Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN KASUS

KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU

Disusun oleh
Nurul Inayah Indah Cahyani
406182064

Pembimbing :
dr. Kartika Budi Peranawengrum Sp.OG, M.Kes

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH K.R.M.T WONGSONEGORO SEMARANG
PERIODE 5 AGUSTUS – 13 OKTOBER 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Nurul Inayah Indah Cahyani


NIM : 406182064
Asal Universitas : Fakultas Kedokteran Uiversitas Tarumanagara
Judul Kasus : Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
Bagian : Ilmu Kesehatan Kebidanan dan Kandungan - RSUD K.R.M.T
Wongsonegoro Semarang
Pembimbing : dr. Kartika Budi Peranawengrum, Sp.OG, M.Kes

Semarang, 2019
Pembimbing

dr. Kartika Budi Peranawengrum, Sp.OG, M.Kes


I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. Z
No. CM : 4843**
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 24 tahun
Suku bangsa : Jawa
Status perkawinan : Sudah menikah
Agama : Islam
Pekerjaan : Bekerja swasta
Pendidikan : SMA
Alamat : Banyumanik, Semarang
Tanggal masuk RS : 2/10/2019

II. ANAMNESA
 Dilakukan autoanamnesa tanggal 2 Oktober 2019 pukul 22.06 WIB di IGD Ponek RSWN
 Keluhan Utama:
Nyeri pada perut bagian bawah sejak 8 hari yang lalu
 Keluhan Tambahan:
Keluar darah dari jalan lahir, mual, lemas

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


• Seorang pasien berusia 24 tahun di rujuk ke PONEK RSUD K.R.M.T Wongsonegoro
Semarang dengan keluhan nyeri pada perut bagian bawah. Keluhan dirasakan sejak 8
hari lalu dan nyeri dirasakan bertambah hebat sejak 3 jam lalu SMRS. Pasien
mengatakan awalnya nyeri di seluruh perut bawah. Nyeri dirasakan melilit dan perut
terasa keram. Selain itu pasien juga mengeluhkan lemas dan keluar darah dari jalan
lahir. Pasien juga mengatakan mual, dan nyeri kepala. Pasien mengaku bahwa ia
terakhir mengalami menstruasi di bulan September 2019 dan hasil test kehamilan (+).
Beberapa jam SMRS pasien merasakan nyeri yang hebat pada perutnya sehingga
datang ke RS Banyumanik dan dirujuk ke RSWN dengan KET. Pasien sudah menikah
dan mempunyai 1 orang anak dan belum pernah mengalami keguguran. Keluhan
seperti pandangan kabur, nyeri ulu hati, dan muntah disangkal. Riwayat trauma
disangkal. BAB dan BAK dalam batas normal.
• HPHT : + 2 September 2019

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


Riwayat hipotensi (-), Ht (-), DM (-), Asma(-), Alergi(-) Jantung(-), Hepatitis(-), TBC(-)

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


Riwayat Penyakit Keluarga : Ht (-), DM (-), Asma(-), Alergi(-) Jantung(-),TBC(-)

RIWAYAT MENSTRUASI
 Menarche : 14 tahun
 Siklus : tidak teratur
 Lama : 4-6 hari
 Pembalut/ hari : 2-3 ganti
• Riwayat pernikahan:1x , menikah saat usia 20 tahun
• Riwayat obstetri : G2P1A0
 2017/ bidan/aterm/spontan/laki-laki 2900gr/sehat
 2019/ Hamil ini
• Riwayat KB : suntik 3 bulan
• Riwayat operasi: -

III. PEMERIKSAAN FISIK


• Pemeriksaan Umum
 KU: tampak sakit berat
 Kesadaran: compos mentis
• Tanda-tanda vital
• Tekanan Darah: 100/70 mmhg
• Frekuensi Nadi: 124x/ menit
• Frekuensi Nafas: 24x/menit
• Suhu Tubuh: 360C
• Saturasi O2 : 98%
PEMERIKSAAN SISTEMATIS

Kepala : Normocephal, rambut berwarna hitam, tidak mudah dicabut, kulit


kepala tidak ada kelainan
Mata : CA +/+, Refleks cahaya +/+, pupil isokor
Telinga : bentuk normal, serumen -/-
Hidung : bentuk normal, septum deviasi (-), sekret -/-
Tenggorokan : tonsil T1-T1, hiperemis (-)
Mulut : Lidah tidak ada kelainan, uvula di tengah, faring tidak hiperemis.
Leher : KGB dan tiroid tidak teraba membesar

THORAX
• Payudara : bentuk normal, inverted nipple -/-, fissura-/-
• Paru-paru
 Inspeksi : bentuk dada normal
 Palpasi : stem fremitus kanan kiri depan belakang sama kuat
 Perkusi : sonor +/+
 Auskultasi : suara nafas vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
• Jantung
 Inspeksi : pulsasi iktus cordis tidak tampak
 Palpasi : pulsasi iktus cordis teraba pada ICS VI midclavicula line sinistra
 Perkusi : redup
 Auskultasi : BJ1&2 reguler, murmur (-), gallop (-)

ABDOMEN
• Inspeksi : permukaan datar, tegang
• Auskultasi : BU (+)
• Palpasi :
 Nyeri tekan quadran bawah kanan (+), Nyeri lepas (+),massa (-)
 TFU tidak teraba

GENITALIA
 Genitalia eksterna : v/v tidak ada kelainan, pendarahan (-)
 Genitalia interna : VT  ostium tertutup , portio tebal lunak, darah (+), nyeri
goyang portio (+)

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


• Hb : 8,1 (11.7-15.5 g/dl )
• Ht : 25.40% ( 35-47% )
• Leukosit : 9000/uL ( 3600 – 11000/ul )
• Trombosit : 275.000 ( 150.000-450.000/ul )
• HbsAg (-)
• Gravindex Test : (+)
• USG Abdomen:

Kesan: Tidak ditemukan kantong kehamilan intra uterine, terdapat gambaran kantong
kehamilan diluar uterus yang iregular, disertai gambran cairan bebas retrouterina
V. RESUME
 Pasien wanita usia 24 tahun
 Keluhan nyeri perut bagian bawah sejak 8 haru lalu, hilang timbul, dan 3 jam SMRS
nyeri makin hebat terasa seperti melilit dan keram di perut bagian bawah
 Lemas 3 jam SMRS
 Keluar darah dari jalan lahir 1 hari sebelum masuk rumah sakit
 Mual (+) pusing (+)
 Riwayat penyakit dahulu tidak ada
 HPHT: 2 September 2019
 Usia kehamilan saat ini : 4 minggu 2 hari

Dari pemeriksaan fisik didapatkan


• Tekanan darah: 100/70 mmhg
• Frekuensi nadi: 124x/ menit
• Frekuensi nafas: 24x/menit
• Suhu tubuh: 360C
• Inspeksi abdomen : perut datar tegang
• Palpasi abdomen : nyeri tekan epigastric (+), quadran bawah kanan (+), nyeri lepas
(+), massa (-)
• Vaginal Toucher : ostium tertutup, portio tebal lunak, nyeri goyang portio (+)
• Gravindex (+)

VI. DIAGNOSIS
• G2P1A0 U 24 tahun H. 4 minggu + 2 hari dengan Kehamilan Ektopik

VII. PENATALAKSANAAN
• Laparatomi CITO
• IVFD RL 20tpm
• HAES
• Medikasi pre operatif:
o Pasang oksigen 2L/menit
o Infus RL 20 tpm
o Inj. Cefuroxim 750 mg
o Transfusi PRC 2 kolf

VIII. PROGNOSIS
• Ad vitam : dubia ad bonam
• Ad fungtionam : dubia ad bonam
• Ad sanationam : dubia ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
Istilah ektopik berasal dari bahasa Inggris, ectopic, dengan akar kata dari bahasa Yunani,
topos yang berarti tempat. Jadi istilah ektopik dapat diartikan “berada di luar tempat
yang semestinya”.1 Kehamilan ektopik merupakan komplikasi utama kehamilan dan
menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang cukup besar di antara wanita usia
reproduksi.2 Kehamilan ektopik merujuk pada kehamilan ekstrauterin, yaitu
implantasiovum yang dibuahi di luar rongga endometrium, di dalambagian distal tuba
fallopi sekitar 95% dari kasus kehamilan ektopik.3Apabila pada kehamilan ektopik
terjadi abortus atau pecah, dalam hal ini dapat berbahaya bagi wanita hamil tersebut
maka kehamilan ini disebut kehamilan ektopik terganggu.1

B. ETIOLOGI 10
1. Faktor dalam lumen tuba
a. Endosalpingitis dapat menyebabkan perlekatan endosalping, sehingga lumen tuba
menyempit atau membentuk kantong buntu.
b. Hipoplasia uteri, lumen tuba sempit dan berkelok-kelok dan hal ini sering disertai
gangguan fungsi silia endosalping.
c. Operasi plastik dan stenlilasi yang tidak sempurna dapat menjadi sebab lumen tuba
menyempit.
2. Faktor pada dinding tuba
a. Endometriosis tuba atau tuba tertekuk dapat memudahkan implantasi telur yang
dibuahi dalam tuba.
b. Divertikel tuba kongenital atau ostium asesorius tubae dapat menahan telur yang
dibuahi di tempat itu.
3. Faktor diluar dinding tuba
a. Perlekatan peritubal dengan distorsi atau lekukan tuba dapat menghambat
perjalanan telur.
b. Tumor yang menekan dinding tuba dapat menyempitkan lumen tuba.
4. Faktor lain
a. Migrasi luar ovum yaitu perjalanan dari ovarium kanan ke tuba kiri atau sebaliknya
dapat memperpanjang perjalanan telur yang dibuahi ke uterus. Pertumbuhan yang
terlalu cepat dapat menyebabkan implantasi prematur.
b. Fertilisasi in vitro (pembuahan sel telur dalam kondisi laboratorium, sel telur yang
sudah di buahi itu kemudian ditempatkan di dalam rahim wanita).
c. Bekas radang pada tuba, kelainan bawaan tuba, gangguan fisiologik tuba karena
pengaruh hormonal, operasi plastik/riwayat pembedahan pada tuba, abortus buatan,
riwayat kehamilan ektopik yang lalu, infeksi pasca abortus, apendisitis, infeksi
pelvis dan alat kontrasepsi dalam rahim (IUD)

C. FAKTOR RISIKO
Beberapa studi faktor risiko yang diperkirakan sebagai penyebab kehamilan ektopik
adalah infeksi saluran telur (salpingitis), dapat menimbulkan gangguan pada motilitas
saluran telur, riwayat operasi tuba, cacat bawaan pada tuba, seperti tuba sangat panjang,
kehamilan ektopik sebelumnya, aborsi tuba dan pemakaian IUD, kelainan zigot, yaitu
kelainan kromosom, bekas radang pada tuba (radang menyebabkan perubahan-perubahan
pada endosalping, sehingga walaupun fertilisasi dapat terjadi, gerakan ovum ke uterus
terlambat), operasi plastik pada tuba, dan abortus buatan.4
Faktor risiko kehamilan ektopik termasuk usia yang lebih tua, merokok,
kehamilan ektopik sebelumnya, kehamilan dengan alat kontrasepsi, riwayat salpingitis
atau penyakit menular seksual, kegagalan ligasi tuba dan penggunaan progestin khusus
kontrasepsi.5 Kesadaran yang lebih besar tentang faktor-faktor risiko dan peningkatan
teknologi (penanda biokimiawi dan ultrasonografi) memungkinkan kehamilan ektopik
diidentifikasi sebelum perkembangan kejadian yang mengancam jiwa.
Gambar 1. Faktor Resiko Kehamilan Ektopik
Sumber : Obstetri Williams

D. PATOFISIOLOGI
Ketidaksempurnaan dalam proses fisiologis organ produksi menjadi dasar dari terjadinya
patofisiologi kehamilan ektopik (ectopic pregnancy). Berdasarkan permasalahan tersebut
maka hasil konsepsi membuat implantasi dan maturasi terjadi diluar uterus. Hal tersebut
sering terjadi karena terjadinya hambatan saat sel telur yang sudah dibuahi menuju pada
endometrium, sehingga embrio akan berkembang lebih dulu sebelum mencapai kavum
uteri dan berakibat akan berkembang diluar kavum uteri. Pertemuan antara ovum dan
sperma di luar organ reproduksi yang kemudian hasil dari konsepsi tersebut berkembang
di luar uterus juga merupakan fakor lain penyebab terjadinya kehamilan ektopik.Ketika
kehamilan ektopik terjadi di tubapada proses awal kehamilan, hasil konsepsi tidak bisa
menuju endometrium untuk proses nidasi dan akan tumbuh disaluran tuba. Kemudian
akan mengalami proses seperti kehamilan yang normal. Akibat yang akan terjadi jika
pertumbuhan tetap dilakukan pada tuba maka kemungkinan-kemungkinan seperti hasil
konsepsi mati dini dan diresorbsi, abortus dalam lumen tuba, ataupun terjadi rupture
dinding tuba akan terjadi karena pada dasarnya tuba bukan merupakan media yang baik
untuk pertumbuhan sebuah embrio.6
E. KLASIFIKASI
Menurut lokasinya, kehamilan ektopik terdiri dari kehamilan tuba (>95%), meliputi pars
ampularis, pars ismika, pars fimbriae, dan pars interstitialis; kehamilan ektopik lain
(<5%) terjadi di serviks uteri, ovarium, atau abdominal; kehamilan intraligamenter; dan
kehamilan heterotopik.7

Gambar 2. Tempat Implantasi pada Kehamilan Ektopik


Sumber : Obstetri Williams

1. Kehamilan Tuba
Ovum yang telah dibuahi dapat tersangkut di bagian mana saja dari tuba
uterine menyebabkan kehamilan tuba ampula, istmus, dan intertisium. Pada kasus-
kasus yang jarang, ovum yang telah dibuahi mungkin tertanam di ujung tuba uterin
yang berfimbria. Ampula adalah tersering, diikuti oleh istmus. Kehamilan intertisium
terjadi hanya sekitar 2% kasus.6
Karena tuba tidak memiliki lapisan submucosa maka ovum yang telah dibuahi
segera menembus epitel, dan zigot akhirnya berada di dekat atau di dalam otot.
Trofoblas yang cepat berproliferasi dapat menginvasi muskularis sekitar, tetapi
separuh dari kehamilan ektopik ampula tetap berada di lumen tuba dengan lapisan
otot tidak terkena pada 85% kasus. Mudigah atau janin pada kehamilann ektopik
sering tidak ada atau tidak berkembang.6
Produk konsepsi yang menginvasi dan membesar dapat menyebabkan ruptur
tuba uterine atau tempat lain. Jika terjadi ruptur pada beberapa minggu pertama,
kehamilan terletak di bagian istmus tuba. Jika ovum yang telah dibuahi tertanam jauh
di dalam bagian interstisium, maka ruptur biasanya terjadi belakangan. Rupture
biasanya spontan, tetapi kadang terjadi setelah koitus atau pemeriksaan bimanual.
Biasanya timbul gejala, dan sering dijumpai tanda-tanda hypovolemia.6

2. Kehamilan Abdomen
Kehamilan abdomen adalah implantasi dirongga peritoneum di luar implantasi
tuba, ovarium, atau intraligamentum. Meskipun zigot dapat melewati tuba dan
tertanam secara primer di rongga peritoneum, namun sebagian besar kehamilan
abdomen diperkirakan terjadi setelah ruptur tuba atau abortus. Pada kasus-kasus
ekstrauterus tahaplanjut, tidak jarang plasenta masih melekat secara parsial ke uterus
atau adneksa.
Pada gestasi ekstrauterus tahap lanjut diperlukan tingkat kecurigaan yang
tinggi karena kehamilan ini menimbulkan gejala yang sering samar dan tidak spesifik.
Keluhan utama mungkin nyeri abdomen, mual dan muntah, perdarahan atau
penurunan sampai hilangnya gejak janin. Namun banyak wanita yang asimptomatik.
Meskipun posisi janin ynag abnormal dapat dipalpasi, tetap kemudahan meraba
bagian-bagian janin bukan merupakan tanda yang dapat diandalkan. Serviks mungkin
tergeser, sebagian bergantung pada posisi janin. 6

3. Kehamilan Ovarium
Kehamilan ektopik yang terimplantasi di ovarium jarang terjadi. Faktor resiko
tradisional untuk kehamilan ektopik ovarium adalah serupa dengan untuk kehamilan
tuba, tetapi pemakaian AKDR tampaknya dikaitkan secara berlebihan. Meskipun
ovarium dapat lebih mudah mengakomodasi kehamilan daripada tuba, namun
biasanya terjadi adalah ruptur pada kehamilan dini. Hal ini tampaknya lebih besar
kemungkinannya terjadi pada kehamilan ovarium kembar. Bagaimanapun, terdapat
laporan-laporan kasus yang menyatakan kehamilan ovarium berlanjut hingga aterm,
dan beberapa bayi bertahan hidup.
4. Kehamilan Serviks
Implantasi zigot di serviks jarang dijumpai, tetapi insidennya meningkat
akibat ART (assisted reproductive technique). Menurut Jeng dkk (2007), 60% wanita
dengan kehamilan serviks pernah menjalani dilatasi dan kuretase sebelumnya. Pada
kasus tipikal, endoserviks mengalami erosi oleh trofoblas, dan kehamilan berlanjut
untuk berkembang di dinding serviks yang fibrosa. Semakin tinggi trofoblas tertanam
di kanalis servikalis, semakin besar kemampuannya untuk tumbuh dan mengalami
perdarahan.
Perdarahan pervaginam tidak nyeri dilaporkan oleh 90% wanita dengan
kehamilan serviks, dimana sepertiga dari ini mengalami perdarahan hebat. Hanya
seperempat mengalami nyeri perut disertai peerdarahan. Seiring dengan kemajuan
kehamilan, mungkin terlihat serviks yang teregang dan berdinding tipis disertai
ostium uteri eksternum yang terbuka parsial. Di atas massa serviks mungkin teraba
fundus uteri yang sedikit membesar.6

5. Kehamilan di Jaringan Parut Seksio Caesaria


Implantasi kehamilan yang sebenarnya normal ke dalam jaringan parut uterus
bekas seksio caesaria telah dilaporkan lebih dari 30 tahun yang lalu oleh Larsen dan
Solomon (1978). Kehamilan ini memiliki ukuran beragam dan dalam banyak hal
mirip dengan plasenta inkreta dengan kecenderungan mengalami perdarahn hebat.6
Gambaran klinis bervariasi, bergantung pada usia gestasi, yang berkisar 5
sampai 6 minggu hingga pertengahan kehamilan. Nyeri dan perdarahan adalah gejala
tersering, tetapi hingga 40% wanita asimptomatik, dan diagnosis ditegakkan sewaktu
pemeriksaan sonografik rutin. Pada sebagian kasus, rupture dini menyebabkan
kehamilan abdomen.6

F. DIAGNOSIS
Anamnesis, pemeriksaan fisik, dan ultrasonografi merupakan diagnosis
kehamilan ektopik. Pada anamnesis terdapat gejala seperti kehamilan dengan atau tanpa
keluhan perdarahan dan nyeri perut bagian bawah. Pada pemeriksaan fisik juga terdapat
tanda kehamilan, dan jika kehamilan ektopik sudah terganggu, akan didapatkan nyeri
perut di area adneksa ataupun tanda-tanda peritonitis. Sedangkan melalui pemeriksaan
ultrasonografi kehamilan akan ditemukan.
Diagnosis kehamilan ektopik terganggu akut biasanya gejala kehamilan muda,
nyeri perut bagian bawah yang disertai dengan perdarahan pervaginam. Tanda-tanda
lainnya yaitu lemah, pucat, nyeri tekan perut bawah, nyeri goyang serviks, syok serta
cairan bebas intraabdomen, penojolan cavum Douglas.8 Diagnosis kehamilan ektopik
didasarkan pada kriteria dan gejala kehamilan, berhentinya siklus menstruasi, palpasi
tumor di sebelah rahim yang membesar, pengencangan dalam tumor dan perubahan pada
vagina. Pada saat itu diagnosis pra-operasi dari kehamilan ektopik terganggu salah pada
sekitar 20% wanita.9 Diagnosis ditegakkan dengan peningkatan kadar gonadotropin
korionik serum atau pengukuran serial dalam kombinasi dengan USG transvaginal.10

Sebelumnya telah disebutkan bahwa trias klasik dari kehamilan ektopik adalah
nyeri abdomen, amenorea, dan perdarahan pervaginam. Namun, sayangnya hanya 50%
pasien memiliki ketiganya. Gambaran klinik kehamilan tuba yang belum terganggu tidak
khas. Pasien dapat datang dengan gejala lain layaknya gejala kehamilan awal, seperti
mual, payudara terasa penuh, lelah, nyeri abdomen bagian bawah, dan kram. Pergerakan
janin yang menimbulkan nyeri, demam, gejala flu, muntah, pingsan, bahkan henti
jantung juga pernah dilaporkan terjadi pada kehamilan ektopik.10

Gejala bergantung pada lamanya kehamilan ektopik terganggu, abortus atau


ruptur tuba, tuanya kehamilan, derajat perdarahan yang terjadi, dan keadaan umum
penderita sebelum hamil. Keluhan yang bisa dirasakan oleh pasien:10

1. Nyeri perut bagian bawah yang biasanya muncul tiba-tiba (hilang dan timbul) dan
bisa terjadi hanya di satu sisi saja.
2. Perdarahan pervaginam di luar periode menstruasi normal, dapat ringan maupun berat
3. Nyeri di ujung bahu. Keluhan ini bisa timbul karena darah dari tuba ruptur dan
terkumpul di bawah diafragma sehingga menyebabkan referred pain pada bahu
4. Keluhan gastrointestinal, seperti diare dan nyeri saat BAB
5. Nyeri perut yang tiba-tiba memberat yang dapat disertai dengan pingsan

Pemeriksaan fisik pada pasien dengan kehamilan ektopik sangat beragam dan
terkadang tidak begitu membantu. Pasien sering datang dengan penemuan pemeriksaan
fisik yang ringan dan massa pada adneksa jarang ditemui. Pasien dengan syok hemoragik
akibat kehamilan ektopik yang ruptur dapat saja tidak menjadi takikardia. Berikut adalah
beberapa pemeriksaan fisik yang dapat ditemukan untuk menduga adanya kehamilan
ektopik: 10

1. Adanya tanda iritasi peritoneal


2. Nyeri goyang pada serviks uteri
3. Nyeri tekan abdomen (unilateral/bilateral) atau nyeri tekan pada pelvis yang akan
lebih terasa sakit di sisi tempat kehamilan ektopik terjadi
4. Tanda yang menunjukkan peringatan untuk dilakukan intervensi bedah segera adalah:
kekakuan abdomen, nyeri tekan abdomen yang hebat, serta tanda-tanda syok
hipovolemik, seperti perubahan tekanan darah drastis dan takikardia
5. Pada pemeriksaan pelvis, uterus dapat menjadi sedikit membesar dan melunak yang
biasanya tidak sesuai dengan usia kehamilannya.
6. Massa pada adnexa mungkin teraba
7. Kavum Douglasi dapat menonjol dan nyeri pada perabaan karena terisi darah

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada kasus kehamilan ektopik


diantaranya adalah pemeriksaan kadar hormon, ultrasonography, dan dilatation &
curettage (D&C). 10

Kadar serum β-Hcg

Kadar β-hCG berkorelasi dengan ukuran dan usia gestasi pertumbuhan embrionik
normal. Pada kehamilan normal, kadar β-hCG menjadi dua kali lipat setiap 48-72 jam
sampai mencapai kadar 10.000-20.000mIU/mL. Pada kehamilan ektopik peningkatan
kadar β-hCG tersebut kurang dari normal. 10

Sebuah studi oleh Kadar et al menunjukan bahwa kisaran batas terendah yang
menjadi referensi dari serum beta-HCG yang harus meningkat selama kurang lebih 2 hari
tersebut adalah 66%. Kenaikan β-hCG yang kurang dari 66% dianggap berhubungan
dengan kehamilan intrauterin yang abnormal atau kehamilan ektopik. Namun, perlu
diingat bahwa terdapat kehamilan intrauterin normal yang kadar β-hCG-nya juga tidak
meningkat sampai 66% dan juga kehamilan ektopik yang justru kadar β-HCG-nya
meningkat sampai 66% dalam 2 hari tersebut, walaupun kasus seperti itu jarang
ditemukan. 10
Selain itu, pada pengecualian lain terdapat juga kasus kehamilan ektopik di mana
kadar β-hCG tidak terdeteksi (negatif). Sebuah laporan kasus oleh Daniilidis et al pada
tahun 2014 melaporkan kasus seorang perempuan yang datang ke RS dengan tanda-tanda
syok hemoragik yang kemudian diketahui disebabkan oleh kehamilan ektopik yang
ruptur, tetapi pada pemeriksaan awal didapatkan 3 kali pemeriksaan kadar β-hCG yang
negatif. 10

Kadar β-hCG memiliki zona diskriminatif yakni zona di mana kadar β-hCG
mencapai nilai tertentu (700-1.000mIU/mL) bersamaan dengan dapat terlihatnya kantung
kehamilan pada pemeriksaan USG. Tidak adanya tanda-tanda kehamilan intrauterin
ketika kadar β-hCG di atas zona diskriminatif menunjukan kemungkinan kehamilan
ektopik atau telah terjadi abortus. 10

Kadar Progesteron

Kadar progesteron adalah modalitas diagnostik lain yang bisa digunakan untuk
membedakan gestasi abnormal dari kehamilan intrauterin yang sehat. Berbeda dengan
kadar β-hCG, kadar progesteron tidak bergantung pada usia gestasional. Kadar
progesteron relatif konstan selama trimester pertama kehamilan, baik normal maupun
abnormal. 10

Walaupun tidak ada konsensus khusus terkait nilai kadar progesteron yang menjadi
batasan kehamilan normal dan tidak normal, sebuah studi besar menunjukan kadar
progesteron ≥25ng/mL mengindikasikan kehamilan yang normal dan mengeksklusi
kehamilan ektopik dengan tingkat keyakinan 97.4% dan sebaliknya kadar progesteron
yang ≤5ng/mL mengindikasikan kehamilan yang nonviable seperti pada kehamilan
ektopik dan mengeksklusi kehamilan yang normal dengan sensitivitas 100%. Namun,
hasil pemeriksaan kadar progesteron menjadi tidak akurat pada pasien hamil setelah IVF
karena produksi progesteron yang berlebihan dari korpus luteum multipel serta pada
pasien dengan pemberian suplementasi progesteron. 10

Ultrasonografi (USG)

Modalitas USG mungkin menjadi salah satu modalitas terpenting untuk


mendiagnosis kehamilan ektopik. Sebetulnya pemeriksaan dengan USG ini lebih
tepatnya ditujukan untuk mengkonfirmasi kehamilan intrauterin. Visualisasi kantong
kehamilan intrauterin dengan atau tanpa aktivitas jantung janin adalah cara yang adekuat
untuk mengeksklusi adanya kehamilan ektopik. USG dapat dilakukan secara abdominal
maupun transvaginal. 10

Dilatasi dan Kuretase (D&C)

Walaupun sekarang ini metode dilatation & curetage (D&C) sudah jarang
digunakan karena sudah luasnya ketersediaan USG, metode ini dapat menjadi opsi untuk
menyingkirkan diagnosis kehamilan ektopik dengan cara menegakan diagnosis
kehamilan intrauterin. Jika jaringan yang didapatkan positif mengandung villi korialis
baik pada percobaan pengapungan jaringan pada saline maupun pada pemeriksaan
histologis, itu artinya terdapat kehamilan intrauterin. Sementara jika tidak terdapat villi
korialis pada pemeriksaan tersebut, itu artinya diagnosis kehamilan ektopik dapat
ditegakan. Perlu ditekankan bahwa walaupun metode D&C ini cukup sederhana, metode
ini hanya dapat digunakan pada pasien yang tidak menginginkan kehamilannya
dilanjutkan meskipun kehamilan tersebut merupakan kehamilan intrauterin. Selain itu,
pada kasus khusus seperti pada kehamilan heterotopik di mana sedikitnya terdapat satu
janin intrauterin dan 1 janin ekstrauterin, metode ini juga tidak dapat memberikan hasil
yang akurat. 10

Kuldosintesis

Dengan adanya teknologi yang lebih superior dalam hal sensitivitas dan spesifisitas
seperti USG dan penilaian kadar hormon (β-hCG dan progesteron), pemeriksaan
kuldosintesis semakin ditinggalkan untuk menegakan diagnosis kehamilan ektopik. 15

Kuldosintesis adalah suatu metode pemeriksaan untuk mengetahui apakah terdapat


darah di dalam kavum Douglas. Metode ini dilakukan dengan cara memasukan jarum
menembus fornix posteror vagina ke cul-de-sac dan mencoba mengaspirasi darah.
Namun, walaupun metode ini cukup sederhana, cepat, dan tidak mahal, penggunaannya
saat ini sudah jarang dilakukan karena tingginya hasil positif palsu (10-14%). Tingginya
nilai positif palsu ini dapat disebabkan oleh korpus luteum yang ruptur, abortus
inkomplit, dan menstruasi retrograde. 10
Laparoskopi

Laparoskopi menjadi pilihan terakhir yang digunakan sebagai alat bantu diagnostik
untuk kehamilan ektopik apabila hasil penilaian metode diagnostik yang lain meragukan.
Pemakaian rutin pemeriksaan laparoskopi pada semua pasien yang diduga mengalami
kehamilan ektopik memiliki risiko dan menambah biaya yang tidak diperlukan walaupun
sebenarnya laparoskopi memang pemeriksaan standar diagnostik. Kelebihannya
pemeriksaan ini adalah kita dapat menilai struktur pelvis, ada tidaknya hemoperitoneum,
serta keberadaan kondisi lain seperti kista ovarium dan endometriosis yang ketika hadir
bersamaan dengan kehamilan intrauterin, dapat menyerupai kehamilan ektopik. Namun,
pemer iksaan ini juga memiliki kekurangan yakni jika dilakukan pada kehamilan dengan
usia gestasi yang lebih awal, hasil positif palsunya juga akan meningkat. 10

G. PENANGANAN
Penanganan secara operatif dapat dilakukan setelah terdiagnosis kehamilan
ektopik terganggu. Operasi diindikasikan untuk pasien dengan bukti ketidakstabilan
hemodinamik, anemia, nyeri selama lebih dari 24 jam, kadar β-hCG lebih dari 5000 mIU
/ mL, atau dengan kantung kehamilan yang mengukur lebih dari 3,5 hingga 4 cm pada
USG.11
Saat ini laparatomi dan laparoskopi dengan salpingektomi adalah penanganan
pilihan pertama untuk kehamilan ektopik terganggu. Hampir semua pasien dapat
mengalami syok hipovolemik akibat pecahnya kehamilan ektopik dan membutuhkan
transfusi darah. Tindakan dengan laparoskopi untuk salpingektomi laparoskopi adalah
alternatif yang tepat jika Methotrexate dikontraindikasikan.12 Salpingektomi bilateral dan
lavage peritoneum dilakukan selama operasi dan pasien dipulangkan tanpa komplikasi
pada hari kelima.
Untuk kehamilan ektopik terganggu dini yang berlokasi di ovarium bila
dimungkinkan dirawat, namun apabila tidak menunjukkan perbaikan maka dapat
dilakukan tindakan oovorektomi. Sedangkan kehamilan ektopik terganggu berlokasi di
servik uteri yang sering menngakibatkan perdarahan dapat dilakukan histerektomi, tetapi
pada nulipara yang ingin sekali mempertahankan fertilitasnya diusahakan melakukan
terapi konservatif. Penanganan untuk kehamilan ektopik terganggu dengan perdarahan
intraperitoneal yang signifikan, tanda-tanda peritoneum atau syok harus segera
diresusitasi dan dilakukan laparotomi.13
KESIMPULAN

Kehamilan ektopik terjadi ketika embrio tertanam di suatu tempat selain rahim,
seperti di salah satu saluran tuba. Wanita yang didiagnosa dengan kehamilan ektopik dapat
mengalami kondisi bahaya sehingga menimbulkan kehamilan ektopik terganggu.
Kehamilan ektopik terganggu merupakan keadaan darurat medis di mana sel telur
yang dibuahi menanamkan dirinya di luar rahim. Kehamilan ektopik terganggu menyebabkan
perdarahan, syok dan merupakan penyebab utama kematian ibu pada trimester pertama
kehamilan. Perkembangan gejala menjadi nyeri tekan perut yang parah, tanda-tanda
peritoneum, dan syok merupakan indikasi kehamilan ektopik terganggu. Pada kehamilan
ektopik terganggu, walaupun tidak selalu ada bahaya terhadap jiwa penderita, dapat
dilakukan terapi konservatif, tetapi sebaiknya tetap dilakukan tindakan operatif.
Untuk mengurangi frekuensi kehamilan ektopik terganggu dan meningkatkan
prognosis fungsional dan vital di negara-negara berkembang seperti Indonesia, diperlukan
konsultasi wanita awal dalam kasus amenorea atau dugaan kehamilan untuk menentukan
lokasinya oleh tenaga medis yang berkualifikasi. Tenaga medis kebanyakan memberikan
tindak lanjut yang baik terhadap pasien yang mengalami infeksi genital. Hal terpenting yang
perlu diketahui adalah mencegah terjadinya infeksi genital dan mengeliminasi faktor-faktor
resiko penyebab kehamilan ektopik.
DAFTAR PUSTAKA

1. Prof. Dr. Rustam. M, MPH, Sinopsis Obstetri, Jilid 1, Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Hal.226-235.
2. Marx JA, Hockberger RS, Walls RN, Biros MH, Danzl DF, et al. (2014) Rosen’s
Emergency Medicine. Concepts and Clinical Practice. (8th Edn.). Saunders. Elsevier pp.
2284.
3. Bouyer J, Coste J, Fernandez H, Pouly JL, Job Spira N (2002) Sites of ectopic
pregnancy: a 10 year populationbased study of 1800 Cases. Hum Reprod 17(12): 3224-
3230.
4. Nugroho, Taufan. Buku Ajar Obstetri untuk Mahasiswa Kebidanan. Cetakan Pertama.
Nuha Medika. Yogyakarta. 2010 : 55-60.
5. B. Hadijanto, dalam Ilmu Kebidanan, ed. T.Rachimhadi dan G.H.Wiknjosastro, PT.Bina
Pustaka Sarwono Prawirohadjo, Jakarta 2014, hal.474-487.
6. Barnhart KT, Sammel MD, Gracia CR, Chittams J, Hummel AC, et al. (2006) Risk
factors for ectopic pregnancy in women with symptomatic first-trimester pregnancies.
Fertil Steril 86(1): 36-43.
7. Defrin, H. 2014. Perdarahan Pada Trisemester Pertama. Seminar Nasional Bidan
Pertemuan Ilmiah Tahunan Fetomaternal Ke 15. Universitas Andalas Padang.
8. Saufuddin, Abdul Bari. Perdarahan Kehamilan Muda. Dalam Buku; Acuan Nasional
Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Edisi 1 Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. 2006.
9. Eastman NJ. Williams Obstetrics. 10th edition. New York: Appleton, Century,Crofts;
1950.
10. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Spong CY, Dashe JS, et al. (2014) (Eds.).
Williams Obstetrics. (24th Edn.). Mc Graw-Hill Education pp. 377- 387.
11. Farquhar CM. Ectopic pregnancy. Lancet 2005;366:583-591.
12. Melly MS, et al. (2012). Effects of Intramesosalpingeal oxytocin injection in keep the
tube in surgery of none ruptured ectopic pregnancy. International Journal of Current
Research and Academic Review. ISSN: 2347-3215 Volume 2 Number 7 pp 161-167.
13. Rao, A. 2017. Ectopic Pregnancy. Clincial Guidelines. Mid Essex Hospital Services

Anda mungkin juga menyukai