TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Definisi
Fraktur merupakan suatu kondisi hilangnya kontinuitas tulang baik yang bersifat parsial
atau total.1 Fraktur tulang panjang yang sering terjadi adalah pada tulang femur, humerus, tibia,
dan fibula.2
1.3 Klasifikasi
Klasifikasi fraktur berdasar :
1. Etiologi
a. Fraktur traumatik, terjadi karena trauma tiba-tiba.
b. Fraktur patologis, terjadi karena kelemahan tulang sebelumnya akibat kelainan patologis
di dalam tulang.
c. Fraktur stres, terjadi karena adanya trauma yang terus menerus pada suatu tempat
tertentu.
2. Klinis
c. Anatomi
Tulang panjang : 1/3 proksimal, 1/3 tengah, 1/3 distal
Tulang pendek : kaput, batang, basis
d. Alignment garis fraktur
e. Aposisi
1.4 Etiologi
Fraktur dapat terjadi karena :
1. Trauma langsung
Trauma langsung mengakibatkan tekanan langsung pada tulang dan terjadi fraktur pada
daerah tekanan. Fraktur yang terjadi biasanya bersifat komunitif dan jaringan lunak ikut
mengalami kerusakan.
2. Trauma tidak langsung
Trauma ini dihantarkan oleh daerah yang lebih jauh dari daerah fraktur, misalnya jatuh
dengan tangan ekstensi dapat menyebabkan fraktur pada klavikula. Pada kondisi ini biasanya
jaringan lunak tetap utuh.1
1.5 Patofisiologi
Mekanisme trauma dapat mengakibatkan beberapa jenis fraktur :
1. Fraktur spiral atau oblik, diakibatkan oleh tekanan berputar
2. Fraktur tranversal, diakibatkan oleh tekanan yang membengkok
3. Fraktur impaksi, diakibatkan oleh tekanan sepanjang aksis tulang
4. Fraktur depresi, trauma langsung pada tulang tengkorak1
Pada fraktur femur, dapat terjadi fraktur spiral karena jatuh dengan posisi tertambat
sementara daya pemuntir ditransmisikan ke femur. Fraktur melintang dan obliks dapat terjadi
akibat angulasi atau benturan langsung, sering ditemukan pada kecelakaan lalu lintas. Pada
benturan keras, dapat terjadi fraktur kominutif karena diakibatkan dari kombinasi kekuatan
langsung dan tak langsu ng, atau dapat terjadi fraktur segmental. Pada fraktur batang-tengah,
walaupun jaringan lunak mengalami cidera dan perdarahan hebat, otot masih dapat menstabilkan
fraktur yang diterapi dengan traksi.6
Fraktur tibia fibula, dapat terjadi fraktur tranverse dan oblik pendek karena trauma
angulasi. Pada trauma rotasi, dapat terjadi fraktur spiral.fraktur tibia biasanya terjadi pada 1/3
tengah dan 1/3 distal, sedangkan fraktur fibula terjadi pada 1/3 tengah dan 1/3 proksimal
sehingga fraktur yang terjadi tidak pada ketinggian yang sama. Pada anak usia 5-10 th, fraktur
biasanya bersifat transversal dengan atau tanpa fraktur fibula dan dapat berupa fraktur terbuka
maupun tertutup.1
Gambar 1.8
*Dikutip dari kepustakaan 8
Entracapsular fraktur termasuk trochanters (gambar 3.2)
Intertrochanteric
Subtrochanteric
Gambar 1.9
Grade IV : Fully displaced, grade terberat, sering kali tidak ada kontinuitas
tulang1,11
Gambar 1.11
*Dikutip dari kepustakaan 11
c. FRAKTUR PADA POROS/BATANG FEMUR
Pada patah tulang diafisis femur biasanya pendarahan dalam cukup luas dan besar
sehingga dapat menimbulkan syok. Secara klinis penderita tidak dapat bangun, bukan
saja karena nyeri, tetapi juga karena ketidakstabilan fraktur. Biasanya seluruh tungkai
bawah terotasi ke luar, terlihat lebih pendek, dan bengkak pada bagian proksimal sebagai
akibat pendarahan ke dalam jaringan lunak. Pertautan biasanya diperoleh dengan
penanganan secara tertutup, dan normalnya memerlukan waktu 20 minggu atau lebih.
Gambar 1.12.a. Gambar 1.12.b.
Comminuted mid-femoral shaft fracture Femoral shaft fracture postinternal
fixation.
*Dikutip dari kepustakaan 11
Gambar 1.13
Condylar
Intercondylar
1.8. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan
penunjang.
1. Anamnesis
Trauma dapat terjadi karena kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian atau jatuh di kamar
mandi pada orang tua, penganiayaan, tertimpa benda berat, kecelakaan pada pekerja, atau
trauma olahraga. Pasien datang dengan mengeluhkan nyeri, pembengkakan, gangguan fungsi
gerak, deformitas, kelainan gerak, atau dengan gejala lain.
Selain itu perlu ditanyakan apakah pernah mengalami trauma sebelumnya yang
berkemungkinan mengakibatkan komplikasi.1
2. Pemeriksaan
a. Pemeriksaan umum : survey ABCD, dan menilai keadaan secara umum dari atas kepala
sampai kaki
b. Pemeriksaan lokal :
Inspeksi (Look)
1.9 Tatalaksana
Tatalaksana fraktur :
1. Tatalaksana Awal
Pertolongan pertama :
- Life saving : ABCD
- Limb saving
2. R4
a. Recognition, yaitu diagnosis dan penilaian fraktur
Mengetahui dan menilai keadaan fraktur dilakukan dengan anamnesis, pemeriksaan klinis
dan radiologi.
b. Reduction, reduksi fraktur.
Mengembalikan posisi fraktur seanatomis dan sedapat mungkin mengembalikan
fungsinya menjadi normal
c. Retention
Dilakukan imobilisasi atau fiksasi sampai fraktur menjadi tersambung kembali. Internal
atau eksternal fiksasi
d. Rehabilitation
Mengembalikan aktifitas fungsional semaksimal mungkin. Dilakukan segera bersamaan
dengan pengobatan fraktur untuk menghindari atropi otot dan kontraktur sendi.1
1.9 Komplikasi
Komplikasi dari fraktur dibagi menjadi komplikasi segera, komplikasi dini, dan
komplikasi lambat.5
1. Komplikasi segera
Komplikasi segera merupakan komplikasi yang terjadi pada saat terjadi fraktur atau segera
setelahnya.
a. Lokal
Kerusakan yang langsung disebabkan oleh trauma selain patah tulang atau dislokasi,
seperti : trauma pada kulit (kontusio, abrasi, laserasi, luka tembus), vascular (perdarahan),
organ dalam, neurologis (otak, medulla spinalis, saraf perifer)
b. Umum
Komplikasi seperti syok, trauma multiple.
2. Komplikasi dini
Komplikasi dini merupakan komplikasi yang terjadi beberapa hari setelah fraktur.
a. Lokal
- Nekrosis kulit-otot, sindrom kompartemen, thrombosis, osteomielitis.
b. Umum
- Emboli paru, tetanus
3. Komplikasi lambat
Komplikasi lambat merupakan komplikasi yang terjadi lama setelah fraktur
a. Lokal
- Tulang (malunion, nonunion, delayed union), sendi (ankilosis), kerusakan saraf.
b. Umum
- Neurosis pascatrauma
BAB II
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN :
Nama : Tn. H
Umur : 24 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
B. ANAMNESIS
Seorang pasien laki-laki berumur 24 tahun masuk ke IGD RSUD Dr. Achmad Mochtar pada
tanggal 13 maret 2014 dengan :
Keluhan Utama:
Nyeri pada paha kanan 4 jam sebelum masuk rumah sakit.
Primary Survey
A : Paten
B : RR : 20x/menit
C : HR : 80x/menit
D : GCS 15 (E4V5M6), pupil isokor, reflex cahaya +/+
Secondary Survey
- 4 jam sebelum masuk rumah sakit Os mengendarai motor sebagai penumpang. Os
menggunakan helm dan kecepatan motor sedang. Tiba-tiba Os menabrak mobil. Os
terjatuh dengan paha kanan membentur aspal. Setelah kejadian, Os tidak bisa
menggerakkan paha kanannya.
- Nyeri dan trauma tempat lain tidak ada
- Pasien sadar sesudah kejadian
- Muntah (-), keluar darah dari telinga (-) dan hidung (-).
C. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum dan Tanda Vital:
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Komposmentis kooperatif GCS 15
Frekuensi nadi : 80 x/menit
Frekuensi nafas : 20 x/ menit
Suhu : Afebris
D. STATUS GENERALIS
Kepala
Bentuk : Normochepali, tidak ada deformitas
Rambut : warna hitam, tidak mudah rontok
Wajah
Inspeksi : bentuk simetris, tidak pucat. Terdapat vulnus excoriatum
pada mandibula
Mata
Kelopak Mata : ptosis tidak ada
Konjungtiva : tidak anemis
Sklera : tidak ikterik
Pupil : isokor, reflex cahaya langsung +/+, rekleks cahaya tidak
langsung +/+
Telinga
Bentuk : normal (eutrofilia)
Perdarahan : -/-
Hidung
Bagian luar : normal, tidak terdapat deformitas
Septum : terletak di tengah, simetris
Cavum nasi : tidak ada perdarahan
Pemeriksaan thorak
Paru
I : bentuk simetris, gerakan simetris, deviasi trakea (-)
Pa : fremitus kiri = kanan
Pe : sonor pada kedua hemithoraks
Au: suara napas vesikuler+/+, ronkhi -/-, wheezing -/-
Jantung
I : tidak tampak iktus kordis
Pa : teraba pulsasi iktus kordis pada RIC V, 1 cm medial linea midclavicularis sinistra
Pe : batas jantung dalam batas normal
Au: bunyi jantung 1 dan 2 reguler, murmur negative
Pemeriksaan abdomen
I : kulit tampak normal, dinding abdomen tidak distensi
Au: bising usus (+) normal
Pa : supel, nyeri tekan (-) pada seluruh lapangan abdomen. Hepar, lien, renal tidak teraba.
Pe : timpani pada seluruh lapangan abdomen.
Status Lokalis :
Regio Femur (D)
Look = deformitas (+), Swelling (+)
Feel = Nyeri tekan (+), Sensibilitas distal (+) normal, pulsasi a. dorsalis pedis (+) normal, TL
31 cm, FL 35 cm
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG :
Pemeriksaan Laboratorium :
Parameter Hasil Satuan Nilai rujukan
Hemoglobin 14,9 g/dl 12.00-14.50
G. DIAGNOSIS :
Fraktur femurdetra 1/3 tengah tertutup
H. Tatalaksana :
- Inform consent
- IVFD RL
- Awasi keadaan umum
- Antibiotik
- ATS
- Transfusi darah
- Rawat
- Skin traksi
- ORIF plate screw