Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Di Indonesia, persentase orang yang berumur >50 tahun adalah 9,64% dari jumlah
penduduk. ara manula ini mempunyai kekhususan yang perlu diperhatikan dalam
anestesi dan pembedahan, karena terdapat kemunduran sistem !isiologis dan
!armakologi sejalan dengan penambahan usia. "emunduran ini mulai jelas terlihat
setelah usia 40 tahun. Dalam suatu penelitian di #merika pada tahun $9%%, diduga,
setelah usia %0 tahun, mortalitas akibat tindakan bedah menjadi & kali lipat
'dibandingkan dengan usia $()40 tahun* dan +% dari mortalitas ini disebabkan oleh
anestesi.
,etelah usia 40 tahun terjadi penurunan kekuatan otot)otot perna!asan dan
komplaien dinding dada. erubahan histologis menjadi lebih berat bila manula seorang
perokok berat, atau selalu berna!as dalam udara yang ter-emar. ,ejalan dengan
pertambahan usia di atas 40 tahun, penurunan kemampuan kardio.askuler sering baru
diketahui pada saat terjadi stres anestesia dan pembedahan. ada pasien manula
hipertensi harus diturunkan se-ara perlahan)lahan sampai tekanan darah $40/90 mm0g.
enurunan kemampuan respon sistem kardio.askuler dalam menghadapi stress
memerlukan pemulihan yang panjang dari anesthesia.
1umlah glomerulus menjadi +/& sampai $/+ dari orang muda. erubahan)
perubahan menurunkan kemampuan -adangan ginjal, sehingga manula tidak dapat
mentoleransi kekurangan -airan dan kelebihan beban 2at terlarut. "emampuan untuk
mengekskresi obat menurun, dan kemungkinan terjadi gagal ginjal juga meningkat.
asien manula lebih mudah mengalami -edera hati akibat obat)obat, hipoksia dan
trans!usi darah. 3erjadi perubahan)perubahan !ungsi kogniti!, sensoris, motoris, dan
otonom. "e-epatan konduksi sara! sensoris berangsur menurun. er!usi otak dan
konsumsi oksigen otak menurun. erubahan)perubahan tersebut mengakibatkan manula
lebih mudah dipengaruhi oleh e!ek samping obat terhadap sistem sara!. Dengan
demikian konsentrasi al.eolar minimum dari anestetika menurun dengan bertambahnya
usia.
#nestesi 4egional adalah tindakan untuk menghilangkan rasa sakit yang tidak
$
disertai hilangnya kesadaran dan hanya pada sebagian tubuh tertentu, #nesthesia
regional dibagi menjadi dua yaitu blok sentral dan blok peri!er, yang termasuk blok
sentral antara lain blok spinal, epidural, dan -audal. ada kasus ini anestesi yang
diberikan pada pasien adalah anestesi regional blok -entral jenis spinal. "egagalan dari
tindakan anestesi regional dapat disebabkan oleh beberapa !a-tor diantaranya, !a-tor
operator yang kurang -akap, kondisi obat yang sudah kadaluarsa -ara penyimpanan obat
yang tidak tepat dan !aktor pasien.
1.2 BATASAN MASALAH
5aporan "asus ini berisi tentang #namnesa, pemeriksaan !isik, status anastesi
se-ara singkat dan pembahasan mengenai anastesi pada geriatri.
1.3 TUJUAN PENULISAN
enulisan 5aporan "asus ini bertujuan untuk6
) 7elaporkan kasus regional anastesi pada pasien dengan ulkus kruris kronis
dekstra.
) 7eningkatkan kemampuan dalam penulisan ilmiah di bidang kedokteran.
) 7emenuhi salah satu tugas "epaniteraan "linik di 8agian Ilmu anastesiologi
dan reanimasi 9akultas "edokteran :ni.ersitas Islam 7alang 4,:D "anjuruhan
"epanjen 7alang.
+
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 IDENTITAS
;ama 6 ;y.7
:mur 6 %0 tahun
1enis kelamin 6 erempuan
#lamat 6 Donomulyo
ekerjaan 6 I43
endidikan 6 )
#gama 6 Islam
,tatus.erka<inan 6 7enikah
,uku 6 1a<a
3gl. 8erobat 6 $& #gustus +0$$
;o. 4egister 6 +6+696
2.2 ANAMNESA
Keluhan Utama 3erdapat luka pada tungkai kanan ba<ah.
R!"a#at Pen#a$!t Se$a%an&
asien datang dengan keluhan terdapat luka di tungkai kanan ba<ah, terasa nyeri
pada luka, gatal dan bengkak sejak satu bulan yang lalu. #<alnya luka berupa
kemerahan disertai merintis yang berisi air. #kan tetapi lama kelamaan luka memborok
dan basah akan tetapi tidak berbau serta tidak terdapat nanah. Di rumah pasien hanya
mengkompres luka dengan menggunakan air hangat, yang kemudian ditutup dengan
menggunakan perban. ,ebelumnya pasien 74, selama + hari di puskesmas dengan
keluhan yang sama hingga kemudian dirujuk ke 4,:D. 7enurut pasien luka mun-ul
begitu saja, tanpa didahului oleh trauma, in!eksi ataupun alergi. asien mengatakan gigi
sebelah atasnya ada yang goyang dan saat ini tidak sedang menggunakan gigi palsu
R!"a#at 'en#a$!t (ahulu 03 '=*, alergi, D7, penyakit paru)paru, penyakit jantung
disangkal
R!"a#at 'en#a$!t $elua%&a disangkal
2.3 PEMERIKSAAN )ISIK
Statu* P%e*ent
&
"esadaran -ompos mentis '>?, @
4
A
5
7
6
*
Tan(a +!tal
3ensi 6 $&0/(0 mm0g
;adi 6 %4B/menit, isi -ukup
erna!asan 6 +0B/menit, regular
,uhu 6 &6.5
o
?
Ke'ala
8entuk 6 Dalam batas normal
Mata
,klera Ikterik 6 )/)
?onju-ti.a #nemis 6 )/)
Tel!n&a
8entuk 6 dalam batas normal
,e-ret 6 )/)
H!(un&
3idak ada de.iasi septum
,ekret 6 )/)
Mulut (an ten&&,%,$an
8ibir 6 tidak kering dan tidak -yanosis
3onsil 6 3$/3$
haring 6 tidak hiperemi
Lehe%
3rakea lurus di tengah, tidak teraba pembesaran ">8
Pa%u
,uara na!as .esikuler, ron-hi )/), <hee2ing )/)
Jantun&
#uskultasi6 8unyi jantung I dan II reguler, murmur ')*, gallop ')*
A-(,men
Inspeksi 6 abdomen datar, tidak tampak adanya massa
alpasi 6 teraba lemas, tidak ada de!en-e muskular
erkusi 6 timpani.
#uskultasi 6 bising usus '=* normal
4
E$*t%em!ta* 6 odem ')*
STATUS ANASTESI
"@3@4#;>#; :7:7
;ama penderita 6 ;y. 7 :mur 6 %0 thn, 1" 6 , 3gl 6 +&)()+0$$
#hli bedah 6 dr. 0aiman, ,p.8 #hli anastesi 6 dr.1oni 8.,, ,p.#n
Diagnose ra bedah 6 ulkus kronis 1enis pembedahan6 )
Diagnose pas-a bedah 6 ,o!t tissue tumor 1enis anastesi 6 4#
"@#D##; 4#8@D#0
"eadaan umum6 gi2i -ukup
3ekanan darah 6 $&0/(0 ;adi6 %4B/mnt 446 +0B/mnt, ,uhu 6 &6.5C?,
8erat badan 6 D 60 kg, >olongan darah 6 )
5aboratorium 6 0b 6 $$.6 gr%, 5ekosit 6 4(00/u5 , trombosit 6 $(6.000,
masa perdarahan 6 $E00EE, masa pembekuan 6 $$E00EE, >D 6 $04, >D + jam 6
$&4 '$& agustus +0$$*, >D + jam 6 $06, >D 6 (4 '$9 agustus +0$$*
enyakit)penyakit lain 6 03 '=*
,3#3:, 9I,I" #,#6 $2&4 Ele$t!. darurat
4@7@DI"#,I 6 )
F,I,I 6 Su'!ne/prone/lateral/lithotomi-/lain)lain
#I4G#H 6 ma*$e% mu$a/endotraheal/traheostomi/ lain)lain
3@";I" #;#,3@,I 6 ,emi -losed/-losed/*'!nal/@pidural/8lok ,ara!/5okal/lain)lain
@4;##,#; 6 ,pontan/#ssisted/K,nt%,l
7allampati 6 I
Fbat #nastesi
$. 8upi.akain +0 mg
+. 7etoklopramid $0 mg
&. ropo!ol 50 mg
4. 7ida2olam + mg
5. @phedrin $0 mg
6. "etorola- &0 mg
%. ;
+
F 6 F
+
I &6+
1umlah -airan didapat 6 $000 ml 1umlah perdarahan 6 D $50 ml
0asil lab oratorium '$& agustus +0$$*
5
0b 6 $$,6 gr/d5
5eukosit 6 4(00 /ul
3rombosit 6 $(6.000/ul
>D 6 $04 mg/d5
>D + jam 6 $&4 mg/d5
7asa perdarahan 6 $E00EE
7asa pembekuan 6 $$E00EE
4F 3oraks 6 Dalam batas normal
$9 agustus +0$$
>D + jam 6 $06 mg/d5
>D 6 (4 mg/d5
2.0 RESUME
Ganita usia %0 tahun datang dengan keluhan terdapat luka di tungkai kanan
ba<ah, nyeri '=*, gatal '=*, bengkak '=* sejak satu bulan yang lalu. "emudian luka
memborok dan basah, bau ')*, nanah ')*. 4i<ayat trauma ')*, in!eksi ')*, alergi ')*. >igi
goyang '=*, gigi palsu ')*. 4i<ayat 03 '=*, pada pemeriksaan !isik didapatkan
mallampati I, #,# II.
2.1 DIAGNOSIS
D!a&n,*!* $e%2a ulkus kruris kronis dekstra
2.3 PENATALAKSANAAN
ro Debridemant dengan 4egional #nastesi 'spinal*
2.4 DISKUSI
P%e,'e%at!.
asien dijad<alkan untuk menjalani operasi debridemant, maka dari itu pada pasien
dilakukan perbaikan keadaan umum terlebih dahulu, makan minum distop dimulai sejak
jam +4.00 satu hari sebelum operasi. "arena pasien memiliki ri<ayat hipertensi, maka
dikonsultasikan dahulu dengan internist, dan sudah mendapat a-- operasi.
P%eme(!$a*!
,ebelum obat anestesi diberikan pasien diberi obat premedikasi yaitu se-ara intra.ena
mida2olam + mg dan metoklopramid 5mg/ml '$ amp*
In(u$*!
Fbat yang diberikan yaitu 6
6
$. 8upi.akain +0 mg
+. 7etoklopramid $0 mg
&. ropo!ol 50 mg
4. 7ida2olam + mg
5. @phedrin $0 mg
6. "etorola- &0 mg
%. ;
+
F 6 F
+
I &6+
Maintenance
,elama operasi berlangsung pasien diobser.asi tekanan darah, nadi dan pernapasannya.
,ekitar 40 menit operasi berlangsung tekanan darah menurun sampai 96/60 mm0g
sehingga diberikan injeksi ephedrine $0 mg. $0 menit sebelum operasi selesai diberikan
ketorola- &0 mg.
Recovery
,etelah operasi selesai dan pasien dalam keadaan sadar, pasien dipindahkan ke ruang
re-o.ery dan diobser.asi berdasarkan #ldrete ,-ore. 1ika #ldrete ,-ore J ( dan tanpa
ada nilai 0, maka pasien dapat dipindahkan ke bangsal. ada pasien ini didapatkan
#ldrete ,-ore > (, maka pasien bisa dipindahkan ke ruang re-o.ery.
In*t%u$*! Pa*$a Be(ah
#<asi 6 Vital sign , kesadaran dan perdarahan tiap $0 menit
osisi 6 8erbaring sampai +4 jam
7akan/minum6 8ising usus '=* makan minum sedikit)sedikit
In!us/trans!usi 6 ?airan 4l $000 ml, D5 $000 ml dalam +4 jam
Fbat)obatan 6 "etorola- &B&0 mg
5ain)lain 6 3ensi systole K 90 mm0g lapor ;>$00 ekstra 45 dalam &0 menit, jika
tensi systole masih tetap L90 dan ;>$00 berikan injeksi epedrin $ ampul.
%
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Ul$u* $%u%!* $%,n!*
:lkus kronik, yaitu ulkus yang dasarnya dibatasi oleh jaringan granulasi dan
!ibrosa, 4adang kronik dapat bersi!at primer, tetapi ada kalanya merupakan kelanjutan
dari radang akut. ada radang kronik primer, beberapa keadaan yang dapat menjadi
etiologi adalah6
$. In!eksi .irus
In!eksi intrasel apapun se-ara khusus memerlukan lim!osit dan makro!ag untuk
mengidenti!ikasi dan mengeradikasi sel yang terin!eksi.
+. In!eksi mikroba persisten
ajanan mikroba yang patogenisitasnya lemah namun berlangsung dalam jangka
<aktu lama dapat menimbulkan hipersensiti.itas lambat yang berpun-ak pada
reaksi granulomatosa 'salah satu -ontoh radang kronik*. ?ontohnya pada in!eksi
Treponema pallidum.
&. ajanan yang lama terhadap agen yang berpotensi toksik
#gen)agen asing dapat menyebabkan radang kronik apabila terpajan dalam jangka
<aktu yang lama. #gen tersebut dapat berupa agen endogen 'seperti jaringan
adiposa yang nekrotik, kristal asam urat, tulang* dan dapat berupa agen eksogen
'seperti materi silika yang terinhalasi atau serabut benang yang tertanam*.
4. enyakit autoimun
4espons imun terhadap antigen dan jaringan tubuh sendiri yang berlangsung
se-ara terus menerus dapat menyebabkan radang kronik, -ontohnya adalah
penyakit arthritis rheumatoid atau sklerosis multipel.
5. enyakit spesi!ik yang etiologinya tidak diketahui
6. enyakit granulomatosa primer
,edangkan pada radang kronik yang timbul dari radang akut, progresi
'perkembangan* dari radang akut atau kegagalan resolusi 'perbaikan* adalah hal yang
memi-u terjadinya radang kronik. 1enis radang akut yang paling sering berkembang
menjadi radang kronik adalah radang akut supurati!. us yang membentuk rongga abses
serta pembuangannya yang tidak lan-ar 'bisa juga disertai dengan penebalan dinding
(
abses* akan menyebabkan organisasi pus sehingga tumbuh jaringan granulasi yang pada
akhirnya digantikan oleh jaringan parut !ibrosa. embentukan radang kronik dari radang
akut bisa juga disebabkan oleh adanya materi)materi asing yang tidak ter-erna 'resisten*
selama radang akut. ?ontohnya adalah keratin dari kista epidermal yang sobek atau
potongan ke-il tulang yang terdapat di dalam sekestrasi osteomyelitis. 8enda asing ini
akan menimbulkan reaksi radang kronik yang spesi!ik yaitu radang granulomatosa dan
menyebabkan terbentuknya sel datia yaitu sel berinti banyak yang terbentuk dari
makro!ag.
3.2 De.!n!*! ana*te*!
ada setiap pembedahan diperlukan upaya untuk menghilangkan nyeri. "eadaan
itu disebut anestesi. Istilah analetik juga sering digunakan. Istilah analgetik dan
anestetik dipakai untuk obat penghilang rasa nyeri. Dalam upaya menghilangkan rasa
nyeri, rasa takut perlu dihilangkan untuk men-iptakan kondisi yang optimal bagi
pelaksanaan pembedahan. "ondisi optimal di-apai dengan empat unsur dasar yang
masing)masing di-apai melalui teknik dan sediaan tersendiri. @mpat unsur dasar
anestesi tersebut antara lain 6
$. 7enghilangkan nyeri, sediaan analgetik.
+. 7enghilangkan kesadaran, sediaan anestetik melalui inhalasi atau -ara lain.
&. enghambatan re!lek .egetati!, sediaan simpatilitik.
4. elemas otot, sediaan pelemas otot lurik.
:ntuk men-apai tujuan tersebut pada tiap pemberian anestesi ada beberapa syarat dasar
yang harus dipenuhi, yaitu 6 mengetahui penyakit penderita, mengetahui obat yang
digunakan, mengetahui syarat dan masalah yang terjadi pada pembedahan dan
memahami tehnik anestesi yang dipilih.
#nestesi umum
#nestesi inhalasi terdapat banyak ma-am alat yang bisa dipakai untuk memberikan
anestesi dengan inhalasi. 3ehnik inhalasi dikelompokkan menjadi 6
$. 3ehnik terbuka
ada tehnik ini tidak terjadi na!as ulang dan tidak terdapat penyerapan ?F+.
+. 3ehnik setengah terbuka
ada tehnik ini tidak terdapat penyerap ?F+ pada alat dan terjadi na!as ulang
sebagian.
9
&. 3ehnik setengah tertutup / tertutup
ada tehnik ini gas ekspirasi sebagian keluar ke atmos!er dan sebagian lagi masuk
ke dalam saluran inspirasi, terdapat tabun penyerap ?F+. ada tehnik tertutup
tidak ada udara yang berhubungan dengan atmos!er.
#nestesi lokal
#nestesi lokal digunakan untuk pembedahan di poliklinik jika ada kontra indikasi
terhadap anestesi umum. #nesthesia regional dibagi menjadi dua yaitu blok sentral dan
blok peri!er, yang termasuk blok sentral antara lain blok spinal, epidural, dan -audal.
ada kasus ini anestesi yang diberikan pada pasien adalah anestesi regional blok -entral
jenis spinal. "egagalan dari tindakan anestesi regional dapat disebabkan oleh beberapa
!aktor diantaranya, !aktor operator, kondisi obat yang sudah kadaluarsa -ara
penyimpanan obat yang tidak tepat dan !aktor pasien.
3.2 Ana*te*! 'a(a Ge%!at%!
Dalam kasus anestesi syarat)syarat batasan umur tidak begitu jelas. ,eseorang
yang berumur 65)%9 tahun disebut usia lanjut, begitu juga usia (0)90 tahun mereka juga
termasuk usia lanjut. ,e-ara !isiologis dmiana pengelompokkan umur sangat ber.ariasi,
sebab semakin bertambah umur semakin rentan terhadap penyakit. Aariasi
pengelompokkan umur ini di nyatakan oleh #meri-an so-iety o! #nesthesiologists
physi-al status -lassi!i-ation. Hang di dasarkan pada angka kesakitan dan angka
kematian. Ini diperkirakan lenih dari $00000 orang yang berumur lebih dari 65 tahun
meniggal setelah operasi dalam tiap tahunnya. :ntuk itu dokter anestesi harus
memperhatikan dan men-ari in!ormasi sebanyak mungkin in!ormasi tentang kesehatan
pasien sebelum operasi untuk dapat memilih obat yang tepat untuk digunakan sebagai
obat anestesi, serta memperhatikan !aktor)!aktor yang dapat mempengariuhi kerja obat
sebagai upaya pembuktian sesudah operasi tentang kebenaran prosedur operasi yang
telah dilakukan.
opulasi penduduk usia lanjut semakin meningkat. ada tahun $9($, $$.4% dari
++ juta penduduk amerika adalah usia lanjut yaitu lebih dari 65 tahun. Frang yang
berumur (5 tahun akan membutuhkan biaya pengobatan dua kali lipat dari orang yang
lebih muda +0 tahun diba<ahnya. enduduk yang berumur lebih dari 90 tahun akan
meningkat sekitar + juta sampai tahun +000. :ntuk itu sangat penting dilakukan
pemeriksaan se-ara bertahap terhadap segala komponen yang berpengaruh sebelum
$0
dilakukan anestesi pada terapi pembedahan usia lanjut. Dengan berkembangnya ilmu
pengetahuan dan pengetahuan tentang masalah)masalah yang ada pada operasi geriatri,
sehingga dilakukan penelitian untuk menemukan -ara anestesi yang aman bagi
kelompok umur tertentu.
emeriksaan se-ara komplit akan dilakukan setelah pasien mendapatkan
pera<atan dokter sesuai estetika. emeriksan sebelum operasi men-akup obser.asi
terhadap pasien dan pola hidup pasien, ri<ayat penyakit dan pemeriksaan laboratorium.
#spek #nestesi pada asien :sila
#nestesi dapat menyebabkan dilatasi .ena, merangsang masuknya -airan ke dalam
rongga ketiga 'third spa-e* dan juga menekan !ungsi jantung. ,e-ara umum angka
kematian akibat operasi tergantung dari empat !aktor risiko utama, yaitu6
:sia
enyakit penyerta
rosedur bedah
era<atan perioperati! termasuk tindakan anestesi.
7engenai usia tua, terdapat hubungan antara usia tua, penurunan !isiologis karena
proses menua dan penyakit, tetapi penurunan !isiologis ini tidak semua sama pada setiap
usila. 9aktor yang lebih penting dibandingkan !aktor usia adalah penyakit penyerta. Dari
penelitian +&9$ kematian pada $0(,(%( pasien yang dianestesi dan menjalani operasi
elekti!, ternyata gagal jantung kongesti! meningkatkan angka kematian sebesar +5 kali,
gagal ginjal kronik sebesar $5 kali, penyakit jantung koroner $+ kali dan F" sebesar
( kali. 7akin lama dan lanjut derajat sakitnya, makin tinggi risikonya.
1enis operasi juga menentukan angka mortalitas, misalnya risiko operasi major
.as-ular dan torakotomi lebih tinggi daripada operasi prostata, mata. Di klinik 7ayo,
angka kematian setelah + hari pas-a bedah pada pasien usila > 90 tahun dengan n I &0$,
pada operasi mayor .askular sebesar +0%, torakotomi $+,5%, intra abdominal &.(M
6.%%, sedangkan operasi 3:4 dan mata 0%. 8eberapa hal yang perlu diperhatikan pada
perioperative care pasien usila, adalah6
4ehidrasi, bila terjadi dehidrasi
>angguan saluran -erna diatasi
7engatasi sepsis
$$
7engatasi pendarahan 'blood loss* bila ada
7engatasi edem pada gagal jantung kongesti!
,elain itu dalam rangka manajemen anestesi ada prinsip dasar yang juga harus
diperhatikan dalam penanganan pasien usila, yaitu mengenai6 dosis obat, !isiologi setiap
pasien, hemodinamik, hipotermia, jenis anestesi, monitoring, gejala klinik out-ome, dan
in!ormed -onsent.
enilaian rabedah "asus >eriatri
,etelah lolos dari penilaian klinis dan penilaian pemeriksaan penunjang terhadap organ)
organ tadi, berikut dengan perhatian khusus terhadap kondisi proses menua dan
penyakit)penyakit penyertanya, maka sekarang perlu dilakukan penelitian terhadap
pemeriksaan khusus geriatri berupa skor #D5 dan tes mental, dan juga penelusuran
kehidupan dirumah. Di sini dipertimbangkan 6
"ejelasan indikasi operasi dan tujuannya.
rogresi.itas penyakit dan keterbatasan yang diakibatkannya.
4isiko operasi
"emungkinan timbul penyakit baru atau penyulit
#pakah perbaikan kualitas hidup akan benar ter-apai setelah operasi
"ebutuhan pasien untuk mempertahankan se-ara maksimal akti.itas dan
produkti.itasnya
enilaian)penilaian ini tidak saja berlaku untuk operasi elekti!, tetapi juga untuk operasi
darurat. 3entu saja untuk operasi darurat perlu penilaian segera, <alaupun berisiko besar
operasi tetap dilaksanakan demi untuk menyelamatkan ji<a.
emeriksaan ersiapan Fperasi
emeriksaan yang la2im dilakukan adalah 6
$. #namnesis
+. emeriksaan !isis
&. emeriksaan penunjang6
5aboratorium6 gula darah, !ungsi ginjal, !ungsi hati, darah peri!er lengkap,
hemostasis dan urin.
9oto dada
@lektrokardiogram
$+
8ila perlu ekokardiogram untuk melihat !ungsi jantung
,pirometri untuk menilai !ungsi paru
@@> bila perlu.
emeriksaan tambahan pada pasien geriatri adalah6
#-ti.ity Daily 5i.ing '#D5* s-oring. Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan
derajat kemandirian seorang usila.
emeriksaan mental pasien. Disini dapat ditentukan tingkat kejernihan pikiran
pasien, apakah sudah menderita demensia ataupun pra) demensia.
enilaian emeriksaan Frganik
,etelah dilakukan pemeriksaan klinis dan ditambah dengan pemeriksaan penunjang tadi,
diagnosis dapat ditentukan demikian pula keadaan !ungsional organ)organ dan
selanjutnya dapat ditentukan apakah laik operasi atau tidak. 7isalnya, jantung dalam
keadaan terkompensasi, tidak nyata ada kelainan koroner, !ungsi paru menurut hasil
spirometri masih sesuai untuk batas umurnya, pada gambaran !oto dada tidak ada
in!iltrat ataupun em!isema yang nyata, !ungsi hati dan !ungsi ginjal masih baik, begitu
juga tak ada kelainan pada hemostasis, maka pada pasien usila ini se-ara organis dapat
dilakukan operasi. ;amun demikian, risiko operasi pada usila tetap lebih tinggi daripada
usia muda, karena se-ara !isiologi sudah terjadi proses menua. 7enurut skoring
>oldman, usia lebih dari %0 tahun memiliki risiko lebih tinggi.
roses 7enua Frgan)organ
erubahan !isiologis ketuaan dapat mempengaruhi hasil operasi tetapi penyakit penyerta
lebih berperan sebagai !aktor risiko.
,e-ara umum pada usila terjadi penurunan -airan tubuh total dan lean body mass
dan juga menurunnya respons regulasi termal, dengan akibat mudah terjadi
intoksikasi obat dan juga mudah terjadi hipotermia.
ada kulit6 terjadi reepitelisasi yang melambat dan juga .askularisasi berkurang
sehingga penyembuhan luka lebih lama.
,istem kardio.askular6 pada jantung terjadi proses degenerati! pada sistem
hantaran, sehingga dapat menyebabkan gangguan irama jantung. "atup mitral
menebal, -omplian-e .entrikel berkurang, relaksasi iso.olemik memanjang,
sehingga menyebabkan gangguan pengisian .entrikel pada !ase diastolik dini,
$&
mengakibatkan terjadinya hipotensi bila terjadi dehidrasi, takiaritmia atau
.asodilatasi. ?omplian-e arteri berkurang, sehingga mudah terjadi hipertensi
sistolik. ,ensiti.itas baroreseptor berkurang sehingaa menurunkan respons heart
rate terhadap stres dan menurunnya kadar renin, angiotensin, aldosteron sehingga
mudah terjadi hipotensi.
aru dan sistem perna!asan6 elastisitas jaringan paru berkurang, kontraktilitas
dinding dada menurun, meningkatnya ketidak serasian antara .entilasi dan
per!usi, sehingga mengganggu mekanisme .entilasi, dengan akibat menurunnya
kapasitas .ital dan -adangan paru, meningkatnya perna!asan dia!ragma, jalan
na!as menyempit dan terjadilah hipoksemia. 7enurunnya respons terhadap
hiperkapnia, sehingga dapat terjadi gagal na!as. roteksi jalan na!as yaitu batuk,
pembersihan mu-o-iliary berkurang, sehingga berisiko terjadi in!eksi dan aspirasi.
>injal6 jumlah ne!ron berkurang, sehingga laju !iltrasi glomerulus '59>*
menurun, dengan akibat mudah terjadi intoksikasi obat. 4espons terhadap
kekurangan ;a menurun, sehingga berisiko terjadi dehidrasi. "emampuan
mengeluarkan garam dan air berkurang, dapat terjadi o.erload -airan dan juga
menyebabkan kadar hiponatremia. #mbang rangsang glukosuria meninggi,
sehingga glukosa urin tidak dapat diper-aya. roduksi kreatinin menurun karena
berkurangnya massa otot, sehingga meskipun kreatinin serum normal, tetapi 59>
telah menurun.
,aluran pen-ernaan6 asam lambung sudah berkurang, motilitas usus berkurang.
0ati6 aliran darah dan oksidasi mikrosomal berkurang, sehingga !ungsi
metabolisme obat juga menurun.
,istem imun6 !ungsi sel 3 terganggu dan terjadi in.olusi kelenjar timus, dengan
akibat risiko in!eksi.
Ftak6 semakin tua terjadi atro!i serebri.
0ipertro!i prostat menyebabkan retensi urin.
ada penilaian prabedah perlu memperhatikan keadaan organ)organ yang sudah
mengalami proses menua ini. 7isalnya terapi -airan harus diperhitungkan lebih teliti
mengingat !ungsi jantung dan !ungsi ginjal yang sudah menurun dan pada usila harus
diingat juga bah<a .olume -airan tubuh sudah berkurang sehingga mudah terjadi
dehidrasi.
$4
enyakit)penyakit penyerta pada usila harus diperhatikan, karena pasien geriatri
umumnya sudah mengidap beberapa penyakit yang berhubungan dengan usia, yaitu6
penyakit jantung kronis, hipertensi, penyakit paru obstrukti! kronik/menahun, diabetes
melitus dan lain)lain. ada autopsi, %5% dari subyek yang berusia 60 tahun terdapat
minimal satu stenosis koroner signi!ikan dan hanya setengah dari kasus)kasus ini yang
bermani!estasi klinis. 8egitu juga dari penelitian 9ramingham, ternyata hampir
seperempat dari in!ark miokard adalah silent. ,edangkan penyakit)penyakit paru
merupakan komplikasi utama dan penyebab kematian pas-a bedah, seperti pneumonia,
aspirasi, emboli paru dan salah satu !aktornya adalah rokok dan penyakit paru
sebelumnya terutama F" 'enyakit aru Fbstruksi "ronik*. ,emua penyakit
penyerta ini hendaknya diobati atau ditenangkan lebih dahulu dan selama operasi harus
juga ikut dimonitor dan diatasi. enanganan selama operasi ataupun pas-abedah, harus
memperhatikan kondisi organ)organ yang sudah menua ini, misalnya pemberian #nti
In!lamasi ;on ,teroid '#I;,* per oral dapat mengakibatkan pendarahan lambung,
<alaupun operasinya berjalan sukses.
Fbat)obat #nestesi
$. #nestesi perinhalasi
a. ;+F 'dinitrogen oksida*
gas ini hampir tidak berbau, tidak mudah terbakar, sehingga digunakan untuk
kombinasi dengan obat anestesi yang lain yang tidak memiliki khasiat analgesi-
seperti halotan, dan iso!luran.
b. @ter
-airan ini tidak ber<arna, mudah menguap, mudah terbakar, mudah meledak jika
digunakan bersma F+.
-. 0aloten
-airan ini tidak ber<arna, berbau enak, tidak mudah terbakar, atau meledak.
Induksi -epat pada anak.
d. "loretil
-airan jernih mudah menguap, tidak berbau merangsang, dan tidak mengiritasi
jalan na!as. Induksi berlangsung sangat -epat ysitu +)& menit dan stadium eksitasi
tidak terlihst nyata. 8atas keamanan sangat sempit, karena itu sebaiknya dibatasi
hanya untuk induksi pada orang de<asa sehat tanpa kelainan sistemik.
$5
e. 3rilene
-airan tidak ber<arna yang diberi <arna biru. 8aunya agak merangsang tetapi
lebih diterima daripada eter. 3idak boleh digunakan dalam teknik anestesi yang
mengunakan penyerap ?F+.
+. #nestesi arenteral
a. 3iopental
sebuk kekuningan berbau belerang dilarutkan dalam air menjadi +5 mg/ml.
bersi!at sangat alkalis denga p0 $$ dan stabil selama +4)4( jam, induksi intra.ena
berjalan -epat, dalam &0)60 detik penderita sudah tidak sadar.
b. "etamin
batas keamanan sangat lebar, kelebihan dosis hanya menyebabkan tidurlebih lama
tetapi tidak menambah dalamnya stadium anestesi. "hasiat analgesik sangat baik.
3erapi ?airan
en-egahan dan inter.ensi dini adalah terapi paling e!ekti! untuk dehidrasi.
,trategi ini dapat di-apai melalui pendidikan atau penyuluhan pasien, keluarga, dan
pengasuh orang usia lanjut agar dapat mengidenti!ikasi pasien geriatri yang berisiko
tinggi mengalami dehidrasi dan memahami perlunya inter.ensi terapi -airan sedini
mungkin pada pasien pasien tersebut. asien yang berisiko tinggi antara lain pasien
dengan status kogniti! yang terganggu'demensia atau depresi*, status !ungsional yang
terganggu 'imobilitas, instabilitas,gangguan penglihatan*, tak mampu minum obat,
mengalami gangguan kesehatan seperti diare atau panas 'demam*. ada pasien)pasien
tersebut, para ahli bahkan menyarankan pemeriksaan natrium serum se-ara berkala
'misalnya $bulan sekali* agar dapat mendeteksi dehidrasi se-ara dini.
9
:ntuk pasien yang mengalami dehidrasi, perlu ditetapkan dulu penyebab
hilangnya -airan atau berkurangnya asupan -airan melalui anamnesis yang teliti dan
paripurna, pemeriksaan !isis, dan pemeriksaan laboratorium yang sesuai agar dapat
diberikan terapi yang tepat. 8eratnya de!isit -airan harus diukur dengan e.aluasi
tekanan darah, ortostasis, dan jumlah urin yang keluar. engukuran berat badan
dibandingkan pengukuran berat badan sebelum dehidrasi 'bila diketahui* mungkin
berman!aat dalam menentukan derajat kehilangan -airan.
3erapi -airan pengganti dapat diberikan se-ara per oral atau intra.ena se-ara
sendiri)sendiri atau se-ara kombinasi, tergantung pada tempat pelayanan dan beratnya
$6
dehidrasi. 4ehidrasi oral diberikan bila de!isit -airan ringan, sekitar $)+ liter. emberian
oralit atau air gula garam dapat digu)nakan sebagai rehidrasi oral. 8ila de!isit -airan
berat atau pasien mengalami gangguan kesadaran, -airan intra.ena harus diberikan.
enggantian -airan intra.ena paling baik diberikan di ruang ra<at akut di mana
dehidrasi dapat dipantau se-ara ketat. 5angkah pertama dalam terapi dehidrasi
hipernatremik adalah mengkoreksi kolaps hemodinamik yang umumnya memberikan
gejala seperti hipotensi, ortostasis, dan berkurangnya jumlah urin yang keluar. 3erapi
a<al adalah in!us -airan garam hipotonik se-ara -epat sampai parameter tersebut di atas
stabil. ,elanjutnya sisa de!isit -airan dikoreksi dalam +)& hari untuk men-egah gagal
jantung. 8ila hemodinamik stabil, diberikan setengah dari de!isit -airan dalam +4 jam
per)tama, sedang .olume sisanya diberikan dalam +4 sampai dengan %+ jam berikutnya.
?airan pengganti terbaik adalah Dekstrosa 5% dalam ;a?l 0,45%. asien dengan
dehidrasi isotonik seyogyakan diberikan -airan ;a?l isotonik sebagai -airan pengganti.
,elain mengkoreksi de!isit -airan, kehilangan -airan yang masih berlangsung harus
diganti. "ehilangan -airan tersebut sekitar +)& liter per hari pada usia lanjut yang sehat
dan mungkin lebih besar lagi bila ada penyakit.
engkajian status -airan se-ara terus menerus harus selalu dilakukan untuk
memastikan penggantian -airan yang tepat. 0al ini meliputi pengukuran asupan dan
keluaran -airan, berat badan, tekanan darah, denyut nadi, pemeriksaan laboratorium
seperti ureum, kreatinin, elektrolit, dan osmolaritas serum. en-atatan jumlah -airan
yang masuk dan keluar dengan teliti penting pula untuk memastikan bah<a pasien tidak
kelebihan -airan sehingga dapat terhindar dari .olume o.erload dan hiponatremia.
9
emberian -airan pengganti pada pasien geriatri harus berhati)hati karena dapat
menimbulkan edema paru atau edema otak bila diberikan berlebihan atau terlalu -epat.
asien dengan gejala sesak napas, ortopnu, mengalami perubahan pola tidur atau
-on!usion yang lebih berat patut di-urigai mengalami kelebihan -airan. ada kondisi
tersebut, diuretik perlu diberikan.
$0
enggunaan diuretik harus selalu dikaji, apakah
pasien betul)betul membutuhkan diuretik tersebut. 1ika tidak, diuretik mungkin dapat
dihentikan karena dapat berperan untuk terjadinya dehidrasi. ;amun demikian pasien
harus dipantau, apakah ada penambahan berat badan, tekanan darah meningkat, atau
tanda)tanda gagal jantung kongesti!.
$,9
#nestesi spinal adalah salah satu anestesi regional blok sentral 'blok neuroaksial*
$%
#nestesia regional merupakan hambatan impuls nyeri suatu bagian tubuh sementara
dengan menghambat impuls syara! sensorik. 9ungsi motorik sara! dapat terpengaruh
baik sebagian maupun seluruhnya. ;euroaksial blok 'spinal dan epidural anestesi * akan
menyebabkan blok simpatis, analgesia sensoris dan blok motoris tergantung dari dosis,
konsentrasi dan .olume obat anestesi lokal. 3erdapat perbedaan !isiologis dan
!armakologis bermakna antara anestesi spinal dan epidural, yaitu 6
@!ek !isiologis yang diberikan blok neuroaksial6
$. @!ek "ardio.askuler
#kibat dari blok simpatis, terjadi penurunan tekanan darah. @!ek simpatektomi
tergantung dari tinggi blok. ada spinal 6 +)6 dermatom diatas le.el blok sensoris,
sedangkan pada epidural6 pada le.el yang sama. en-egahan e!ek hipotensi adalah
dengan pemberian -airan 'pre)loading* untuk mengurangi hipo.olemia relati!
akibat .asodilatasi sebelum dilakukan spinal/epidural anestesi. ,elain pemberian
-airan, obat)obatan .asopressor 'e!edrin* juga dapat diberikan. 8ila terjadi high
spinal 'blok pada -ardio a--elerator !iber di 3$)34* dapat terjadi bradikardi sampai
-ardia- arrest.
+. @!ek 4espirasi
8ila terjadi spinal tinggi 'blok lebih dari dermatom 35* dapat terjadi hipoper!usi
dari pusat na!as di batang otak sehingga dapat terjadi respiratory arrest. "emudian
e!ek respirasi bisa juga terjadi jika blok mengenai ner.us phreni-us sehingga
menganggu gerakan dia!ragma dan otot perut yg dibutuhkan untuk inspirasi dan
ekspirasi.
&. @!ek >astrointestinal
7ual muntah dapat terjadi akibat blok neuroaksial sebesar +0%, yaitu
hiperperistaltik >I oleh akti.itas parasimpatis .agal yang disebabkan oleh
simpatis yang terblok. 7ual muntah juga bisa diakibatkan oleh e!ek hipotensi yaitu
menyebabkan hipoksia otak yang merangsang pusat muntah di ?3N
'dasar .entrikel ke IA*.
ersiapan #nesthesia 4egional
ersiapan anestesi regional sama dengan persiapan anestesi umum yaitu
untuk mengantisipasi terjadinya reaksi toksik sistemik yang bisa berakibat !atal dan
memerlukan persiapan resusitasi, misalnya pada kasus obat anestesi spinal/epidural
$(
masuk ke pembuluh darah dan kemudian menyebabkan kolaps kardio.askular hingga
henti jantung. ,elain itu persiapan juga untuk mengantisipasi terjadinya kegagalan
sehingga operasi dapat dilanjutkan dengan anestesi umum. ersiapan lain yang perlu
diperhatikan adalah6
a. emberian in!ormasi tentang tindakan ini 'in!ormed -on-ernt*, yaitu pentingnya tindakan
ini dan komplikasi yang mungkin terjadi.
b. Dilakukan pemeriksaan !isik dilakukan meliputi daerah kulit tempat penyuntikan
untuk menyingkirkan adanya kontraindikasi seperti in!eksi. erhatikan juga adanya
s-oliosis atau ki!osis. emeriksaan laboratorium yang perlu dilakukan adalah penilaian
hematokrit. 7asa protrombin '3* dan masa tromboplastin parsial '33*
dilakukan bila diduga terdapat gangguan pembekuan darah.
remedikasi
emberian obat premedikasi bertujuan 6
$*. 7enimbulkan rasa nyaman pada pasien 'menghilangkan kekha<atiran,
memberikan ketenangan, membuat amnesia, memberikan analgesi*.
+*. 7emudahkan/memperlan-ar induksi, rumatan, dan sadar dari anestesi.
&*. 7engurangi jumlah obat)obatan anestesi.
4*. 7engurangi timbulnya hipersali.asi, bradikardi, mual, dan muntah pas-a anestesi.
5*. 7en-iptakan amnesia.
6*. 7engurangi stress !isiologis 'takikardi, na!as -epat*.
%*. 7engurangi keasaman lambung/isi -airan lambung.
(*. 7engurangi re!leB yang membahayakan.
Induksi #nestesi
3indakan anestesi dengan -ara intra.ena yaitu dengan induksi bolus dengan
ke-epatan &0 ) 60 detik. ,elama induksi intra.ena perlu dimonitoring tanda)tanda .ital
sign, pemberian oksigen. Fbat yang biasa sering dipakai adalah propo!ol dengan dosis
+)& mg/kg88 i. dan ketamin dengan dosis $ ) 4,5 mg/kg88 i..
ost #nestesi
,tress pas-a operasi sering terjadi gangguan na!as, kardio.askular, mual)muntah,
menggigil, kadang)kadang perdarahan. as-a operasi berada di ruang re-o.ery. Di unit
ini pasien dinilai tingkat pulih sadarnya.
Fbser.asi dan monitor tanda .ital 'nadi, tensi, respirasi*
$9
8ila pasien gelisah harus diteliti apakah karena kesakitan 'tekanan darah dan
nadi -epat* atau karena hipoksia 'tekanan darah turun dan nadi -epat* misal
karena perdarahan 'hipo.olemia*.
8ila kesakitan beri analgetik ;,#ID/Fpioid.
1ika hipoksia -ari sebabnya dan atasi penyebabnya 'obstruksi jalan na!as* karena
se-ret/lender atau lidah jatuh ke hipo!haring*.
Fksigen .ia nasal kanul &)4 liter, selama pasien belum sadar betul tetep diberikan.
asien dapat dikirim kembali ke bangsal/ruangan setelah sadar, re!lek jalan na!as
sudah akti!, tekanan darah dan nadi dalam batas)batas normal.
asien bisa diberi makan dan minum jika !latus sudah ada, itu bukti peristaltik
usus sudah normal.
"euntungan #nestesia 4egional.
a. #lat yang dibutuhkan minimal dan teknik yang di gunakan relati! sederhana biaya
relati! lebih murah.
b. Dipertimbangkan sebagai teknik yang relati! aman untuk pasien yang tidak puasa
'operasi emergen-y, lambung penuh* karena penderita sadar
-. 3idak ada komplikasi jalan na!as dan respirasi.
d. 3idak ada polusi kamar operasi oleh gas anestesi.
e. era<atan post operasi lebih ringan.
"erugian #nestesia 4egional.
a. 3idak semua penderita mau dilakukan anestesia regional
b. 7embutuhkan kerjasama penderita
-. ,ulit diterapkan pada anak)anak.
Indikasi #nestesi ,pinal .
a. 8edah ekstremitas ba<ah.
b. 8edah panggul
-. 3indakan sekitar rektum)perineum
+0
d. 8edah obstetri ginekologie
e. 8edah urologi
!. 8edah abdomen ba<ah
"ontra Indikasi absoluta
a. asien menolak untuk dilakukan anestesi spinal
b. 3erdapat in!eksi pada tempat suntikan
-. 0ipo.olemia berat sampai syok
d. 7enderita koagulopati dan sedang mendapat terapiantikoagulane.
e. 3ekanan intrakranial yang meningkat!.
!. 9asilitas untuk melakukan resusitasi minim
g. "urang berpengalaman atau tanpa konsultan anestesi.
"ontra indikasi relati!
a. 7enderita in!eksi sistemik ' sepsis, bakteremi *
b. 3erdapat in!eksi disekitar tempat suntikan
-. "elainan neurologis
d. "elainan psikis
e. 8edah lama
!. 7enderita penyakit jantung
g. 0ipo.olemia ringan
h. ;yeri punggung kronis.
erlengkapan
3indakan anestesi spinal harus diberikan dengan persiapan perlengkapan operasi
yang lengkap untuk monitor pasien, pemberian anestesi umum, dan tindakan resusitasi.
1arum spinal dan obat anestetik spinal disiapkan. 1arum spinal memiliki permukaan
yang rata dengan stilet di dalam lumennya dan ukuran $6> sampai dengan &0>. Fbat
+$
anestetik lokal yang dapat digunakan adalah prokain, tetrakain, lidokain, atau
bupi.akain. 8erat jenis obat anestetik lo-al mempengaruhi aliran obat dan perluasan
daerah teranestesi. ada anestesi spinal jika berat jenis obat lebih besar dari berat jenis
?,, 'hiperbarik*, maka akan terjadi perpindahan obat ke dasar akibat gra.itasi. 1ika
lebih ke-il 'hipobarik*, obat akan berpindah dari area penyuntikan ke atas. 8ila sama
'isobarik*, obat akan berada di tingkat yang sama di tempat penyuntikan. erlengkapan
lain yang diperlukan berupa kain kasa steril, po.idon iodine, al-ohol, dan duk steril.
Dikenal + ma-am jarum spinal, yaitu jenis yang ujungnya run-ing seperti ujung bamboo
run-ing 'Ouin-ke)8ab-o-k atau >reene* dan jenis yang ujungnya seperti ujung pensil
'<hita-re*. :jung pensil banyak digunakan karena jarang menyebabkan nyeri kepala pas-a
penyuntikan spinal.
3eknik #nestesi ,pinal
8erikut langkah)langkah dalam melakukan anestesi spinal, antara lain6
a. osisi pasien duduk atau dekubitus lateral. osisi duduk merupakan posisi
termudah untuk tindakan punksi lumbal. asien duduk di tepi meja operasi dengan
kaki pada kursi, bersandar ke depan dengan tangan menyilang di depan. ada
posisi dekubitus lateral pasien tidur berbaring dengan salah satu sisi tubuh berada di meja
operasi.
b. osisi permukaan jarum spinal ditentukan kembali, yaitu di daerahantara .ertebrata
lumbalis 'interlumbal*.
-. 5akukan tindakan asepsis dan antisepsis kulit daerah punggung pasien.
d. 5akukan penyuntikan jarum spinal di tempat penusukan pada bidangmedial
dengan sudut $0o)&0o terhadap bidang hori2ontal ke arah-ranial. 1arum lumbal
akan menembus ligamentum supraspinosum, ligamentum interspinosum,
ligamentum !la.um, lapisan duramater, dan lapisan subaraknoid.
e. ?abut stilet lalu -airan serebrospinal akan menetes keluar.
!. ,untikkan obat anestetik lo-al yang telah disiapkan ke dalam ruang subaraknoid.
"adang)kadang untuk memperlama kerja obat ditambahkan .asokonstriktor
seperti adrenalin.
++
BAB I+
PENUTUP
0.1 KESIMPULAN
;y. 7 umur %0 tahun datang dengan keluhan terdapat luka di tungkai kanan
ba<ah, terasa nyeri pada luka, gatal dan bengkak sejak satu bulan yang lalu. #<alnya
luka berupa kemerahan disertai merintis yang berisi air. #kan tetapi lama kelamaan luka
memborok dan basah akan tetapi tidak berbau serta tidak terdapat nanah. Di rumah
pasien hanya mengkompres luka dengan menggunakan air hangat, yang kemudian
ditutup dengan menggunakan perban. ,ebelumnya pasien 74, selama + hari di
puskesmas dengan keluhan yang sama hingga kemudian dirujuk ke 4,:D. 7enurut
pasien luka mun-ul begitu saja, tanpa didahului oleh trauma, in!eksi ataupun alergi.
asien mengatakan gigi sebelah atasnya ada yang goyang dan saat ini tidak sedang
menggunakan gigi palsu.
#nestesi 4egional adalah tindakan untuk menghilangkan rasa sakit yang tidak
disertai hilangnya kesadaran dan hanya pada sebagian tubuh tertentu, #nesthesia
regional dibagi menjadi dua yaitu blok sentral dan blok peri!er, yang termasuk blok
sentral antara lain blok spinal, epidural, dan -audal. ada kasus ini anestesi yang
+&
diberikan pada pasien adalah anestesi regional blok -entral jenis spinal. "egagalan dari
tindakan anestesi regional dapat disebabkan oleh beberapa !aktor diantaranya, !aktor
operator yang kurang terampil, kondisi obat yang sudah kadaluarsa -ara penyimpanan
obat yang tidak tepat dan !aktor pasien. Indikasi pemilihan spinal anastesi pada kasus ini
adalah yang pertama jenis operasi yang akan dilakukan yaitu debridemant, kemudian
dan juga spina anastesi ini merupakan salah satu tekhnik yang relati! -ukup aman.
0.2 SARAN
$. Dilakukan pemeriksaan pre operati! yang lebih menyeluruh, sehingga akan
memudahkan pada saat e.aluasi post operasi.
+. Dilakukan penelitian mengenai e!ek pemberian obat)obat anastesi terhadap
organ)organ tubuh geriatri.
DA)TAR PUSTAKA
$. 9ink 84. 7e-hanisms o! di!!erential aBial blo-kade in epidural and
subara-hnoid anesthesia. Anesthesiology %06(5, $995.
+. >alinski D9, 4uth 7, 7oral A, et al. ,pinal anesthesia <ith bupi.a-aine and
!entanyl in geriatri- patients. Anesth Analg $996P (&65&%)4$.
&. "umar A, ?otran 4, 4obbins ,. 8uku #jar atologi. %
th
ed. 1akarta6 @>?P +000.
p. 56)6&.
4. 5iu ,,, 7-EDonald ,8. Current issues in spinal anesthesia. #nesthesiology6
+00$6 (((M906.
5. 7iyabe 7, ;amiki #. 3he e!!e-t o! head)do<n tilt on arterial blood pressure
a!ter spinal anesthesia.Anesth Analg $99&P 436 549)5+
6. ;H,F4#, ;e< Hork s-hoolo! 4egional #nesthesia, ,pinal #nesthesia.
%. ,il.erstein 10, 4ooke >#, 4e.es 1>, et al. Geriatric Anesthesiology +nd ed.
,pringer. &)&%.
(. ,mith 3?. 3he lumbar spine and subara-hnoid blo-k. Anesthesiology $96(P 256
60)4
+4
9. ,toelting 4", 0illier ,? 'ed*. Pharmacology & physiology in anesthetic
practice 4th ed. 5ippin-ott Gilliams Q Gilkins. +006.
$0. :nder<ood 1?. atologi :mum dan ,istematik Aol $. +
nd
ed. 1akarta6 @>?P
$999. p. +4%)54.
$$. Gong ?#. Spinal and Epidural Anesthesia, 7->ra<)0ill, +00%6$)+46
$+. Hada. #. Short text boo o! anesthesia +nd ed. +0046$$6)$+%.
+5

Anda mungkin juga menyukai