Anda di halaman 1dari 38

PERIOPERATIF Definisi Suatu ilmu Kedokteran yang mencakup masalah-masalah sebelum anesthesia/ pembedahan, selama anesthesia/pembedahan dan sesudah

anesthesia/pembedahan. Ruang lingkup Meliputi semua aspek fisiologis dan patologis yang mempengaruhi anesthesia dan pembedahan, pengaruh anesthesia dan pembedahan terhadap fisiologis tubuh dan resiko maupun komplikasi yang diakibatkanya. Resiko perioperatif Resiko yang berhubungan dengan anesthesia dan pembedahan dapat diklasifikasikan dalam: 1. Resiko yang berhubungan dengan kondisi pasien . Resiko yang berhubungan dengan prosedur pembedahan !. resiko yang berhubungan dengan fasilitas termasuk sumber daya manusia di rumah sakit. ". Resiko yang berhubungan dengan obat atau teknik anesthesia. #engaruh fisiologi yang ter$adi akibat pembedahan: 1. #engaruh langsung obat anesthesia terhadap sekresi hormon-hormon: %&'(, kortisol, antidiuretik, tiroid, katekolamin, sistem renin-angiotensin-aldosteron, insulin dan metabolisme glukosa. . #engaruh langsung obat anesthesia terhadap sistem respirasi dan kardio)askuler Penilaian prabedah, meliputi: 1. #enilaian terhadap keadaan pasien secara menyeluruh termasuk ri*ayat penyakit, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penun$ang yang mendukungnya.

. Melakukan identifikasi faktor-faktor risiko anestesi, dan bila bermakna pasien harus diberitahu. !. Mengoptimalkan kondisi kesehatan pasien sebelum tindakan anestesi dan pemnbedahan, seperti melakukan fisioterapi dada, latihan nafas dsb. ". Menentukan status fisis berdasarkan %merican Society of %nesthesiologist+%S%, -. Merencanakan tehnik anestesi dan penatalaksanaan perioperatif seperti terapi cairan dan transfusi darah. .. Memperkenalkan diri kepada pasien agar dapat mengurangi kecemasan dan akan mempermudah dalam melakukan induksi anestesi /. Memberikan instruksi yang $elas tentang obat yang harus diteruskan atau dihentikan pada hari pembedahan 0. Mempersiapkan obat-obat premedikasi. Instruksi praanestesi 1nstruksi kepada pera*at ruangan harus tertulis dengan $elas meliputi : 1. #emeriksaan penun$ang tambahan . 2amanya puasa !. #ersiapan darah atau produk darah, golongan darah dan $umlah yang diperlukan ". 3enis obat yang harus terus diberikan atau dihentikan pada hari pembedahan -. 'erapi inhalasi pada pasien ##4K atau ri*ayat asma .. #emasangan infus dekstrosa pada pasien diabetes /. 4bat premedikasi: dosis,cara, dan *aktu pemberian. Pemeriksaan penunjang rutin, yang harus dilakukan: 1. #emeriksaan darah lengkap . pemeriksaan gula darah, !. ". 5reum,kreatinin,elektrolit : pada pembedahan besar 6K7 : umur 8 "9 tahun 5rinalisis + bila gula positif harus ditambah

-. .. umur 8 -9 tahun

:oto toraks : umur 8 .9 tahun 5$i fungsi hati : pada pembedahan besar pasien

Pemeriksaan penunjang berdasarkan indikasi : 1. #emeriksaan darah lengkap : i. %nemia dan kelainan/penyakit hematologi lainya ii. 7angguan gin$al iii. #asien dalam kemoterapi . 5reum, kreatinin, dan elektrolit i. 7angguan/penyakit hati dan gin$al ii. 7angguan metabolic, seperti diabetes mellitus iii. Ri*ayat diare, muntah i). Kondisi nutrisi buruk ). #ersiapan usus prabedah )i. Ri*ayat pemebrian obat-obat digitalis, diuretik, antihipertensi, steroid, abat anti diabetes. !. 7ula darah i. ;iabetes mellitus ii. #enyakit hati berat ". 6lektrokardiogram i. (ipertensi, penyakit $antung atau penyakit paru kronik ii. ;iabetes Melitus -. :oto 'oraks i. gangguan pernafasan yang bermakna atau penyakit paru ii. penyakit $antung .. %nalisa gas darah arteri i. obesitas ii. pasien dengan gangguan nafas iii. penyakit paru sedang sampai berat i). sakit kritis atau sepsis

). bedah toraks /. 5$i fungsi paru i. bedah toraks ii. penyakit paru sedang sampai berat, seperti ##4K, bronkiektasis, penyakit paru retrikasi. 0. 5$i :ungsi hati. i. penyakit hepatobilier ii. ri*ayat peminum alcohol iii. tumor dengan kemungkinan metastase ke hati <. 5$i hemostase dan koagulan darah i. #enyait kelaiana darah ii. #enyakit hati berat iii. Koagulopati apapun sebabnya i). Ri*ayat terapi antikoagulan seperti heparin atau *arfarin 19. 5$i fungsi tiroid i. Ri*ayat penyakit tiroid ii. 7angguan endokrin seperti tumor hipofise iii. =edah tiroid 11. 5$i fungsi hati : 6chocardiography i. #enyakit $antung ii. Kelainan 6K7 yang bermakna Terapi airan Perioperatif 1. Menilai )olume intra)askuler a. pemeriksaan klinis kesadaran turgor kulit, suhu u$ung-u$ung ekstremitas 'ekanan nadi, la$u nadi, tekanan darah terhadap perubahan posisi Keluaran urin tampak perdarahan atau kehilangan cairan +muntah,

"

b. #emeriksaan laboratorium Kadar hemoglobin dan hematokrit. kadar urea dan elektrolit analisa gas darah, laktat darah =3 urin, natrium uri

c. #engukuran hemodinamik 'ekanan )ena sentral tekanan arteri pulmoner saturasi )ena sentral

. 'erapi cairan selama pembedahan a. &airan pemeliharaan b. &airan pengganti deficit c. cairan pengganti perdarahan !. 'erapi cairan pasca bedah: dapat diberikan berdasarkan a. pembedahan nono digestif dengan anestesi regional b. pembedahan minor non digestif dengan anestesi umum c. pemebedahan mayor atau pembedahan digestif ". 3enis cairan a. &airan kristaloid cairan hipotonik cairan isotonic cairan hipertonik

b. &airan koloid cairan koloid sintetik cairan starch cairan gelatin cairan koloid deri)ate darah human albumin fraksi protein plasma

#asien yang akan men$alani operasi dan anestesi *a$ib dikun$ungi oleh seorang anestesiolog. (al-hal yang harus dilakukan adalah: Ri*ayat anaesthesia Melakukan pemeriksaan fisik yang sesuai Melakukan e)aluasi hasil pemeriksaan laboratorium %nestesiolog sebaiknya membiarkan pasien untuk menga$ukan pertanyaan Mencatat kegelisahan pasien Menginformasikan rencana pembiusan

#erhatian khusus harus diberikan pada hal-hal berikut yang ditemukan pada anamnesa 1. Ri*ayat penyakit terdahulu, operasi dan pembiusan sebelumnya . 'erapi obat-obatan seperti kortoikosteroid, insulin, obat anti hipertensi, tran>uali?ers, antidepresan trisiklik, antikoagulan, barbiturate, diuretic dan alergi obat. !. 7e$ala-ge$ala yang berhubungan dengan system respirasi, seperti batuk, sputum, bronkospasme, kemampuan untuk mengeluarkan lender. ". Sistem kardio)askuler : toleransi latihan, nyeri angina, gagal $antung, hipertensi yang tidak diterapi. -. Kecenderungan untuk muntah. #ilihan obat dan tindakan anestesi untuk mengurangi mual muntah pasca bedah. .. Ri*ayat kehamilan dan menstruasi /. kebiasaan pasien @ merokok, minum alcohol dan adiksi obat. #enilaian perioperatif seringkali kurang daripada yang seharusnya, dan terkadang adanya kurang komunikasi antara dokter bedah dan anestesiolog. #ada pasien seharusnya dilakukan pemeriksaan klinis yang lengkap, terutama: 1. 'anda-tanda penyakit pernafasan : pola dan karakter pernafasan seperti dispneu, adanya suara tambahan pada auskultasi, $ari tabuh, sianosis.

7e$ala-ge$ala tambahan yang perlu didiskusikan lagi pada kondisi-kondisi tertentu, seperti : Ayeri tulang atau kelemahan otot pada keganasan Kelemahan umum, demam atau kehilangan berat badan pada '=& Semua pasien harus ditanyakan mengenai kebiasaan merokok

#emeriksaan fisik a. Barna dan kualitas suara harus dicatat b. Mengi yang terdengar harus bisa dikoreksi c. ;ispneu d. #erhatian secara khusus harus diberikan pada pola, ekskursi dan simetrisitas dari gerakan pernafasan e. %danya suara tambahan pada pasien yang tidak memiliki penyakit pernafasan +ronki, memberikan peringatan bah*a kaliber bronkus abnormal. f. Rales atau crackers disebabkan oleh penutupan mendadak atau kolaps dari $alan nafas. Keadaan ini ter$adi di a*al inspirasi pada pasien dengan obstruksi $alan nafs dan pada akhir pernafasan $ika berhubungan dengan penyakit paru restriktif. g. =eberapa manifestasi penyakit paru dapat dideteksi, seperti penggunaan otot-otot tambahan dan tracheal tug adalah manifestasi dispneu berat, kecemasan dan kegelisahan dapat disebsbkan oleh hipoksia, hipertensi, berkeringat, )asodilatasi perifer dan kebingungan dapat ter$adi pada pasien dengan retensi &4 akut. 'es-tes yang tidak memerlukan peralatan 'es-tes ini hanya menyediakan informasi yang minimal tentang fugsi pernafasan dan terkadang direkomendasikan sebagai tes skrining untuk menentukan fit untuk operasi. 'es sederhana yang dapat dilakukan dalam klinik adalah :

a. tes tahan nafas Sabrase? : pasien dalam keadaan istirahat diminta untuk menarik nafas dalam dan selan$utnya menahan nafasnya. %pabila dapat menahan nafas selama dari 1detik mengidentifikasikan --!9 detik pasien dapat kurangnya cadangan dianggap normal. #asien yang hanya bisa menahan nafas kurang kardiorespirasi. b. 'es snider : kemampuan untuk meniup korek api pada $arak . inchi dari depan mulut.Ketidakmampuan melakukan tes snidert mengindikasikan forced ekspiratory )olume dalam satu detik kurang dari satu liter. . 'anda-tanda penyakit $antung #enyakit $antung yang serius hampir selalu berhubungan dengan ge$ala dan tanda yang $elas seperti nyeri dada se*aktu akti)itas, dispneu, hemoptisis, sinkop, palpitasi dan edema. 'etapi iskemik miokardium akut dapat ter$adi tanpa ge$ala yang $elas. #emeriksaan fisik Sianosis adalah *arna kebiruan pada kulit akibat adanya desaturasi hemoglobin pada pembuluh darah kapiler. Sianosis perifer berhubungan dengan peningkatan ekstraksi oksigen pada $aringan berhubungan dengan penurunan aliran darah kapiler pada kulit.hal ini ter$adi saat curah $antung menurun@ pada pasien yang normal @ berhubungan )asokotriksi perifer saat terpapar dingin. #ada sianosis sentral, kulit tetap hangat dan perubahan *arna $uga terlihat pada lidah akibat tercampurnya darah yang mengalami desaturasi dan yang mengalami oksigenasi pada $antung, pembuluh darah besar atau paru-paru. :rekuensi nadi dan irama dapat dinilai dari palpasi arteri radialis, akan tetapi )olume dan karakter gelombang nadi hanya dapat dinilai secara akurat melalui arteri karotis. 1mpuls $antung +apeks $antung, secara normal ditemukan pada ruangan interkostal - sesuai dengan linea midkla)ikularis. #osisinya mungkin

dapat berubah akibat pemebasaran $antung atau factor ekstrakardiak lainya. #enyebab apapun pergeseran tersebut lebih penting disbanding dengan mencari lokasi yang pasti dari impuls tersebut. 2angkah penting pada auskultasi adalah identifikasi secara benar dari suara $antung pertama dan kedua. #ulsasi arteri karotis harusnya diraba selama auskultasi. Murmur adalh bunyi yang dihasilkan akibat turbulensi aliran darah pada titik tertentu pada sirkulasi dan secara normal ter$adi pada tempat tempat tertentu. ;iastolik murmur merupakan bukti yang $elas adanya penyakit $antung. Murumur sistolik dengan tanpa adanya inter)al dengan bunyi $antung kedua biasanya berhubungan dengan penyakit organick. %danya thrill mengidinkasikan adanya penyakit $antung organic.

!. Status gi?i :obesitas atau malnutrisi ". Barna kulit, terutama pucat, sianosis, kuning atau pigmentasi. -. Status psikologis pasien, dera$at kecemasan. .. 3alan nafas, Ailai kesulitan saat mempertahankan $alan nafas dan laringoskop Ailai gigi geligi seperti gigi yamng menon$ol atau ompong, tambalan atau mahkota gigi terutama pada bagian depan %danya hal-hal tersebut di atas perlun dicatat dan bianaya pasien diperingatkan adanya kemungkinan untuk rusak. /. Kemudahan untuk kanulasi. #enilaian status fisis %S% mengklasifikasikan pasien kedalam beberapa tingkatan pasien berdasarkan kondisi pasien : %S% 1 : pasien tidak memiliki kelainan organic, fisiologik, biokimia atau gangguan psikiatri. %S% 11 : 7angguan sistemik ringan sampai sedang yang disebabkan oleh kondisi yang akan diterapi dengan pembedahan atau oleh proses patofisiologi lainya.

<

%S% 111: keterbatasan melakukan aktifitas, pasien dengan penyakit sistemik berat. %S% 1C : pasien dengan penyakit sistemik berat yang mengancam nya*a. %S% C : penderita yang diperkirakan tidak akan selamat dalam dengan atau tanpa operasi. %S% C1 : penedrita mati batang otak yang organ-organya dapat digunakan untuk donor. Klasifikasi %S% merupakan system yang secara umum sering digunakan untuk menilai status fisik pasien, *alaupun ahli anestesi yang lain tidak selalu setu$u dengan klasifikasi ini. Klasifikasi ini tidak dapat dipakai untuk pasien tanpa ge$ala, misalnya penderita dengan penyakit $antung koroner berat. Penilaian Resiko #enilaian preoperati)e mengenai risiko harus dititikberatkan pada hal : 1. %pakah pasien dalam keadaan optimal untuk dianestesi D . %pakah keuntungan pembedahan lebih besar dari resiko anestesi dan pembedahan akibat penyakit yang ada D %pabila terdapat beberapa keadaan medis yang mungkin dapat diperbaiki +misalnya penyakit paru, hipertensi, gagal $antung,, pembedahan sebaiknya ditunda dan diberikan terapi yang sesuai. 'erdapat hubungan antara menilai factor-faktor preoperati)e dan perkembangan morbiditas dan mortalitas pasca bedah. #ada studi mortalitas skala besar, umumnya, factor-faktor yang memberikan kontribusi pada mortalitas anestesi meliputi : 1 #enilaian yang tidak adekuat selama periode preoperati)e .Super)isi dan pemantauan yang tidak adekuat selama periode intraoperatife !. #enatalaksanaan dan super)ise paska bedah yang tidak adekuat. !ebiasaan Pasien "erokok " $am,

19

6fek yang merusak dari merokok meliputi penyakit )askuler perifer, sirkulasi koroner dan serebral, karsinoma paru dan bronchitis kronis. Merokok harus dihentikan . pekan sebelum operasi untuk meminimalisasi komplikasi paru selama pembedahan, termasuk diantaranya infeksi, laringospasme dan bronkospasme. #enghentian selama 1 $am sebelumnya mencegah efek samping dari &4 dan nikotin pada pasokan dan kebutuhan oksigen otot $antung. =erhenti selama beberapa hari akan memperbaiki akti)itas silier. Merokok $uga dapat mempengaruhi penyembuhan luka. #ada anak-anak yang secara pasif terpapar dengan rokok, ter$adi peningkatan insiden komplikasi $alan nafas $ika dilakukan pembiusan. Alkoholisme #ada pasien dengan alkoholisme kronik, dapat ter$adi toleransi dengan beberapa obt anestesi seperti eter, ter$adi resistensi terhadap oabt-obat anestesi.%lkoholmdieliminasi dengan oksigen di hati tetapi dapat $uga menginduksi en?im-enim yang memetabolisme obat-obatan, sehinnga respons terhadap obat tidak dapat diperkirakan.;apat ter$adi )asodilatasi perifer, kardiomiopati, sirosis dan perioperatif *ithdra*al krisis. !etergantungan pada obat #asien-pasien ini dapat memanipulasi ge$ala-ge$alanya untuk mendapatkan pembedahan dan narkotik pasca bedah, atau mengganggu proses penyembuhan luka untuk memperpan$ang lama pera*atan di rumah sakit.#enderita dapat resisten terhadap semua obat sedati)e narkotik. Secara umum diterima bah*a ri*ayat klinis dan pemeriksaan fisik adalah metode yang terbaik untuk menentukan adanya suatu penyakit. Sebelum meminta suatu pemeriksaan lebih lan$ut seorang anesesiolog harus menelaah apakah pemeriksaan penun$ang tersebut dapat menyediakan informasi yang tidak bisa disingkap oleh pemeriksaan fisik, dan apakah hasil pemeriksaan tersebut akan mengubah penatalaksanaan pasien.

11

%netesiolog disarankan untuk tidak menerima pasien pembedahan elektif sampai tersedia hasil pemeriksaan yang dibutuhkan. Sebagai catatan, tes-tes diba*ah ini hanya merupakan panduan dan dapat dimodifikasi sesuai dengan penilaian yang diperoleh dari anamnesis dan pemeriksaan fisik. 1. 'es urin, terutama gula, keton dan protein . Kadar haemoglobin, hitung $enis, *aktu perdarahan dan pembekuan,golongan darah !. Kadar ureum dan elektrolit tidak dibutuhkan secara rutin pada pasien kurang dari -9 tahun, akan tetapi harus diambil pada keadaan-keadaan berikut : a. 3ika terdapat ri*ayat diare, muntah atau penyakit metabolik. b. #enyakit gin$al, hepar, diabetes, atau status nutrisi yang abnormal. c. #asien yang mendapat terapi dengan diuretik, digoksin, antihipertensi, steroid atau obat hipoglikemik. ". 'es fungsi li)er diperlukan hanya pada pasien dengan: a. #enyakit hepar b. Status nutrisi abnormal atau penyakit metabolik c. Ri*ayat konsumsi alkohol dalam $umlah banyak +809 g/hr, -. Konsentrasi gula darah #engukuran gula darah diperlukan pada pasien yang mempunyai penyakit diabetes atau penyakit )askular atau sedang mendapat terapi kortikosteroid. .. Status Sickle #asien dengan asal etnik atau ri*ayat keluarga dengan kecurigaan haemoglobinopathy /. %nalisa gas darah %nalisa gas darah arteri diperlukan pada semua pasien dengan dispneu saat istirahat dan pada pasien dengan rencana dilakukan thorakotomy elektif. 0. Rontgen 'horaE sebaiknya dilakukan pengukuran kadar haemoglobin dan elektroforesis haemoglobin.

Rontgen 'horaE tidak diperlukan secara rutin pada pasien diba*ah usia .9 tahun, tetapi harus dilakukan pada situasi: a. 'erdapat ri*ayat atau tanda fisik penyakit $antung atau penyakit respirasi. b. Kemungkinan metastas karsinoma c. Sebelum operasi thoraE d. 1migran, yang dalam 1 bulan terakhir berada di negara endemik '=& Rontgen thoraE umumnya dilakukan sebagai pemeriksaan rutin pada semua pasien dengan penyakit paru. (al-hal yang penting adalah apakah terdapat de)iasi trakea atau distorsi,deformitas pada dinding thoraE,kelainan lokal pada paru atau pleura yang mungkin terle*atkan pada pemeriksaan fisik.Rontgen thoraE seringkali kurang memperlihatkan adanya kelainan fungsi paru. <. :ungsi paru 'es fungsi apru dilakukan sebagai tambahan, bukan sebagai pengganti penilaian klinis.'es ini diindikasikan ketika diperlukan: a. Melihat asal/penyebab kelainan pulmoner b. 5ntuk menilai dera$at kelainan sbagi dasar pemberian terapi c. 5ntuk mengetahui patofisiologi lebih lan$ut 'es fungsi paru yang sederhana, seperti forced eEpiratory )olume dalam satu detik +:6C 1.9,, forced )ital capacity +:C&, dan peak eEpiratory flo* rate dapat langsung dilakukan di tempat tidur pasien menggunakan spirometer berukuran paket dan *right peak flo*meter. Rasio :6C 1.9 : :C& menurun pada penyakit paru obstruktif dan normal pada penyakit paru restriktif. #emeriksaan :uller meliputi :R&,RC dan '2&. 19. 6lektrokardiogram 6K7 1 lead hendaknya diperiksa pada situasi-situasi berikut: a. Ri*ayat atau tanda fisik penyakit $antung b. #enyakit hipertensi

1!

c. 5sia pasien diatas "9 11. =edside pulse oEymeter #engukuran saturasi oksigen arterial udara nafas dan konsentrasi oksigen tinggi memberikan indeks pertukaran gas pulmonr yang cepat dan berguna. 1 . 6chocardiogram 1ni merupakan test nonin)asif yang sangat berguna untuk memperlihatkan abnormalitas anatomi dari $antung, menilai fungsi )entrikel dan gradien tekanan yang melalui katup yang mengalami stenosis, dan mendeteksi adanya regurgitasi )al)ular. 1ni dapat dilakukan di tempaat tidur pasien, tetapi memerlukan perlengkapan mahal dan operator yang terlatih. 1!. #emeriksaan khusus lain yang dapat dilakukan sesuai indikasi Perioperatif pada usia lanjut# Seseorang yang berumur .--/< tahundisebut usia lan$ut, begitu $uga usia 09-<9 tahun mereka $uga termasuk usia lan$ut. Secara fisiologis dmiana pengelompokkan umur sangat ber)ariasi, sebab semakin bertambah umur semakin rentan terhadap penyakit. Cariasi pengelompokkan umur ini di nyatakan oleh %merican society of %nesthesiologists physical status classification. 1ni diperkirakan lebih dari 199999 orang yang berumur lebih dari .tahun meniggal setelah operasi dalam tiap tahunnya.5ntuk itu dokter anestesi harus memperhatikan dan mencari informasi sebanyak mungkin informasi tentang kesehatan pasien sebelum operasi untuk dapat memilih obat yang tepat untuk digunakan sebagai obat anestesi, serta memperhatikan faktor-faktor yang dapat mempengariuhi ker$a obat sebagai upaya pembuktian sesudah operasi tentang kebenaran prosedur operasi yang telah dilakukan. 1. #emeriksaan #ersiapan 4perasi #emeriksaan yang la?im dilakukan adalah:

1"

%namnesis #emeriksaan fisis #emeriksaan penun$ang 2aboratorium: gula darah, fungsi gin$al, fungsi hati, darah perifer lengkap, hemostasis dan urin. :oto dada 6lektrokardiogram =ila perlu ekokardiogram untuk melihat fungsi $antung Spirometri untuk menilai fungsi paru 667 bila perlu. #emeriksaan tambahan pada pasien geriatri adalah: %cti)ity ;aily 2i)ing +%;2, scoring. ;engan pemeriksaan ini dapat ditentukan dera$at kemandirian seorang usila. #emeriksaan mental pasien. ;isini dapat ditentukan tingkat ke$ernihan pikiran pasien, apakah sudah menderita demensia ataupun pra- demensia. #enilaian #emeriksaan 4rganik

Setelah dilakukan pemeriksaan klinis dan ditambah dengan peme-riksaan penun$ang tadi, diagnosis dapat ditentukan demikian pula keadaan fungsional organ-organ dan selan$utnya dapat ditentukan apakah laik operasi atau tidak. Misalnya, $antung dalam keadaan terkompensasi, tidak nyata ada kelainan koroner, fungsi paru menurut hasil spirometri masih sesuai untuk batas umurnya, pada gambaran foto dada tidak ada infiltrat ataupun emfisema yang nyata, fungsi hati dan fungsi gin$al masih baik, begitu $uga tak ada kelainan pada hemostasis, maka pada pasien usila ini secara organis dapat dilakukan operasi. Aamun demikian, risiko operasi pada usila tetap lebih tinggi daripada usia muda, karena secara fisiologi sudah ter$adi proses menua. Menurut skoring 7oldman, usia lebih dari /9 tahun memiliki risiko lebih tinggi. #roses Menua 4rgan-organ #erubahan fisiologis ketuaan dapat mempengaruhi hasil operasi tetapi penyakit penyerta lebih berperan sebagai faktor risiko.

1-

Secara umum pada usila ter$adi penurunan cairan tubuh total dan lean body mass dan $uga menurunnya respons regulasi termal, dengan akibat mudah ter$adi intoksikasi obat dan $uga mudah ter$adi hipotermia. #ada kulit: ter$adi reepitelisasi yang melambat dan $uga )askularisasi berkurang sehingga penyembuhan luka lebih lama. Sistem kardio)askular: pada $antung ter$adi proses degeneratif pada sistem hantaran, sehingga dapat menyebabkan gangguan irama $antung. Katup mitral menebal, compliance )entrikel berkurang, relaksasi iso)olemik meman$ang, sehingga menyebabkan gangguan pengisian )entrikel pada fase diastolik dini, mengakibatkan ter$adinya hipotensi bila ter$adi dehidrasi, takiaritmia atau )asodilatasi. &ompliance arteri berkurang, se-hingga mudah ter$adi hipertensi sistolik. Sensiti)itas baroreseptor berkurang sehingaa menurunkan respons heart rate terhadap stres dan menurunnya kadar renin, angiotensin, aldosteron sehingga mudah ter$adi hipotensi. #aru dan sistem pernafasan: elastisitas $aringan paru berkurang, kontraktilitas dinding dada menurun, meningkatnya ketidak serasian antara )entilasi dan perfusi, sehingga mengganggu mekanisme )entilasi, dengan akibat menurunnya kapasitas )ital dan cadangan paru, meningkatnya pernafasan diafragma, $alan nafas menyempit dan ter$adilah hipoksemia. Menurunnya respons terhadap hiperkapnia, sehingga dapat ter$adi gagal nafas. #roteksi $alan nafas yaitu batuk, pembersihan mucociliary berkurang, sehingga berisiko ter$adi infeksi dan aspirasi. 7in$al: $umlah nefron berkurang, sehingga la$u filtrasi glomerulus +2:7, menurun, dengan akibat mudah ter$adi intoksikasi obat. Respons terhadap kekurangan Aa menurun, sehingga berisiko ter$adi dehidrasi. Kemampuan mengeluarkan garam dan air berkurang, dapat ter$adi o)erload cairan dan $uga menyebabkan kadar hiponatremia. %mbang rangsang glukosuria meninggi, sehingga glukosa urin tidak dapat dipercaya. #roduksi kreatinin menurun karena berkurangnya massa otot, sehingga meskipun kreatinin serum normal, tetapi 2:7 telah menurun.

1.

Saluran pencernaan: asam lambung sudah berkurang. Motilitas usus berkurang. (ati: aliran darah dan oksidasi mikrosomal berkurang, sehingga fungsi metabolisme obat $uga menurun. Sistem imun: fungsi sel ' terganggu dan ter$adi in)olusi kelen$ar timus, dengan akibat risiko infeksi. 4tak: semakin tua ter$adi atrofi serebri. (ipertrofi prostat menyebabkan retensi urin. #ada penilaian prabedah perlu memperhatikan keadaan organ-organ yang sudah mengalami proses menua ini. Misalnya terapi cairan harus diperhitungkan lebih teliti mengingat fungsi $antung dan fungsi gin$al yang sudah menurun dan pada usila harus diingat $uga bah*a )olume cairan tubuh sudah berkurang sehingga mudah ter$adi dehidrasi. #enyakit-penyakit penyerta pada usila harus diperhatikan, karena pasien geriatri umumnya sudah mengidap beberapa penyakit yang berhubungan dengan usia, yaitu: penyakit $antung kronis, hipertensi, penyakit paru obstruktif kronik/menahun, diabetes melitus dan lain-lain. #ada autopsi, /-F dari subyek yang berusia .9 tahun terdapat minimal satu stenosis koroner signifikan dan hanya setengah dari kasus-kasus ini yang bermanifestasi klinis. =egitu $uga dari penelitian :ramingham, ternyata hampir seperempat dari infark miokard adalah silent. Sedangkan penyakit-penyakit paru merupakan komplikasi utama dan penyebab kematian pasca bedah, seperti pneumonia, aspirasi, emboli paru dan salah satu faktornya adalah rokok dan penyakit paru sebelumnya terutama ##4K +#enyakit #aru 4bstruksi Kronik,. Semua penyakit penyerta ini hendaknya diobati atau ditenangkan lebih dahulu dan selama operasi harus $uga ikut dimonitor dan diatasi. #enanganan selama operasi ataupun pascabedah, harus memperhatikan kondisi organ-organ yang sudah menua ini, misalnya pemberian %nti 1nflamasi Aon Steroid +%1AS, per oral dapat mengakibatkan pendarahan lambung, *alaupun operasinya ber$alan sukses.

1/

. %spek %nestesi pada #asien 5sila %nestesi dapat menyebabkan dilatasi )ena, merangsang masuknya cairan ke dalam rongga ketiga +third space, dan $uga menekan fungsi $an-tung. Secara umum angka kematian akibat operasi tergantung dari empat faktor risiko utama, yaitu: 5sia #enyakit penyerta #rosedur bedah #era*atan perioperatif termasuk tindakan anestesi.

Mengenai usia tua, terdapat hubungan antara usia tua, penurunan fisiologis karena proses menua dan penyakit, tetapi penurunan fisiologis ini tidak semua sama pada setiap usila. =eberapa hal yang perlu diperhatikan pada perioperati)e care pasien usila, adalah: Rehidrasi, bila ter$adi dehidrasi 7angguan saluran cerna diatasi Mengatasi sepsis Mengatasi pendarahan +blood loss, bila ada Mengatasi edem pada gagal $antung kongestif Selain itu dalam rangka mana$emen anestesi ada prinsip dasar yang $uga harus diperhatikan dalam penanganan pasien usila, yaitu mengenai: ;osis obat, fisiologi setiap pasien, hemodinamik, hipotermia, $enis anestesi, monitoring, ge$ala- tanda klinik dan outcome, informed consent. !. #enilaian #rabedah Kasus 7eriatri Setelah lolos dari penilaian klinis dan penilaian pemeriksaan penun$ang terhadap organ-organ tadi, berikut dengan perhatian khusus terhadap kondisi proses menua dan penyakit-penyakit penyertanya, maka sekarang perlu dilakukan penelitian terhadap pemeriksaan khusus geriatri berupa skor %;2

10

dan -

tes

mental,

dan

$uga

penelusuran

kehidupan

dirumah.

;i sini dipertimbangkan : Ke$elasan indikasi operasi dan tu$uannya. #rogresi)itas penyakit dan keterbatasan yang diakibatkannya. Risiko operasi Kemungkinan timbul penyakit baru atau penyulit %pakah perbaikan kualitas hidup akan benar tercapai setelah operasi Kebutuhan pasien untuk mempertahankan secara maksimal akti)itas dan produkti)itasnya ;ana yang $uga ikut berperan bagi sebagian besar masyarakat kita. #enilaian-penilaian ini tidak sa$a berlaku untuk operasi elektif, tetapi $uga untuk operasi darurat. 'entu sa$a untuk operasi darurat perlu penilaian segera, *alaupun berisiko besar operasi tetap dilaksanakan demi untuk menyelamatkan $i*a. ". 'erapi &airan #encegahan dan inter)ensi dini adalah terapi paling efektif untuk dehidrasi. Strategi ini dapat dicapai melalui pendidikan atau penyuluhan pasien, keluarga, dan pengasuh orang usia lan$ut agar dapat mengidentifikasi pasien geriatri yang berisiko tinggi mengalami dehidrasi dan memahami perlunya inter)ensi terapi cairan sedini mungkin pada pasien pasien tersebut. #asien yang berisiko tinggi antara lain pasien dengan status kognitif yang terganggu+demensia atau depresi,, status fungsional yang terganggu +imobilitas, instabilitas,gangguan penglihatan,, tak mampu minum obat, mengalami gangguan kesehatan seperti diare atau panas +demam,.

1<

Persiapan Operasi %. %A%MA6S%. =. #6M6R1KS%%A :1S1K #emeriksaan fisik rutin meliputi: keadaan umum, kesadaran, anemis / tidak, ==, '=, suhu, tekanan darah, denyut nadi, pola dan frekuensi pernafasan. ;ilakukan penilaian kondisi $alan nafas yang dapat menimbulkan kesulitan intubasi &. #6M6R1KS%%A 2%=4R%'4R15M ;arah : (b, (t, hitung $enis lekosit, golongan darah, *aktu pembekuan dan perdarahan 5rine : protein, reduksi, sedimen :oto thorak : terutama untuk bedah mayor 6K7 : rutin untuk umur 8 "9 tahun 6lekrolit + Aatrium, Kalium, &hlorida , ;ilakukan pemeriksaan khusus bila ada indikasi ,misal:

6K7 : pada anak dan de*asa G "9tahun dengan tanda-tanda penyakit kardio)askuler. :ungsi hati + bilirubin, urobilin dsb , bila dicurigai adanya gangguan fungsi hati.

:ungsi gin$al +ureum, kreatinin , bila dicurigai adanya gangguan fungsi gin$al. PER$IAPA% DI &ARI OPERA$I 1. #engosongan lambung, penting untuk mencegah aspirasi isi lambung karena regurgitasi / muntah. 5ntuk de*asa dipuasakan .-0 $am sebelum operasi , sedang anak / bayi "-- $am. . 'entang pemberian cairan infus sebagai pengganti defisit cairan selama puasa, paling lambat 1 $am sebelum operasi operasi , untuk bayi / anak dengan rincian : H 1 $am 1 H 1 $am 11 H 1 $am 11 !. ". -. .. 1. : -9F : -F : -F +de*asa, atau ! $am sebelum

7igi palsu / protese lain harus ditanggalkan sebab dapat menyumbat $alan nafas dan mengganggu. #erhiasan dan kosmetik harus dilepas /dihapus sebab akan mengganggu pemantauan selama operasi. #asien masuk kamar bedah memakai pakaian khusus, bersih dan longgar dan mudah dilepas Mintakan i$in operasi dari pasien atau keluarganya Sudah terpasang $alur / akses intra)ena menggunakan i) catheter ukuran minimal 10 atau menyesuaikan keadaan pasien dimana dipilih ukuran yang paling maksimal bisa dipasang.

Penatalaksanaan

. !.

;ilakukan pemasangan monitor tekanan darah, nadi dan saturasi 4 ;ilakukan pemeriksaan fisik ulang, $ika ditemukan perubahan dan tidak memungkinkan untuk dilakukan pembedahan elektif maka pembedahan dapat ditunda untuk dilakukan pengelolaan lebih lan$ut.

".

3ika pasien gelisah /cemas diberikan premedikasi : Mida?olam dosis 9,9/ I 9,1mg/kg== iv

#ada anak S% 9,91I9,91- mg/kg== J mida?olam 9,1mg/kg== J ketamin ! I -mg/kg== im atau secara intra vena S% 9,91 mg/kg== J mida?olam 9,9/ mg/kg==

-. ..

Sebelum dilakukan induksi diberikan oksigen . liter/menit dengan masker pre oksigenasi , selama - menit. 4bat induksi yang digunakan secara intra)ena : Ketamin + dosis 1 I mg/kg== ,

#enthotal +dosis " I - mg/kg== , #ropofol + dosis 1 I mg/kg== ,

/.

#ada penderita bayi atau anak yang belum terpasang akses intra)ena, induksi dilakukan dengan inhalasi memakai agent inhalasi yang tidak iritasi atau merangsang $alan nafas seperti halothane atau se)oflurane.

0. <.

Selama induksi dilakukan monitor tanda )ital + tekanan darah, nadi maupun saturasi oksigen , #ada kasus operasi yang memerlukan pemeliharan $alan nafas, dilakukan intubasi endotracheal tube. anestesi dilakukan dengan menggunakan asas trias

19. #emeliharaan

anestesia +balance anaesthesia , yaitu : sedasi, analgesi, dan relaksasi 11. #emeliharaan anestesi dapat menggunakan agent )olatile + halothane, enflurane, maupun isoflurane , atau '1C% + 'otal 1ntra)ena %nestesia , dengan menggunakan ketamin atau propofol. 1 . #ada pembedahan yang memerlukan relaksasi otot diberikan pemeliharaan dengan obat pelumpuh otot non depolarisasi. 1!. 6kstubasi dilakukan setelah penderita sadar. 1". Setelah operasi penderita dira*at dan dilakukan penga*asan tanda )ital secara ketat di ruang pemulihan. 1-. #enderita dipindahkan dari ruang pemulihan ke bangsal setelah memenuhi kriteria + Aldrete score 8 0 untuk penderita de*asa atau Stewart Score 8 untuk penderita bayi / anak , 1.. %pabila post-operasi diperlukan penga*asan hemodinamik secara ketat maka dilakukan di ruang intensif + 1&5 ,.

II# OPERA$I DAR'RAT ( E"ER)E% * + 1. . !. ;ilakukan perbaikan keadaan umum seoptimal mungkin sepan$ang tersedia *aktu. ;ilakukan pemeriksaan laboratorium standard atau pemeriksaan penun$ang yang masih mungkin dapat dilakukan. #ada operasi darurat, dimana tidak dimungkinkan untuk menunggu sekian lama, maka pengosongan lambung dilakukan lebih aktif dengan cara merangsang muntah dengan apomorfin atau memasang pipa nasogastrik. ". -. ;ilakukan induksi dengan metode rapid squence induction menggunakan suksinil kolin dengan dosis 1 I dengan operasi elektif. A%E$TE$I RE)IO%A, K4A'R% 1A;1K%S1 : 1. . !. ". -. .. /. 0. <. 19. 11. 1 . #enderita menolak 1nfeksi pada tempat penyuntikan 7angguan fungsi hepar Kerusakan syaraf 7angguan koagulasi 'ekanan intra cranial tinggi Sepsis #engguna obat antikoagulan #emakai pace maker #engguna obat tricyclic antidepresant, M%4 inhibitor %llergi obat anestesi lokal (ipertensi tak terkontrol mg /kg==. #emeliharaan anestesi dan monitoring anestesi yang lainnya sesuai

#rosedur

1. . !. ". -. .. /. 0. <.

;ilakukan oleh dokter spesialis anestesi ;ilakukan loading cairan koloid -99 cc untuk mencegah ter$adinya hipotensi ;ilakukan pengukuran ulang tanda )ital + tekanan darah, nadi dan saturasi oksigenK 'arik garis lurus melalui kedua crista iliaca , garis ini akan memotong )ertebra lumbal setinggi 2" atau 2"-2- interspace #osisi penderita duduk atau tidur miring untuk ibu hamil dian$urkan dalam posisi left lateral decubitus. ;ilakukan infiltrasi dengan anestesi lokal pada daerah puncture. ;ilakukan puncture pada 2 -!, 2!-" atau 2"-- interspace. 'ehnik puncture dapat dengan mid line approach atau paramedian approach 4bat anestesi lokal yang digunakan lidokain -F hiperbarik + lidodeER , atau bupi)akain 9,-F hiperbarik + bunascan 9,-F, decain 9,-F atau marcain 9,-F hiperbarik , untuk anestesi spinal sedangkan untuk anestesi epidural menggunakan bupi)acain isobarik + marcain 9,-F isobarik , atau le)obupi)acain isobarik + chirocain isobarik ,

19.

5ntuk memperpan$ang ker$a obat anestesi lokal dapat ditambahkan adrenalin atau catapres.

"onitoring ;ilakukan monitoring tanda-tanda )ital : tekanan darah , nadi dan saturasi secara kontinyu tiap ! menit. !omplikasi 1. . !. ;ini : hipotensi, mual-muntah, prekardial discomfort, menggigil, depresi nafas, total spinal, anafilaktik, hematom. 2ambat : sakit kepala, sakit punggung, retensi urine, meningitis, se>uelae neurology, chronic adhesi)e arachnoiditis. =lok tidak adekuat

"

Pengobatan komplikasi 1. . !. ". -. (ipotensi : efedrin 1- mg i) atau pre)entif pada m. deltoideus 1- I 9 mg im Menggigil : pethidine - mg i) atau largactil 19 1- mg i) Ke$ang : pentotal -! mg/kg== i) atau dia?epam 9, mg/kg== i) Kesadaran menurun : bebaskan $alan nafas, infus kristaloid, beri 4 Sakit kepala : tidur terlentang, cairan, analgetik, epidural blood patch + - I 9 cc ,, pengikat perut / stagen. A%E$TE$I PADA DIA-ETE$ "E,,IT'$ ( D" + Pengertian ;iabetes melitus adalah ketidakmampuan metabolisme karbohidrat karena defisiensi aktifitas insulin ditandai dengan hiperglikemia dan glikosuria !riteria Diagnosa 1. . !. Kadar glukosa darah se*aktu + plasma )ena , 8 99 mg/dl atau Kadar glukosa darah puasa + plasma )ena , 8 1 . md/dlatau Kadar glukosa plasma 8 99 mg/dl pada $am sesudah pembebanan glukosa

/- gram pada ''74 D" terkontrol : gula darah .// 0 1// mg2 D" tak terkontrol: gula darah 3 .// mg2 atau 4 5// mg2 Persiapan Operasi #emeriksaan gula darah berkala sebelum MRS #enilaian keadaan metabolik, $antung, gin$al + elektrolit, gula darah, kreatinin, =5A, protein urine, benda keton, 6K7, faal hepar , ;iabetes melitus terkendali dengan 4%;/diet, pembedahan kecil/sedang yang diperkirakan dapat intake peroral pasca bedah, tidak perlu kon)ersi 4%; ke insulin.

Kadar gula darah pra bedah dipertahankan antara 1 9 I 109 mg/dl + sampel darah B= atau 1"9 mg/dl + puasa , dan 99 mg/dl + diperiksa plasma. $am ## , bila yang

5ntuk pasien dengan regimen insulin

L #ada hari pembedahan infus ;-F dengan kecepatan 199 I 1-9 ml / $am L ;iberikan insulin M sampai /! dosis yang biasa digunakan subkutan L Kadar gula darah diperiksa berkala setiap " $am selama pembedahan dan pasca bedah L #asca bedah dini diberikan insulin M sampai 1/! dosis sehari-hari. L 'ambahan insulin dapat diberikan setiap " I . $am bergantung pada hasil pemeriksaan kadar gula darah. 7ula darah 99 I -9 mg/dl 7ula darah -9 I !99 mg/dl 7ula darah !99 I "99 mg/dl setelah 1 I $am 7ula darah 8 "99 mg/dl 1 $am #remedikasi dengan histamin antagonis atau metokloperamide 19 mg terutama pada pasien gastroparesis, 1,- $am sebelum induksi. 'entukan urgensi operasi : ;M tidak terkontrol : 1. 6lektif : tunda, terapi dulu . 6mergensi : segera terapi : (ipoglikemia : ;eEtrosa -F (iperglikemia : : 1nsulin 19 unit, periksa gula darah setiap : 1nsulin I ! unit subkutan + R1 ,

: 1nsulin ! I " unit subkutan + R1 , : 1nsulin - I 0 unit, periksa gula darah

Ketonuria G J N insulin loading dose 9,1 5/kg== i), lan$utkan drips 9,1 5/kg/$am sampai gula darah -9 mgF Ketonuria 8 J N insulin loading dose 9,! 5/kg i), lan$utkan drips: 9,1 5/kg/$am KJ 9 me>/$am

%tau sliding scale : tiap urine J1 N beri reguler insulin " 5 : dapat dilakukan operasi

;M terkontrol Rehidrasi

"onitoring 'ekanan darah, Aadi, 6K7, Saturasi 41 , )ula darah,'rine Output

Tehnik Anestesi 1. . O O O Regional %nestesi 7eneral %nestesi #remedikasi 1nduksi Maintenance : atropine + kecuali 1(; , dan ben?odiasepin : #enthotal dan atracurium : A 4, 4 , atracurium dan isoflurane

!omplikasi Pas6a Anestesi 7 7 7 (ipo /hiperglikemia 1skemi / infark miokard &oma persisten PE%ATA,A!$A%AA% A%E$T&E$I PADA PE%DERITA PRE8E!,A"P$IA 9 E!,A"P$IA !riteria Diagnosa O O Preeklampsia Kehamilan 8 9 minggu 'ekanan distolik 8 119 mm(g pada *anita dengan tekanan darah yang

normal sebelumnya

O O

#roteinuria 4edema Pre eklampsia berat

'ekanan darah sistolik 8 1.9 mm(g atau diastolik 8 119 mm(g saat istirahat atau sistolik 8 1"9 mm(g atau diastolik 8 <9 mm(g yang disertai keadaan sebagai berikut : O O O #roteinuria 8- g/ " $am atau urine dipstick !J / "J 4liguria : G !9 ml /$am selama ! $am berturut-turut 7e$ala sistemik : edema paru, nyeri kuadran kanan atas, gangguan fungsi

hepar, sakit kepala, pandangan kabur atau trombocitopenia Problem (ipo)olemia, )asokontriksi N hipertensi , edema Persiapan Operasi 1. %tasi hipertensi : a. (idrala?ine : .- I - mg i) lambat setiap 1- I 9 menit dalam ! dosis. Sampai diastolic G 119 mm(g. b. 2abetolol : 9 mg i) kemudian dititrasi setiap 19 - 1- menit . !. ". 4ksigen : untuk mempertahankan #a4 8 /9 torr dan saturasi 8 <"F #erbaiki sirkulasi organ )ital Koreksi : hipoalbumin, elektrolit, asidosis

'ehnik %nestesi 1. Regional anestesi : terpilih epidural anestesi N memperbaiki renal dan uteroplacental blood flow, kontrol tekanan darah ibu lebih mudah, membantu stabilitas cardiac output . )eneral anestesi : Rapid induction 1ndikasi : eklampsia dengan ke$ang tak terkontrol

#remedikasi : atropine 9,91 mg/kg 1nduksi : penthotal !mg/kg i), succinilkolin 1-1,- mg/kgi)

"onitor

Maitenance

: A 4, 4 , enflurane, dan atracurium

:A, DI , gagal ginjal, gagal jantung Post operasi dilakukan obser;asi di ruang pera<atan intensif ( I ' +

<

PE%ATA,A!$A%AA% A%E$TE$I PADA PE%DERITA &IPERTE%$I Derajat hipertensi menurut standart =&O 1. . !. ". Ringan Sedang =erat (ipertensi maligna : diastole <9 I 19- mm(g : diastole 19- I 11- mm(g : diastole 8 11- mm(g : diastole 8 1!9 mm(g :

Prosedur $ebelum operasi tentukan Urgency operasi 1. Elektif . Emergen6> .# 1# 5# ?# @# ;iuretika (idrala?ine : - mg i), total 9 mg Aifedipin sublingual Aitropruside : 19 I 199 mg/mnt 'erapi hipertensi diteruskan men$elang praoperasi Rehidrasi, bila terdapat dehidrasi Koreksi bila ada gangguan : elektrolit, asam basa, ureum, kreatinin %tasi komplikasi Periksa : 6K7, foto thorak, 2aboratorium + elektrolit, asam basa, ureum,kreatinin, gula darah,kolesterol , : segera terapi preoperasi : tunda, terapi dulu sampai tensi G 1.9/199 mm(g

Persiapan operasi

Premedikasi : "idaAolam 9,9/ mg/kg im setengah $am sebelum operasi atau dengan neurolep analgesia : droperidol 9,1 I 9,1- mg/kgi) J pethidin 1 mg/kg i) atau fentanil 1ug/kg i).

!9

Tehnik Anestesi 1. )eneral anestesi . : I ,- mg/kg i) 1nduksi : pentotal " I -mg/kg i) atau propofol

#elumpuh otot : suksinilkolin 1 I 1,- mg/kg i), atrakurium 9,-mg/kgi), )ecuronium 9,1 mg/kg i) atau rokuronium 9,. mg/kg i) 2idokain F 1,- mg/kg i) atau fentanil1 I ug/kg i)

Rumatan anestesi : A 4, 4 , isoflurane/se)oflurane, atrakurium / )ecuronium

Regional Anestesi : ;apat dilakukan sebelumnya di loading cairan dahulu 19 I 1- cc/kg bb. (indari spinal anestesi N dapat ter$adi herniasi otak karena kebocoran 2&S akibat peningkatan '1K

"onitor 'ekanan darah, Aadi, 6K7,produksi urine, dan perdarahan !omplikasi Paska Anestesi 1. . !. Kardio)askuler : &%;, 2C(, &(:, ;ysritmia Reno)askuler Aeuro)askuler : Renal insuffisiensi : gangguan neurologis, stroke

!1

PE%ATA,A!$A%AA% A%E$T&E$I PADA PE%DERITA )A%))'A% F'%)$I &ATI Persiapan preoperasi Pemeriksaan pre operasi 1. 6K7 . :oto thorak !. =7% ". 2aboratorium : (omeostasis glukosa Metabolisme bilirubin Sintesa protein Sintesa protrombine 2i)er function test ;arah %uto antigen :ungsi gin$al : : beri deEtrose -F : bila 8 9 mgF berikan manitol 9F : 9, - - 1 g/kg : gula darah : bilirubin : %lbumin : $umlah protrombin dan protrombin time : S74', S7#', 2;(, alkaliphospatase : (b, lekosit, diff count, &', =' : (bS%g : 5reum, creatinin, dan elektrolit :

!oreksi bila terdapat (ipoglikemia (iperbilirubinemia

per drips sampai diuresis 8 -9 ml/$am (ipoalbuminemia : bila G ! gF berikan albumin -F

;rfisiensi protrombin : )it K in$eksi 19 I 9 mg im tiap . $am 7angguan elektrolit 7angguan asam basa 5reum creatinin meninggi : dialisa

Persiapan Operasi Atasi : %scites : diuretika atau parasintesis

#erdarahan 71' bagian atas : endoskopi

1. 1#

%nemia 'erapi kortikosteroid Regional anestesi )eneral anestesi (indari (indari (indari #remedikasi 1nduksi Maintenance

: transfusi : berikan hidrokortison : 3ika tidak terdapat gangguan koagulasi : : obat depresi (=: + hepatic blood flo* , hepatotoksik, : succinilkolin, karena defisiensi kolinesterase : (alotan N hepatotoksik : atropin, ben?odiasepin : Ketamine 1 mg/kg i) dan atracurium 9,-mg/kg i) : Ketamin drips, 4 , atracurium

'ehnik %nestesi

obat yang di metabolisme dan ekskresi oleh hepar

"onitor
'ekanan darah, Aadi, 6K7, dan urine out put !omplikasi Pas6a Anestesi (epatorenal syndrome, enchepalopati, hipoglikemia

!!

PE%ATA,A!$A%AA% A%E$TE$I PADA PE%DERITA


DE%)A% ,A"-'%) PE%'& Problem .# 1# 5# .# 1# 1. . %spirasi isi lambung ;apat ter$adi Mendelsons syndrome : p(G ,- dan )olume 8 9,"ml/kg #articulate material dapat menyebabkan obstruksi $alan nafas #asang nasogastric tube =erikan ( antagonis: simetidin !99mg i) Regional anestesi 7eneral anestesi : Rapid induction atau a*ake intubation. 6kstubasi harus sadar penuh Tehnik rapid indu6tion . #rekurarisasi !. 1nduksi manu)er , ". Suksinilkolin 1 I 1,- mg/kg i) dan $angan diinflasi -. 1ntubasi, setelah terpasang 6'' cricoid pressure dihentikan. : 1. #re oksigenasi : ! I - menit , flo* / liter/mnt : dengan non depolarisasi muscle relaksan : setelah tertidur lakukan cricoid pressure + sellickPs

Persiapan operasi

Tehnik Anestesi

!"

#6A%'%2%KS%A%%A %A6S'6S1 #%;% #6A;6R1'%


&*PERT&*ROID Problem 'hyroid krisis akibat : 1. . 1. . !. ". -. . O O O #embedahan Medikal : insisi , manipulasi : stress psikis, agent anestesi )olatil, ketoasidosis, toksemia.

7e$ala krisis tiroid : (ipermetabolik : suhu 8 !<9 & , keringat berlebihan &ardio)askuler : takikardi, disritmia Respirasi Aeurologi : hiper)entilasi : gelisah, ke$ang

7astrointestinal : mual, muntah, diare 'unda dan terapi sampai euthyroid dengan : #'5 : initial dose /- 99 mg peros tiap 0 $am, kemudian !9 I 199 mg

626K'1:

tiap . I 0 $am 2ugol : I . tetes " kali sehari peros #ropanolol : 19 I .9 mg ! kali sehari per os

6M6R76A&Q Segera terapi dengan O O O Reserpin : Aa iodida : 1- gram i) drips, hambat sekresi hormon : ,- mg im, kurangi efek hormon terhadap target organ/

simpatolitik (idrokortison : 199-!99 mg i), dapat diulang sampai total 9,1 mg/kg sampai (R G <9/mnt #ersiapan operasi 1. . !. ". Koreksi hipertiroid Rehidrasi 'urunkan suhu Koreksi : elektrolit, asam basa

!-

#emeriksaan pre operasi 1. . !. ". O O 3alan nafas 2aboratorium rutin :oto ontgen leher 'hyroid function test : '! , '" dan 'S( #remedikasi : cegah takikardi 1nduksi : penthotal

Operasi Th>roid :

Maintanance : A 4, 4 , %tracurium, 1soflurane "onitor# 'ekanan darah, nadi, 6K7, saturasi 4 , temperatur !omplikasi paska anestesi 1. . !. Aer)us laringeal terputus trakeomalasia perlu trakeostomi 7landula parathyroid terangkat hipokalsemia terapi &a glukonas 19F 19!9ml Krisis tiroid

!.

PE%ATA,A!$A%AA% A%E$TE$I PADA $E TIO AE$ARIA "onitor 1. . !. Monitor tekanan darah setiap ! menit Respirasi dan nadi 'inggi blok

Komplikasi yang sering ter$adi : %A6S'6S1 R6714A%2 1. . !. 'otal blok spinal dilakukan monitoring tinggi blok secara baik =lok gagal / parsial dilan$utkan atau di kombinasi dengan general anestesi Ayeri kepala hebat + #;#( , dilakukan penyuntikan blood patch

%A6S'6S1 5M5M : 1. . #rosedur sama seperti penatalaksanaan anestesi umum dengan mempertimbangkan dua kehidupan yang harus diselamatkan #emberian obat yang cenderung mempengaruhi $anin diberikan setelah bayi lahir

!/

!EDO!ERA% PERIOPERATIF II

Dosen Pengampu : Dr# $udjito, $p# An#

Disusun Oleh : Dian %ur Fuadi $holihah *usri>ani

FA!',TA$ !EDO!TERA% PPD$ A%E$TE$IO,O)I DA% REA%I"A$I '%I:ER$ITA$ $E-E,A$ "ARET $'RA!ARTA 1/./

!0

Anda mungkin juga menyukai