawa resiko dan potensial komplikasi yang beragam
tergantung dari jenis luka dan tempat skin graft pada tubuh.

Komplikasi yang mungkin terjadi antara lain (Blanchard, 2006:2):


1. Kegagalan graft

15
Adanya hubungan yang kurang baik pada graft atau kurangnya perlekatan
pada dasar daerah resipien. Timbulnya hematom dan seroma dibawah graft akan
mencegah hubungan dan perlekatan pada graft dengan lapisan dasar luka.
Pergerakan pada graft atau pemberian suhu yang tinggi pada graft juga dapat
menjadi penyebab kegagalan graft. Sumber kegagalan yang lain diantaranya
adalah daerah resipien yang buruk. Luka dengan vaskularisasi yang kurang atau
permukaan luka yang terkontaminasi. Teknik yang salah juga dapat menyebabkan
kegagalan graft. Memberikan penekanan yang terlalu kuat, peregangan yang
terlalu ketat atau trauma pada saat melakukan penanganan dapat menyebabkan
graft gagal baik sebagian ataupun seluruhnya.

2. Reaksi penolakan terhadap skin graft.


Diperlihatkan melalui beberapa gejala:
- Hiperpigmentasi.
- Kulit berwarna kemerahan pada sekitar daerah graft.
- Infeksi pada daerah donor atau daerah resipien.
- Cairan yang mengalir keluar dari daerah graft.

3. Infeksi pada daerah donor atau daerah resipien.


Kuman memakan jaringan pada daerah donor / daerah resipien karena :
a. daerah resipien tidak bersih saat skin graft
b. gizi OS jelek ( protein rendah sekali ). Protein normal ( albumin ) kurang
lebih 3,5-4 mg%

4. Nyeri
- Nyeri dapat terjadi karena penggunaan staples pada proses perlekatan graft
atau juga karena adanya torehan, tarikan atau manipulasi jaringan atau organ
(Long, 1996:60).
- Hal ini diduga bahwa ujung-ujung saraf normal yang tidak
menstransmisikan sensasi nyeri menjadi mampu menstransmisikan sensasi
nyeri (Smeltzer, 2002:214).
- Reseptor nyeri yang merupakan serabut saraf mengirimkan cabangnya ke
pembuluh darah lokal, sel mast, folikel rambut, kelenjar keringat dan
melepaskan histamin, bradikinin, prostaglandin dan macam-macam asam
yang tergolong stimuli kimiawi terhadap nyeri. Nosiseptor berespon
mengantar impuls ke batang otak untuk merespon rasa nyeri

16
5. Hematom
- Hematom atau timbunan darah dapat membuat kulit donor mati. Hematom
biasanya dapat diketahui lima hari setelah operasi. Jika hal ini terjadi maka
kulit donor harus diambil dan diganti dengan yang baru (Perdanakusuma,
2006:1).
- Hematom juga menjadi komplikasi tersering dari pemasangan graft.

6. Kontraktur

DAFTAR PUSTAKA

17
1. Blanchard, D. K, Lin, P & Lumsden, A. (2006). Skin graft. (Online),
(www.debakeydepartmentofsurgery.org/home/content.cfm?proc_name=Skin+
Graft+&content_id=272-19k- diakses tanggal 31 Juli 2006
2. Grabbe D. Skin Grafting [online].Sept 19th 2006 [cited 2008 Agustus
10th]; Available from
URL:http://www.emedicine.com/plastic/TOPIC382.HTM
3. Skin Graft-Reconstructive Plasric Surgery [online].March 5rd 2007 [cited
2008 Agustus 10th]. Available from URL
:http://www.penhealth.com/medlineplus/encyclopedia.htm.
4. Skin Grafting.[online]. March 14th 2006 [cited 2008 Agustus 10th] . Available
from : URL
: http://www.healthztoz.com.healthatoz/atoz/common/standard/trans.html
5. Christensen D, Christopher Arpey, Duane C. Whittaker. Skin grafting. In :
Surgery of the Skin – Procedural Dermatology. 1St published. Editors : June
K. Robinson et all. Philadelphia : Elsevier Mosby, 2005
6. Vistnes L. Grafting of Skin. In : The Surgical Clinics of North America. Vol
57. Editor : Hugh A. Johnson. Philadelphia : WB Saunders Company, 1977.

18

Anda mungkin juga menyukai