Anda di halaman 1dari 24

BAGIAN ILMU BEDAH

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
REFERAT
SEPTEMBER 2008

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL SKIN GRAFTING

OLEH :
FATIMAH C 111 02 043

PEMBIMBING :
Dr. RAHMAT

SUPERVISOR :
Dr. SUMANTRI SARIMIN, Sp. B, Sp.BP

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


PADA BAGIAN ILMU BEDAH FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2008

1
I. PENDAHULUAN
Kulit merupakan panca indra yang sangat penting bagi manusia, untuk
melindungi struktur-struktur yang berada di bawahnya. Perlukaan pada kulit akan
menyebabkan terciptanya hubungan antara organ-organ dengan lingkungan luar yang
kemudian akan menimbulkan berbagai macam manisfestasi klinis antara lain infeksi,
dehidrasi dan sebagainya. Untuk itu dalam menangani suatu luka akibat trauma atau
penyakit, kita diharapkan dapat mengembalikan integritas anatomi maupun fungsi.
Pada kenyataannya tidak semua luka dapat ditutup primer, oleh karena kehilangan
kulit yang terlalu luas dan membutuhkan jaringan penutup untuk mengatasinya, salah
satu pilihan untuk menutup luka tersebut adalah dengan melakukan tindakan skin
grafting.(1,6)
Skin grafting merupakan suatu prosedur bedah yang sangat mendasar dan
sering digunakan untuk menutup defek pada luka. Skin grafting merupakan
transplantasi sebagian atau seluruh tebalnya kulit pada daerah donor tanpa disertai
vaskularisasinya dan dipindahkan ke daerah resepien yang akan mensuplai darah bagi
graft. Di dalam bidang bedah, prosedur ini merupakan suatu prosedur rutin yang
sering dijumpai dan secara sepintas seperti tindakan sederhana tetapi tidaklah
demikian pada prakteknya. Perlu disadari pula bahwa tindakan ini bukan hanya
sekedar mengambil kulit dan menempelkannya ke tempat lain tetapi menyangkut juga
aspek-aspek pra dan pasca bedah. Banyak masalah-masalah yang dapat timbul dari
mulai pengambilan donor skin graft sampai pada masa penyembuhannya. Masalah
tersebut berpengaruh pada keberhasilan tindakan.(1,9)
Teknik pengambilan dan penanaman kulit pertama kali diperkenalkan sekitar
2500-3000 tahun yang lalu di India, dimana dilakukan rekonstruksi hidung, telinga
dan bibir yang diamputasi sebagai pelaksanaan hukuman. Pada tahun 1587, Gasparo
Tagliacozzi mendokumentasikan pemindahan kulit dan jaringan subkutan dari lengan
ke wajah untuk membentuk hidung baru. Jacques Louis Reveerdin memperkenalkan
suatu teknik yang yang disebut pinch graft pada tahun 1869, selanjutnya Louis Ollier
dan Karl Wersch memperkenalkan Split Thickness Skin Graft, sedangkan Wolf dan

2
Krause memperkenalkan Full Thickness Skin Graft. Setelah itu banyak nama yang
berperan dalam prosedur skin grafting. (1,9)
Secara umum defenisi skin grafting adalah suatu tindakan pembedahan untuk
penggantian atau transplantasi kulit untuk menutupi suatu defek dengan
memindahkan sebagian atau seluruh tebal kulit dari suatu daerah asal (donor) tanpa
disertai vaskularisasinya, ke daerah lainnya (resepien) yang akan mensuplai darah
untuk menjamin kehidupan kulit yang dipindahkan tersebut. Bagian kulit yang
diangkat pada tindakan ini adalah epidermis dan sebagian atau seluruh lapisan dermis
tergantung pada ketebalan kulit yang dibutuhkan. Untuk defek yang membutuhkan
kulit yang tebal lazimnya berasal dari daerah paha, pantat, punggung, perut, dan
telapak tangan. Sedangkan kulit yang lebih tipis dapat diambil dari kelopak mata,
belakang telinga dan lengan atas sebelah medial. (1,9)

Gambar 1. Ilustrasi rekomendasi skin graft


(dikutip dari kepustakaan 18 )

ANATOMI KULIT (7,10,19)


Kulit adalah organ terluas dan membatasi dengan lingkungan hidup manusia.
Kelembutan kulit bervariasi, begitupula dengan ketebalan dan elastisitasnya. Luas
kulit orang dewasa adalah 1,5-2 m2, tebalnya antara 1,5-5 mm, bervariasi tergantung
dari letak, umur, jenis kelamin, suhu dan keadaan gizi. Fungsi utama kulit adalah

3
proteksi, absorbsi, ekskresi, penginderaan sensorik, termoregulator, pembentukkan
pigmen, produksi vitamin D dan keratinisasi.

Gambar 2. Lapisan Kulit


(dikutip dari kepustakaan 19 )

Secara histologis, kulit terbagi menjadi tiga lapisan utama yaitu epidermis (kutikel),
dermis (korium, kutis vera, true skin) dan subkutis (hypodermis).
1. Lapisan Epidermis
Lapisan epidermis merupakan lapisan terluar kulit, dengan ketebalan hanya
berkisar 5% dari seluruh ketebalan kulit. Epidermis tidak mengandung pembuluh
darah, sehingga mengambil makanan dengan mengandalkan penyerapan atau difusi
dari pembuluh-pembuluh darah pada dasar dermis melalui membrane basalis
epidermis. Epidermis sendiri dibentu oleh lima lapisan sel yaitu :
a. Stratum korneum
Disebut juga lapisan tanduk. Merupakan lapisan kulit yang paling luar yang
terdiri dari sel-sel gepeng yang mati, tidak berinti, dan protoplasmanya
berubah menjadi keratin (zat tanduk).

4
b. Stratum lusidium
Merupakan lapisan yang terdiri dari sel-sel gepeng tidak berinti dengan
protein plasma yang berubah menjadi protein eleiden. Lapisan ini tampak
jelas pada telapak tangan dan telapak kaki.
c. Stratum granulosum
Terdiri dari 2-3 lapis sel gepeng dengan butir sitoplasma yang kasar (terdiri
dari keratohialin) dan memiliki inti. Mukosa biasanya tidak memiliki lapisan
ini.
d. Stratum spinosum
Terdiri dari beberapa lapisan polygonal yang besarnya berbeda-beda karena
adanya mitosis. Protoplasmanya jernih karena banyak mengandung glikogen,
dan intinya terletak di tengah. Sel ini makin dekat ke permukaan, bentuknya
makin gepeng. Diantara sel-selnya terdapat jembatan-jembatan antar sel
(interselular bridge) dan sel langerhans.
e. Straum basalis
Terdiri dari sel kolumnar berbentuk palisade (pagar) dan melanosit (sel
pembentuk melanin) yang mengandung butir pigmen (melanosom). Sel-sel
tersebut mengalami mitosis dan berfungsi reproduksi.
2. Lapisan Dermis
Lapisan dermis terletak dibawah epidermis dan jauh lebih tebal dari
epidermis. Lapisan ini terdiri dari jaringan elastis dan fibrosa padat dengan berbagai
elemen seluler (adneksa berupa kelenjar keringat/glandula sudorifera dan kelenjar
palit/glandula sebasea) dan folikel rambut. Secara garis besar, lapisan ini terbagi
menjadi dua bagian yaitu :
a. Pars papilare
Bagian yang menonjol ke epidermis dan berisi ujung serabut saraf dan
pembuluh darah.

5
b. Pars retikulare
Bagian yang menonjol kearah subkutan yang terdiri dari serabut-serabut
penunjang yaitu serbut kolagen, elastin, dan retikulen.
3. Lapisan Subkutis
Lapisan subkutis adalah kelanjutan dari dermis. Lapisan ini terdiri atas
jaringan ikat longgar yang berisi sel-sel lemak, ujung-ujung saraf tepi, pembuluh
darah, dan pembuluh getah bening.

KLASIFIKASI (9,10,13,15,16)
Skin graft dapat dibagi berdasarkan :
1. Asalnya
a. Autograft
Graft yang berasal dari individu yang sama.
b. Isograft
Graft yang berasal dari individu lain yang secara genetik sama,
misalnya kembar monozigot.
c. Allograft
Graft yang berasal dari individu lain yang sama spesiesnya.
d. Heterograft
Graft yang berasal dari makhluk lain yang berbeda spesies
2. Ketebalannya
a. Split Thickness Skin Graft (STSG)
Graft ini mengandung epidermis dan sebagian dermis. Tipe ini terbagi
menjadi tiga yaitu :
 Thin Split Thickness Skin Graft
8-12
Ketebalan kulit /1000 inchi, terdiri dari lapisan epidermis
dan ¼ bagian lapisan dermis.

6
 Intermediate (Medium) Split Thickness Skin Graft
14-20
Ketebalan kulit /1000 inchi, terdiri dari lapisan epidermis
dan ½ bagian lapisan dermis.
 Thick Split Thickness Skin Graft
22-28
Ketebalan kulit /1000 inchi, terdiri dari lapisan epidermis
dan ¾ bagian lapisan dermis.
b. Full Thickness Skin Graft (FTSG)
Graft menutupi seluruh epidermis dan seluruh ketebalan dermis.

Split Thickness Skin Graft (STSG) (9,10,15,16)


STSG merupakan tindakan definitif sebagai penutup defek yang permanen
atau hanya sebagai tindakan yang sementara sambil menunggu tindakan yang
defenitif. Tindakan ini dimaksudkan untuk mengontrol serta mengurangi
kemungkinan terjadinya infeksi dan menutup struktur vital tubuh.
STSG diindikasikan untuk menutup defek kulit yang luas. STSG digunakan
pada saat kosmetik tidak menjadi pertimbangan utama atau jika ukuran defek terlalu
luas sehingga tidak dapat dilakukan FTSG. Penggunaan lainnya untuk menutup ulkus
kulit yang kronik yang tidak sembuh-sembuh serta menutup menutup daerah luka
akibat luka bakar yang bertujuan untuk mengurangi tubuh kehilangan cairan.
Kontraindikasi penggunaan STSG yaitu tidak digunakan jika dari segi kosmetik
sangat diperhatikan seperti daerah wajah atau leher.
Keuntungan dari STSG yaitu :
 Kemungkinan take lebih besar
 Dapat dipakai untuk menutup defek yang luas
 Donor dapat diambil dari daerah tubuh mana saja
 Daerah donor dapat sembuh sendiri/reepitelisasi
Kerugian dari STSG yaitu :
 Mempunyai kecendrungan kontraksi lebih besar
 Memiliki kecenderungan terjadi perubahan warna
 Permukaan kulit mengkilat
 Secara estetik kurang baik

7
Keuntungan dari penggunaan Thin STSG yaitu :
 Vaskularisasi lebih mudah terjadi dan transplatasi lebih bertahan lama
 Penyembuhan daerah donor lebih cepat terjadi dan bisa digunakan kembali
dalam waktu singkat, sekitar tujuh sampai sepuluh hari.
Kerugian dari penggunaan Thin STSG yaitu :
 Kecendrungan untuk terjadi kontraksi lebih besar
 Kurang menyamai tekstur kulit asli
Keuntungan Thick STSG yaitu :
 Lebih sedikit terjadi kontraksi, lebih tahan terhadap trauma
 Lebih menyamai seperti kulit normal
Kerugian dati Thick STSG yaitu :
 Vaskularisasi lebih sedikit
 Penyembuhan daerah donor lebih lambat, sekitar sepuluh sampai delapan
belas hari
Untuk mengambil STSG dari tempat donor dilakukan dengan menggunakan :
 Pisau/Blade : semua pisau yang tajam, tipis dan rata
 Pisau khusus : ketebalan graft yang diambil dapat diatur dan merata (Humby,
Braithwaite, Bodenham, Watson )
 Dermatome : Dermatome tangan, dermatome listrik dan tekanan udara

Gambar 3Weck Knives Gambar 4Graft-meshing machine


(dikutip dari kepustakaan 9) (dikutip dari kepustakaan 9)

8
Gambar 5 Davol dermatome Gambar 6 Alternating current (AC)
- Operated Padgett dermatome
(dikutip dari kepustakaan 9) (dikutip dari kepustakaan 9)

Teknik pengambilan STSG :


 Jika ada defek yang mau dikoreksi dengan STSG, ukuran lesi diukur dengan
tepat, bisa juga sutura (jahitan) dilakukan untuk mengecilkan size defek
supaya donor STSG juga diminimalisirkan.
 Area donor yang bagus seperti anterior-lateral atau medial paha, pantat, atau
aspek medial dari tangan.Untuk defek yang lebih besar, STSG donor haruslah
permukaan yang rata.
 Pemilihan daerah donor tergantung besarnya defek harus area yang bisa
tertutupi pakaian dan mudah untuk terapinya pasca donor
 Langkah awal yaitu daerah donor dianestesi lokal dengan/ tanpa epinefrin dan
bisa dikembungkan untuk pengangkatan
 Alat-alat yang digunakan untuk STSG adalah Freehand dermatom, powered
dermatom.razor blade, pisau bedah biasa (no.22) atau pisau humby.
 Powered dermatom dipakai untuk STSG dengan daerah yang lebih luas
karena ketebalan graft yang diambil harus sama.
 Setelah pemilihan alat yang sesuai lokasi donor dibersihkan dengan NaCl

9
- Dimulai dengan melukis “sterile tongue depressor” diarea donor didepan
surgeon, tepatnya didepan permukaan dipotong dermatom (alat pemotong
kulit) untuk menyediakan permukaan yang rata.
- Kadang bisa dipakai oPSite agar memudahkan masalah jaringan graft
- Kemudian surgeon mengarahkan dermatom dengan tahanan yang tetap
pada permukaan kulit dengan sudut 300- 45o .Gerakan dermatom harus
dalam arah “taking off”/ landing pesawat.
- Graft kemudian diambil dengan hati-hati dan diletakkan dalam NaCl yang
steril.
 Tahap selanjutnya graft bebas dimodifikasi ahli bedah. Graft diletakkan hati-
hati pada area yang terbuka untuk ditutup dengan well-padded dressing,
staples atau beberapa stitches kecil. Bila resipen luas, dapat dibantu dengan
membuat lubang-lubang pada graft seperti jala (mesh graft). Area donor
ditutup dengan dressing nonaderen steril selama 5-7 hari untuk mencegah
infeksi. Kulit yang di graft ditekan mengikuti ratio yang butuhkan.
 Bolster (bantalan) bisa diberi pada graft supaya meminimalkan daya tarik dan
menjaga kelembaban graft. Jika boster digunakan atau staples keduanya bisa
di aff setelah 7-10 hari. Pada keadan tertentu, transplantasi dan harvest bisa
ditunda 2-3 minggu supaya jaringan bisa bergranulasi terutama untuk
transplantasi pada jaringan yang avaskuler.
 Skin graft biasanya sembuh dengan sedikit skar dan biasanya terlihat seperti
kulit normal disekitarnya.

10
Gambar. 7 Teknik STSG
(dikutip dari kepustakaan 20)

Gambar. 8 Teknik STSG Gambar. 9 Teknik STSG


(dikutip dari kepustakaan 21) (dikutip dari kepustakaan 22)

Full Thickness Skin Graft (FTSG) (5,9,10,12,13,15,16)


FTSG sering dijumpai sebagai tindakan defenitif untuk memperbaiki
kerusakan pada kulit wajah. Hal ini disebabkan karena kecendrungan kontraksi lebih

11
kecil, resistensi terhadap trauma lebih besar. Akan tetapi jumlah dan ukuran donor
sangat terbatas. Derah donor FTSG meliputi kepala dan leher, retroaurikuler,
supraklavikuler, dapat pula diambil dari daerah abdomen atau paha.
Penggunaan FTSG diindikasikan pada defek dimana jaringan disebelahnya
tidak bebas, juga digunakan jika jaringan disebelahnya memiliki lesi premaligna atau
maligna dan menghalangi penggunaan flap. Lokasi yang sering digunakan pada
FTSG yaitu ujung hidung, dahi, kelopak mata, kantus medial, konka dan jari.
Keuntungan dari penggunaan FTSG yaitu :
 Kecendrungan untuk terjadinya kontraksi lebih kecil
 Kecendrungan untuk terjadinya berubah warna lebih kecil
 Kecendrungan permukaan kulit mengkilat lebih kecil
 Secara estetik lebih baik dari STSG
Kerugian dari penggunaan FTSG yaitu :
 Kemungkinan take lebih kecil dibanding dengan STSG
 Hanya dapat menutup defek yang tidak terlalu luas
 Donor harus dijahit atau ditutup oleh STSG bila luka donor agak luas sehingga
tidak dapat ditutup primer’
 Donor terbatas pada tempat-tempat tertentu
Teknik pengambilan FTSG :
 Jika yang dipakai adalah teknik FTSG, pilih daerah yang bebas dari lesi
malignant dan pre malignant yang mempunyai warna, tekstur dan kualiti
sebasea yang mirip dengan area defek.
 Lokasi yang sering jadi donor adalah kelopak mata, daerah nasolabial, pre
auricular, post auricular, concha, supra clavicula, axillaris, antecubital, dan
lipatan inguinal. Lokasi lain yang bisa digunakan adalah kulit yang berlebih
dibuang pada rencana rekonstruksi .
 Seperti halnya STSG, diukur tepat sutura sutura “tali pusse” disekitar area
defek bisa meminimalkan ukuran graft yang bakal diambil untuk reparasi
defek. Kadang dipakai tempelete dilokasi defek seperti gauze telfa yang
ditransfer ke lokasi donor.

12
 Eksisi daerah donor sesuai dengan pola yang telah digambar dengan ketebalan
tepat diatas jaringan lemak didaerah dermal subdermal junction.
 Dilakukan pembuangan jaringan lemak yang ikut terangkat dengan gunting.
 Defek daerah donor ditutup dengan menggunakan undermining pada tepi luka
dan sedapatnya ditutup secara primer tanpa ketegangan.
 Penutupan defek pada daerah resipen dilakukan setelah prosedur hemostatis
sempurna.
 Untuk lebih menjamin kontak skin graft dengan resipen, ditambah jahitan
kasur diatas skin graft.
 Untuk mencegah hematoma/seroma, dibuat sayatan kecil multiple pada skin
graft.
 Graft yang ditempel dijahit, ditutup dengan kasa tebal dan dilakukan tie over.
 Setelah dibalut, dipasang perban elastic.
 Jika perlu dipasang splint untuk membatasi gerak

Gambar. 10 Teknik FTSG


(dikutip dari kepustakaan 5)

13
Gambar. 7 Teknik FTSG
(dikutip dari kepustakaan 5)

INDIKASI (14)
Indikasi skin graft
1. Luka yang luas
2. Luka bakar
3. Operasi yang membutuhkan skin graft untuk penyembuhan
4. Area yang pernah terinfeksi dengan skin loss
5. Kosmetik dan pembedahan rekonstruksi
Split-thickness skin graft digunakan untuk setiap luka yang tidak dapat ditutup
secara primer. Full-thickness skin graft digunakan jika banyak kulit yang hilang
seperti pada fraktur terbuka pada tungkai bawah.

KONTRAINDIKASI (14)
Penggunaan STSG dikontraindikasikan pada suatu kondisi dimana kosmetik
adalah tujuan utama dan dimana dibutuhkan kontraksi yang bagus untuk menunjang
suatu fungsi. Sedangkan penggunaan FTSG dikontraindikasikan jika resipien
mengalami kekurangan suplai vaskuler, sehingga tidak dapat menunjang graft,
penggunaan FTSG pada jaringan yang avaskuler, seperti daerah yang mengalami
bone exposed atau daerah cartilago exposed, cenderung akan menyebabkan graft
mengalami nekrosis. Selain itu, perdarahan yang tidak terkontrol pada daerah resipien
merupakan kontraindikasi lainnya penggunaan FTSG karena pembentukan hematoma
dan/atau seroma di bawah graft akan mengganggu pertumbuhan graft.

14
PENEMPELAN SKIN GRAFT (17)
Teknik penempelan skin graft pada STSG dan FTSG adalah sama. Sebelum
penempelan graft pada daerah resipien harus dilakukan hemostasis dengan baik
sehingga dipermukaan resipien bersih, tidak ada pendarahan atau bekuan darah.
Kemudian dilakukan penjahitan interruptus disekeliling graft. Jahitan dimulai dari
graft ketepi luka resipien.
Diatas kulit ditutupi tulle, dilapisi kasa lembab NaCl dan selanjutnya kasa
kering steril. Dibuat lubang kecil diatas skin graft untuk jalan keluar darah yang ada.
Kemudian dilakukan irigasi untuk membuang sisa bekuan darah dibawah graft
dengan spoit berisi NaCl. Untuk membantu keberhasilan tindakan, dilakukan balut
tekan dengan menggunakan verbal elastis. Pada daerah yang tidak memungkinkan
dipasang verban elastic seperti muka atau leher, maka untuk menjamin fiksasi perlu
dilakukan tie over yaitu saat penjahitan skin graft beberapa simpul disisakan panjang
untuk fiksasi.
Masa pemulihan dari skin graft pada umumnya cepat. Yang perlu diperhatikan
yaitu daerah luka harus dilindungi dari trauma atau peregangan selama 2-3 minggu.
Tergantung pada penempatan dari skin graft, suatu penutup luka mungkin perlu untuk
1-2 minggu. FTSG memerlukan periode kesembuhan lebih panjang, dimana dalam
banyak kasus memerlukan perawatan dirumah sakit selama satu sampai dua minggu.

15
Gambar . 8 Skin Graft
(dikutip dari kepustakaan 17)

FASE PENYEMBUHAN SKIN GRAFT SECARA FISIOLOGIS (9)


Terdapat dua tahap pemulihan skin graft yaitu :
1. Imbibisi plasmic (24-48 jam pertama setelah graft)
Dalam proses ini, jaringan donor akan mendapatkan nutrisi melalui
penyerapan plasma dari kulit dibawahnya melalui kapiler-kapiler, sehingga
STSG dikatakan memiliki kemungkinan berhasil yang lebih besar karena
cairan plasma yang diserap lebih efektif.
2. Fase penyembuhan/inokulasi (48-72 jam sampai 1 minggu setelah graft)
Kelenjar limfe akan terbentuk pada jaringan graft kira-kira 1 minggu, dan
reinervasi graft akan mulai pada minggu-minggu pertama. Proses
revaskularisasi skin graft sebagai berikut:
a. Hubungan anastomose langsung antara graft dengan pembuluh darah
resipen (autoinokulasi)
b. Pertumbuhan dari pembuluh darah resipien ke dalam saluran endothelial
graft.
c. Penetrasi pembuluh darah baru ke dalam dermis graft.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL SKIN GRAFT (2,4,9,27)


Prosedur skin grafting juga mempunyai resiko dalam pelaksanaannya, terutama
bagi sekelompok orang yang mempunyai resiko tinggi untuk mengalami komplikasi
selama operasi skin graft dilakukan, diantaranya :
 Usia lanjut ( > 60 tahun ) atau bayi baru lahir
 Perokok.

16
Pada mereka yang merokok, terjadi penurunan kualitas pembuluh darah
daerah resepien, sehingga peluang keberhasilan graft untuk terjadi
neovaskularisasi sangat kecil.
 Penderita penyakit kronis, misalnya diabetes mellitus, penggunaan
immunosupresan, kekurangan gizi, serta kondisi sistemik lain yang
melibatkan vaskuler
 Pasien dalam keadaan anemik, jika kadar hemoglobin kurang dari 6 gr/dl
maka lakukan transfusi, atau berikan zat besi sebelum grafting.
 Menggunakan obat-obatan tertentu, seperti obat anti inflamasi non steroid,
anti hipertensi, insulin, relaksan otot, dan vitamin E.
Resiko yang dialami berkaitan dengan proses penempelan graft, yang dapat
memicu terjadinya komplikasi dalam hal anastesinya, perdarahan maupun infeksi.
Untuk itu ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam prosedur skin
grafting. Faktor-faktor ini dibedakan menjadi faktor penyebab kegagalan skin
grafting dan keberhasilan skin grafting.
Faktor – faktor penyebab kegagalan skin graft
 Kontak graft dengan kulit yang buruk
Merupakan penyebab kegagalan tindakan skin grafting yang paling penting.
Hal ini bisa disebakan adanya hematoma atau seroma. Bekuan darah dan
seroma akan menghalangi kontak dan proses revaskularisasi, sehingga
tindakan hemostasis yang baik harus dilakukan sebelum penempelan skin
graft dan pencegahan akan perdarahan dibawah graft harus senantiasa
dipikirkan. Untuk mencegah hematoma dapat dipakai metode mesh grafting
dengan membuat insisi kecil multiple dengan jarak teratur untuk drainase
darah atau eksudat dan juga untuk memperluas kulit.
 Faktor mekanik
Meliputi kegagalan imobilisasi dan fiksasi daerah operasi, sehingga skin graft
bergeser dan revaskularisasi dengan resepien tidak terjadi.
 Faktor host
Hal ini terkait dengan penyakit penderita misalnya anemia, diabetes mellitus,
penggunaan immunosupresan, kekurangan gizi, serta kondisi sistemik lain
yang melibatkan vaskuler

17
 Infeksi
Adanya infeksi akan memperlambat penyembuhan luka operasi dan merusak
donor graft yang baru. Terutama oleh Strep. Pyogens. Organisme ini
menghasilkan enzim yang dapat merusak fibrin yang melekatkan graft pada
luka. Harus dicurigai keberadaannya jika epitelium yang sedang tumbuh pada
tepi luka mempunyai tepi yang tajam, sebagai pengganti tepi luka normal
yang menyerupai susunan rak yang lembut.
 Teknik yang salah
Diantaranya adalah :
 Menempelkan skin graft pada daerah yang masih berepitel
 Skin graft terlalu tebal
 Skin graft terbalik

Kunci utama kesuksesan teknik skin grafting adalah terpenuhinya syarat-


syarat untuk tindakan skin grafting dan mengetahui betul faktor-faktor yang membuat
skin grafting gagal. Kesuksesan dari skin grafting dapat diketahui jika skin graft dapat
bertahan dalam waktu 72 jam tanpa ada infeksi dan trauma maka kebanyakan kasus
tidak akan ada terjadi reaksi penolakan.
Faktor – faktor keberhasilan skin graft
• Vaskularisasi yang adekuat
Suatu skin graft memerlukan aliran darah yang adekuat dari daerah resepien
untuk bertahan hidup. Untuk itu hal-hal yang menghalangi aliran darah ke
graft seperti jaringan granulasi harus disingkirkan terlebih dahulu.
• Kontak yang baik antara skin graft dengan daerah resepien
Diantaranya adalah :
 Tekanan yang adekuat
Dapat dicapai melalui fiksasi yang baik. Penjahitan yang terlalu
longgar akan menyebabkan bergesernya daerah donor sehingga tidak
dapat terbentuk bridging pembuluh darah. Sedangkan penjahitan yang
terlalu kuat akan menyebabkan tarikan pada daerah donor yang
kemudian akan merusak hasil skin graft.

18
 Mencegah timbunan cairan antara daerah donor dengan resepien
Darah, serum dan bahan purulen akan memisahkan daerah donor dan
resepien, menghalangi vaskularisasi sehingga akan menyebabkan
kegagalan dari skin graft.
 Imobilisasi yang baik
Adanya pergerakan antara grafit dengan daerah resepien akan
menghancurkan bridging kapiler yang baru sehingga menghalangi
terjadinya vaskularisasi grfit. Untuk menjadi agar tidak terjadi
pergerakan antara grafit dengan resepien dapat digunakan spalk untuk
daerah ekstremitas, leher, aksilla untuk melindungi dari gerakan-
gerakan tubuh yang dapat merusak skin graft serta mencegah
kontraksi yang terjadi karena posisi anatomi. Pada daerah wajah dapat
dilakukan dengan balutan tie over.
• Tidak adanya infeksi

PERAWATAN SKIN GRAFT PADA DONOR DAN RESIPEN (4)


a. Daerah resipen
Bila diyakini tindakan hemostatis daerah resipen telah dilakukan dengan baik
dan fiksasi skin graft telah dilakukan dengan baik, balutan dibuka hari ke-5 untuk
mengevaluasi hasil dari skingraft dan benang iksasi/jahitan dicabut.
Skin graft take yang dimaksud adalah terjadi revaskularisasi dimana skin graft
memperoleh cukup vaskularisasi untuk hidup seperti parasit ditempat baru. Apabila
baik dilakukan perawatan tiap 2-3 hari. Disarankan pada penderita tindakan skin graft
diekstremitas tetap memakai pembalut elastic sampai pematangan graft kurang 3-6
bulan.
Bila diduga akan adanya hematoma tau bekuan darah dibawah kulit sebaiknya
dalam 24-48 jam dilakukan pengamatan skin graft. Karena bila terjadi seroma,
hematoma atau bekuan darah dibawah skin graft akan mengurangi kontak skin
dengan resipen sehingga akan menghalangi take dari skin grat tersebut. Pada

19
pengamatan ini dilakukan pembukaan balutan dengan hati-hati jangan sampai
merusak skin graft (terangkat atau tergeser). Seroma, hematoma atau bekuan darah
harus segera dievakuasi dengan melakukan insisi kecil pada skin graft tepat diatas
seroma/hematoma/bekuan darah tersebut selanjutnya dilakukan pembalutan lagi.
Perawatan dan pergantian balutan dilakukan tiap hari sampai seroma/hematoma
bekuan darah tidak ada lagi dibawah skin graft. Bila evakuasi
seroma/hematoma/bekuan darah dilakukan dalam 24 jam pertama, graft masih dapat
terjamin take 100%. Infeksi pada skin graft tidak akan menimbulkan kenaikan suhu
badan dalam 24 jam pertama pasca bedah. Demam yang tidak tinggi disertai adanya
bau atau kemerahan pada pinggir skin graft antara hari ke-2 dan ke-4 pasca bedah.
b. Daerah donor
Pada donor split thickness skin graft balutan luka dibuka setelah proses
epitelisasi. Pada daerah donor terjadi penyembuhan atau epitelialisasi. Pada daerah
donor terjadi penyembuhan atau epitelialisasi untuk thin split thickness skin graft 7- 9
hari, intermediate split thickness skin graft 10 – 14 hari sedangkan thick split
thickness skin graft memerlukan 14 atau lebih. Perawatan split thickness skin graft
secara umum diambil rata-rata 14 hari. Balutan dibiarkan sekitar 14 hari kecuali bila
balutan kotor diganti bagian luarnya saja. Balutan pada donor biasanya melekat erat
dengan kulit. Saat melepas balut/tulle harus hati-hati dan jangan dipaksa. Bila balutan
masih melekat erat tidak diangkat. Hal yang terbaik balutan dapat terpisah/terlepas
spontan. Bagian yang masih melekat dibiarkan sampai dapat
terlepas sendiri karena telah terjadi epitelisasi bila pelepasan balut/tulle dipaksa akan
berdarah disertai rasa nyeri, ini merusak proses epitelisasi dan penyembuhan akan
bertambah lama.
Luka donor full thickness skin graft diperlakukan seperti luka jahitan biasa
yaitu hari ke-3 kontrol luka dan hari ke-7 jahitan dapat diangkat atau bila diyakini
hasil tindakan tidak akan timbul masalah , kontrol dapat langsung hari ke-7. Pada
donor full thickness skin graft yang tidak dapat ditutup primer, dilakukan penutupan

20
dengan split thickness skin graft, perawatannya seperti perawatan luka split thickness
graft.

KOMPLIKASI (9)
Komplikasi dari penggunaan skin graft yaitu :
 Perdarahan
 Infeksi, utamanya pada pasien dengan penyakit penyerta seperti diabetes mellitus
dan penyakit immunosupresi. Oleh karena itu perlu dilakukan pemberian antibiotik
profilaksis.
 Hematoma atau seroma. Terjadi bila penekanan pada daerah resepien kurang,
adanya trauma pada daerah graft, atau aktivitas pasien yang berlebihan sebelum
masa pemulihan graft. Untuk itu perlu dilakukan penekanan graft yang baik pada
graft dengan bebat serta menghindari trauma dan kegiatan yang berlebihan selama
sekurang-kurangnya 2 minggu.
 Kontraktur luka. Umumnya dijumpai pada pasien STSG.
 Pemulihan graft disertai dengan ketidaksesuaian tekstur, warna atau topografi, dan
operasi koreksi baru dapat dilakuakn setelah 6 minggu hingga 6 bulan setelah
grafting.

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Burns, JL and Steven JB. Plastic Surgery. In : Sabiston Textbook of Surgery,


edisi 17. Philadelphia : Elsevier Saunders. 2004. p2321-8.
2. Awori N, et al. Skin Graft dan Flap. Dalam : Bedah Primer Trauma. Jakarta :
EGC, 1998. h63-75.
3. Ratner D. Grafts. In : Dermatology. Vol 2. Mosby, London. 2003. p2305-19.
4. Peacock Erle. Skin Grafts, flaps and treatment of burn and other special
wounds. In : Wound Repair. 3th edition. Philadelphia : WB Saunders
Company. 1984. p218-27.
5. Yoichi Moroi, Allogenic cultured dermal substitute, fibroblast, Full Thickness
Skin Ulcer,VEGF, EJD vol 3 May-June 2004 : h172-6
6. Syamsuhidajat, De jong wim. Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC. Jakarta : 1997.
7. Amiruddin D. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin. Makassar.2003
8. Skin Graft. Standard Operating Procedure. Makassar. Seksi Bedah Plastik
Universitas Hasanuddin.
9. Grande Donald. Skin Grafting. [online] 2006 September 19 [cited 2008
August 9] Available from URL :
http://www.emedicine.com/plastic/TOPIC867.HTM
10. Revis Don R. Skin, Grafts. [online] 2006 Februari 17 [cited 2008 August 9]
Available from URL : http://www.emedicine.com/plastic/TOPIC392.HTM
11. Wooodberry M Kerry. Flaps, Random Skin Flaps. [online] 2006 May 3 [cited
2008 August 9] Available from URL:
http://www.emedicine.com/plastic/TOPIC242.HTM

22
12. Khosh Maurice M. Skin Grafts, Full Thickness. [online] 2008 May 27 [cited
2008 August 9] Available from URL:
http://www.emedicine.com/plastic/TOPIC48.HTM
13. Skin Grafting . [online] 2008 August 2 [cited 2008 August 9]. Available from
URL : http://en wikipedia.org/wiki/Skin_grafting
14. Hart Joseph P. Skin Graft. [online] 2005 October 6 [cited 2008 August 9]
Available from URL : http://www.ehendrick.org/healthy/002982.htm
15. Havill Sonia. Skin Grafting. [online] 2008 March 18 [cited 2008 August 9]
Available from URL : http://www.healthztoz.com.
healthatoz/atoz/common/standard/trans.htm
16. Nath Ronald. Skin Graft. [online] 2007 October [cited 2008 August 9]
Available from URL: http:// healthlibrary.epnet.com/GetContent.aspx?token...
17. Christenson L. Skin Grafting. [online] 2007 [cited 2008 August 9] Available
from URL : http://www.answers.com/topic/skin-grafting-surgical-term.htm
18. Skin Graft-series : Normal Anatomy. [online]. May 3rd 2007 [cited 2008
Agustus 9th], Available from URL : http://MedlinePlus Medical Encyclopedia
Skin graft_files/10303..jpg
19. Skin Grafts. [online]. July 15th 2008 [cited 2008 Agustus 9th], Available from
URL : http://www_christie_nhs_uk-patients-booklets-text-plastic_surgery-
images-skin_gif_files/skin_grafts_files/skin.gif
20. Skin Graft- series : procedure. [online]. May 3rd2007 [cited 2008 Agustus 9th],
Available from URL : http://www.nucleusinc.com/imagescooked/2300W/
catalog. jpg
21. Skin Graft- series : procedure. [online]. May 3rd2007 [cited 2008 Agustus 9th],
Available from URL : http://www.nucleusinc.com/imagescooked/8535W/
catalog. jpg
22. Skin Graft. [online]. Sept 9th 2006 [cited 2008 Agustus 9th], Available from
URL : http://MedlinePlus Medical Encyclopedia Skin graft_files/19083.jpg

23
23. Thorne, CH, et al. Techniques and Principles in Plastic Surgery. In : Grabb
and Smith’s Plastic Surgery, edisi 6. Philadelphia : Lippincott Williams &
Wilkins. 2007. p7-9.

24

Anda mungkin juga menyukai