Anda di halaman 1dari 35

REFERAT OBSTETRI

PUERPURIUM

Disusun Oleh :
Hudza Rabbani
141.0221.034

Pembimbing
Dr. Tiarma Uli Pardede, Sp.OG

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL
RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT GATOT SOEBROTO
JAKARTA
2015
1

BAB I
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS
Identitas Pasien
Nama

: Ny. E ( G4 P2 A1 H42 mgg)

Rekam Medik

: 30-95-26

Tanggal Lahir

: 23 Maret 1984 (31 tahun)

Agama

: Islam

Status

: Menikah

Alamat

: Jl. Sunter Muara RT 8 RW 5 No 12

Pendidikan

: D1

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

Tanggal masuk

: 19 Januari 2016 / 06.45

Identitas Suami
Nama

: Tn. D

Tanggal Lahir

: 10 Maret 1980 (35 tahun)

Agama

: Islam

Status

: Menikah

Alamat

: Jl. Sunter Muara RT 8 RW 5 No 12

Pendidikan

: SMA

Pekerjaan

: PNS 1C

B. ANAMNESA
Keluhan Utama :
Pasien masuk dengan keluar lendir darah dari kemaluan jam 05.00 WIB. Disertai perut terasa
mulas mulas. Tidak ada keluar seperti air dari kemaluan.
Riwayat Penyakit Dahulu

: Tidak Ada

Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak Ada


Riwayat Alergi

: (+) Alergi Seafood

Riwayat Alat Kontrasepsi

: Tidak Ada

Riwayat Pernikahan

Status
: Single
Kawin dgn Suami : 30 tahun

Pertama Menikah : 24 tahun ;


- Menikah :1x

Riwayat Mensturasi :
-

Menarche : 14 tahun
Volume : 60cc

- Siklus : 28 hari
- HPHT : 5 April 2015

- Lama : 7 hari ; Teratur


- HPL : 12 Jan 2016

Riwayat Ginekologi : Tidak ada


Riwayat Kehamilan , Persalinan , dan Nifas:
NO

TGL
PARTUS

TEMPAT
PARTUS

UMUR
KEHAMILAN

JENIS
PERSALINAN

PENOLONG

PENYULIT

ANAK

4 Mar
2008

RSPAD

Abortus

Kuretase

Dokter

Tidak ada

JK BB PB
Tidak ada

5 Agsts
2009
18 Apr
2011

RSPAD

Aterm

Vakum

Dokter

Induksi

3200 48cm

Baik

RSPAD

Aterm

Spontan

Dokter

Tidak ada

3400 49cm

Baik

NIFAS

Tidak
ada

C.PEMERIKSAAN FISIK
1. PEMERIKSAAN UMUM
Keadaan Umum : Baik
Tanda Vital
TD : 100/65 mmHg
N : 67 x/menit
BMI (Body Mass Index)
Berat Badan
: 60 Kg
Tinggi Badan
: 150 cm

RR : 18 x/menit
S : 36 C
BMI

:26,66

Kepala
Bentuk
: Normocephal
Rambut
: Hitam disertai uban, tidak mudah dicabut
Mata
Palpebra
: Edema /
Konjungtiva
: Anemis /
Sklera
: Ikterik /
Pupil
: Bulat, isokor
Refleks Cahaya
: +/+
Thoraks
Paru
Inspeksi
: Hemithorax kanan-kiri simetris dalam batas normal Palpasi
Fremitus taktil dan vokal kanan dengan kiri normal
Perkusi
: Sonor normal pada kedua lapang paru
Auskultasi : Suara nafas vesikuler +/+, rhonki /, wheezing /
Jantung
Inspeksi
: Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi
: Ictus cordis teraba
Perkusi
: Batas jantung normal
Auskultasi : BJ IBJ II reguler, murmur (), galop(-)
Abdomen
Inspeksi
: Dalam batas normal
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi
: Supel, Shifting dullnes (-),Hepatomegali (+)
Perkusi
: Dalam batas normal
Ektermitas
Akral
Edema
Sianosis
Perfusi

: Hangat
: /
: ()
: Baik

2. STATUS OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


a. Periksa Luar

: Tinggi fundus uteri 31 cm

b. Inspekulo

:Portio lunak ; Vulva uretra tenang

c. Periksa Dalam

: Portio kenyal ; Posisi Posterior ; 2 cm;

d. USG

: USG BPD/HC/AC/FL = 93/3,33/3,31/73


TBJ 3100 gram ; iCA SP = 2,2;
Taksiran hamil 42 minggu (berdasarkan HPHT)

D.ASSESMENT
4

G4 P2 A1 dengan usia kehamilan 42 minggu berdasarkan HPHT


Janin Presentasi Kepala Tunggal Hidup
Air ketuban berkurang (iCA SP = 2,2)
Belum In Partu

E.PENATALAKSANAAN
Persalinan per vaginam
Induksi persalinan dengan Folley Catheter
Asuhan Nifas
F. LAPORAN PERSALINAN
17.00

S: mulas mulas semakin sering, merasa kateter seperti terlepas


O:
KU: CM,baik
TD: 120/80 mmHg N: 94bpm R: 18 bpm S: 18bpm
St Generalis: Dalam Batas Normal
St Obstetri :
- His 3x/10I/30II
- DJJ 140 bpm
- Inspekulo: V/U tenang , kateter terlepas spontan
- VT : Portio Lunak; Aksial ; t= 1cm ; 8cm ; Kepala H II-III; Sel ketuban (-)
A: G4 P2 A1 Hamil 42 minggu , Janin Presentasi Kepala Tunggal Hidup
Air ketuban Berkurang (iCa SP 2,2); serviks Matang

17.35

P: Pindah ke VK
Persalinan Pervaginam
Nilai kemajuan persalinan
Observasi KU; TTV; His; DJJ;Pembukaan
Keadaan umum baik
His : 4x/101/4011; DJJ : 160 bpm
VT: lengkap ; Kepala : HIII
Ketuban ()
A: Persalinan Kala II pada G4 P2 A1 Hamil 42 minggu
Air ketuban berkurang

17.50

P:Pimpin meneran
Lahir bayi perempuan
BB 3800gra, PB 52 cm ; Apgar Skor 8/9
Cacat : tidak ada
Anus (+)
Air ketuban berwarna Hijau Kental dan berjumlah sedikit
5

18.00

20.00

Lahir plasenta spontan lengkap , Kotiledon Lengkap


Luka hecting pada perineum Grade II dan dilakukan Perineorafi (12 Jahitan)
Perdarahan kala III-IV kurang lebih 200cc
Pengawasan 2 jam post partum terlampir di Partograf
Pasien BAK positif, keadaan umum baik
Kontraksi uterus baik
Pasien pindah ke L2 Obstetrik

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Nifas
1. Pengertian (Saifuddin B, Rachimhadhi, & Wiknjosastro H, 2010)
Kata nifas berasal dari bahasa Latin-puer, anak + Parus, melahirkan. Masa nifas
(puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat alat
kandungan kembali seperti prahamil. Pengertian lainnya, masa nifas adalah masa yang
dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat - alat kandungan kembali seperti
keadaan sebelum hamil dengan durasi sekitar 4 6 minggu.
Dalam masa nifas terdapat hal yang dapat mengganggu atau mengkhawatirkan untuk
ibu baru,seperti kecemasan intens selama berbulan bulan. Sepertiga dari jumlah ibu baru,
diantaranya merasa perlu untuk dukungan sosial baik dari suami,keluarga, maupun
lingkungan, dan 25 persen diantaranya memiliki kekhawatiran dengan menyusui.
2. Periode Masa Nifas
Periode nifas adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai organ - organ reproduksi kembali
ke keadaan normal sebelum hamil. Periode masa nifas di bagi atas :
a. Puerperium Dini
Yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan - jalan. Dalam
agama islam, dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
b. Puerperium Intermedial
Yaitu kepulihan menyeluruh alat alat genetalia yang lamanya 68 minggu.
c. Remote Puerperium
Yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama
hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna
bisa berminggu minggu, bulanan atau tahunan.
3. Perubahan Fisiologis Pada Masa Nifas. (Cunningham, et al., 2014)
Pada masa nifas, organ reproduksi interna dan eksterna akan mengalami perubahan seperti
keadaan sebelum hamil. Selain organ reproduksi, beberapa perubahan fisiologi yang terjadi
selama masa nifas adalah sebagai berikut :
a. Uterus dan Pembuluh Darah
Perubahan pada uterus terjadi segera setelah persalinan karena kadar estrogen dan
progesteron yang menurun yang mengakibatkan proteolisis pada dinding uterus.
Dalam keadaan normal, uterus mencapai ukuran besar pada masa sebelum hamil
sampai dengan kurang 4 minggu. Perubahan yang terjadi pada dinding uterus adalah
timbulnya trombosis, degenerasi dan nekrosis di tempat implantasi plasenta. Jaringan
7

jaringan di tempat implantasi plasenta akan mengalami degenerasi dan kemudian


terlepas. Tidak ada pembentukan jaringan parut pada bekas tempat implantasi plasenta
karena pelepasan jaringan ini berlangsung lengkap. Setelah pelahiran diameter
semakin berkurang sampai ukuran sebelum hamil, pembuluh darah yang membesar
menjadi tertutup oleh hialinm secara perlahan terabsorbsi dan digantikan oleh
pembuluh darah yang lebih kecil.
-

Segmen serviks dan Uterus bagian bawah


Pembukaan serviks berkontraksi secara perlahan dan beberapa hari setelah
persalinan masih sebesar 2 jari. Di akhir minggu pertama pembukaan ini
menyempit, serviks menebal dan kanalis endoservikal kembali terbentuk.
Ostium exernum tidak dapat kembali sempurna. Segemen uterus bagian bawah
yang menipis secara nyata mengalami kontraksi dan retaksi.

Involusi Uterus
Penurunan fundus uteri dan pengecilan uterus, indikasi adanya proses involusi.
Segera setelah plasenta lahir, fundus uteri dipertengahan antara simpisis
umbilikus 2 cm dibawah umbilicus dengan fundus diarea proman karium
sakrum.Uterus akan mengeras dan mengecil karena kontraksi ukuran, seperti
pada masa kehamilan 16 minggu panjang 14 cm, lebar 12 cm, tebal 10 cm
danberat 100 gram, 24 jam fundus turun 102 cm. Hari ke 6 fundus dipertengah
simpisis umbilikus. Hari ke 9 uterus tidak teraba.Setelah enam minggu uterus
normal. Setelah plasenta lahir, berat uterus 1000 gram, 1 minggu post partum
500 gram, 2 minggu post partum 375 gram, dan akhir post partum 50 gram.
Penurunan ukuran dan berat uterus terjadi akibat penurunan ekstrogen dan
progesteron segera setelah plasenta lahir. Terjadi proses pengecilan/penipisan
sel-sel uterus.

Temuan USG
Rongga uterus memerlukan waktu 5 minggu untuk kembali ke ukuran rongga
potensial untuk hamil.

Nyeri setelah melahirkan


Pada primipara uterus cenderung tetap berkontaksi secara tonik, multipara
uterus lebih sering berkontraksi dengan kuat dengan interval tertentu dan
menyebabkan nyeri.

Ga
mbar. potongan melintang uterus setinggi tempat pelekatan plasenta yang berinvolusi pada waktu yang berbedabeda setelah pelahiran. (p.p = post partum)

Lokia
Peluruhan jaringan desidua menyebabkan timbulnya duh vagina dalam jumlah
beragam, disebut lokia dan terdiri dari eritrosit, potongan jaringan desidua, sel
epitel dan bakteri.
1. Lochea rubra awal pasca partum - 3 hari
a) Warna merah terang
b) Berupa darah dan bekuan
c) Mengandung desidua dan tropoblast
d) Bau normal seperti manstrubasi
e) Pada saat menyusui jumlahnya meningkat
2. Lochea serosa pada hari ke 4 9 hari pasca partum
a) Warna merah muda- coklat
b) Bau normal seperti mansturbasi
c) Jumlah mulai sedikit
d) Mengandung serum, leukosit dan jaringan mati
3. Lochea alba hari ke 10 2 s/d 6 minggu setelah pasca partum
a) Warna kuning- putih bening
b) Mengandung leukosit, desidua, sel epitel, serum

Regenerasi endometrium
Desidua yang tersisa berdiferensiasi menjadi 2 lapisan. Lapisan superfisial
menjadi nekrotik dan meluruh masuk ke dalam lokia.Lapisan basal yang
berdekatan myometrium tetap utuh dan merupakan sumber endometrium baru.
Terbentuk dalam 1 minggu

Subinvolusi
Terhentinya proses involusi. Diikuti dengan memanjangnya pengeluaran lokia
dan perdarahan uterus yang ireguler.Pada pemeriksaan bimanual uterus menjadi
lebih besar dan lebih lunak dari seharusnya.retensi sisa plasenta dan infeksi
pelvis dapat menyebabkan subinvolusi.

Involusi tempat perlekatan Plasenta


Pengeluaran lengkap tempat perlekatan memerlukan waktu sampai 6 minggu,
jika terjadi gangguan dapat menyebabkan perdarahan puerperal awitan lambat.
Segera setelah pelahiran tempat perlekatan plasenta kira-kira seukuran telapak
tangan, kemudian mengecil dengan cepat. Disebabkan oleh penipisan tempat
implantasi oleh pertumuhuan jaringan endometrial.

Perdarahan pascapartum lanjut


The American College of Obstricians dan Gynecologists (2006) mendefinisikan
perdarahan post partum sekunder sebgai perdarahan dalam 24 jam sampai 12
minggu setelah pelahiran. Disebabkan oleh involusi abnormal pada tempat
perlekatan plasenta, kadang disebabkan oleh retensi sisa plasenta, akhirnya
nekrosis terjadi deposisi fibrin dan membentuk polip plasenta.

b. Serviks (Edmonds D, 2007)


Setelah persalinan bentuk serviks akan menganga seperti corong. Hal ini disebabkan
oleh korpus uteri yang berkontraksi sedangkan serviks tidak berkontraksi. Warna
serviks berubah menjadi merah kehitaman karena mengandung banyak pembuluh
darah dengan konsistensi lunak. Perubahan pada serviks adalah menjadi sangat
10

lembek, kendur dan terkulai. Segera setelah janin dilahirkan, serviks masih dapat
dilewati oleh tangan pemeriksa. Setelah 2 jam persalinan serviks hanya dapat dilewati
oleh 2 3 jari dan setelah 1 minggu persalinan hanya dapat dilewati oleh 1 jari.
c. Vulva dan Vagina
Vagina dan lubang vagina pada permulaan puerperium merupakan suatu saluran yang
luas berdinding tipis. Beberapa hari pertama setelah proses melahirkan bayi vagina
masih dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vagina kembali kepada keadaan tidak
hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur angsur akan muncul kembali tetapi
ukuran vagina jarang kembali seperti seorang nulipara,dan epitel vagina berproliferasi
dalam 4-6 mingguakibat produksi estrogen ovarium.
Seperti halnya dengan vagina seberapa hari pertama sesudah proses melahirkan vulva
tetap dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva akan kembali kepada keadaan
tidak hamil dan labia menjadi menonjol.
d. Payudara
Pada hari ketiga setelah melahirkan, efek prolaktin pada payudara mulai bisa
dirasakan. Pembuluh darah payudara menjadi bengkak terisi darah, sehingga timbul
rasa hangat, bengkak dan rasa sakit. Sel-sel acini yang menghasilkan ASI juga mulai
berfungsi. Ketika bayi mengisap puting, refleks saraf merangsang lobus posterior
pituitari untuk mensekresi hormon oksitosin. Oksitosin merangsang refleks let down
(mengalirkan) sehingga menyebabkan ejeksi ASI melalui sinus aktiferus payudara ke
duktus yang terdapat pada puting.
Kelenjar mamae yang matang terdiri dari 15-25 lobus, tersusun secara radial dan
dipisahkan oleh jaringan lemak yang jumlahnya bervariasi.Masing-masing lobus
terdiri dari lobulus sebesar alveoli.Masing-masing alveoli memiliki duktus kecil yang
bergabung membentuk 1 1 duktus yang besar.Duktus laktiferus tersebut membuka
secara terpisah pada papilla mamae. (Edmonds D, 2007)
1. Kolostrum
Setelah pelahiran, payudara menyekresi kolostrum, carian berwarna kuning
lemon tua. Biasanya keluar hari -2 post partum. Mengadung banyak mineral,
protein (globulin), antibody , IgA, asam amino dan factor pertahanan tubuh
lainnya, sedikit lemak dan gula. Disekresi hingga 5 hari post partum.
2. ASI
Suspense lemak dan protein dalam larutan karbohidrat dan mineral. Dihasilkan
600ml/hari.
3. Endokrinologi Laktasi
Mekanisme humoral dan neural terlibat. Akibat penurunan besar dan tiba-tiba
progesterone dan estrogen peningkatan alfa laktalbumin stimulasi lactose
sintase laktosa susu meningkat, efek prolactin meningkat. Neurohipofisis

11

mensekresi oksitosi secara pulsatile sehingga menstimulasi pengeluaran ASI


dengan menyebabkan kontraksi sel mioepitel di alveolus dan duktus kecil.
4. Pembengkakan payudara
Terjadi pada wanita yang tidak menyusui, terjadi perembesan ASI dan nyeri
payudara, memuncak pada hari 3- 5 post partum.
5. Kontraindikasi menyusui
Pada wanita yang menggunakan narkoba atau alkoholik, bayi dengan
galaktosemia, ibu dengan HIV, TB paru aktif, konsumsi obat-obatan tertentu
atau dalam pengobatan kanker.
6. Perawatan Payudara
Papilla mamae memerlukan sedikit perhatian, sering terjadi fisura kulit, nyeri
pada payudara bila menyusui. Pembersihan aerola dengan sabun lembut
diperlukan.
7. Obat yang disekresikan dalam ASI
Sebagian besar obat yang diminum ibu disekresikan melalui ASI, yang ditelan
oleh bayi hanya sedikit. Faktor yang mempengaruhi sekresi obat dalam ASI
seperti konsentrasi plasma, derajat pengikatan protein, PH plasma dan ASI,
derajat ionisasi, kelarutan lemak dan berat molekul.
e. Tanda tanda Vital (TTV)
1) Suhu Tubuh
Setelah proses persalinan, suhu tubuh dapat meningkat sekitar 0,5 Celcius
dari keadaan normal (36C 37,5C) namun tidak lebih dari 38C. Hal ini
disebabkan karena meningkatnya metabolisme tubuh pada saat proses
persalinan. Setelah 12 jam post partum, suhu tubuh yang meningkat tadi akan
kembali seperti keadaan semula. Bila suhu tubuh tidak kembali normal atau
semakin meningkat, maka perlu dicurigai terhadap terjadinya infeksi.

2) Nadi
Denyut nadi normal bekisar 60 80 kali/menit. Pada saat proses persalinan
denyut nadi akan mengalami 15 peningkatan. Setelah proses persalinan selesai
frekwensi denyut nadi dapat sedikit lambat. Pada masa nifas biasanya denyut
nadi akan kembali normal.
3) Tekanan Darah
Tekanan darah untuk systole berkisar antara 110 140 mmHg dan untuk
diastole antara 60 80 mmHg. Setelah partus, tekanan darah dapat sedikit
lebih rendah dibandingkan pada saat hamil karena terjadinya perdarahan pada
proses persalinan. Bila tekanan darah mengalami peningkatan lebih dari 30
12

mmHg pada systole atau lebih dari 15 mmHg pada diastole perlu dicurigai
timbulnya hipertensi atau preeklamsi post partum.
4) Pernafasan
Frekwensi pernafasan normal berkisar antara 18 24 kali/menit. Pada saat
partus frekwensi pernafasan akan meningkat karena kebutuhan oksigen yang
tinggi untuk tenaga ibu meneran/mengejan dan mempertahankan agar
persediaan oksigen ke janin tetap terpenuhi. Setelah proses persalinan,
frekwensi pernafasan akan kembali normal. Keadaan pernafasan biasanya
berhubungan dengan suhu dan denyut nadi.
f. Hormon
Sekitar 1 2 minggu sebelum partus dimulai, hormon estrogen dan progesteron akan
menurun dan terjadi peningkatan hormon prolaktin dan prostaglandin. Hormon
prolaktin akan merangsang pembentukan air susu pada kelenjar mamae sedangkan
hormon prostaglandin memicu sekresi oksitosin yang menyebabkan timbulnya
kontraksi uterus.
g. Sistem Peredaran Darah (Cardio Vascular)
Setelah janin dilahirkan, hubungan sirkulasi darah ibu dengan sirkulasi darah janin
akan terputus sehingga volume darah ibu relatif akan meningkat. Keadaan ini terjadi
secara cepat dan mengakibatkan beban kerja jantung sedikit meningkat. Namun hal
tersebut segera diatasi oleh sistem homeostatis tubuh dengan mekanisme kompensasi
berupa timbulnya hemokonsentrasi sehingga volume darah akan kembali normal.
Biasnya ini terjadi sekitar 1 sampai 2 minggu setelah melahirkan.
h. Sistem Pencernaan
Buang air besar biasanya mengalami perubahan pada 1 3 hari pertama post partum.
Hal ini disebabkan terjadinya penurunan tonus otot selama proses persalinan sehingga
dapat menimbulkan konstipasi pada minggu pertama post partum, selain itu adanya
rasa takut untuk buang air besar, sehubungan dengan jahitan pada perineum, dan takut
akan rasa nyeri.
i. Sistem Perkemihan (Edmonds D, 2007)
Pada pelvis ginjal dan ureter yang teregang dan berdilatasi selama kehamilan kembali
normal pada akhir minggu keempat setelah melahirkan. Adanya trauma akibat
kelahiran, laserasi vagina/episiotomi, rasa nyeri pada panggul akibat dorongan saat
melahirkan dapat menurunkan dan mengubah refleks berkemih. Adanya distensi
kandung kemih yang muncul segera setelah wanita melahirkan dapat menyebabkan
perdarahan berlebih karena keadaan ini bisa menghambat uterus berkontraksi dengan
baik. Inkontinensiajarang terjadi pada beberapa hari setelah postpartum. Resiko
meningkat akibat laserasi vaginal, perineal dan sfingter ani serta karena episiotomy.

13

j. Sistem Integumen.
Perubahan kulit selama kehamilan berupa hiperpigmentasi pada wajah (cloasma
gravidarum), leher, mammae, dinding perut dan beberapa lipatan sendi karena
pengaruh hormon akan menghilang selama masa nifas.
k. Sistem Musculoskeletal
Setelah proses persalinan selesai, dinding perut akan menjadi longgar, kendur dan
melebar selama beberapa minggu atau bahkan sampai beberapa bulan akibat
peregangan yang begitu lama selama hamil. Ambulasi dini dan senam nifas sangat
dianjurkan untuk mengatasi hal tersebut. Pada wanita 18 yang asthenis terjadi
diastasis dari otot otot rectus abdominalis sehingga seolah olah sebagian dari
dinding perut di garis tengah hanya terdiri dari peritoneum, fascia tipis dan kulit.
Tempat yang lemah ini menonjol kalau berdiri atau menengadah.
l. Peritoneum dan dinding abdomen
Ligamentum rotundum danlatum memerlukan waktu cukup lama untuk pulih dari
peregangan dan pelonggaran akibat kehamilan.Akibat distensi lama karena uterus
menyebabkan dinding abdomen tetap lunak dan flaksid.Dibutuhkan beberapa minggu
untuk kembali seperti semula.Dibutuhkan bantuan latihan.
m. Perubahan komposisi darah dan cairan
Leukositosis dan trombositosis bermakna dapat terjadi selama dan setelah persalinan.
Disebabkan granulositosis. Curah jantung tetap naik dalam 24 -48 jam post partum.
Dan kembali dalam 10 hari pasca partum.
n. Penurunan berat badan
Kehilangan berat badan 5- 6 kg akibat pengeluaran bayi dan kehilangan darah normal
dan penurunan lebih lanjut 2-3 kg melalui diuresis.

B. Involusi Uterus (Saifuddin B, Rachimhadhi, & Wiknjosastro H, 2010)


1. Pengertian
Involusi uterus adalah perubahan keseluruhan alat genetalia ke bentuk sebelum hamil,
dimana terjadi pengreorganisasian dan pengguguran desidua serta pengelupasan situs
plasenta, sebagaimana diperhatikan dengan pengurangan dalam ukuran dan berat uterus.
Involusi adalah perubahan retrogresif pada uterus yang menyebabkan berkurangnya ukuran
uterus. Involusi uterus hanya berfokus pada pengerutan uterus, apa yang terjadi pada organ
dan struktur lain dianggap sebagai puerpurium. Ruggae mulai muncul kembali pada minggu
ketiga tetapi tidak menonjol seperti sebelumnya, epitel epitel vagina mulaiberkembang biak
pada 4-6 minggu, bersamaan dengan kembalinya ovarium menghasilkan progesteron.
Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke
bentuk sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram. Proses ini dimulai segera setelah
plasenta lahir akibat kontraksi otot otot polos uterus. Involusi uterus meliputi reorganisasi
14

dan pengeluaran desidua/endometrium dan eksfoliasi tempat perlekatan plasenta yang


ditandai dengan penurunan ukuran dan berat serta perubahan pada lokasi uterus, warna dan
jumlah lokia.
2. Proses Involusi Uterus
Involusi uterus dimulai setelah proses persalinan yaitu setelah plasenta dilahirkan.
Proses involusi berlangsung kira kira selama 6 minggu. Setelah plasenta terlepas dari
uterus, fundus uteri dapat dipalpasi dan berada pada pertengahan pusat dan symphisis pubis
atau sedikit lebih tinggi. Tinggi fundus uteri setelah persalinan diperkirakan sepusat atau 1 cm
dibawah pusat. Proses involusi uterus yang terjadi pada masa nifas melalui tahapan berikut:
a. Autolysis
Autolysis merupakan proses peghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam otot
uterine. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang telah sempat
mengendur hingga 10 kali panjangnya dari semula dan 5 kali lebar dari semula selama
kehamilan. Diketahui adanya penghancuran protoplasma dan jaringan yang diserap
oleh darah kemudian dikeluarkan oleh ginjal. Inilah sebabnya beberapa hari setelah
melahirkan ibu sering buang air kecil. Pengrusakan secara langsung jaringan
hipertropi yang berlebihan ini disebabkan karena penurunan hormon estrogen dan
progesteron.
b. Atrofi Jaringan
Atrofi jaringan yaitu jaringan yang berpoliferasi dengan adanya penghentian produksi
estrogen dalam jumlah besar yang menyertai pelepasan plasenta. Selain perubahan
atrofi pada otot otot uterus, lapisan desidua akan mengalami atrofi dan terlepas
dengan meninggalkan lapisan basal yang akan beregenerasi menjadi endometrium
yang baru.
Setelah kelahiran bayi dan plasenta, otot uterus berkontraksi sehingga sirkulasi darah
ke uterus terhenti yang menyebabkan uterus kekurangan darah (lokal iskhemia).
Kekurangan darah ini bukan hanya karena kontraksi dan retraksi yang cukup lama
seperti tersebut diatas tetapi disebabkan oleh pengurangan aliran darah ke uterus,
karena pada masa hamil uterus harus membesar menyesuaikan diri dengan
pertumbuhan janin. Untuk memenuhi kebutuhannya, darah banyak dialirkan ke uterus
mengadakan hipertropi dan hiperplasi setelah bayi dilahirkan tidak diperlukan lagi,
maka pengaliran darah berkurang, kembali seperti biasa.
c. Efek Oksitosin
Oksitosin merupakan zat yang dapat merangsang myometrium uterus sehingga dapat
berkontraksi. Kontraksi uterus merupakan suatu proses yang kompleks dan terjadi
karena adanya pertemuan aktin dan myosin. Dengan demikian aktin dan myosin
merupakan komponen kontraksi. Pertemuan aktin dan myosin disebabkan karena
adanya myocin light chine kinase (MLCK) dan dependent myosin ATP ase, proses ini
dapat dipercepat oleh banyaknya ion kalsium yang masuk dalam sel, sedangkan
oksitosin merupakan suatu hormon yang memperbanyak masuknya ion kalsium ke
dalam intra sel. Sehingga dengan adanya oksitosin akan memperkuat kontraksi uterus.
15

Intensitas kontaksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi lahir,
diduga terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume intrauterin yang sangat
besar. Hormon oksitosin yang terlepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan
mengatur kontraksi uterus, mengkompresi pembuluh darah dan membantu proses
homeostatis. Kontraksi dan retraksi otot uterin akan mengurangi perdarahan. Selama 1
sampai 2 jam pertama masa nifas intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan
menjadi teratur, karena itu penting sekali menjaga dan mempertahankan kontraksi
uterus pada masa ini.

3. Mekanisme terjadinya kontraksi pada uterus melalui 2 cara yaitu :


a. Kontraksi oleh ion kalsium
Sebagai pengganti troponin, sel-sel otot polos mengandung sejumlah besar protein
pengaturan yang lain yang disebut kalmodulin. Terjadinya kontraksi diawali dengan
ion kalsium berkaitan dengan calmodulin. Kombinasi calmodulin ion kalsium
kemudian bergabung dengan sekaligus mengaktifkan myosin kinase yaitu enzim yang
melakukan fosforilase sebagai respon terhadap myosin kinase.
Bila rantai ini tidak mengalami fosforilasi, siklus perlekatan-pelepasan kepala myosin
dengan filament aktin tidak akan terjadi. Tetapi bila rantai pengaturan mengalami
fosforilasi, kepala memiliki kemampuan untuk berikatan secara berulang dengan
filamen aktin dan bekerja melalui seluruh proses siklus tarikan berkala sehingga
menghasilkan kontraksi otot uterus. 30
b. Kontraksi yang disebabkan oleh hormon
Ada beberapa hormon yang mempengaruhi adalah epinefrin, norepinefrin,
angiotensin, endhothelin, vasoperin, oksitonin serotinin, dan histamine. Beberapa
reseptor hormon pada membran otot polos akan membuka kanal ion kalsium dan
natrium serta menimbulkan depolarisasi membran. Kadang timbul potensial aksi yang
telah terjadi. Pada keadaan lain, terjadi depolarisasi tanpa disertai dengan potensial
aksi dan depolarisasi ini membuat ion kalsium masuk kedalam sel sehingga terjadi
kontraksi pada otot uterus dengan demikian proses involusi terjadi sehingga uterus
kembali pada ukuran dan tempat semula. Adapun kembalinya keadaan uterus tersebut
secara gradual artinya, tidak sekaligus tetapi setingkat. Sehari atau 24 jam setelah
persalinan, fundus uteri agak tinggi sedikit disebabkan oleh adanya pelemasan uterus
segmen atas dan uterus bagian bawah terlalu lemah dalam meningkatkan tonusnya
kembali. Tetapi setelah tonus otot-otot kembali fundus uterus akan turun sedikit demi
sedikit.

4. Pengukuran Involusi Uterus

16

Pengukuran involusi dapat dilakukan dengan mengukur tinggi fundus uteri, kontraksi uterus
dan juga dengan pengeluaran lokia.
a. Tinggi Fundus Uterus (TFU).
Setelah bayi dilahirkan, uterus yang selama persalinan mengalami kontraksi dan
retraksi akan menjadi keras sehingga dapat menutup pembuluh darah besar yang
bermuara pada bekas implantasi plasenta. Pada hari pertama ibu nifas tinggi fundus
uteri kira-kira satu jari bawah pusat (1 cm). Pada hari kelima nifas uterus menjadi 1/3
jarak antara symphisis ke pusat. Dan hari ke 10 fundus sukar diraba di atas symphisis.
Tinggi fundus uteri menurun 1 cm tiap hari. Secara berangsur-angsur menjadi kecil
(involusi) hingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil. 6 Perubahan tinggi fundus
uteri pada masa nifas dapat dilihat pada gambar dan tabel di bawah ini :
C. Asuhan Ibu dan Bayi selama Masa Nifas (Endy & Ocviyanti, 2013 )
1. Asuhan Ibu selama Masa Nifas
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, berlangsung kirakira 6minggu.
>Anjurkan ibu untuk melakukan kontrol/kunjungan masa nifas setidaknya 4 kali yaitu:
- 6-8 jam setelah persalinan (sebelum pulang)
- 6 hari setelah persalinan
- 2 minggu setelah persalinan
- 6 minggu setelah persalinan
> Dirumah sakit, pada jam pertama setelah kelahiran, tensidan nadi harus diperiksa setiap
15 menit. Selain itu memantau, perdarahan pervaginam, kondisi perineum, tanda infeksi,
kontraksi uterus, tinggi fundus, dan temperatur secara rutin
> Nilai fungsi berkemih, fungsi cerna, penyembuhan luka, sakit kepala, rasa lelah, dan
nyeri punggung.
> Tanyakan ibu mengenai suasana emosinya, bagaimana dukungan yang didapatkannya
dari keluarga, pasangan, dan masyarakat untuk perawatan bayinya
> Tatalaksana atau rujuk ibu bila ditemukan masalah
> Lengkapi vaksinasi tetanus toksoid bila diperlukan
> Minta ibu segera menghubungi tenaga kesehatan bila ibu menemukan
salah satu tanda berikut:
Perdarahan berlebihan
Sekret vagina berbau
Demam
17

Nyeri perut berat


Kelelahan atau sesak
Bengkak di tangan, wajah, tungkai, atau sakit kepala atau pandangan kabur
Nyeri payudara, pembengkakan payudara, luka atau perdarahan puting
2. Berikan informasi tentang perlunya melakukan hal-hal berikut:
A. Kebersihan diri
- Membersihkan daerah vulva dari depan ke belakang setelah buang air kecil atau
besar dengan sabun dan air
- Mengganti pembalut dua kali sehari
- Mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah
kelamin
- Menghindari menyentuh daerah luka episiotomi atau laserasi.
B. Istirahat
- Beristirahat yang cukup
- Kembali melakukan rutinitas rumah tangga secara bertahap
C. Latihan
- Menjelaskan pentingnya otot perut dan panggul
- Mengajarkan latihan untuk otot perut dan panggul:
o Menarik otot perut bagian bawah selagi menarik napas dalam posisi tidur
terlentang dengan lengan di samping, tahan napas sampai hitungan 5, angkat
dagu ke dada, ulangi sebanyak 10 kali
o Berdiri dengan kedua tungkai dirapatkan. Tahan dan kencangkan otot pantat,
pinggul sampai hitungan 5, ulangi sebanyak 5 kali
D. Gizi
- Mengkonsumsi tambahan 500 kalori/hari
- Diet seimbang (cukup protein, mineral dan vitamin)
- Minum minimal 3 liter/hari
- Suplemen besi diminum setidaknya selama 3 bulan pascasalin, terutama di daerah
dengan prevalensi anemia tinggi
- Suplemen vitamin A: 1 kapsul 200.000 IU diminum segera setelah persalinan dan 1
kapsul 200.000 IU diminum 24 jam kemudian
F. Senggama
- Senggama aman dilakukan setelah darah tidak keluar dan ibu tidak merasa nyeri
ketika memasukan jari ke dalam vagina
- Keputusan bergantung pada pasangan yang bersangkutan
G. Kontrasepsi dan keluarga berencana
- Jelaskan kepada ibu mengenai pentingnya kontrasepsi dan keluarga berencana
setelah bersalin.
18

H. Masalah Neuromuskuler dan Sendi


a. Neuropati Obstetris
penekanan pada cabang pleksus saraf lumbosacral selama persalinan dapat
bermanifestasi sebgai keluhan neuralgia berat atau nyeri seperti keram yang
menyebar kea rah kaki. Menurut Wong dkk, neuropati nervus cutaneous femoralis
merupakan kasus paling umum diikuti oelh neuropati nervus femoralis. Faktor
resiko : nulipara dan kala 2 lama.
b. Cedera otot
Otot pelvis dan tendon dapat meregan, robek atau terpisah bahkan pada persalinan
normal. Dapat dilihat pada MRI

Gambaran hematoma piriformis dari hasil magnetic resonance. Massa besar inhomogen M.
piriformis dextra konsisten dengan sebuah hematoma dibandingakan dengan penampakan normal
M. piriformis sinistra ( panah kanan)

D. Perbaikan Robekan Vagina dan Perineum (Endy & Ocviyanti, 2013 )


1. Lakukan pemeriksaan vagina, perineum dan serviks untuk melihat beratnya robekan
2. Jika robekan panjang dan dalam, periksa apakah robekan tersebut mencapai anus dengan
memasukkan jari yang bersarung tangan ke anus dan merasakan tonus sfingter ani.
3. Setelah itu, ganti sarung tangan untuk melakukan perbaikan robekan.
4. Terdapat 4 tingkat robekan yang dapat terjadi pada persalinan:
a. Tingkat I mengenai mukosa vagina dan jaringan ikat, tidak perlu dijahit.
b. Tingkat II mengenai mukosa vagina, jaringan ikat, dan otot di bawahnya.
c. Tingkat III mengenai m. sfingter ani.
d. Tingkat IV mengenai mukosa rektum.
5. Perbaikan dilakukan hanya pada robekan tingkat II, III, dan IV.

CATATAN : Penting untuk menggunakan benang yang dapat diserap untuk menutup
robekan. Benang poliglikolik lebih dipilih dibandingkan catgut kromik karena kekuatan
regangannya, bersifat non-alergenik, dan kemungkinan komplikasi infeksi lebih rendah.
19

Catgut kromik dapat digunakan sebagai alternatif, tetapi bukan benang yang ideal.
ROBEKAN TINGKAT II
1. Pastikan pasien tidak memiliki alergi terhadap lignokain atau obat-obatan sejenis.
2. Suntikkan sekitar 10 ml lignokain 0,5% di bawah mukosa vagina, di bawah kulit
perineum, dan pada otot-otot perineum. Masukkan jarum sepuit pada ujung atau pojok
laserasi atau luka dan dorong masuk sepanjang luka mengikuti garis tempat jarum
jahitnya akan masuk atau keluar.
CATATAN: Aspirasi penting untuk meyakinkan suntikan lignokain tidak masuk dalam
pembuluh darah. Jika ada darah pada aspirasi, pindahkan jarum ke tempat lain. Aspirasi
kembali. Kejang dan kematian dapat terjadi jika lignokain diberikan lewat pembuluhdarah
(intravena). Tunggu 2 menit, kemudian jepit area dengan forsep. Jika pasien masih
merasakan, tunggu 2 menit kemudian lalu ulangi tes
Jahitan Mukosa
1. Jahit mukosa vagina secara jelujur dengan benang 2-0 mulai dari 1 cm di atas puncak
luka di dalam vagina sampai pada batas vagina.

Penjahitan mukosa vagina


Jahitan Otot
1. Lanjutkan jahitan pada daerah otot perineum sampai ujung luka pada perineum secara
jelujur dengan benang 2-0.
2. Lihat ke dalam luka untuk mengetahui letak ototnya.
3. Penting sekali untuk menjahit otot ke otot agar tidak ada rongga di antaranya.

20

Jahitan Kulit
1. Carilah lapisan subkutikuler persis di bawah lapisan kulit
2. Lanjutkan dengan jahitan subkutikuler kembali ke arah batas vagina, akhiri dengan
simpul mati pada bagian dalam vagina
3. Potong kedua ujung benang, dan hanya disisakan masing-masing 1 cm.
4. Jika robekan cukup luas dan dalam, lakukan colok dubur, dan pastikan tidak ada
bagian rektum terjahit.

ROBEKAN TINGKAT III DAN IV


1. Minta asisten untuk memeriksa uterus dan memastikan uterus berkontraksi.
2. Asepsis dan antisepsis pada daerah robekan.
3. Pastikan tidak ada alergi terhadap lignokain atau obat-obatan sejenis
4. Suntikkan sekitar 10 ml lignokain 0,5% di bawah mukosa vagina, di bawah kulit
perineum, dan pada otot-otot perineum. Masukkan jarum sepuit pada ujung atau pojok
laserasi atau luka dan dorong masuk sepanjang luka mengikuti garis tempat jarum
jahitnya akan masuk atau keluar.
5. Tunggu 2 menit, kemudian jepit area dengan forsep. Jika pasien masih merasakan,
tunggu 2 menit kemudian lalu ulangi tes
6. Tautkan mukosa rektum dengan benang 3-0 atau 4-0 secara interuptus dengan jarak
0,5 cm antara jahitan.
21

7. Jahitlah otot perineum dengan jahitan jelujur

Penjahitan Dinding Rektum


CATATAN : penjahitan ini harus dilakukan oleh penolong yang berkompeten. Segera rujuk
bila tidak mampu Lakukan blok pudendal, ketamin atau anestesia spinal.
Jahitan Sfingter Ani
1. Jepit otot sfingter dengan klem Allis atau pinset.
2. Tautkan ujung otot sfingter ani dengan 2-3 jahitan benang 2-0 angka 8 secara
interuptus.
3. Larutan antiseptik pada daerah robekan.
4. Reparasi mukosa vagina, otot perineum, dan kulit.
5. Untuk robekan tingkat IV:
o Berikan dosis tunggal ampisilin 500 mg per oral dan metronidazol 500 mg per
oral sebagai profilaksis
o Observasi tanda-tanda infeksi
o Jangan lakukan pemeriksaan rektal atau enema selama 2 minggu
o Berikan pelembut feses selama seminggu per oral

Komplikasi

22

1. Jika terjadi hematoma, buka dan alirkan. Apabila tidak ada tanda infeksi dan
perdarahan berhenti, luka dapat ditutup kembali.
2. Jika terdapat tanda infeksi, buka dan alirkan luka. Singkirkan jahitan yang
terinfeksi dan bersihkan luka.
3. Jika infeksi berat, berikan antibiotika.
4. Infeksi berat tanpa disertai jaringan dalam: ampisilin oral 4 x 500 mg (5 hari) dan
metronidazol oral 3 x 400 mg (5 hari).
5. Infeksi berat dan dalam, mencakup otot dan menyebabkan nekrosis (necrotizing
fasciitis): penisilin G 2 juta unit setiap 6 jam DAN gentamisin 5 mg/kg berat
badan IV setiap 24 jam DAN metronidazole 500 mg IV setiap 8 jam. Sampai
jaringan nekrotik dihilangkan dan bebas demam 48 jam. Setelah bebas demam 48
jam berikan ampisilin oral 4 x 500 mg (5 hari) DAN metronidazol oral 3 x 400 mg
(5 hari).
6. Hati-hati terjadinya inkontinensia fekal dan fistula rektovaginal.
E. Panduan Pemilihan Kontrasepsi (Endy & Ocviyanti, 2013 )
Prinsip pelayanan kontrasepsi saat ini adalah memberikan kemandirian pada ibu dan
pasangan untuk memilih metode yang diinginkan. Pemberi pelayanan berperan sebagai
konselor dan fasilitator, sesuai langkah-langkah di bawah ini.
1. Jalin komunikasi yang baik dengan ibu
Beri salam kepada ibu, tersenyum, perkenalkan diri Anda. Gunakan komunikasi
verbal dan non-verbal sebagai awal interaksi dua arah. Tanya ibu tentang identitas dan
keinginannya pada kunjungan ini.
2. Nilailah kebutuhan dan kondisi ibu
Tanyakan tujuan ibu berkontrasepsi dan jelaskan pilihan metode yang dapat
digunakan untuk tujuan tersebut. Tanyakan juga apa ibu sudah memikirkan pilihan
metode tertentu.

3. Berikan informasi mengenai pilihan metode kontrasepsi yang dapat


digunakan ibu
23

Berikan informasi yang obyektif dan lengkap tentang berbagai metode kontrasepsi:
efektivitas, cara kerja, efek samping, dan komplikasi yang dapat terjadi serta upayaupaya untuk menghilangkan atau mengurangi berbagai efek yang merugikan tersebut
(termasuk sistem rujukan).
METODE KONTRASEPSI
Metode Alamiah
1. Metode Amenore Laktasi (MAL)

2. Metode Kalender

KETERANGAN
Mekanisme:
Kontrasepsi MAL mengandalkan pemberian
Air Susu Ibu (ASI) eksklusif untuk menekan
ovulasi. Metode ini memiliki tiga syarat yang
harus dipenuhi:
Ibu belum mengalami haid lagi
Bayi disusui secara eksklusif dan sering,
sepanjang siangdan malam
Bayi berusia kurang dari 6 bulan
Efektivitas:
Risiko kehamilan tinggi bila ibu tidak
menyusui bayinya secara benar. Bila
dilakukan secara benar, risiko kehamilan
kurang dari 1 di antara 100 ibu dalam 6 bulan
setelah persalinan.
Keuntungan khusus bagi kesehatan:
Mendorong pola menyusui yang benar,
sehingga membawa manfaat bagi ibu dan
bayi.
Risiko bagi kesehatan:
Tidak ada.
Efek samping:
Tidak ada.
Mengapa beberapa orang menyukainya:
Metode alamiah, mendorong kebiasaan
menyusui, dan tidak perlu biaya.
Mekanisme:
Metode kalender adalah metode alamiah
dengan menghindari sanggama pada masa
subur.
Efektivitas:
Bila dilakukan secara benar, risiko kehamilan
berkisar antara 1 hingga 9 di antara 100 ibu
dalam 1 tahun.
Keuntungan khusus bagi kesehatan:
Tidak ada.
Risiko bagi kesehatan:
24

3. Senggama Terputus

Metode Penghalang (Mekanik)


1. Kondom

Tidak ada.
Efek samping:
Tidak ada.
Mengapa beberapa orang menyukainya:
Tidak ada efek samping, tidak perlu biaya
dan prosedur khusus, membantu ibu mengerti
tubuhnya, dan sesuai bagi pasagan yang
menganut agama atau kepercayaan tertentu.
Mengapa
beberapa
orang
tidak
menyukainya:
Memerlukan perhitungan yang cermat,
kadang sulit diterapkan pada ibu yang siklus
haidnya tidak teratur
Mekanisme:
Metode keluarga berencana tradisional, di
mana pria mengeluarkan alat kelaminnya
(penis) dari vagina sebelum pria mencapai
ejakulasi
Efektivitas:
Bila dilakukan secara benar, risiko kehamilan
adalah 4 di antara 100 ibu dalam 1 tahun.
Keuntungan khusus bagi kesehatan:
Tidak ada.
Risiko bagi kesehatan:
Tidak ada.
Efek samping:
Tidak ada.
Mengapa beberapa orang menyukainya:
Tidak ada efek samping, tidak perlu biaya
dan prosedur khusus, membantu ibu mengerti
tubuhnya, dan sesuai bagi pasagan yang
menganut agama atau kepercayaan tertentu.
Mengapa
beberapa
orang
tidak
menyukainya:
Kurang efektif.
Mekanisme:
Kondom menghalangi terjadinya pertemuan
sperma dan sel telur dengan cara mengemas
sperma di ujung selubung karet yang
dipasang pada penis sehingga sperma
tersebut tidak tercurah ke dalam saluran
reproduksi perempuan.
Efektivitas:
25

2. Diafragma

Bila digunakan dengan benar, risiko


kehamilan adalah 2 di antara 100 ibu dalam 1
tahun.
Keuntungan khusus bagi kesehatan:
Mencegah penularan penyakit menular
seksual dan konsekuesinya (misal: kanker
serviks).
Risiko bagi kesehatan:
Dapat memicu reaksi alergi pada orang-orang
dengan alergi lateks.
Efek samping:
Tidak ada.
Mengapa beberapa orang menyukainya:
Tidak ada efek samping hormonal, mudah
didapat, dapat digunakan sebagai metode
sementara atau cadangan (backup) sebelum
menggunakan metode lain, dapat mencegah
penularan penyakit meular seksual.
Mengapa
beberapa
orang
tidak
menyukainya:
Keberhasilan sangat dipengaruhi cara
penggunaan, harus disiapkan sebelum
berhubungan seksual.
Mekanisme:
Diafragma adalah kap berbentuk cembung,
terbuat dari lateks (karet) yang dimasukkan
ke dalam vagina sebelum berhubungan
seksual dan menutup serviks sehingga
sperma tidak dapat mencapai saluran alat
reproduksi bagian atas (uterus dan tuba
falopii).Dapat pula digunakan dengan
spermisida.
Efektivitas:
Bila digunakan dengan benar bersama
spermisida, risiko kehamilan adalah 6 di
antara 100 ibu dalam 1 tahun.
Keuntungan khusus bagi kesehatan:
Mencegah penularan penyakit menular
seksual dan kanker serviks.
Risiko bagi kesehatan:
Infeksi saluran kemih, vaginosis bakterial,
kadidiasis, sindroma syok toksik.
Efek samping:
Iritasi vagina dan penis, lesi di vagina.
26

Mengapa beberapa orang menyukainya:


Tidak ada efek samping hormonal,
pemakaiannya dikendalikan oleh perempuan,
dan dapat dipasang sebelum berhubungan
seksual.
Mengapa
beberapa
orang
tidak
menyukainya:
Memerlukan pemeriksaan dalam untuk
menentukan ukuran yang tepat, keberhasilan
tergatung cara pemakaian.
Metode Kontrasepsi Hormonal
1. Pil Kombinasi

Mekanisme:
Pil kombinasi menekan ovulasi, mencegah
implantasi,mengentalkan
lendir
serviks
sehingga sulit dilalui oleh sperma, dan
menganggu pergerakan tuba sehingga
transportasi telur terganggu. Pil ini diminum
setiap hari.
Efektivitas:
Bila diguakan secara benar, risiko kehamilan
kurang dari 1 di antara 100 ibu dalam 1
tahun.
Keuntungan khusus bagi kesehatan:
Mengurangi risiko kanker endometrium,
kanker ovarium, penyakit radang panggul
simptomatik. Dapat mengurangi risiko kista
ovarium, dan anemia defisiensi besi.
Mengurangi nyeri haid, masalah perdarahan
haid, nyeri saat ovulasi, kelebihan rambut
pada wajah dan tubuh, gejala sindrom
ovarium polikistik, dan gejala endometriosis.
Risiko bagi kesehatan:
Gumpalan darah di vena dalam tungkai atau
paru-paru (sangat jarang), stroke dan
serangan jantung (amat sangat jarang).
Efek samping:*
Perubahan pola haid (haid jadi sedikit atau
semakin pendek,haid tidak teratur, haid
jarang, atau tidak haid), sakit kepala, pusing,
mual, nyeri payudara, perubahan berat badan,
perubahaan suasana perasaan, jerawat (dapat
membaik atau memburuk, tapi biasaya
membaik), dan peningkatan tekanan darah.
Mengapa beberapa orang menyukainya:
27

2. Suntikan Kombinasi

Pemakaiannya dikendalikan oleh perempuan,


dapat dihentikan kapannpun tanpa perlu
bantuan tenaga kesehatan, dan tidak
mengganggu hubungan seksual.
Mengapa
beberapa
orang
tidak
menyukainya:
Relatif mahal dan harus digunakan tiap hari.
*) Beberapa efek samping tidak berbahaya
dan akan
menghilang setelah pemakaian beberapa
bulan, misalnya haid
tidak teratur
Mekanisme:
Suntikan kombinasi menekan ovulasi,
mengentalkan lendir serviks sehingga
penetrasi sperma terganggu, atrofi pada
endometrium sehingga implantasi terganggu,
dan menghambat transportasi gamet oleh
tuba. Suntikan ini diberikan sekali tiap bulan.
Efektivitas:
Bila digunakan secara benar, risiko
kehamilan kurang dari 1 di antara 100 ibu
dalam 1 tahun.
Keuntungan khusus bagi kesehatan:
Penelitian mengenai hal ini masih terbatas,
namun diduga mirip dengan pil kombinasi.
Risiko bagi kesehatan:
Penelitian mengenai hal ini masih terbatas,
namun diduga mirip dengan pil kombinasi.
Efek samping:
Perubahan pola haid (haid jadi sedikit atau
semakin pendek, haid tidak teratur, haid
memanjang, haid jarang, atau tidak haid),
sakit kepala, pusing, nyeri payudara,
kenaikan berat badan.
Mengapa beberapa orang menyukainya:
Tidak perlu diminum setiap hari, ibu dapat
mengguakanya tanpa diketahui siapapun,
suntikan dapat dihentikan kapan saja, baik
untuk menjarangkan kehamilan.
Mengapa
beberapa
orang
tidak
menyukainya:
Penggunaannya tergantung kepada tenaga
kesehatan.
28

3. Suntikan Progestin

4. Pil Progestin (Minipil)

Mekanisme:
Suntikan progestin mencegah ovulasi,
mengentalkan lendir serviks sehingga
penetrasi sperma terganggu, menjadikan
selaput rahim tipis dan atrofi, dan
menghambat transportasi gamet oleh tuba.
Suntikan diberikan 3 bulan sekali (DMPA).
Efektivitas:
Bila digunakan dengan benar, risiko
kehamilan kurang dari 1 di antara 100 ibu
dalam 1 tahun. Kesuburan tidak langsung
kembali setelah berhenti, biasanya dalam
waktu beberapa bulan.
Keuntungan khusus bagi kesehatan:
Mengurangi risiko kanker endometrium dan
fibroid uterus.Dapat mengurangi risiko
penyakit radang paggul simptomatik dan
anemia defisiensi besi. Mengurangi gejala
endometriosis dan krisis sel sabit pada ibu
dengan anemia sel sabit.
Risiko bagi kesehatan:
Tidak ada.
Efek samping:
Perubahan pola haid (haid tidak teratur atau
memanjang dalam 3 bulan pertama, haid
jarang, tidak teratur atau tidak haid dalam 1
tahun), sakit kepala, pusing, kenaikan berat
badan, perut kembung atau tidak nyaman,
perubahan suasana perasaan, dan penurunan
hasrat seksual.
Mengapa beberapa orang menyukainya:
Tidak perlu diminum setiap hari, tidak
mengganggu hubungan seksual, ibu dapat
menggunakannya tanpa diketahui siapapun,
menghilangkan
haid,
dan
membantu
meningkatkan berat badan.
Mengapa
beberapa
orang
tidak
menyukainya:
Penggunaannya tergantung kepada tenaga
kesehatan.
Mekanisme:
Minipil menekan sekresi gonadotropin dan
sintesis steroid seks di ovarium, endometrium
mengalami transformasi lebih awal sehingga
29

5. Implan

implantasi lebih sulit, mengentalkan lendir


serviks sehingga menghambat penetrasi
sperma, mengubah motilitas tuba sehingga
transportasi sperma terganggu. Pil diminum
setiap hari.
Efektivitas:
Bila digunakan secara benar, risiko
kehamilan kurang dari 1 diantara 100 ibu
dalam 1 tahun.
Keuntungan khusus bagi kesehatan:
Tidak ada.
Risiko bagi kesehatan:
Tidak ada.
Efek samping:
Perubahan pola haid (menunda haid lebih
lama pada ibu menyusui, haid tidak teratur,
haid memanjang atau sering, haid jarang,
atau tidak haid), sakit kepala, pusing,
perubahan suasana perasaan, nyeri payudara,
nyeri perut, dan mual.
Mengapa beberapa orang menyukainya:
Dapat
diminum
saat
menyusui,
pemakaiannya dikendalikan oleh perempuan,
dapat dihentikan kapapun tanpa perlu
bantuan tenaga kesehatan, dan tidak
mengganggu hubungan seksual.
Mengapa
beberapa
orang
tidak
menyukainya:
Harus diminum tiap hari.
Mekanisme:
Kontrasepsi implan menekan ovulasi,
mengentalkan lendir serviks, menjadikan
selaput rahim tipis dan atrofi, dan
mengurangi transportasi sperma. Implan
dimasukkan di bawah kulit dan dapat
bertahan higga 3-7 tahun, tergantung
jenisnya.
Efektivitas:
Pada umumnya, risiko kehamilan kurang dari
1 di antara 100 ibu dalam 1 tahun.
Keuntungan khusus bagi kesehatan:
Mengurangi risiko penyakit radang paggul
simptomatik. Dapat mengurangi risiko
anemia defisiesi besi.
30

Risiko bagi kesehatan:


Tidak ada.
Efek samping:
Perubahan pola haid (pada beberapa bulan
pertama: haid sedikit dan singkat, haid tidak
teratur lebih dari 8 hari, haid jarang, atau
tidak haid;setelah setahun: haid sedikit dan
singkat, haid tidak teratur, dan haid jarang),
sakit kepala, pusing, perubahan suasana
perasaan, perubahan berat badan, jerawat
(dapat membaik atau memburuk), nyeri
payudara, nyeri perut, dan mual.
Mengapa beberapa orang menyukainya:
Tidak perlu melakukan apapun lagi untuk
waktu yang lama setelah pemasangan, efektif
mencegah kehamilan, dan tidak mengganggu
hubungan seksual.
Mengapa
beberapa
orang
tidak
menyukainya:
Perlu prosedur bedah yang harus dilakukan
tenaga kesehatan terlatih.
Metode Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
1. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim Mekanisme:
(AKDR)
Dalam Rahim AKDR dimasukkan ke dalam
uterus. AKDR menghambat kemampuan
sperma untuk masuk ke tuba falopii,
mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum
mencapai kavum uteri, mencegah sperma dan
ovum bertemu, mencegah implantasi telur
dalam uterus.
Efektivitas:
Pada umumnya, risiko kehamilan kurang dari
1 di antara 100 ibu dalam 1 tahun. Efektivitas
dapat bertahan lama, hingga 12 tahun.
Keuntungan khusus bagi kesehatan:
Mengurangi risiko kanker endometrium.
Risiko bagi kesehatan:
Dapat menyebabkan anemia bila cadangan
besi ibu redah sebelum pemasangan dan
AKDR menyebabkan haid yag lebih banyak.
Dapat menyebabkan penyakit radang panggul
billa ibu sudah terinfeksi klamidia atau
gonorea sebelum pemasangan.
Efek samping:
31

Perubahan pola haid terutama dalam 3-6


bulan pertama (haid memanjang dan banyak,
haid tidak teratur, dan nyeri haid).
Mengapa beberapa orang menyukainya:
Efektif mecegah kehamilan, dapat digunakan
untuk waktu yang lama, tidak ada biaya
tambahan setelah pemasangan, tidak
mempengaruhi
menyusui,
dan
dapat
langsung dipasang setelah persalinan atau
keguguran.
Mengapa
beberapa
orang
tidak
menyukainya:
Perlu prosedur pemasangan yang harus
dilakukan tenaga kesehatan terlatih.
2. AKDR dengan Progestin

Mekanisme:
AKDR
dengan
progestin
membuat
endometrium mengalami transformasi yang
ireguler, epitel atrofi sehingga menganggu
implantasi; mencegah terjadinya pembuahan
dengan memblok bersatunya ovum dengan
sperma; mengurangi jumlah sperma yang
mencapai tuba falopii; dan menginaktifkan
sperma
Efektivitas:
Pada umumnya, risiko kehamilan kurang dari
1 di antara 100 ibu dalam 1 tahun.
Keuntungan khusus bagi kesehatan:
Mengurangi risiko anemia defisiensi besi.
Dapat mengurangi risiko penyakit radang
panggul. Mengurangi nyeri haid dan gejala
endometriosis.
Risiko bagi kesehatan:
Tidak ada.
Efek samping:
Perubahan pola haid (haid sedikit dan
singkat, haid tidak teratur, haid jarang, haid
memanjang, atau tidak haid), jerawat, sakit
kepala, pusing, nyeri payudara, mual,
kenaikan berat badan, perubahan suasana
perasaan, dan kista ovarium.
Mengapa beberapa orang menyukainya:
Efektif mecegah kehamilan, dapat digunakan
untuk waktu yang lama, tidak ada biaya
32

tambahan setelah pemasangan.


Mengapa
beberapa
orang
tidak
menyukainya:
Perlu prosedur pemasangan yang harus
dilakukan tenaga kesehatan terlatih.
Metode Kontrasepsi Mantap
1. Tubektomi

2. Vasektomi

Mekanisme:
Menutup tuba falopii (mengikat dan
memotong atau memasang cincin), sehingga
sperma tidak dapat bertemu dengan ovum.
Efektivitas:
Pada umumnya, risiko kehamilan kurang dari
1 di antara 100 dalam 1 tahun.
Keuntungan khusus bagi kesehatan:
Mengurangi risiko penyakit radang panggul.
Dapat
mengurangi
risiko
kanker
endometrium.
Risiko bagi kesehatan:
Komplikasi bedah dan anestesi.
Efek samping:
Tidak ada.
Mengapa beberapa orang menyukainya:
Menghentikan kesuburan secara permanen.
Mengapa
beberapa
orang
tidak
menyukainya:
Perlu prosedur bedah yang harus dilakukan
tenaga kesehatan terlatih.
Mekanisme:
Menghentikan kapasitas reproduksi pria
dengan jalan melakukan oklusi vasa deferens
sehingga alur transportasi sperma terhambat
dan proses fertilisasi tidak terjadi.
Efektivitas:
Bila pria dapat memeriksakan semennya
segera setelah vasektomi, risiko kehamilan
kurang dari 1 di antara 100 dalam 1 tahun.
Keuntungan khusus bagi kesehatan:
Tidak ada.
Risiko bagi kesehatan:
Nyeri testis atau skrotum (jarang), infeksi di
lokasi operasi (sangat jarang), dan hematoma
(jarang). Vasektomi tidak mempegaruhi
hasrat seksual, fungsi seksual pria, ataupun
maskulinitasnya.
33

Efek samping:
Tidak ada.
Mengapa beberapa orang menyukainya:
Menghentikan kesuburan secara permanen,
prosedur bedahnya aman dan nyaman, efek
samping lebih sedikit dibanding metodemetode yang digunakan wanita, pria ikut
mengambil peran, dan meningkatkan
kenikmatan serta frekuensi seks.
Mengapa
beberapa
orang
tidak
menyukainya:
Perlu prosedur bedah yang harus dilakukan
tenaga kesehatan terlatih.
4. Bantu ibu menentukan pilihan
Bantu ibu memilih metode kontrasepsi yang paling aman dan sesuai bagi dirinya. Beri
kesempatan pada ibu untuk mempertimbangkan pilihannya. Apabila ingin mendapat
penjelasan lanjutan, anjurkan ibu untuk berkonsultasi kembali atau dirujuk pada
konselor atau tenaga kesehatan yang lebih ahli.
5. Jelaskan secara lengkap mengenai metode kontrasepsi yang telah dipilih
ibu
Setelah ibu memilih metode yang sesuai baginya, jelaskanlah mengenai:
Waktu, tempat, tenaga, dan cara pemasangan/pemakaian alat kontrasepsi
Rencana pengamatan lanjutan setelah pemasangan
Cara mengenali efek samping/komplikasi
Lokasi klinik keluarga berencana (KB)/tempat pelayanan untuk kunjungan ulang
bila diperlukan
Waktu penggantian/pencabutan alat kontrasepsi
Informasi-informasi tersebut tidak dijelaskan di dalam buku ini, namun dapat
diperoleh di Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi (BKKBN 2011).
Bila ibu ingin memulai pemakaian kontrasepsi saat itu juga, lakukan
penapisan kehamilan dengan menanyakan pertanyaan-pertanyaan di bawah
ini:
Apakah Anda mempunyai bayi yang berumur kurang dari 6 bulan DAN
menyusui secara eksklusif DAN tidak mendapat haid selama 6 bulan
tersebut?
Apakah Anda pantang senggama sejak haid terakhir atau bersalin?
Apakah Anda baru melahirkan bayi kurang dari 4 minggu?
Apakah haid terakhir dimulai 7 hari terakhir (atau 12 hari terakhir bila
klien ingin menggunakan AKDR)?
Apakah Anda mengalami keguguran dalam 7 hari terakhir (atau 12 hari
34

terakhir bila klien ingin menggunakan AKDR)?


Apakah Anda menggunakan metode kontrasepsi secara tepat dan
konsisten?
Bila ada jawaban YA pada satu atau lebih pertanyaan di atas, metode
kontrasepsi dapat mulai digunakan. Bila semua dijawab TIDAK, ibu harus
melakukan tes kehamilan atau menunggu haid berikutnya.
6. Rujuk ibu bila diperlukan
Rujuk ke konselor yang lebih ahli apabila di klinik KB ini ibu belum mendapat
informasi yang cukup memuaskan, atau rujuk ke fasilitas pelayanan
kontrasepsi/kesehatan yang lebih lengkap apabila klinik KB setempat tidak mampu
mengatasi efek samping/komplikasi atau memenuhi keinginan ibu. Berikan pelayanan
lanjutan setelah ibu dikirim kembali oleh fasilitas rujukan (kunjungan ulang pasca
pemasangan)

Works Cited
Cunningham, Leveno, Bloom, Spong, Dashie, Hoffman, et al. (2014). Williams
OBSTETRICS (24th ed.). New York: Mc Graw Hill.
Edmonds D, K. (2007). DEWHURST'S TEXTBOOK OF Obstetrics and Gynaecology
(Vol. 7th). Massachusetts: Blackwell Publishing .
Endy, M. M., & Ocviyanti, D. (2013 ). Buku Saku PELAYANAN KESEHATAN IBU DI
FASILITAS KESEHATAN DASAR DAN RUJUKAN . Jakarta : WHO; BAKTI HUSADA;
POGI; IBI.
Saifuddin B, A., Rachimhadhi, T., & Wiknjosastro H, G. (2010). Ilmu Kebidanan
Sarwono Prawirohardjo . Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo .

35

Anda mungkin juga menyukai