Anda di halaman 1dari 18

BAB I

LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama

: Ny.Manna Harahap

Umur

: 35 tahun

Alamat

: Kavling Abadi Jaya Block C No.81

Agama

: Kristen

Pekerjaan

: Wiraswasta

Suku

: Mandailing

Nama Suami

: Erwandi

Umur

: 38 tahun

Pekerjaan suami : Wiraswasta


Agama

: Kristen

Suku

: Batak

ANAMNESA
(Penderita datang dengan keluarganya ke IGD RS Embung Fatimah hari
minggu 6 April 2014 jam 07.00 WIB)
Keluhan utama

: Keluar darah dari kemaluan

Perjalanan Penyakit :
G5P4A0 mengeluhkan dirinya keluar darah dari kemaluan sejak 2 hari yang
lalu. Perdarahan awalnya hanya berupa flek berwarna merah namun lama
kelamaan menjadi keluar darah segar yang semakin banyak disertai keluarnya
gumpalan kecil-kecil saat 1 hari dirawat di RS Embung fatimah. Selain keluar
darah dan gumpalan dari kemaluan penderita juga mengeluhkan adanya nyeri
perut dibagian bawah yang lama kelamaan rasa nyeri semakin bertambah
hebat.

Pada saat hamil minggu ke 10 penderita mengeluhkan pinggangnya terasa


panas yang terasa hilang timbul. Keadaan ini terjadi karna pasien sering
merasa lelah sehabis melakukan aktivitas pekerjaan rumah dan bekerja
diwarung. Keadaan seperti ini di abaikan pasien dan tidak memeriksakannya
kebidan maupun dokter. BAB dan BAK tidak memiliki gangguan. Penderita
Menyangkal pernah mengalami kejadiaan seperti ini sebelumnya dan
dikeluarga tidak ada juga yang seperti ini. Adanya riwayat hipertensi sejak 2
tahun yang lalu dan tekanan darahnya naik turun. Penderita menyangkal
adanya riwayat kencing manis. Riwayat konsumsi berakohol dan merokok
juga di sangkal pasien. Adanya alergi makanan dan obat juga di sangkal oleh
penderita. Pada saat datang ke IGD pasien telah di USG dan didapatkan hasil
adanya gangguan pada perkembanan kehamilan.
RIWAYAT OBSTETRI:
1. Anak petama , persalinan normal, berat 3.000 gr, dibidan
2. Anak kedua , persalinan normal, berat 3.200 gr, dirumah sakit.
3. Anak ketiga , persalinan normal, berat 2.700 gr, dibidan.
4. Anak keempat , persalinan normal, berat 3.100 gr, dibidan.
5. Hamil ini
KETERANGAN TAMBAHAN:
Riwayat Marital:
Menikah :

, 19 tahun
, 21 tahun
Menikah pada tahun 1997 dan sudah 17 tahun menikah.

Riwayat kontrasepsi:
1. KB Suntik 3 bulan selama 4 tahun, dari tahun 2010 hingga Desember
2013, setelah itu KB berhenti.

Riwayat ANC:
Memeriksakan kehamilan dibidan sebanyak 2 kali. Pertama kali
memeriksakan kehamilan sejak umur kehamilan 1 bulan. Mendapat imunisasi
dan vitamin.
HPHT

: 07 Januari 2014

TP

: 14 Oktober 2014

HAID

Menarche

: 13 tahun

Siklus

: Teratur, kira-kira 30 hari

Lama

: Kurang lebih 1 minggu

Sifat

: Tidak nyeri, tidak ada gumpalan

STATUS PRESENT
Status Generalis:
KU

: Baik

Kesadaran

: Komposmentis

Tanda vital

: T: 130/90 mmHg
R: 22x menit

N: 80x/menit
S : 36,5 oC

Pemeriksaan Fisik:
Kepala

: Konjungtiva
Sklera

Leher

Thoraks

: KGB

: tidak anemis
: tidak ikterik
: tidak teraba membesar

JVP

: tidak meningkat

Kelenjar thyroid

: tidak teraba membesar

: Paru-Paru

Inspeksi : tidak ada nafas tertinggal, pergerakan pernpasan regular


Palpasi : Fokal fremitus D/S normal
Perkusi : Sonor semua lapangan paru
Auskultasi : Vesikuler (+/+), RH (-/-), Wh (-/-)
Jantung

: BJ S1-S2 murni regular, Murmur (-) Gallop (-)

Abdomen

Ekstremitas

: Cembung, lembut, DM (-) , pekak samping (-), pekak pindah (-)


Hepar

: sulit dinilai

Lien

: sulit dinilai

: Edema

: -/-

Varises

: -/-

Akral

: hangat

STATUS OBSTRETRIKUS
Pemeriksaan Luar
Tinggi Fundus

: 15 cm

Lingkar Perut

: Tidak dilakukan

DJJ

`: Tidak ada

HIS/10mnit

: Tidak ada

Pemeriksaan Dalam
V/U

: tampak perdarahan (+) mengalir

Inspekulo

: tidak dilakukan

Vagina touche

: tidak dilakukan

LABORATORIUM
Darah Lengkap
Hb

: 10,4 g/dl

Ht

: 34%

Leukosit

: 8200/ul

Eritrosit

: 3,9 juta/ul

Trombosit

: 371 ribu/ul

BT

: 2/i

CT

: 630/i

GDS

: 88

Gol. Drah

: A Rh+

HIV

: Negatif

HbSAg

: Negatif

Cek Urin
Warna

: Kuning

Kejernihan

: Jernih

BJ

: 1005

PH

:6

Leukosit

:-

Eretrosit

: 15-25/ LPB

Protein

:-

Glukosa

:-

RESUME
Seorang wanita usia mengaku kehamilan kelima datang dengan keluhan
adanya perdarahan pervagina dan adanya gumpalan kecil-kecil di sertai nyeri
perut bagian bawah. Keluhan itu dirasakan sejak 2 hari yang lalu sebelum
masuk rumah sakit. Pasien menyangkal keluhan yang sama pada kehamilan
sebelumnya. Pada keluarga tidak ada gejala yang sama dan penderita
menyangkal adanya riwayat kencing manis tetapi ada riwayat tekanan darah
tinggi sejak 2 tahun yang lalu.
Status present salam batas normal. Status obstetrikus pada pemeriksaan
luar. Timggi fundus: 15 cm, DJJ : tidak ada, His/10menit : tidak ada. Pada
pemeriksaan dalam: V/U perdarahan (+) mengalir. Inspekulo : tidak dilakukan
dan vaginal touche juga tidak dilakukan.

USUL PEMERIKSAAN
- USG Abdomen

DIAGNOSIS KERJA
G5P4A0 gravida 11-12 minggu + Abortus Inkomplit
RENCANA PENGELOLAAN
Umum:

IVFD Dextrose 5% 20 gtt/menit

Observasi tanda-tanda vital dan pendarahan

Informed Conset untuk dilakukan tindakan kuretase

Injeksi Cefotaxime 3 x 1gram/IV

Injeksi Asam traneksamat 3 x 1 Amp/IV

Injeksi Metergin 1 Amp/IM

SF tab 1 x 1

Metilergometrin tab 3 x 1

Amoxicillin tab 3 x 1

Asam Mefenamat tab 3x1

Khusus:

PROGNOSIS
Quo ad vitam

: ad bonam

FOLLOW UP DI BANGSAL
Tanggal : 06/04/2014 Jam 09.00 19.30
S
09.00

19.30

OS Mengatakan ini kehamilan ke lima dan tidak pernah


keguguran.
Keluar flek-flek sejak 2 hari yang lalu.
Keluar darah sejak jam 03.00 wib.
Perut terasa mules
HPHT : 07/01/2014
Keluar gumpalan darah seperti jaringan kecil-kecil.

Keadaan Umum : Baik


Kesadaran
: CM

09.00
T : 130/90 mmHg
N : 80x/i
R : 22x/i
S : 36,5 oC
P/V : (+) sedikit mengalir
19.30

VT : belum dilakukan
TD : 100/70 mmHg
N : 85 x/i
RR: 20 x/i

A
P
09.00

19.30

Suhu : 36,2oC
G5P4A0H4 gravida 11-12 minggu + Susp. Abortus Incomplite
Observasi KU dan P/V
IVFD D5%
InjeksinCefotaxime 3 x 1
Injeksi Asam Traksenamat 3 x 1
Rencana USG Abdomen
Cek Hb : 10,4 g/dl
Injeksi metergin 1 Amp/IM
Pasang kateter

Tanggal : 0704/2014 Jam 07.00 - 21.00 WIB


S
OS mengatakan keluar flek-flek darah
07.00
21.00
O

Kelar flek darah sedikit


Keadaan Umum : Baik
Kesadaran
: CM
T : 110/80 mmHg
N : 90x/i
R : 20x/i
S : 36,2 oC

A
P

G5P4A0 gravida 11-12 minggu + Suscp. Abortus Incomplite


IVFD D5%
7

07.00
21.00

Aff kateter
Rencan kuret besok
Rencanakan puasakan pasien jam 00.00 wib

Tanggal 8/4/2014 Jam 07.30-21.00 WIB


S
Pasien puasa dari jam 00.00
11.00
21.00
O

Pasien pindah ruang nifas


Pasien tidak ada keluhan
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran
: CM
T : 110/80 mmHg
N : 80x/i
R : 20x/i
S : 36,5 oC
P/V : (+) tidak mengalir
Mata : Konjungtiva

11.00

21.00

A
07.30
11.0021.00
P
07.30

: tidak anemis

Sklera
: tidak ikterik
Thorax : DBN
Abdomen : BU (+) Normal, Acites (-), Nyeri bekas OP (+)
Ekstremitas : Oedem (-), Akral Hangat
T : 110/80 mmHg
N : 80x/i
R : 18x/i
S : 36,5 oC
P/V : (+) tidak mengalir
T : 110/70 mmHg
N : 78x/i
R : 20x/i
S : afebris
P/V : (+) tidak mengalir
G5P4A0 gravida 11-12 minggu + Suscp. Abortus Incomplite
Post curetase a/i Abortus incomplite

IVFD RL 20 gtt/menit
Pasang Kateter
Jam 08.00 wib dilakukan tindakan curetase

21.00

Obat anastesi masuk + O2


Terapi oral lanjut

Tanggal : 9/4/2014
S
Pasien tidak ada keluhan
07.00
O
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran
: CM
T : 120/80 mmHg
N : 80x/i
R : 20x/i
S : 36,6 oC
P/V : (+) Normal
Mata : Konjungtiva

A
P

: tidak anemis

Sklera
: tidak ikterik
Thorax : DBN
Abdomen : BU (+) Normal, Acites (-), Nyeri bekas OP (+)
Ekstremitas : Oedem (-), Akral Hangat
Post curetase a/i Abortus Incomplite
Terapi oral lanjut
Rencana Pulang

BAB II
PERMASALAHAN
1. Mengapa Pasien ini didiagnosis abortus inkomplite?
Pada pasien ini didiagnosa abortus inkomplite mengingat hal-hal berikut,
yaitu berdasarkan definisi ,gejala, dan riwayat perjalanan penyakit pasien.
a.Definisi dan Gejala
Abortus inkompletus didiagnosis apabila sebagian dari hasil konsepsi telah
lahir atau teraba pada vagina, tetapi sebagian tertinggal (biasanya jaringan
plasenta). Perdarahan biasanya terus berlangsung, banyak, dan membahayakan
ibu. Sering serviks tetap terbuka karena masih ada benda di dalam rahim yang
dianggap sebagai benda asing (corpus alienum). Oleh karena itu, uterus akan
berusaha mengeluarkannya

dengan mengadakan kontraksi sehingga ibu

merasakan nyeri, namun tidak sehebat pada abortus insipiens. Jika hasil konsepsi
lahir dengan lengkap, maka disebut abortus komplet.
Pengeluaran hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan
masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Pada pemeriksaan vaginal,kanalis
cervicalis terbuka dan jaringan dapat diraba dalam cavum uteri atau kadangkadang menonjol dalam ostium uteri eksternum.
Perdarahan biasanya masih terjadi jumlahnya pun bisa banyak atau sedikit
tergantung pada jaringan yang tersisa, yang menyebabkan sebagian placental site
masih terbuka sehingga perdarahan berlangsung terus menerus. Pasien juga dapat
mengalami anemia atau syok hemoragik sebelum sisa jaringan konsepsi
dikeluarkan.
Pada pasien ini didapatkan HPHT : 07/01/2014 TP : 14/10/14, UK : 11-12
minggu. Pada pemeriksaan fisik abdomen pasien didapatkan fundus uteri teraba 2
jari diatas simfisis yang diperkirakan usia kehamilan kurang dari 20 minggu.Usia
kehamilan pada pasien ini masuk dalam kriteria abortus berdasarkan definisinya
yaitu pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan,
dengan usia kurang dari 20 minggu dan atau berat janin belum mencapai 500 gr.
10

Abortus inkomplit ditegakkan karena sesuai dengan perjalanan penyakit


pasien mengaku keluar darah merah segar disertai gumpalan kecil-kecil berwarna
gelap dan adanya nyeri perut bagian bawah. Dan berdasarkan usia kehamilan
pasien 11-12 minggu, ditambah hasil USG: sisa konsepsi.
2. Bagaimana etiologi terjadinya abortus inkomplit?
Mekanisme pasti abortus tidak selalu jelas tetapi dalam 3 bulan pertama
kehamilan, kematian embrio atau fetus selalau mengawali ekspulsi spontan dari
ovum. Upaya menemukan penyebab abortus dini dapat menentukan penyebab
kematian janin.
Abortus yang terjadi pada minggu-minggu pertama kehamilan umumnya
disebabkan oleh faktor ovofetal, pada minggu-minggu berikutnya (11
12minggu), abortus yang terjadi disebabkan oleh faktor maternal.
a. Faktor ovofetal :
Pemeriksaan USG janin dan histopatologis selanjutnya menunjukkan
bahwa pada 70% kasus, ovum yang telah dibuahi gagal untuk berkembang atau
terjadi malformasi pada tubuh janin. Pada 40% kasus, diketahui bahwa latar
belakang kejadian abortus adalah kelainan chromosomal. Pada 20% kasus,
terbukti adanya kegagalan trofoblast untuk melakukan implantasi dengan adekuat.
b. Faktor maternal :
Sebanyak 2% peristiwa abortus disebabkan oleh adanya penyakit sistemik
maternal (systemic lupus erythematosis) dan infeksi sistemik maternal tertentu
lainnya. 8% peristiwa abortus berkaitan dengan abnormalitas uterus ( kelainan
uterus kongenital, mioma uteri submukosa, inkompetensia servik). Terdapat
dugaan bahwa masalah psikologis memiliki peranan pula dengan kejadian abortus
meskipun sulit untuk dibuktikan atau dilakukan penilaian lanjutan.
Penyebab abortus dapat dibagi menjadi 3 faktor yaitu:
1. Faktor janin
Faktor janin penyebab keguguran adalah kelainan genetik, dan ini terjadi pada
50%-60% kasus keguguran.

11

2. Faktor ibu:
a. Kelainan endokrin (hormonal) misalnya kekurangan tiroid, kencing manis.
b. Faktor kekebalan (imunologi), misalnya pada penyakit lupus, Anti
phospholipid syndrome.
c. Infeksi, diduga akibat beberapa virus seperti cacar air, campak jerman,
toksoplasma , herpes, klamidia.
d. Kelemahan otot leher rahim
e. Kelainan bentuk rahim.
3. Faktor Ayah: kelainan kromosom dan infeksi sperma diduga dapat
menyebabkan abortus.
Selain 3 faktor di atas, faktor penyebab lain dari kehamilan abortus adalah:
1. Faktor genetik
Sekitar 5 % abortus terjadi karena faktor genetik. Paling sering
ditemukannya kromosom trisomi dengan trisomi 16. Penyebab yang paling sering
menimbulkan abortus spontan adalah abnormalitas kromosom pada janin. Lebih
dari 60% abortus spontan yang terjadi pada trimester pertama menunjukkan
beberapa tipe abnormalitas genetik.
Abnormalitas genetik yang paling sering terjadi adalah aneuploidi
(abnormalitas

komposisi

kromosom)

contohnya

trisomi

autosom

yang

menyebabkan lebih dari 50% abortus spontan. Poliploidi menyebabkan sekitar


22% dari abortus spontan yang terjadi akibat kelainan kromosom. Sekitar 3-5%
pasangan yang memiliki riwayat abortus spontan yang berulang salah satu dari
pasangan tersebut membawa sifat kromosom yang abnormal. Identifikasi dapat
dilakukan dengan pemeriksaan kariotipe dimana bahan pemeriksaan diambil dari
darah tepi pasangan tersebut. Tetapi tentunya pemeriksaan ini belum berkembang
di Indonesiadan biayanya cukup tinggi.
2. Faktor anatomi
Faktor anatomi kogenital dan didapat pernah dilaporkan timbul pada 10-15
% wanita dengan abortus spontan yang rekuren.
1) Lesi anatomi kogenital yaitu kelainan duktus Mullerian (uterus bersepta).
Duktus mullerian biasanya ditemukan pada keguguran trimester kedua.
2) Kelainan kogenital arteri uterina yang membahayakan aliran darah
endometrium.
12

3) Kelainan yang didapat misalnya adhesi intrauterin (synechia), leimioma,


dan endometriosis.
Abnormalitas anatomi maternal yang dihubungkan dengan kejadian
abortus spontan yang berulang termasuk inkompetensi serviks, kongenital dan
defek uterus yang didapatkan (acquired). Malformasi kongenital termasuk fusi
duktus Mulleri yang inkomplit yang dapat menyebabkan uterus unikornus,
bikornus atau uterus ganda. Defek pada uterus yang acquired yang sering
dihubungkan dengan kejadian abortus spontan berulang termasuk perlengketan
uterus atau sinekia dan leiomioma. Adanya kelainan anatomis ini dapat diketahui
dari pemeriksaan ultrasonografi (USG), histerosalfingografi (HSG), histeroskopi
dan laparoskopi
(prosedur diagnostik). Pemeriksaan yang dapat dianjurkan kepada pasien ini
adalah pemeriksaan USG dan HSG. Dari pemeriksaan USG sekaligus juga dapat
mengetahui adanya suatu mioma terutama jenis submukosa. Mioma submukosa
merupakan salah satu faktor mekanik yang dapat mengganggu implantasi hasil
konsepsi. Jika terbukti adanya mioma pada pasien ini maka perlu dieksplorasi
lebih jauh mengenai keluhan dan harus dipastikan apakah mioma ini berhubungan
langsung dengan adanya ROB pada pasien ini. Hal ini penting karena mioma yang
mengganggu mutlak dilakukan operasi.
3. Faktor endokrin:
a. Faktor endokrin berpotensial menyebabkan aborsi pada sekitar 10-20 % kasus.
b. Insufisiensi fase luteal ( fungsi corpus luteum yang abnormal dengan tidak
cukupnya produksi progesteron).
c. Hipotiroidisme, hipoprolaktinemia, diabetes dan sindrom polikistik ovarium
merupakan faktor kontribusi pada keguguran. Kenaikan insiden abortus bisa
disebabkan oleh hipertiroidismus, diabetes melitus dan defisisensi progesteron.
Hipotiroidismus tampaknya tidak berkaitan dengan kenaikan insiden abortus
(Sutherland dkk, 1981). Pengendalian glukosa yang tidak adekuat dapat
menaikkan insiden abortus (Sutherland dan Pritchard, 1986). Defisiensi
progesteron karena kurangnya sekresi hormon tersebut darikorpus luteum atau
plasenta, mempunyai kaitan dengan kenaikan insiden abortus. Karena progesteron

13

berfungsi mempertahankan desidua, defisiensi hormone tersebut secara teoritis


akan mengganggu nutrisi pada hasil konsepsi dan dengan
demikian turut berperan dalam peristiwa kematiannya.
4. Faktor infeksi
Infeksi termasuk infeksi yang diakibatkan oleh TORC (Toksoplasma,
Rubella,Cytomegalovirus) dan malaria. Infeksi intrauterin sering dihubungkan
dengan abortus spontan berulang. Organisme-organisme yang sering diduga
sebagai

penyebab

antara

lain

Chlamydia,

Ureaplasma,

Mycoplasma,

Cytomegalovirus, Listeria monocytogenes dan Toxoplasma gondii. Infeksi aktif


yang menyebabkan abortus spontan berulang masih belum dapat dibuktikan.
Namun untuk lebih
memastikan penyebab, dapat dilakukan pemeriksaan kultur yang bahannya
diambil dari cairan pada servikal dan endometrial.
5. Faktor imunologi
Terdapat antibodikardiolipid yang mengakibatkan pembekuan darah
dibelakang ari-ari sehingga mengakibatkan kematian janin karena kurangnya
aliran darah dari ari-ari tersebut. Faktor imunologis yang telah terbukti signifikan
dapat menyebabkan abortus spontan yang berulang antara lain: antibodi
antinuklear, antikoagulan lupus dan antibodi cardiolipin. Adanya penanda ini
meskipun gejala klinis tidak tampak dapat menyebabkan abortus spontan yang
berulang. Inkompatibilitas golongan darah A, B, O, dengan reaksi antigen antibodi
dapat menyebabkan abortus berulang, karena pelepasan histamin mengakibatkan
vasodilatasi dan peningkatan
fragilitas kapiler.
6. Penyakit-penyakit kronis yang melemahkan
Pada awal kehamilan, penyakit-penyakit kronis yang melemahkan keadaan
ibu, misalnya penyakit tuberkulosis atau karsinomatosis jarang menyebabkan
abortus; sebaliknya pasien penyakit tersebut sering meninggal dunia tanpa
melahirkan. Adanya penyakit kronis (diabetes melitus, hipertensi kronis, penyakit
liver/ ginjal kronis) dapat diketahui lebih mendalam melalui anamnesa yang baik.
Penting juga diketahui bagaimana perjalanan penyakitnya jika memang pernah

14

menderita infeksi berat, seperti apakah telah diterapi dengan tepat dan adekuat.
Untuk eksplorasi kausa, dapat dikerjakan beberapa pemeriksaan laboratorium
seperti pemeriksaan gula darah, tes fungsi hati dan tes fungsi ginjal untuk menilai
apakah ada gangguan fungsi hepar dan ginjal atau diabetes melitus yang kemudian
dapat menimbulkan gangguan pada kehamilan seperti persalinan prematur.
7. Faktor Nutrisi
Malnutrisi umum yang sangat berat memiliki kemungkinan paling besar
menjadi predisposisi abortus. Meskipun demikian, belum ditemukan bukti yang
menyatakan bahwa defisisensi salah satu/ semua nutrien dalam makanan
merupakan suatu penyebab abortus yang penting.
8. Obat-obat rekreasional dan toksin lingkungan.
Peranan penggunaan obat-obatan rekreasional tertentu yang dianggap
teratogenik harus dicari dari anamnesa seperti tembakau dan alkohol, yang
berperan karena jika ada mungkin hal ini merupakan salah satu yang berperan.
Diperkirakan 1-10 % malformasi janin akibat dari paparan obat, bahan kimia,
atau radiasi dan umumnya berakhir dengan abortus, misalnya paparan terhadap
buangan gas anestesi dan tembakau. Sigaret rokok diketahui mempunyai efek
vasoaktif sehingga menghambat sirkulasi uteroplasenta. Karbon monoksida juga
menurunkan pasokan oksigen ibu dan janin serta memacu neurotoksin. Dengan
adanya gangguan pada sirkulasi fetoplasenta dapat terjadi gangguan pertumbuhan
janin yang berakibat terjadinya abortus.

9. Faktor psikologis.
Dibuktikan bahwa ada hubungan antara abortus yang berulang dengan
keadaan mental akan tetapi belum dapat dijelaskan sebabnya. Yang peka terhadap
terjadinya abortus ialah wanita yang belum matang secara emosional dan sangat
penting dalam menyelamatkan kehamilan. Usaha-usaha dokter untuk mendapat
kepercayaan pasien, dan menerangkan segala sesuatu kepadanya, sangat
membantu. Pada penderita ini, penyebab yang menetap pada terjadinya abortus
spontan yang berulang masih belum dapat dipastikan. Akan lebih baik bagi
penderita untuk melakukan pemeriksaan lengkap dalam usaha mencari kelainan

15

yang mungkin menyebabkan abortus yang berulang tersebut, sebelum penderita


hamil guna mempersiapkan kehamilan yang berikutnya.
3. Bagaimana mekanisme abortus inkomplit?
Abortus spontan terjadi segera setelah kematian janin yang kemudian
diikuti dengan perdarahan ke dalam desidua basalis, lalu terjadi perubahanperubahan nekrosis pada daerah implantasi, infiltrasi sel-sel peradangan akut, dan
akhirnya terjadi perdarahan pervaginam. Buah kehamilan terlepas seluruhnya atau
sebagian yang diinterpretasikan sebagai benda asing dalam cavum uteri. Hal ini
menyebabkan kontraksi uterus dimulai, dan segera setelah itu terjadi pendorongan
benda asing tersebut keluar cavum uteri (ekspulsi). Perlu di tekankan pada abortus
spontan, kematian embrio biasanya terjadi paling lama 2 minggu sebelum
terjadinya perdarahan. Pada kehamilan sebelum minggu ke-10 hasil konsepsi
biasanya dikeluarkan seluruhnya karena villi korialis belum nemembus desidua
secara mendalam sehingga telur mudah terlepas seluruhnya. Pada
kehamilan minggu 10-12 villi korialis tumbuh dengan cepat dan menembus
desidua lebih dalam, sehingga pada saat terjadi abortus sering terdapat sisa-sisa
korion (plasenta) yang tertinggal.
Janin biasanya sudah dikeluarkan dan diikuti dengan keluarnya plasenta
beberapa saat kemudian. Kadang-kadang plasenta masih tertinggal dalam uterus
sehingga menyebabkan gangguan kontraksi uterus dan terjadi Perdarahan
pervaginam yang banyak. Perdarahan umumnya tidak terlalu banyak namun rasa
nyeri lebih menonjol. Dari penjelasan di atas jelas bahwa abortus ditandai dengan
adanya perdarahan uterus dan nyeri dengan intensitas beragam.
4. Bagaimana penanganan abortus inkomplit?
1. Memperbaiki keadaan umum. Bila disertai syok karena perdarahan,
berikan infuse cairan isotonis (Nacl dan RL) dan transfusi darah.
2. Pemberian antibiotika yang cukup tepat seperti antibiotika spectrum
luas.

16

3. 24 sampai 48 jam setelah dilindungi dengan antibiotika atau lebih cepat


bila terjadi perdarahan yang banyak, lakukan dilatasi dan kuretase untuk
mengeluarkan hasil konsepsi lalu beri metylergometrin 0,2 mh/IM
4. Pemberian infus dan antibiotika diteruskan menurut kebutuhan dan
kemajuan penderita.
Umumnya setelah tindakan kuretase pasien abortus dapat segera pulang
kerumah. Kecuali bila ada komplikasi seperti perdarahan banyak yang
menyebabkan anemia berat atau infeksi. Pada pasien dianjurkan istirahat selama 1
hari sampai 2 hari. Pasien dianjurkan kembali ke dokter bila pasien mengalami
demam yang memburuk atau nyeri setelah perdarahan yang ringan atau gejala
yang lebih berat.

DAFTAR PUSTAKA

17

1. Cunningham, F.G. Abortus , in Williams Obstetrics. 21th


Edition. Prentice Hall International, USA : 2001.
2. Prawirohardjo

S.

Buku

ilmu

kebidanan

,Sarwono

Prawirohardjo. Penerbit Prawirohardjo, Jakarta, 2009.


3. Sastrawinata

S. obstetrik patologi. Bagian

Obstetri &

Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran


Bandung. Bandung, 2003.
4. World Heath Organization. Making Pregnancy Safer. Diakses
tanggal2Mei2014.http://www.who.int/making_pregnancy_safer/
topics/maternal_mortality/en
/index.html.
5. Manuaba I.B. 2006, Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan
KB untuk Pendidikan Bidan , EGC,Jakarta.

18

Anda mungkin juga menyukai