PENDAHULUAN
Malformasi anorektal, atau anus imperforata, adalah
spektrum abnormalitas rektum dan anus. Terdapat banyak
kemugkinan abnormalitas, antara lain:
1. Tidak adanya lubang anal (anal opening)
2. Lubang anal berada pada tempat yang salah
3. Terdapat penyatuan, atau fistula, penggabungan antara
usus dengan traktus urinarius
4. Terdapat penyatuan antara usus dengan vagina
5. Pada
wanita,
usus
dapat
menyatu
dengan
traktus
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Malformasi anorektal salah satunya Atresia ani adalah suatu kelainan
kongenital tanpa anus atau anus tidak sempurna, termasuk didalamnya agenesis
ani, agenesis rektum dan atresia rektum. Insiden 1:5000 kelahiran yang dapat
muncul sebagai sindroma VACTREL (Vertebra, Anal, Cardial, Esofageal,
Renal, Limb).
B. EPIDEMIOLOGI
Malformasi anorektal terjadi lebih banyak pada laki-laki dibanding
perempuan, dan terjadi rata-rata satu sampai empat dalam 5000 kelahiran.Pada
laki-laki dapat terjadi fistel rektouretra, sedang pada perempuan dapat terjadi
fistula rektovestibular.Malformasi anorektal tanpa fistel terjadi hanya 5% dari
seluruh kejadian atresia ani.
C. ETIOLOGI
Etiologi malformasi anorektal belum diketahui secara pasti.Beberapa
ahli berpendapat bahwa kelainan ini sebagai akibat dari abnormalitas
perkembangan embriologi anus, rektum, dan traktus urogenitalis, dimana
septum urorektal tidak membagi membran kloaka secara sempurna.1,3,4
D. EMBRIOLOGI
Usus terbentuk pada minggu keempat fase embrio hingga bulan ke
enam fase fetus. Usus terbentuk pada awal kehidupan disebut primitive gut,
yang terdiri atas 3 bagian yaitu foregut, midgut, dan hindgut.Foregutakan
berdiferensiasi menjadi faring, esophagus, gaster, duodenum, liver, pancreas,
dan apparatus biliaris. Midgut akan menjadi usus halus, sekum, appendiks,
kolon asendens, dan duapertiga proksimal kolon transversum sedangkan
hindgut akan menjadi sepertiga distal kolon transversum, kolon desendens,
sigmoid, rektum, bagian proksimal kanalis ani dari sistem ani dan bagian dari
sistem urogenital. Hindgut merupakan kelanjutan midgut sampai membran
kloaka, dimana membran ini terdiri dari endoderm kloaka dan ectoderm anal
pit.1,2,3
Pada minggu kelima masa gestasi, kloaka embrionik merupakan
kantung endodermal yang berasal dari dorsal hindgut dan allaotis di
ventral.Kloaka (Gambar 1-A) dipisahkan dari luar oleh membrana kloaka
(proktodeum), yang menempati permukaan ventral embrio diantara ekor dan
body stalk.Pada minggu ke-enam masa gestasi, septum mesoderm membagi
kloaka menjadi sinus urogenital ventral dan rektum dorsal (Gambar 1C).Septum mesodermik ini bergabung dengan membrana kloaka pada minggu
ke-tujuh masa gestasi dan membentuk badan perineum.Membrana kloaka
dibagi membrana urogenital ventral yang lebih besar dan membrana anal dorsal
yang lebih kecil. Di bagian luar, membran anal menjadi tertarik masuk ke
dalam dan membentuk anal dimple (lubang anus). 4
Pada minggu ke-delapan membran anal mengalami ruptur fisiologis,
sampai tak bersisa.Rektum dan kanalis analis bagian proksimal tumbuh dari
lapisan endoderm dan diperdarahi oleh arteri mesenterika inferior, sedangkan
kanalis analis bagian distal tumbuh dari lapisan ektoderm dan diperdarahi oleh
cabang arteri iliaka interna.4
Pada kedua bagian membran anal, mesoderm somatik membentuk
sepasang tuberkulus anal.Tuberkulus-tuberkulus ini bergabung di bagian dorsal
menjadi struktur seperti tapal kuda.Pada minggu ke-sepuluh, ujung ventral
struktur tersebut bergabung dengan badan perineum. Otot lurik pada struktur
yang seperti tapal kuda ini, nantinya akan menjadi bagian superfisial sfingter
anal eksternal. Sfingter anal akan terbentuk pada lokasi yang seharusnya
meskipun pada ujung rektum tidak membuka, atau terbuka membentuk saluran
ke lokasi lain. 4
kripta anus dan muara kelenjar anus antara kolumna rektum.Lekukan antarsfingter sirkuler dapat diraba di dalam kanalis analis sewaktu melakukan colik
dubur, dan menunjukkan batas antara sfingter intern dan sfingter ekstern (garis
Hilton).1,2
Otot Pada Rektum
Otot dasar pelvis terbagi menjadi dua bagian yaitu bagian posterior
disebut sebagai otot diafragmatik dan bagian anteromedial disebut sebagai
kelompok pubovisceral.Otot diafragmatik berasal dari membran obturator dan
Ischium sampai ke spinal ischiadika kemudian berlanjut ke medial dan ke
bawah masuk ke raphe anokosageal, serat anterior berlanjut ke serat
posterienor membentuk suatu lembaran otot dengan otot kontralateral. Raphe
anokoksigeal berjalan ke bawah dan ke depan dari perlekatan sacrum dan
tulang koksigeus menuju otot sfingter internus dan puborectalsling complex
masuk ke canalis ani melalui mucocutaneus junction. Kelompok pubovisceral
berasal dari bagian belakang pubis berjalan turun ke medial dan ke belakang
masuk ke viscera pelvis dan perineal body.Pada laki-laki kelompok otot ini
terdiri dari pubovaginalis dan puboperineus. Di bagian posterior kelompok otot
ini masuk ke kanalis ani dan perianal membentuk otot puboanalis 2,3
Muskulus levator ani membentuk diafragma pelvis serta bagian atas
kanalis ani sedangkan bagian dasarnya adalah otot dan sfingter ani
eksternus.Antara otot levator ani dan sfingter ani intrenus disebut sebagai
muscle complex atau vertical fibre.Secara rinci kanalis ani terdiri dari otot
ischiococygeus, otot iliococygeus, otot pubococygeus, otot sfiongter ekstrenus
superfisialis dan profunda.Sedangkan lapisan yang berfungsi sebagai sfingter
internus pada individu normal adalah ketebalan lapisan sirkuler dari otot
involunter usus di sekitar anorektal.(2,6,7)
diperdarahi oleh arteri rektalis inferior, dan vena rektalis inferior, Pembulih
limfatiknya menuju ke inguinal. 1,2,3
Persarafan parasimpatik dikendalikan oleh nervus S3-S4 bagian depan
yang memberi percabangan ke rektum, nervus tersebut melanjutkan
rangsangan
dari
ganglia
pada
pleksus
Auerbach.
Nervus
tersebut
bertindak sebagai saraf motorik pada dinding usus dan rektum, menghambat
kerja sfingter internus dan serabut sensoris pada distensi rektal.1,2,3
Persarafan simpatis berasal dari cabang kedua, ketiga dan keempat
ganglia lumbalis dan pleksus preaortikus.Nervus tersbut membentuk pleksus
hipogastrikus pada vertebra lumbalis kelima, kemudian turun melalui dinding
pelvis bagian posterolateral sebagai nervus presakralis dan bergabung dengan
dengan ganglion pelvik di bagian posterolateral. Nervus tersebut bekerja
sebagai penghambat kerja dinding usus dan saraf motorik dari otot sfingter
internus 1,2,3
Sebagian besar otot levator terutama pada bagian atas (kelompok
ischiococcygeus) dan bagian anterior (termasuk serabut vertical muscle
complex).Yang disebut dengan kelompok pobococcygeus, menerima inervasi
dari cabang anterior nervus sakralis ketiga dan keempat.Percabangan ini
membentuk persarafan yang berjalan dibagaian atas pernukaan otot
levator.Nervus pudendus yang berasal dari nervus sakralis kedua, ketiga dan
keempat juga memberikan innervasi otot levator.Bagian bawah otot levator
dikenal sebagai kelompok puborektalis seperti pada otot sfingter eksternus
menerima innervasi dari cabang perineal nervus sakralis keempat dan dari
cabang hemoroidalis inferior dan perineal dari nervus pudendus.1,2,3
Kanalis ani termasuk 1 cm diatas garis rektinea sampai kebawah dekat
kulit, sensitif terhadap rangsang nyeri (intraepithelial), raba (korpuskulum
Meissner), Dingin (bulbus Krause), tekanan (korpuskulum paccini dan Golgi
Mazzoni), serta gesekan (korpuskulum genital). Rektum tidak sensitive
terhadap rangsang tersebut, tetapi adanya sensasi berupa distensi rektal karena
persarafan parasimpatis otot polos dan oleh reseptor propioseptif di otot
volunteer akan merangsang rektum. 1,2,3
F. FISIOLOGI ANOREKTAL
Fungsi anorektal secara normal adalah motilitas kolon yaitu
mengeluarkan isi feses dari kolon ke rektum; fungsi defekasi yaitu
mengeluarkan feses secara intermitten dari rektum; menahan isi usus agar tidak
keluar pada saat tidak defekasi. Fungsi fungsi tersebut saling berkaitan satu
dengan yang lain dan adanya ketidak seimbangan akan menyebabkan
ketidaknormalan yang mempengaruhi masing-masing fungsi. 1,3
Motilitas Kolon
Motilitas kolon berbeda dengan motilitas usus dimana gelombang
peristaltik diganti oleh adnya gerakan massa feses yang propulsif disepanjang
kolon. Motilitas kolon diatur oleh aktifitas listrik myogenik yang diperantarai
oleh persarafan intriksik dan pleksus mienterikus.Sebaliknya hal ini juga
dirangsang oleh innervasi ekstrinsik dadn refleks humoral seperti gastrokolik
dan ileokolik. Motilitas kolon berfungsi untuk absorbsi cairan dan pendorongan
massa pada waktu defekasi. Gerakan dari sigmoid ke rektum dihambat oleh
beberapa mekanisme yang digunakan oleh kontinensi 1,3
Kontinensi
Kontinensi adalah kemampuan untuk mempertahankan feses dalam hal
ini sangat tergantung pada konsistensi feses, tekanan dalam anus, tekanan
rektum, serta sudut anorektal.Feses yang cair sulit dipertahankan dalam
anus.1,3,5
Kontinensi diatur oleh mekanisme volunter dan involunter yang
menjaga hambatan secara anatomiis dan fisiologis jalannya feses ke rektum
dan anus.Penghambat terbesar secara fisiologi adalah sudut antara anus dan
rektum yang dihasilkan oleh otot levator ani bagian puborektal anterior dan
superior dan otot ini berkontraksi secara involunter.Adanya perbedaan antara
tekanan adan aktivitas motorik anus, rektum, dan sigmoid juga menyebabkan
progresifitas pelepasan feses terlambat.Kontraksi sfingter ani eksternus seperti
pada puborektalis diaktivasi secara involunter dengan distensi rektum dan
dapat meningkatkan secara volunteer selama 1-2 menit. 1,3
Defekasi
Pada bayi baru lahir defekasi bersifat otonom tetapi dengan
perkembangan, maturitas defekasi dapat diatur.Pemindahan feses dari kolon
sigmoid ke rektum kadang dicetuskan juga oleh rangsang makanan terutama
pada bayi. Apabila rektum terisi feses maka akan dirasakan oleh rektum
sehingga menimbulkan keinginan untuk defekasi. Rektum mempunyai
kemampuan yang khas untuk mengenal dan memisahkan bahan padat, cair, dan
gas. 1,3
Syarat untuk terjadinya defekasi normal adalah persarafan sensibel
untuk sensasi isi rektum dan persarafan sfingter ani untuk kontraksi dan
relaksasi, peristaltik kolon dan rektum normal, dan struktur organ panggul yang
normal.Sikap
badan
waktu
defekasi
juga
memegang
peranan
yang
10
11
12
13
Indikasi
operasi
pada
kasus
ini
biasanya
karena
efek
15
16
17
18
maka
besar
kemungkinan
bayi
tersebut
mengalami
19
20
mulai
terhambat
saat
penderita
mulai
makan
makanan
21
stenosis anus, lubang anus terletak ditempat yang seharusnya tetapi sangat
sempit.Evakuasi feses tidak lancar sehingga biasanya harus segera dilakukan
tetapi definitif.Bila tidak ada fistel dan pada invertogram udara kurang 1 cm
dari kulit, dapat segera dilakukan pembedahan definitif.Dalam hal ini evakuasi
tidak ada, sehingga perlu dilakukan kolostomi. 1,3
Pemeriksaan khusus pada laki-laki
Yang harus diperhatikan ialah adanya fistel atau kenormalan bentuk
perineum dan ada tidaknya butir mekonium di urin.Dari kedua hal tadi pada
anak laki-laki dapat dibuat kelompok dengan atau tanpa fistel urin dan fistel
perineum.
Kelainan letak tinggi.Jika ada fistel urin tampak mekonium keluar dari
orifisium eksternum uretra, mungkin terdapat fistel ke uretra maupun ke vesika
urinaria.Cara praktis untuk menentukan letak fistel adalah dengan memasang
kateter urine.Bila kateter terpasang dan urin jernih, berarti fistel terletak di
uretra karena fistel tertutup kateter.Bila dengan kateter urin mengandung
mekonium berarti fistel ke vesika urinaria.Bila evakuasi feses tidak lancar,
penderita memerlukan kolostomi segera. Pada atresia rektum tindakannya sama
dengan perempuan, harus dibuat kolostomi. Jika tidak ada fistel dan udara
lebih dari 1 cm dari kulit pada invertogram, maka perlu segera dilakuakan
kolostomi.
Kelainan letak rendah. Fistel perineum sama pada wanita: lubangnnya
terdapat anterior dari letak anus normal. Pada membran anal biasanya tampak
bayangan mekonium dibawah selaput.Bila evakuasi feses tidak ada sebaiknya
dilakukan terapi definitif secepat mungkin. Pada stenosis anus, sama dengan
pada wanita, tindakan definitif harus dilakukan. Bila tidak ada fistel dan udara
kurang 1 cm dari kulit pada invertogram, perlu juga segera dilakukan
pertolongan bedah.
22
L. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Ketika pertamakali diagnosis MAR ditegakkan, maka pemeriksaan
penunjang yang harus dilakukan adalah foto roentgen invertogram 24 jam
setelah bayi lahir. Invertogram adalah pemeriksaan roentgen dengan kepala
bayi terletak pada posisi bawah.Hal ini bertujuan untuk memasukkan udara ke
bagian paling atas rectal pouch.
M. DIAGNOSIS BANDING
Penyakit Hirschprung, yang disebabkan oleh tidak terdapatnya sel
ganglion parasimpatis dari pleksus Auerbach di kolon. Sebagian besar
segmen yang aganglionik mengenai rektum dan bagian bawah kolon sigmoid
dan terjadi hipertrofi serta distensi yang berlebihan pada kolon yang lebih
proksimal.Gejala utama pada bayi baru lahir berupa muntah hijau,
pengeluaran mekoniium yang terlambat, serta distensi abdomen.Gejala timbul
pada umur 2-3 hari. Bila dilakukan colok dubur, tinja akan keluar
menyemprot. Diagnosis dapat ditegakkan setelah dilakukan pemerikasaan
barium enema dan biopsy rektum (biopsy hijau).
N. TERAPI
Perlutidaknya tindakan kolostomi pada sekitar 80 % kasus malformasi
anorektal dapat ditentukan melalui pemeriksaan fisis (inspeksi perineal) dan
urinalisis. Adanya fistel (perineal subepithelial midline raphe), adanya defek
tipe bucket-handle, anal stenosis, atau anal membrane, adalah defek-defek
yang mudah dideteksi dengan inspeksi dan semuanya dianggap sebagai defek
letak rendah. Penatalaksanaan dari defek-defek tersebut tidak perlu dengan
kolostomi protektif.Defek ditangani pada masa awal kelahiran dengan operasi
perineal minor dan dipertimbangkan posterior sagital anoplasty minimal.Pada
penderita dengan flat bottom atau terdapat mekonium dalam urine atau udara
dalam vesica urinaria, dipertimbangkan perlunya kolostomi protektif lebih dulu
sebelum pengobatan definitive 4-8 minggu setelah kolostomi, dapat dilakuakn
posterior sagital anorectoplasty(PSARP).Selama beberapa minggu itu,
pertumbuhan bayi diobservasi untuk meyakinkan bahwa tidak ada defek terkait
lainnya yang membutuhkan penanganan lebih dulu.Sekitar 80-90% dari
malformasi anorektal pada laki-laki merupakan defek letak rendah, sedang 1023
kloaka
yang
mudah
didiagnosa
dengan
inspeksi,
24
Meninggalkan seluruh kolon kiri bebas pada saat tindakan definitf tidak
2.
3.
menimbulkan kesulitan
Tidak terlalu sulit dikerjakan
Stoma distal dapat berlaku sebagaimana muara pelepasan sekret kolon
distal
a. Feses kolon kanan relatif tidak berbau disbanding kolon kiri oleh
karena pembusukan feses.
b. Dimungkinkan irigasi dan pengosongan dari kantong rektum yang
buntu 1,3
Metode ini diperkenalkan oleh Pena dan de Vries pada tahun 1982.
Prosedur ini memebrikan beberapa keuntungan seperti kemudahan dalam
operasi fistel rektourinaria maupun rektovaginal dengan cara membelah otot
pelvis, sing, dan sfingter. PSARP dibagi menjadi tiga yaitu minimal, limited,
dan full PSARP. 1,3
Posisi penderita adalah prone dengan elevasi pada pelvis.Dengan
bantuan stimulator dilakukan identifikasi anal dimple. Insisi dimulai dari
tengah sacrum ke bawah melewati pusat sfingter eksterna sampai kedepan
kurang lebih 2 cm. Insisi diperdalam dengan membuka subkutis, lemak,
parasagital fibre dan muscle complex. Tulang coccygeus dibelah sehingga
tampak dinding belakang rektum.Rektum dibebaskan dari dinding belakang
dan jika ada fistel dibebaskan juga, rektum dipisahkan dengan vagina yang
dibatasi oleh common wall. Dengan jahitan, rektum ditarik melewati otot
levator, muscle complex, dan parasagital fibre kemudian dilakukan anoplasty
dan dijaga agar tidak tegang.
Untuk minimal PSARP tidak dilakukan pemitingan otot levator maupun
vertical fibre, yang penting adalah memisahkan common wall untuk
memisahkan rektum dengan vagina dan dibelah hanya otot sfingter eksternus.
Untuk limited PSARP yang dibelah adalah otot sfingter eksternus, muscle fibre,
muscle complex, serta tidak memberlah tulang coccygeus. Penting melakukan
diseksi rektum agar tidak merusak vagina.Masing-masing jenis prosedur
mempunyai indikasi yang berbeda.Minimal PSARP dilakukan pada fistel
perianal, anal stenosis, anal membrane, bucket handle, dan atresia ani tanpa
fistel yang akhiran rektum kurang dari 1 cm dari kuit. Limited PSARP
dilakukan pada atresia ani dengan fistel rektovestibular.Full PSARP dilakukan
pada atresia ani letak tinggi, dengan gambaran invertogram akhir rektum lebih
dari 1 cm dari kulit, pada fistel rektovaginalis, fistel rekto uretralis, atresia
rektum, dan stenosis rektum.1,3
Dalam algoritme yang ada, tindakan kolostomi perlu dilakukan pada
penderita malformasi anorektal letak tinggi. Kolostomi akan mengecilkan
kolon bagian distal yang membesar juga berguna melindungi tindakan operasi
26
27
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Malformasi anorektal, atau anus imperforata, adalah
spektrum abnormalitas rektum dan anus. Terdapat banyak
kemugkinan abnormalitas, antara lain:
B. Saran
Besar harapan dengan tersusunnya referat ini medah-mudah dapat
membantu teman sejawat dalam memahami masalah dalam malformasi anorektal,
dan selanjutnya penulis berharap ada teman sejawat lainnya yang meneruskan
dalam membahas malformasi anorektal yang lebih baik serta lebih banyak
referensi yang didapat sehingga informasi yang ada relevan dan lebih baik.
28
TINJAUAN PUSTAKA
29