Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN KASUS

G3P2A0 Hamil 9-10 minggu dengan Abortus


Imminens

Pembimbing :
dr. Wahyudi, Sp.OG
 
Oleh :
dr. Elfath Rahmaweny
IDENTITAS PASIEN
• Nama : Ny. H
• Umur : 37 tahun
• Jenis kelamin : Perempuan
• Paritas : G3P2A0H2
• Agama : Kristen
• Alamat : Tiban Indah
• Pekerjaan : Apoteker
ANAMNESIS
• Keluhan Utama : keluar darah dari jalan lahir

• Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke IGD RSBP dengan keluhan keluar
darah dari jalan lahir sejak 2 hari SMRS. Hari ini masih
keluar namun tidak ada darah bergumpal yang keluar,
disertai nyeri perut bagian bawah dan mules, mual ada
namun tidak ada muntah. BAB dan BAK tidak ada
keluhan. Demam tidak ada. Pusing dan lemas ada. ANC
rutin dengan dr. Wahyudi, Sp.OG. HPHT : 3 juli 2019.
ANAMNESIS

• Riwayat Pernikahan :1 kali menikah.


• Riwayat Menarche : kira-kira umur 14 tahun
• Riwayat Menstruasi : teratur setiap bulan, + 7 hari
dengan dismenore
ANAMNESIS

Riwayat Obstetri : G3 P2 A0 H2
• 1. Perempuan, 6 th, BBL 3,3 kg, PN
• 2. Perempuan, 3 th, BBL 3,3 kg, PN
• 3. Hamil sekarang dengan umur kehamilan 10-11 minggu.

Riwayat ANC : dr. Wahyudi, Sp.OG

Riwayat KB : tidak ada


PEMERIKSAAN FISIK

• Keadaan Umum : Tampak sakit sedang


• Kesadaran : Composmentis
• BB : 65 kg
• TB : 163 cm
• IMT : 24,3 Kg/m2
• Vital Sign :
TD : 110/80
Nadi : 80 x/menit
RR : 20 x/m
Temp : 36,5 0C
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis :
• Kepala : Bentuk normochepal, simetris, deformitas (-)
• Facial: simetris, paresis (-), deformitas(-), pucat (-),chloasma
gravidarum (+)
• Mata: konjungtiva anemis (-), sclera icteric(-), edema palpebra
(+), mata merah (-). Pupil isokor, Ø 3 mm, reflek cahaya
positif
• Telinga : deformitas negative, otore negative, serumen
minimal, ganguan pendengaran negative, otalgia negative.
• Hidung : nafas cuping hidung negative, deformitas/deviasi
septum negative, rhinore negative, edema chonca negative
ak sianosis ataupun kering, stomatitis negative, lidah tidak kotor, karies dan plaque gigi positive, uvula dan tonsila tak membesar atau hiperemis, faring
deviasi trachea, pembesaran kelenjar thyroid dan limponodi.

PEMERIKSAAN FISIK
• Mulut : bibir tidak sianosis ataupun kering,
stomatitis negative, lidah tidak kotor, karies dan
plaque gigi positive, uvula dan tonsila tak
membesar atau hiperemis, faring tidak
hiperemis.

• Leher : Tak ada deviasi trachea, pembesaran


kelenjar thyroid dan limponodi.
PEMERIKSAAN FISIK
Thorax
• Inspeksi : Simetris, bentuk normal, sikatrik negative, benjolan negative,
mamae simetris tidak membesar. Sifat pernafasan kombinasi (thorako
abdominal), irama frekuensi nafas normal. Ictus cordis tak tampak
• Palpasi : Fokal fremitus seimbang antara paru kanan dan kiri. Pembesaran
limfonodi axillaries negative. Nyeri tekan negative. Ictus cordis dan massa
pada thorax tak teraba
• Perkusi : Seluruh lobus paru sonor, batas redup hepar antara SIC 5 dan 6
midclavicula. Batas redup jantung atas di SIC II parasternal kiri, batas
kanan di SIC IV parasternal kanan, batas kiri di SIC IV midclavicula kiri.
• Auskultasi : Suara dasar paru vesikuler, tak ada wheezing dan ronchi.
Bunyi jantung I dan II regular, frekuensi meningkat, tak ada bising jantung
• Ekstrimitas: Deformitas negative, Edema Ekstremitas sedang,
PEMERIKSAAN FISIK

Status Obstetri
• Muka : Kloasma gravidarum (-)
• Mammae : Membesar, areola/papil
hiperpigmentasi,
• Abdomen :
 Membuncit sesuai usia kehamilan (9 mgg)
 Tinggi fundus uteri 2 jari diatas simfisis pubis
 Pemeriksaan DJJ belum terdengar
• Pemeriksaan luar:
Darah + tidak bergumpal

• Pemeriksaan dalam:
Genitalia
VT : portio tebal dan lunak, OUE tertutup, tidak ada
bukaan
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium 10/9/19
Darah lengkap:
• Haemoglobin : 12,4 gr/dl
• Leukosit : 10.800/ul
• Hematocrit : 38%
• Eritrosit : 4,5 juta/ul
• Trombosit : 262 ribu/ul
• MCV : 83,4 fL
• MCH : 27,4 pg
• MCHC : 32,6 g/dl
• Hitung jenis leukosit
Basofil : 0%
Eosinofil : 2%
Neutrol segment : 72%
Limfosit : 21%
Monosit : 5%
Diagnosis
G3P2A0H2 gravida 9-10 minggu
dengan abortus imminens
TERAPI TINDAKAN

• USG
• Bed rest total
• Inf RL 500cc + 3 ampul Duvadilan / 16 tpm
• Uterogestan 2x1 tab (po)
• Pronalges 2x1 supp
• Ondansentron inj 2x4mg / IV
Resume…
Pasien wanita G3P2A0H2 gravid 9-10 minggu. Pasien
memiliki anak 1 perempuan (6th) BBL 3,3 kg dengan
persalinan normal, anak 2 perempuan (3th) BBL 3,3 kg
dengan persalinan normal. Saat ini kehamilan ke 3. Pada
tanggal 10 Oktober 2019 pasien diantar keluarga ke IGD
RSBP Kota Batam dengan dengan keluhan keluar darah
bergumpal 2 hari yang lalu. Hasil observasi keadaan
umum: baik, da vital sign normal. ANC rutin dengan dr.
Wahyudi, Sp.OG dengan HPHT : 03 July 2019. Riwayat
Penyakit terdahulu dan pemakaian KB disangkal.
FOLLOW UP
FOLLOW UP 11/10/19
S : nyeri perut bagian bawah, keluar flek (+) darah sedikit. Mules (-)
O : KU : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Composmentis
TD :120/80mmHg
N : 81x/menit
RR : 20x/menit
T : 36,6’C
Saturasi : 98%
Genitalalia : PPV (+)
A : G3P2A0H2 gravid 9-10 minggu dengan Abortus Imminens
P :
 Infus RL 500cc + 3amp duvadilan /16 tpm
 Uterogestan tab 2x200 mg
 Pronalges sup 2x2mg
 Bedrest total
R/ USG
FOLLOW UP 12/10/19
S : perut mules (+), ketika buang kecil keluar flek (+) darah dari
vagina. Nyeri perut bagian bawah hilang timbul.
O: KU : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Composmentis
TD : 110/70 mmHg
N : 78x/menit
RR :19x/menit
T : 36,0 c
Genitalalia : PPV (+)
A : G2P2A0H2 gravid 9-10 minggu dengan Abortus Imminens
P : therapy lanjutkan
besok boleh pulang
TINJAUAN PUSTAKA
ABORTUS
DEFINISI ABORTUS

 Merupakan ancaman atau pengeluaran hasil


konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar
kandungan kehamilan kurang dari 20 minggu dan
berat janin kurang dari 500 gram.
ETIOLOGI ABORTUS SPONTAN
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi

Penyebab kelainan ini adalah :

a. Kelainan kromosom.
Paling sering adalah trisomi kromosom
autosomal, poliploidi, maupun kelainan pada
kromosom seks (monosomi X). Biasanya abortus
pada kelainan kromosom terjadi sebelum umur
kehamilan 6-8 minggu.
b. Lingkungan kurang sempurna
Bila lingkungan endometrium di sekitar tempat
implantasi kurang sempurna dapat mengganggu
pemberian zat-zat makanan pada hasil konsepsi.
c. Pengaruh dari luar
Radiasi, virus, obat-obatan dapat mempengaruhi hasil
konsepsi maupun lingkungannya di dalam uterus.
Pengaruh ini disebut pengaruh teratogenik.
2. Kelainan pada plasenta
Endarteritis dapat terjadi pada villi koriales 
oksigenasi plasenta terganggu  janin dapat
mengalami gangguan pertumbuhan atau bahkan
kematian.
Keadaan ini dapat terjadi pada kehamilan muda
misalnya pada hipertensi kronis.
3. Penyakit pada ibu
• Penyakit akut seperti tifoid abdominalis, pielonefritis,
malaria dapat menyebabkan abortus. Toksin, bakteri, virus,
plasmodium dapat melewati plasenta, masuk ke janin
sehingga menyebabkan kematian janin.

• Penyakit kronis seperti TBC, hipertensi, DM, anemia berat


dapat menyebabkan abortus walaupun lebih jarang.

• Infeksi, seperti TORCH yang diperoleh beberapa minggu


atau saat hamil, ISK, uretritis, vaginitis, endometritis,
infeksi traktus genitalis dapat menyebabkan abortus.
4. Kelainan traktus genitalis
Kelainan uterus

a. Kongenital
• Uterus hiperretrofleksi, retroversi uteri, uterus
duplex, uterus bicornis, uterus septus, dan
kelainan anatomis uterus kongenital lain dapat
menyebabkan abortus.
b. Akuisital
• Leomyoma terutama tipe submukosa
• Sinekia uteri (sindroma asherman) misalnya akibat
kuretase ataupun komplikasi postpartum
• Distorsio uteri misalnya akibat terdorong oleh
tumor pelvis.
Inkompetensi serviks
• Ditandai dengan dilatasi serviks tanpa rasa sakit pada
trimester II atau awal trimester III yang berakibat
menonjolnya selaput ketuban ke dalam vagina,
diikuti pecahnya selaput dan ekspulsi janin yang
masih immatur.
5. Trauma
• Trauma fisik terutama trauma abdomen baik tumpul
maupun tajam yang berat.
MACAM-MACAM ABORTUS
• Abortus komplit adalah seluruh hasil konsepsi telah
keluar dari kavum uteri pada kehamilan kurang 20
minggu.
• Abortus inkomplit adalah sebagian hasil konsepsi
telah keluar dari kavum uteri, masih ada yang
tertinggal.
• Abortus insipiens adalah abortus yang sedang
mengancam dimana serviks telah mendatar dan
ostium uteri telah membuka, akan tetapi hasil
konsepsi masih dalam kavum uteri,
• Abortus imminens ialah abortus tingkat permulaan,
dimana terjadi perdarahan pervaginam ostium uteri masih
tertutup dan hasil konsepsi masih baik dalam kandungan.

• "Missed abortion" adalah abortus dimana embrio atau


fetus telah meninggal dalam kandungan sebelum
kehamilan 20 minggu, akan tetapi hasil konsepsi
seluruhnya masih tertahan dalam kandungan selama 6
minggu atau lebih.

• Abortus habitualis adalah keadaan terjadinya abortus tiga


kali berturut-turut atau lebih.
KRITERIA DIAGNOSIS
Umum
• Ada terlambat haid atau amenorea kurang dari 20
minggu.
• Perdarahan pervaginam, mungkin disertai jaringan
hasil konsepsi.
• Rasa sakit atau kram perut di daerah atas simpisis.
Abortus imminens
pada wanita hamil terjadi perdarahan melalui ostium
uteri eksternum,
disertai mules sedikit atau tidak sama sekali,
uterus membesar sebesar tuanya kehamilan,
 serviks belum membuka, dan tes kehamilan positif.
Abortus insipiens
dilatasi serviks uteri dengan hasil konsepsi
masih dalam uterus.
Rasa mules biasanya lebih sering dan kuat.
Abortus inkompletus
 kanalis servikalis terbuka dan jaringan dapat diraba dalam
kavum uteri atau kadang- kadang sudah menonjol dari ostium
uteri eksternum.
 Perdarahan dapat banyak sekali, sehingga menyebabkan syok.
Perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa hasil konsepsi
dikeluarkan.

Abortus kompletus
 Perdarahan uterus berhenti spontan setelah seluruh hasil
konsepsi dikeluarkan.
 Setelah perdarahan berhenti, ostium serviks menutup.
 Kontraksi uterus yang terasa nyeri juga berhenti spontan
setelah seluruh hasil konsepsi dikeluarkan.
 Diagnosis dapat dipermudah apabila hasil konsepsi dapat
diperiksa dan dapat dinyatakan bahwa semuanya sudah keluar
dengan lengkap.
Missed abortion
biasanya tidak dapat ditentukan dalam satu kali
pemeriksaan, melainkan memerlukan waktu
pengamatan untuk menilai tanda-tanda tidak
tumbuhnya malahan mengecilnya uterus

biasanya didahului oleh tanda-tanda abortus


imminens yang kemudian menghilang secara spontan
atau setelah pengobatan.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Diperlukan pada abortus imminens, abortus habitualis,
dan missed abortion
1. Pemeriksaan Doppler atau USG untuk menentukan
apakah janin masih hidup, menentukan prognosis
2. Pemeriksaan kadar fibrinogen pada missed abortion
3. Test kehamilan (PPT)
TATALAKSANA
Abortus imminens
Penanganan abortus imminens terdiri atas :
a. Istirahat-baring.
Tidur berbaring merupakan unsur penting dalam
pengobatan, karena cara ini menyebabkan
bertambahnya aliran darah ke uterus dan berkurangnya
rangsang mekanis.
b.Tes kehamilan dapat dilakukan. Bila hasil negatif,
mungkin janin sudah mati. Pemeriksaan USG untuk
menentukan apakah janin masih hidup.
c. Fenobarbital 3 x 30 mg sehari dapat diberikan untuk
menenangkan penderita.
d. Berikan preparat hematinik misalnya sulfas ferosus
600-1.000 mg.
e. Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C.
f. Bersihkan vulva minimal dua kali sehari dengan
cairan antiseptik untuk mencegah infeksi terutama
saat masih mengeluarkan cairan coklat.
g. Tentang pemberian hormon progesteron pada abortus
imminens masih belum ada persesuaian faham.
Sebagian menyatakan tidak setuju, sebagian lagi
menyatakan setuju.
Pembahasan
Tatalaksana pada pasien tersebut adalah :

Terapi Non-Farmakologis:
Anjurkan os bedrest total

Terapi Farmakologis:
 IVFD RL 500cc + 3 ampul Duvadilan
/16 tpm
 Inj. Ondansetron 2x4mg
 Utrogeston 2x100mg (po)
TERIMAKASIH
Pertanyaan…
1. dr. risma : pada usian kehamilan 9-10 minggu
dd ?

2. Dr. wahyudi : penegakan diagnosa dari dd ?

Anda mungkin juga menyukai