Anda di halaman 1dari 30

Asuhan Keperawatan Pada Tn. Y.

M Dengan Diagnosa Medis


Efusi Pleura Sinistra Di Ruangan Irina C3 RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou

t tidak menular lainnya seperti diabetes melitus di indonesia


mencapai 2,0% pada usia penduduk ≥15 tahun, dan penyakit hipertensi
pada usia
penduduk ≥18 tahun mencapai 34,11% (Riskesdas, 2018b). Salah satu dampak
yang
dapat ditimbulkan penyakit gagal ginjal kronik adalah anemia. World
Health
Organization (2015) memperkira
t tidak menular lainnya seperti diabetes melitus di indonesia
mencapai 2,0% pada usia penduduk ≥15 tahun, dan penyakit hipertensi
pada usia
penduduk ≥18 tahun mencapai 34,11% (Riskesdas, 2018b). Salah satu dampak
yang
dapat ditimbulkan penyakit gagal ginjal kronik adalah anemia. World
Health
Organization (2015) memperkira

Disusun Oleh :
Nurul Inayah Jufri Sidik
711490113042
Profesi Ners

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES


MANADO 2023

B. Konsep Asuhan Keperawatan Efusi Pleura

1. Pengkajian

a. Identitas Pasien

Pada tahap ini meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat rumah,

agama atau kepercayaan, suku bangsa, bahasa yang dipakai,

status pendidikan dan pekerjaan pasien.

b. Keluhan Utama

Biasanya pada pasien dengan efusi pleura didapatkan keluhan

berupa : sesak nafas, rasa berat pada dada, nyeri pleuritik akibat

iritasi pleura yang bersifat tajam dan terlokasilir terutama pada

saat batuk dan bernafas serta batuk non produktif.

c. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien dengan effusi pleura biasanya akan diawali dengan adanya

tanda -tanda seperti batuk, sesak nafas, nyeri pleuritik, rasa berat

pada dada, berat badan menurun dan sebagainya.


d. Riwayat Penyakit Dahulu

Perlu ditanyakan apakah pasienpernah menderita penyakit seperti

TBC paru, pneumoni, gagal jantung, trauma, asites dan

sebagainya.Hal ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan

adanya faktor predisposisi.

e. Riwayat Penyakit Keluarga

Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita

penyakitpenyakit yang disinyalir sebagai penyebab effusi pleura

seperti Ca paru, asma, TB paru dan lain sebagainya.

f. Riwayat Psikososial

Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara

mengatasinya serta bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan

yang dilakukan terhadap dirinya.

g. Pengkajian Pola Fungsi

1) Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat

2) Adanya tindakan medis danperawatan di rumah sakit

mempengaruhi perubahan persepsi tentang kesehatan, tapi

kadang juga memunculkan persepsi yang salah terhadap

pemeliharaan

kesehatan.

3) Kemungkinan adanya riwayat kebiasaan merokok, minum

alcohol dan penggunaan obat-obatan bias menjadi faktor

predisposisi timbulnya penyakit.


4) Pola nutrisi dan metabolisme

5) Dalam pengkajian pola nutrisi dan metabolisme, kita perlu

melakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan untuk

mengetahui status nutrisi pasien.

6) Perlu ditanyakan kebiasaan makan dan minum sebelum dan

selama MRS pasien dengan effusi pleura akan mengalami

penurunan nafsu makan akibat dari sesak nafas dan

penekanan pada struktur abdomen.

7) Peningkatan metabolisme akan terjadi akibat proses penyakit.

pasien dengan effusi pleura keadaan umumnyalemah.

h. Pola eliminasi

Dalam pengkajian pola eliminasi perlu ditanyakan mengenai

kebiasaan defekasi sebelum dan sesudah MRS. Karena keadaan

umum pasien yang lemah, pasien akan lebih banyak bedrest

sehingga akan menimbulkan konstipasi, selain akibat pencernaan

pada struktur abdomen

menyebabkan penurunan peristaltik otot-otot tractus digestivus.

i. Pola aktivitas dan latihan

1) Akibat sesak nafas, kebutuhan O2 jaringan akan kurang


terpenuhi.

2) Pasien akan cepat mengalami kelelahan pada aktivitas


minimal.

3) Disamping itu pasien juga akan mengurangi aktivitasnya

akibat adanya nyeri dada.


4) Untuk memenuhi kebutuhan ADL nya sebagian kebutuhan

pasien dibantu oleh perawat dan keluarganya.

j. Pola tidur dan istirahat

1) Adanya nyeri dada, sesak nafas dan peningkatan suhu tubuh

akan berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan tidur dan

istirahat.

2) Selain itu, akibat perubahan kondisi lingkungan dari

lingkungan rumah yang tenang ke lingkungan rumah sakit,

dimana banyak orang yang mondar - mandir, berisik dan lain

sebagainya.

k. Pemeriksaan Fisik

1) Status Kesehatan Umum

Tingkat kesadaran pasien perlu dikaji, bagaimana penampilan

pasien secara umum, ekspresi wajah pasien selama dilakukan

anamnesa, sikap dan perilaku pasien terhadap petugas,

bagaimana mood pasien untuk mengetahui tingkat kecemasan

dan ketegangan pasien.

2) Sistem Respirasi

Inspeksi pada pasien efusi pleura bentuk hemithorax yang

sakit mencembung, iga mendatar, ruang antar iga melebar,

pergerakan pernafasan menurun. Pendorongan mediastinum

ke arah hemithorax kontra lateral yang diketahui dari posisi

trakhea dan ictus kordis. Pernapasan cenderung meningkat

dan pasien biasanya dyspneu.


a) Fremitus tokal menurun terutama untuk effusi pleura yang

jumlah cairannya > 250 cc. Disamping itu pada palpasi juga

ditemukan pergerakan dinding dada yang tertinggal pada dada

yang sakit.

b) Suara perkusi redup sampai pekak tegantung jumlah

cairannya. Bila cairannya tidak mengisi penuh rongga pleura,

maka akan terdapat batas atas cairan berupa garis lengkung

dengan ujung lateral atas ke medical penderita dalam posisi

duduk. Garis ini disebut garis EllisDamoisseaux. Garis ini

paling jelas di bagian depan dada, kurang jelas di punggung.

c) Auskultasi suara nafas menurun sampai menghilang. Pada

posisi duduk cairan makin ke atas makin tipis, dan dibaliknya

ada kompresi atelektasis dari parenkian paru, mungkin saja

akan ditemukan tanda tanda auskultasi dari atelektasis

kompresi di sekitar batas atas cairan.

3) Sistem Cardiovasculer

a) Pada inspeksi perlu diperhatikan letak ictus cordis, normal

berada pada ICS-5 pada linea medio klavikula kiri selebar

1 cm. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui ada

tidaknya pembesaran jantung.

b) Palpasi untuk menghitung frekuensi jantung (health rate)

harus diperhatikan kedalaman dan teratur tidaknya denyut

jantung, perlu juga memeriksa adanya thrill yaitu getaran

ictuscordis.
c) Perkusi untuk menentukan batas jantung dimana daerah

jantung terdengar pekak. Hal ini bertujuan untuk

menentukan adakah pembesaran jantung atau ventrikel

kiri.

d) Auskultasi untuk menentukan suara jantung I dan II

tunggal atau gallop dan adakah bunyi jantung III yang

merupakan gejala payah jantung serta adakah murmur

yang menunjukkan adanya peningkatan arus turbulensi

darah.

4) Sistem Pencernaan

a) Pada inspeksi perlu diperhatikan, apakah abdomen

membuncit atau datar, tepi perut menonjol atau tidak,

umbilicus menonjol atau tidak, selain itu juga perlu di

inspeksi ada tidaknya benjolan-benjolan atau massa.

b) Auskultasi untuk mendengarkan suara peristaltik usus

dimana nilai normalnya 5-35 kali per menit.

c) Pada palpasi perlu juga diperhatikan, adakah nyeri tekan

abdomen, adakah massa (tumor, feces), turgor kulit perut

untuk mengetahui derajat hidrasi pasien, apakah hepar

teraba.

d) Perkusi abdomen normal tympani, adanya massa padat

atau cairan akan menimbulkan suara pekak (hepar, asites,

vesikaurinarta, tumor).
e) Sistem Neurologis

Pada inspeksi tingkat kesadaran perlu dikaji Disamping

itu juga diperlukan pemeriksaan GCS, apakah

composmentis atau somnolen atau comma. Pemeriksaan

refleks patologis dan

refleks fisiologisnya.Selain itu fungsi-fungsi sensoris juga

perlu dikaji seperti pendengaran, penglihatan, penciuman,

perabaan dan pengecapan.

f) Sistem Muskuloskeletal

Pada inspeksi perlu diperhatikan adakah edema

peritibial.Selain itu, palpasi pada kedua ekstremetas untuk

mengetahui tingkat perfusi perifer serta dengan

pemerikasaan capillary refiltime. Dengan inspeksi dan

palpasi dilakukan pemeriksaan kekuatan otot kemudian

dibandingkan antara kiri dan kanan.

g) Sistem Integumen

Inspeksi mengenai keadaan umum kulit higiene, warna

ada tidaknya lesi pada kulit, pada pasien dengan efusi

biasanya akan tampak cyanosis akibat adanya kegagalan

sistem transport oksigen. Pada palpasi perlu diperiksa

mengenai kehangatan kulit (dingin, hangat, demam).

Kemudian tekstur kulit (halus-lunakkasar) serta turgor

kulit untuk mengetahui derajat hidrasi seseorang,


2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai

seseorang, keluarga atau masyarakat sebagai akibat dari masalah

kesehatan atau proses kehidupan yang aktual ataupun potensial.

Diagnosa keperawatan merupakan dasar dalam penyusunan rencana

tindakan asuhan keperawatan (Dinarti & Mulyanti, 2017).

Adapun dignosa yang diangkat dari masalah sebelum

dilakukan tindakan infasif adalah:

a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambata upaya nafas

(kelemahan otot nafas) (D.0005)

b. Nyeri akut berhubungan denganagen pencedera fisiologis

(inflamasi, iskemia, neoplasma) (D.0077)

c. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidak seimbangan

antara suplai dan kebutuhan oksigen (D.0056)

3. Intervensi Keperawatan

Intervensi yang dapat dilaksanakan oleh perawat berdasarkan

standard intervensi keperawatan Indonesia (SIKI) :

a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambata upaya nafas.

(D.0005)

1) Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan

pola nafas membaik.

2) Kriteria hasil

a) Dyspnea menurun
b) Penggunaan otot bantu nafas menurun

c) Pemanjangan fase ekspirasi menurun

d) Otopnea menurun

e) Pernapasan pursed-lip menurun

f) Frekuensi nafas membaik

3) Intervensi

Observasi
a) Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas)

b) Monitor bunyi nafas tambahan (mis. Gurgling, mengi,

wheezing , ronchi kering)

Terapeutik
a) Pertahankan kepatenan jalan nafas head-tilt dan chin-lift

(jawthrust jika curiga trauma sevikal)

b) Posisikan semi-fowler atau fowler

c) Berikan oksigen jika perlu

Edukasi

a) Ajarkan teknik batuk efektif

Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian bronkodilator,ekspektoran, mukolitik,

jika perlu.

b. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis

(inflamasi, iskemia, neoplasma) (D.0077)

1) Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan

nyeri menurun

2) Kriteria hasil :
a) Keluhan nyeri menurun

b) Melaporkan nyeri terkontrol meningkat

c) Meringis menurun

d) Penggunaan analgetik menurun

e) Tekanan darah membaik

3) Intervensi

Observasi
a) Identifikasi skala nyeri

b) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,

intensitas nyeri.

Terapeutik
a) Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri

b) Pertimbangan jenis dan sumber nyeri dalam pemiihan

strategi meredakan nyeri

Edukasi

a) Anjurkan tekhnik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa


nyeri

Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

c. Intoleransi aktifitas (D.0056)

1) Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawaan diharapkan

akitifitas pasien meingkat

2) Kriteria hasil

a) Kemudahan melakukan aktifitas

b) Dyspnea saat beraktifitas menurun


c) Dspnea setelah beraktifitas menurun

d) Perasaan lemah menurun

e) Tekanan darah membaik

f) Frekueni nadi membaik

3) Intervens

i Observasi

a) Identifkasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan


kelelahan

b) Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan


aktifitas

Terapeutik
a) Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis.

Cahaya, suara, kunjungan)

Edukasi
a) Anjurkan tirah baring

b) Melakukan aktvitas secara bertahap

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi adalah berkesinambungan dan interaktif dengan

komponen lain dari proses keperawatan. Selama implementasi,

perawat mengkaji kembali pasien, modifikasi rencana asuhan, dan

menuliskan kembali hasil yang diharapkan sesuai kebutuhan. Untuk

implementasi yang efektif, perawat harus berpengetahuan banyak

tentang tipe-tipe intervensi, proses implementasi dan metode

implementasi. Ada tiga fase implementasi keperawatan yaitu :


a. Fase persiapan, meliputi pengetahuan tentang rencana, validasi

rencana, pengetahuan dan keterampilan mengimplementasikan

rencana, persiapan pasien dan lingkungan.

b. Fase operasional, merupakan puncak implementasi dengan

berorientasi dengn tujuan. Implementasi apat dilakukan dengan

intervensi indeoenden, dependen atau interdependen

c. Fase terminasi, merupakan terminasi perawat dengan pasien

setelah implementasi dilakukan (potter and pery, 2005)

5. Evaluasi Keperawatan

Fase terakhir proses keperawatan adalah evaluasi terhadap asuhan

keperawatan yang diberikan. Hal yang dievaluasi adalah keakuratan

dan kualitas data, teratasi atau tidaknya maslah pasien, serta

pencapaian tujuan serta ketepatan ntervensi keperawatan.

Tujuan evaluasi adalah untuk memberikan umpan balik rencanaa

keperawatan, menilai dan meningkatkan mutu pelayanan

keperawatan melalui perbandingan pelayanan keperawatan mutu

pelayanan keperawatan yang diberikan serta hasilnya dengan standar

yang telah ditentukan terebih dahulu.


2. Pathway
Asuhan Keperawatan Pada Tn. Y. M Dengan Diagnosa Medis
Efusi Pleura Sinistra Di Ruangan Irina C3 RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou

I. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Identitas Pasien
Nama : Tn.Y.M
Umur : 55 Tahun
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status : Menikah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Petani
Suku Bangsa : Mongondow
Alamat : Inobonto
Tanggal Masuk : 26-9-2023
Tanggal Pengkajian : 2-10-2023
No. Register : 00138594
Diagnosa Medis : Efusi Pleura Sinistra
b. Identitas Penanggung Jawab

Nama : Ny.A
Umur : 53 Tahun
Hub. Dengan Pasien : Istri
Pekerjaan : IRT
Alamat : Inobonto
2. Status Kesehatan

a. Status Kesehatan Saat Ini

1) Keluhan Utama (Saat MRS dan saat ini) : sesak

2) Alasan masuk rumah sakit dan perjalanan penyakit saat ini:


pasien masuk dengan keluhan sesak nafas dirasakan sejak 2 minggu lalu hilang
timbul. Sesak memberat bila berjalan jauh, batuk (+) sejak 2 minggu lalu, kering.
Demam sejak 1 minggu lalu. Penurunan BB 11kg dalam waktu 6 bulan. Pasien
kadang merasa nyeri di daerah tengah. Nafsu makan menurun. Nyeri BAK (+).
pasien mengatakan nyeri dada bagian bawah kanan kiri sejak 10 bulan lalu
memberat sejak 2 minggu terakhir
3) Riwayat penyakit dahulu : hipertensi, DM, penyakit ginjal, jantung

4) Alergi : tidak ada alergi obat dan makanan

5) Riwayat Penyakit Keluarga : tidak ada penyakit turunan

b. Diagnosa Medis dan therapy

Diagnosa : Efusi Pleura Sinistra

Therapy :

Nama obat Dosis Cara pemberian Indikasi


Ranitidin 2x50 mg (IV) Lambung
Asetilsistein 3x200 mg Oral Batuk
PCT 1gr/8 jam (IV) Nyeri & demam
Ondansentron 4mg/8 jam (IV) Mual muntah
Tramadol 100mg/8 jam (IV) Nyeri
O2 Nassal kanul 3 lpm Nassal kanul Pernafasan
Nacl 500 ml/20 tpm IVFD Cairan tubuh

c. Pola Kebutuhan Dasar

1. Pola Eliminasi

a) BAB

 Sebelum sakit : 1-2x sehari

 Saat sakit : 1x sehari

b) BAK

 Sebelum sakit : 3-5x sehari

 Saat sakit : 5-6x sehari

2. Pola aktivitas dan latihan

a) Aktivitas
Kemampuan 0 1 2 3 4
Perawatan Diri

Makan dan minum 2

Mandi 2

Toileting 3

Berpakaian 2

Berpindah 3

0: mandiri, 1: Alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4:
tergantung total

d. Pengkajian Fisik

1. Keadaan umum : Lemah

Tingkat kesadaran : Composmetis

GCS : E4V5M6

2. Tanda-tanda Vital : Nadi = 60x/menit Suhu = 36,20C TD = 120/65 mmHg


RR = 18x/menit

3. Keadaan fisik : BB = 44 kg TB = 160 cm Resiko jatuh = 12 (resiko tinggi)


Skala nyeri = 3

 Kepala: Konjunctiva, anemis +/+, sklera ikterik -/-


 Leher: Benjolan-, nyeri tekan –
 Cor: Inspeksi; ictus cordis tidak terlihat, Palpasi : ictus cordis tidak teraba,
Perkusi; batas jantung kanan ICS IV linea parasternal dekstra, Batas
jantung kiri ICS V linea midclavicularis sinistra, Auskultasi: s1-2 reguler,
murmur-, gallop (-)
 Pulmo: Inspeksi; simetris kiri dan kanan, Palpasi: stem fremitus kiri =
kanan, Perkusi; sonor pada kedua lapang paru, Auskultasi; Sp.
 Vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-

 Abdomen: Inspeksi; datar, Auskultasi: bising usus normal, Perkusi:


timpani, Palpasi: nyeri tekan epigastrium + minimal, nyeri tekan
suprapubic -, hepar dan lien tidak teraba
 Ekstermitas: Akral hangat, edema -/-
e. Pemeriksaan Penunjang

1. Data laboratorium yang berhubungan

Tgl dan Jam Jenis Hasil Harga Normal Satuan Interpretasi


Pemeriksaan pemeriksaan

03-10-2023 Eritrosit 3,57 4,70-6,10 10^6/uL Rendah


11:38:06 Hemoglobin 9,7 13,0 -16,3 g/dL Rendah
Leukosit 10,0 4.0-10.0 /mm3 Normal
Trombosit 428.000 150.000-450.000 10^3/uL Normal
Hematokrit 29,7 39,0-51,0 % Rendah
SGOT (AST) 34 <33 U/L Tinggi
SGPT (ALT) 50 <43 U/L Tinggi

2. Pemeriksaan radiologi

Foto Thorax AP:

 Perselubungan memenuhi hemithorax kiri,


menutupi sinus-diafragma kiri dan batas
kiri jantung. Trakea sedikit terdorong
ke sisi kanan
 Cor : bentuk dan ukuran sulit dievaluasi
 Sinus costophrenicus dan diafragma
kanan baik
 Tulang-tulang intak
 Efusi pleura masif sinistra DD/ malignancy
B. ANALISA DATA

Data Etiologi Masalah


Ds : -pasien mengatakan sesak Hambata upaya nafas pola napas tidak efektif
berkurang (kelemahan otot nafas) (D.0001)
Do :
- batuk (+)
-pasien menggunakan O2 NC 3 lpm
-suara pernapasan vesikuler
-RR 22x/menit

Ds : Pencedera fisiologis (inflamasi, Nyeri akut


pasien mengatakan nyeri dada iskemia, neoplasma) (D.0077)
bagian bawah kanan kiri sejak 10
bulan lalu memberat sejak 2 minggu
terakhir, nyeri hilang timbul, nyeri
seperti tertusuk-tusuk

Do :
-pasien tampak meringis dan gelisah
-Nadi 78x/menit
-TD 96/64 mmHg

Ds : Ketidak seimbangan antara Intoleransi aktivitas


-Klien mengeluh lemah badan suplai dan kebutuhan oksigen (D.0056)

Do :
- HB 9,7 g/dL
-Adl dibantu keluarga dan perawat
-pasien terpasang nasal kanul 3 lpm

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambata upaya nafas


(kelemahan otot nafas)
2. Nyeri akut berhubungan denganagen pencedera fisiologis (inflamasi,
iskemia, neoplasma)
3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen
D. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Rencana Perawatan TTD


No Dx
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
(D.0011) Pola napas (L.01004) Pemantauan respirasi
Setelah dilakukan intervensi Jam 14.00
keperawatan selama 3x24 jam Observasi
diharapkan pola napas 1. Monitor tanda-tanda vital (nadi dan
membaik, dengan kriteria pernapasan) / 8 Jam setiap shift,
hasil: jika perlu
-dispnea menurun 2. Monitor kualitas, frekuensi, dan
-penggunaan otot bantu napas kedalaman pernapasan, serta
menurun melaporkan setiap perubahan yang
-frekuensi napas membaik terjadi / 8 jam setiap shift
Terapeutik
3. Pertahankan posisi pasien semi
fowler
4. Bantu dan ajarkan klien teknik
relaksasi napas dalam / 8 jam setiap
shift
Kolaborasi
5. Berikan oksigen 4 lpm, pertahankan
6. Kolaborasi dengan tim medis lain
untuk pemberian obat- obatan
- Inj. Ranitidine 50mg
- Asetilsistein 200mg
- Inj. Ondansentron 4mg
(D.0077) Tingkat nyeri (L.08066) Managemen nyeri
Setelah dilaksakan tindakan Observasi
asuhan keperawatan selama 1. Identifikasi lokasi, katakteristik,
3x24 jam diharapkan nyeri durəsi, fekuensi, kualitas, intensitas
pinggang pasien menurun, ayeri /8 Jam setiap shift, jika perlu
dengan kriteria hasil: 2. Identifikasi skala nyeri /8 Jam
-keluhan nyeri menurun setiap shift, jika perlu
-meringis menurun 3. Identifikasi respon nyeri non
-frekuensi nadi membaik verbal /8 Jam setiap shift, jika perlu
-pola napas membaik 4. Identifikasi faktor yang
memperberat dan memperingan
nyeri /8 Jam setiap shift, jika perlu
Teapeutk
1. Bantu dan ajarkan klien teknik
relaksasi napas dalam / 8 jam setiap
shift
2. fasilitasi istirahat dan tidur klien
Kolaborasi
7. Kolaborasi dengan tim medis lain
untuk pemberian obat- obatan
- Inj. PCT 1gr
- Inj. Tramadol 100mg
(D.0056) Toleransi Aktivitas Manajemen energi
(L.05047) (I.05178)
Setelah dilakukan intervensi Observasi
keperawatan selama 3x24 jam 1. Monitor pola dan jam tidur tiap
diharapkan toleransi aktivitas shift
meningkat, dengan kriteria 2. Monitor kelelahan fisik dan
hasil: emosional klien tiap shift
-frekuensi nasi meningkat Edukasi
-kemudahan dalam 1. Anjurkan klien melakukan aktivitas
melakukan aktivitas sehari- secara bertahap pada pagi hari
hari Terapeutik
-keluhan lelah menurun 1. Melatih rentang gerak pasif
-perasaan lemah dan/atau aktif klien tiap shift
-aritmia setelah aktivitas Kolaborasi
-frekuensi napas membaik -Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
-EKG iskemia cara meningkatkan asupan makanan
E. IMPLEMENTASI dan EVALUASI

No Tanggal Implementasi Evaluasi


Dx dan Jam
1 02/10/2023 14.00 WITA 20.00 WITA
- Monitor TTV /8jam S : klien mengatakan sesak
setiap shift berkurang
Hasil : O : Batuk (+)
TD : 96/64 Suara pernapasan vesikuler
S : 38,1 KU sedang, Kes CM
N : 78 TD : 100/70mmHg
R : 22 S : 37,5oC
- Melakukan posisi semi N :90 x/menit
fowler dan menjelaskan RR : 22x/menit
manfaatnya SpO2 97% NC 3 lpm
- Running NaCl 20 tpm A : Masalah belum teratasi
Hasil: tidak ada P : Intervensi dilanjutkan
bengkak di IV
- Memberikan injeksi
Ranitidin 50 mg
- Pertahankan pemberian
oksigen 4 lpm NC
Hasil: oksigen berjalan
lancar, tidak ada
konstruksi, pasien
tampak nyaman
- Pemeriksaan saturasi
oksigen
Hasil: 92%
2 2/10/2023 15.00 WITA 20.00
- Monitor nyeri /8 jam S : klien mengatakan nyeri
setiap shift dibagian dada dan nyeri saat
Hasil: menelan
P= nyeri dada P= nyeri dada
Q= tertusuk-tusuk Q= tertusuk-tusuk
R=dada bagian bawah R= dada bagian bawah kanan
kanan kiri kiri
S= 3 S= 2
T= hilang timbul T= hilang timbul
- Mengajarkan teknik O : KU lemah, Kes CM
relaksasi napas dalam A : Masalah belum teratasi
Hasil : klien dapat P : Intervensi dilanjutkan
mempraktekkan teknik
relaksai napas dalam
- Berikan Paracetamol 1
tablet 500mg
Hasil: obat diminum
dengan air putih 100 cc
- Memberikan Inj.
Tramadol 100mg
3 2/10/2023 14.00 WITA 20.00 WITA
- Monitor tekanan S : klien mengatakan lemah badan
darah /8 jam per shift O : KU lemah, Kes CM
Hasil : 96/64 mmHg ADL dibantu istri
- Anjurkan keluarga A : Masalah belum teratasi
membatasi pengunjung P : Intervensi dilanjutkan
Hasil : keluarga klien
mengikuti arahan
perawat
- Edukasi klien untuk
melakukan aktivitas
motorik
Hasil : klien tampak
lemah
SATUNAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
EFUSI PLEURA
Topik : Efusi Pleura
Sasaran : Tn.Y.M
Hari, Tanggal : Rabu, 4 Oktober 2023
Tempat : Ruang C3
Waktu : 30 Menit
Penyuluh : Nurul Inayah Jufri Sidik

1. Tujuan instruksional umum


Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan Tn.D mengetahui Dan
memahami tentang konsep dasar Efusi Pleura.
2. Tujuan instruksional khusus
1) Mengetahui dan memahami definisi dari Efusi Pleura
2) Mengetahui dan memahami klasifikasi dari Efusi Pleura
3) Mengetahui dan memahami penyebab dari Efusi Pleura
4) Mengetahui dan memahami menifestasi klinis dari Efusi Pleura
5) Mengetahui dan memahami penatalaksanaan dari Efusi Pleura
6) Mengetahui dan memahami komplikasi dari Efusi Pleura
3. Materi :
1) Definisi Efusi Pleura
2) Klasifikasi Efusi Pleura
3) Penyebab Efusi Pleura
4) Menifestasi Klinis Efusi Pleura
5) Penatalaksanaan Efusi Pleura
6) Komplikasi Efusi Pleura
4. Metode
1) Ceramah
2) Tanya jawab
5. Media
1) Leaflet
6. Evaluasi
1) Kriteria Evaluasi
Diharapkan Tn.D dapat menjelaskan kembali :
(1) Definisi Efusi Pleura
(2) Klasifikasi Efusi Pleura
(3) Penyebab Efusi Pleura
(4) Menifestasi Klinis Efusi Pleura
(5) Penatalaksanaan Efusi Pleura
(6) Komplikasi Efusi Pleura
7. Kegiatan Penyuluhan

No Waktu Kegiatan penyuluhan Kegiatan peserta

1. 3 menit Pembukaan :
1. Membuka dengan 1. Menjawab salam
mengucap salam dan 2. Mendengar dan
memperkenalkan diri . memperhatikan
2. Menjelaskan tujuan
dari penyuluhan
3. Menyebutkan materi
yang akan
disampaikan
15 menit Pelaksanaan : 1. Mendengarkan dan
1) Definisi Efusi Pleura memperhatikan
2) Klasifikasi Efusi
Pleura
3) Penyebab Efusi Pleura
4) Menifestasi Klinis
Efusi Pleura
5) Penatalaksanaan Efusi
Pleura
6) Komplikasi Efusi
Pleura
2. 10 menit Evaluasi : 1. Menjawab
Menanyakan kepada pertanyaan
peserta tentang materi
yang sudah disampaikan,
meminta klien untuk
menggulanggi.

3. 2 menit Terminasi : 1. Mendengar


1. Mengucapkan 2. Menjawab salam
terima kasih
2. Mengucapkan
salam penutup

8. Referensi :
Brunner &Suddarth. (2002). Keperawatan Medikal Bedah. EGC. Jakarta
Carpenito-Moyet, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan.
Jakarta:EGC.
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman
untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.
Jakarta : EGC.
Mubarak, Wahit Iqbal & Cahyani, Nurul. 2007. Kebutuhan Dasar.
Jakarta : EGC
Palangka Raya, 18 Januari 2018

MATERI PUNYULUHAN
EFUSI PLEURA
1. Definisi
Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat cairan berlebihan di rongga
pleura, dimana kondisi ini jika dibiarkan akan membahayakan jiwa penderitanya.
2. Klasifikasi
Berdasarkan jenis cairan yang terbentuk, cairan pleura dibagi menjadi
transudat, eksudat dan hemoragis
Berdasarkan lokasi cairan yang terbentuk, efusi dibagi menjadi unilateral dan
bilateral. Efusi yang unilateral tidak mempunyai kaitan yang spesifik dengan
penyakit penyebabnya akan tetapi efusi yang bilateral ditemukan pada penyakit-
penyakit dibawah ini :Kegagalan jantung kongestif, sindroma nefrotik, asites,
infark paru, lupus eritematosus systemic, tumor dan tuberkolosis.
3. Penyebab
1) Transudat dapat disebabkan oleh kegagalan jantung kongestif (gagal
jantung kiri), sindroma nefrotik, asites (oleh karena sirosis kepatis),
syndroma vena cava superior, tumor, sindroma meig.
2) Eksudat disebabkan oleh infeksi, TB, preumonia dan sebagainya, tumor,
ifark paru, radiasi, penyakit kolagen.
3) Effusi hemoragis dapat disebabkan oleh adanya tumor, trauma, infark
paru, tuberkulosis.
4. Menifestasi klinis
1) Batuk
2) Dispnea bervariasi
3) Adanya keluhan nyeri dada (nyeri pleuritik)
4) Pada efusi yang berat terjadi penonjolan ruang interkosta.
5) Pergerakan dada berkurang dan terhambat pada bagian yang mengalami
efusi.
6) Perkusi meredup diatas efusi pleura.
7) Egofoni diatas paru yang tertekan dekat efusi.
8) Suara nafas berkurang diatas efusi pleura.
9) Fremitus fokal dan raba berkurang.
10) Jari tabuh merupakan tanda fisik yang nyata dari karsinoma bronkogenik,
bronkiektasis, abses dan TB paru.
5. Penatalaksanaan
Pada efusi yang terinfeksi perlu segera dikeluarkan dengan memakai pipa
intubasi melalui selang iga. Bila cairan pus nya kental sehingga sulit keluar atau
bila empiemanya multiokuler, perlu tindakan operatif. Mungkin sebelumnya dapat
dibantu dengan irigasi cairan garam fisiologis atau larutan antiseptik. Pengobatan
secara sistemik hendaknya segera dilakukan, tetapi terapi ini tidak berarti bila
tidak diiringi pengeluaran cairan yang adekuat.
1) Pengeluaran efusi yang terinfeksi memakai pipa intubasi melalui sela iga.
2) Irigasi cairan garam fisiologis atau larutan antiseptik (Betadine).
3) Pleurodesis, untuk mencegah terjadinya lagi efusi pleura setelah aspirasi.
4) Torasentesis: untuk membuang cairan, mendapatkan spesimen (analisis),
menghilangkan dispnea.
5) Water seal drainage (WSD)
Drainase cairan (Water Seal Drainage) jika efusi menimbulkan gejala subyektif
seperti nyeri, dispnea, dll. Cairan efusi sebanyak 1 – 1,2 liter perlu dikeluarkan
segera untuk mencegah meningkatnya edema paru, jika jumlah cairan efusi
lebih banyak maka pengeluaran cairan berikutya baru dapat dilakukan 1 jam
kemudian.
6) Antibiotika jika terdapat empiema.
7) Operatif
6. Komplikasi
1) Fibrotoraks
Efusi pleura yang berupa eksudat yang tidak ditangani dengan drainase
yang baik akan terjadi perlekatan fibrosa antara pleura parietalis dan
pleura viseralis. Keadaan ini disebut dengan fibrotoraks. Jika fibrotoraks
meluas dapat menimbulkan hambatan mekanis yang berat pada jaringan-
jaringan yang berada dibawahnya. Pembedahan pengupasan (dekortikasi)
perlu dilakukan untuk memisahkan membran-membran pleura tersebut.
2) Atalektasis
Atalektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna yang
disebabkan oleh penekanan akibat efusi pleura.
3) Fibrosis paru
Fibrosis paru merupakan keadaan patologis dimana terdapat jaringan ikat
paru dalam jumlah yang berlebihan. Fibrosis timbul akibat cara perbaikan
jaringan sebagai kelanjutan suatu proses penyakit paru yang menimbulkan
peradangan. Pada efusi pleura, atalektasis yang berkepanjangan dapat
menyebabkan penggantian jaringan paru yang terserang dengan jaringan
fibrosis.
4) Kolaps Paru
Pada efusi pleura, atalektasis tekanan yang diakibatkan oleh tekanan
ektrinsik pada sebagian / semua bagian paru akan mendorong udara keluar
dan mengakibatkan kolaps paru.

Anda mungkin juga menyukai