Anda di halaman 1dari 48

SISTEM SARAF OTONOM

Bagian sistem saraf yang


mengatur viseral tubuh disebut
sistem saraf otonom. Sistem ini
mengatur:
Tekanan arteri
Motilitas dan sekresi GI Trac
Pengosongan Vesica Urinaria
Berkeringat
Suhu tubuh
Aktivitas lainnya

Kecepatan reaksi karena kerja


Sistem Saraf Otonom serta
intensitasnya dapat merubah
fungsi viseral dalam waktu
singkat,
dalam waktu 3-5 detik sudah
dapat meningkatkan frekuensi
denyut jantung 2 kali dari
normal,
dan tekanan arteri bisa
meningkat dalam waktu 10
sampai 15 detik;

SUSUNAN UMUM SISTEM SARAF OTONOM


Sistem saraf otonom diaktifkan oleh pusat
yang
terletak pada:
1) medula spinalis
2) batang otak
3) hipotalamus.
4) korteks serebri, khususnya korteks limbik,
Penjalaran sinyal otonomik eferen keseluruh
tubuh dapat dibagi dua
1. sistem saraf simpatis
Saraf simpatis dimulai dari medula spinalis
antara segmen T-1 dan L-2
2. sistem saraf para simpatis.

Neuron-Neuron Preganglionik dan


Postganglionik Simpatis
Saraf simpatis berbeda dengan saraf
motorik skeletal dalam hal berikut:
Setiap jaras simpatis dari medula ke
jaringan t.a dua neuron, yaitu:
a)Neuron preganglionik
b)Neuron postganglionik
Sedangkan jaras motorik skeletal
hanya
memiliki satu neuron.

Badan sel setiap neuron preganglionik


terletak di kornu intermediolateral
medula spinalis dan serat-seratnya
berjalan melewati radiks anterior medula
menuju saraf spinal yang terkait.
Segera setelah saraf spinal
meninggalkan kanalis spinalis, serat
preganglionik simpatisnya meninggalkan
saraf itu dan berjalan melewati ramus
putih kesalah satu ganglia dari rantai
simpatis.

Serat-serat ini mengalami salah satu dari


ketiga hal berikut :
1. Serat-serat dapat bersinaps dengan neuron
postganglionik yang ada didalam ganglion
yang dimasukinya.
2. Serat-serat dapat berjalan keatas atau
kebawah dalam rantai dan bersinaps pada
salah satu ganglia lain dalam rantai tersebut.
3. Serat itu dapat berjalan melalui rantai
keberbagai arah dan selanjutnya melalui salah
satu saraf simpatis memisahkan diri keluar
dari rantai, untuk akhirnya berakhir disalah
satu ganglia prevertebral.

Serat simpatis dari medula pada segmen T1 melewati rantai simpatis naik kedaerah
kepala.
Dari T-2 ke daerah leher
Dari T-3, T-4, T-5 dan T-6 ke daerah toraks
Dari T-7, T-8, T-9, T-10 dan T-11 ke
abdomen
Dari T-12, L-1 dan L-2 ke daerah tungkai

Sistem Saraf Parasimpatis


Serat-serat parasimpatis meninggalkan
sistem saraf pusat melalui nervus cranialis:
Nervus kranial III
Nervus VII
Nervus IX
Nervus X
75 % dari seluruh serat saraf parasimpatis
terdapat dalam nervus vagus (nervus
cranialis X), berjalan keseluruh regio
toraks dan abdomen tubuh.

Nervus Vagus menyediakan saraf


parasimpatis ke:
Jantung
paru-paru
Esofagus
Lambung
Seluruh usus halus
Setengah bagian proksimal kolon
Hati
Vesica Velea
Pankreas
Proksimal Ureter.

Neuron Preganglionik Dan


Postganglionik Parasimpatis
Sistem parasimpatis mempunyai neuron
preganglionik dan postganglionik.
Kecuali pada beberapa saraf kranial
parasimpatis,

SIFAT-SIFAT DASAR FUNGSI SIMPATIS


DAN PARASIMPATIS

Serat saraf simpatis dan parasimpatis


mensekresikan salah satu bahan
transmiter sinaps yaitu:
Aceticholin
Norepinefrin
Serat-serat yang mensekresikan
Acetil cholin disebut serat kolinergik.
Serat-serat yang mensekresikan
Norepinefrin disebut serat adrenergik.

Semua neuron preganglionik dari Sistem


saraf
Simpatis dan Parasimpatis bersifat
kolinergik.
Semua neuron postganglionik dari sistem
parasimpatis bersifat kolinergik
Sebagian besar neuron postganglionik
Simpatis bersifat adrenergik,
Kecuali serat-serat saraf postganglionik
simpatis yang ke:
a.kelenjar keringat
b.otot-otot piloerektor
c.beberapa pembuluh darah
Adalah bersifat kolinergik.

Ujung saraf Parasimpatis semua


mensekresi asetilkolin, dan sebagian
besar ujung saraf Simpatis mensekresi
norepinefrin.
Asetilkolin disebut transmiter
parasimpatis,
dan norepinefrin disebut transmiter
simpatis.

Kerja Reseptor Melalui Perubahan


Enzim Intraselular
Cara lain agar reseptor dapat berfungsi
adalah dengan mengaktifkan atau
mematikan aktivitas suatu enzim (atau zat
kimia intraselular lainnya) didalam sel.
Pengikatan epinefrin dengan reseptornya
pada bagian luar sel akan meningkatkan
aktivitas enzim adenilsiklase pada bagian
dalam sel, dan hal ini kemudian
menyebabkan pembentukan adenosin
monoposfat siklik (cAMP).

Terdapat Dua Tipe Dasar Pada


Reseptor Asetilkolin yaitu:
Reseptor Muskarinik
Reseptor Nikotinik

1) Reseptor muskarinik dijumpai disemua


sel efektor yang dirangsang oleh:
a) neuron postganglionik dari sistem saraf
parasimpatis
b) neuron postganglionik kolinergik dari
sistem simpatis.
2) Reseptor nikotinik dijumpai
a) disinaps antara neuron preganglionik
dan postganglionik dari sistem simpatis
dan para simpatis.

Reseptor Adrenergik Reseptor Alfa Dan Beta


Penelitian obat-obatan yang meniru kerja
norepinefrin pada organ efektor simpatis (obat
Simpatomimetik) memperlihatkan bahwa ada
dua jenis reseptor adrenergik, yaitu:
a) reseptor alfa
b) reseptor beta.
reseptor beta dibagi menjadi
reseptor beta 1
Reseptor beta 2
sebab ada obat-obat tertentu yang hanya
mempengaruhi beberapa reseptor beta saja.
Terdapat juga pembagian yang kurang tegas
dari reseptor alfa yakni reseptor alfa 1 dan alfa
2

RESEPTOR ADRENERGIK DAN FUNGSINYA


RESEPTOR ALFA
Vasokonstriksi
Dilatasi iris
Relaksasi usus
Kontraksi sfingter usus
Kontraksi pilomotor
Kontraksi sfingter
kandung kemih

RESEPTOR BETA
Vasodilatasi (2)
Kardioakselerasi (1)
Peningkatan kekuatan
miokardial (1)
Relaksasi usus (2)
Relaksasi uterus (2)
Bronkodilatas (2)
Kalorigenesi (2)
Glikogenolisis (2)
Lipolisis (1)
Relaksasi kandung kemih (2)

Norepinefrin terutama merangsang reseptor


alfa kurang merangsang reseptor beta.
Epinefrin merangsang kedua reseptor ini
hampir sama kuatnya.

Pengaruh relatif dari norepinefrin dan


epinefrin pada berbagai organ efektor
ditentukan oleh jenis reseptor yang
terdapat dalam organ tersebut.
Fungsi utama dari reseptor alfa eksitasi
Fungsi utama reseptor beta adalah
eksitasi

Hormon sintetik yang secara kimiawi mirip


epinefrin dan norepinefrin, yaitu
Isopropil norepinefrin, mempunyai kerja
yang sangat ekstrem terhadap reseptor
beta, namun tak berpengaruh terhadap
reseptor alfa.

EFEK OTONOMIK PADA BERBAGAI ORGAN TUBUH


Organ
Mata
Pupil
Otot silaris
Kelenjar

Nasal
Lakrimalis
Parotis
Submandibulari
s
Lambung

Efek Perangsangan
Simpatis
Dilatasi
Relaksasi ringan
(penglihatan jauh )
Vasokonstriksi dan
sekresi ringan

Efek Perangsangan
Parasimpatis
Konstriksi
Konstriksi (penglihatan
dekat)
Rangsangan banyak
sekali sekresi
(mengandung banyak
enzim untuk merangsang
kelenjar yang mensekresi
enzim)

Kelenjar keringat
Kelenjar apokrin
Pembuluh darah
Jantung
Otot

Banyak sekali keringat


(kolinergik)
Tebal, sekresi yang
berbau
Seringkali konstriksi

Pengurangan
kecepatan
Peningkatan kekuatan
kontraksi

Pembuluh
koroner
Dilatasi (2); kontriksi
Paru
()
Bronkus
Pembuluh darah
Dilatasi
Usus
Konstriksi sedang
Lumen
Sfingter

Berkeringat pada telapak


tangan atau tangan
Tidak ada
Seringkali memberi
sedikit efek atau tidak
sama sekali
Peningkatan kecepatan
Penurunan kekuatan
kontraksi (khususnya
atrium)
Dilatasi
Konstriksi
Dilatasi

Peningkatan peristalsis Penurunan peristalsis dan


tonus
dan tonus
Relaksasi (seringkali)
Peningkatan tonus

Hati
Kandung empedu
dan saluran
empedu
Ginjal

Pelepasan glukosa
Relaksasi

Sintesa glikogen ringan


Kontraksi

Berkurangnya
pengeluaran dan
sekresi renin

Tidak ada

Kandung kemih
Detrusor
Trigonum
Penis
Arteriol sistemik
Visera
abdominal
Otot

Relaksasi(ringan)
Kontraksi
Ejakulasi

Kontraksi
Relaksasi
Ereksi

Kulit

Kontriksi

Tidak Ada
Kontriksi ( adrenergik) Tidak Ada
Dilatasi (2 adrenergik)
Dilatasi (kolinergik)
Kontriksi
Tidak Ada

Darah
Koagulasi
Glukosa
Lipid
Metabolisme basal
Sekresi medulaadrenal
Aktivitas mental
Otot piloerektor
Otot skeletal
Sel-sel lemak

Meningkat
Meningkat
Meningkat

Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada

Meningkat sampai
100%
Meningkat

Tidak Ada
Tidak Ada

Meningkat
Kontraksi
Peningkatan
glikogenolisis
Peningkatan kekuatan
Lipolisis

Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada

Efek Perangsangan Simpatis dan


Parasimpatis Pada Organ Spesifik Mata
Ada dua fungsi mata yang diatur sistem
saraf otonom, yaitu:
Dilatasi pupil
Pemusatan lensa.
Perangsangan simpatis membuat seratserat meridional iris berkontraksi sehingga
pupil menjadi dilatasi,
Sedangkan perangsangan parasimpatis
mengkontraksikan otot-otot sirkular iris
sehingga terjadi kontriksi pupil.
Pemusatan lensa hampir seluruhnya diatur
oleh sistem saraf parasimpatis.

Kelenjar-Kelenjar Tubuh
Kelenjar nasalis, lakrimalis, saliva, dan
sebagian besar kelenjar gastrointestinal
terangsang dengan kuat oleh sistem saraf
parasimpatis, sehingga mengeluarkan
banyak sekali sekresi cairan.
Perangsangan simpatis mempunyai
pengaruh langsung pada sel-sel kelenjar
dalam pembentukan sekresi pekat yang
mengandung enzim dan mukus tambahan.
Rangsangan simpatis juga menyebabkan
vasokonstriksi pembuluh darah yang
mensuplai kelenjar-kelenjar sehingga
seringkali mengurangi kecepatan sekresi
kimia.

Serat-serat simpatis yang menuju ke


sebagian besar kelenjar keringat bersifat
kolinergik (kecuali beberapa serat
adrenergik yang ke telapak tangan dan
telapak kaki).
Kelenjar keringat terutama dirangsang oleh
hipotalamus sebagai pusat parasimpatis.
Oleh karena itu, berkeringat dapat dianggap
sebagai fungsi parasimpatis, walaupun hal
ini dikendalikan oleh serat-serat saraf yang
secara anatomis tersebar melalui sistem
saraf simpatis.

Kelenjar apokrin diaksila mensekresikan


sekret
yang kental dan berbau sebagai
akibat dari
perangsangan simpatis,
tetapi kelenjar ini tidak bereaksi terhadap
perangsangan parasimpatis.
Kelenjar apokrin, lebih banyak di atur oleh
serat- serat adrenergik daripada serat-serat
kolinergik dan lebih banyak diatur oleh
pusat simpatis dalam sistem saraf pusat
daripada oleh pusat parasimpatis.

Sistem Gastrointestinal
Sistem Gastrointestinal mempunyai susunan
saraf intrinsik sendiri yang dikenal sebagai
pleksus intramural atau sistem saraf enterik usus.
Perangsangan parasimpatis msbbkan
peningkatan seluruh tingkat aktivitas saluran
gastrointestinal, yakni dengan memicu
terjadinya gerakan peristaltik dan relaksasi
sfingter, jadi akan mempermudah
pengeluaran isi usus melalui saluran
pencernaan dengan cepat.
Perangsangan simpatis yang sangat kuat,
akan mtimbulkan penghambatan peristaltik
dan peningkatan tonus sfingter, kadangkadang juga mengurangi sekresi.

Jantung
Perangsangan simpatis akan
meningkatkan seluruh aktivitas
jantung. Keadaan ini tercapai dengan
naiknya frekuensi dan kekuatan
kontraksi jantung.
Perangsangan parasimpatis terutama
menimbulkan efek yang berlawanan.

Efek Perangsangan simpatis Dan


Parasimpatis
Terhadap Tekanan Arteri
Tekanan arteri ditentukan oleh dua faktor, yaitu:
Daya dorong darah dari jantung
Tahanan terhadap aliran darah yang melewati
pembuluh darah.
Perangsangan simpatis meningkatkan daya
dorong jantung dan tahanan terhadap aliran
darah, yang biasanya menyebabkan tekanan
menjadi sangat meningkat.
Perangsangan parasimpatis menurunkan daya
pompa jantung tetapi sama sekali tidak
mempengaruhi tahanan perifer.

Perangsangan parasimpatis vagal yang


kuat dapat menghentikan seluruh jantung
dan menyebabkan hilangnya sebagian
besar tekanan.
Efek Perangsangan simpatis &
Parasimpatis Terhadap Fungsi-Fungsi
Tubuh Lainnya.
Struktur entodermal, seperti hati, kendung
empedu, ureter, kandung kemih, dan
bronkus dihambat oleh perangsangan
simpatis namun dirangsang oleh
perangsangan parasimpatis.

Perangsangan simpatis mempunyai


pengaruh metabolik, yakni:
Menyebabkan pelepasan glukosa dari
hati,
Meningkatkan konsentrasi glukosa
darah,
Meningkatkan proses glikogenolisis
dalam hati dan otot,
Meningkatkan kekuatan otot,
Meningkatkan kecepatan metabolisme
basal,
Meningkatkan aktivitas mental.

Fungsi Medula Adrenal


Perangsangan saraf simpatis yang menuju
medula adrenal menyebabkan pelepasan
sejumlah besar epinefrin dan
norepinefrin ke dalam darah sirkulasi
80 % hormon yg disekresikan adalah
epinefrin dan 20 % adalah norepinefrin.
Norepinefrin yang ada dalam darah sirkulasi
menyebabkan:
a) Kontriksi seluruh pembuluh darah tubuh;
b) Menyebabkan peningkatan aktivitas
jantung,
c) Penghambatan saluran gastrointestinal,
d) Pelebaran pupil mata

Epinefrin menimbulkan efek yang kurang


lebih sama dengan norepinefrin, tetapi
efeknya berbeda dalam beberapa hal
berikut ini :
1) Epinefrin, efeknya lebih besar dlm
merangsang reseptor beta, maka
memberi efek yang lebih besar pula
terhadap perangsangan jantung
daripada norepinefrin.
2) Epinefrin dalam mengkonstriksikan
pembuluh darah dalam otot lebih lemah.
Karena pembuluh darah otot merupakan
segmen utama dari pembuluh darah
tubuh,

Norepinefrin meningkatkan tahanan perifer


total dan tekanan arteri,
sedangkan epinefrin meningkatkan tekanan
arteri sedikit, tetapi meningkatkan curah
jantung lebih besar karena efek
eksitatoriknya pada jantung.
3) Epinefrin dan norepinefrin terhadap
metabolisme jaringan adalah sbb:
Epinefrin mempunyai efek metabolik 5
sampai 10 kali lebih besar daripada
norepinefrin.
Epinefrin juga meningkatkan kecepatan
aktivitas metabolik lainnya, seperti
glikogenolisis dalam hati dan otot serta
pelepasan glukosa ke dalam darah.

Peran Medula Adrenal Terhadap


Fungsi Sistem Saraf Simpatis
Epinefrin dan norepinefrin hampir selalu
dilepaskan oleh medula adrenal pada saat
yang bersamaan sewaktu organ-organ
lain dirangsang secara langsung oleh
aktivasi simpatis umum. Karena itu organorgan ini menerima dua macam
perangsangan secara bersamaan
secara langsung oleh serat simpatis
secara tak langsung oleh hormo-hormon
medula.

Medula adrenal adalah kemampuan


epinefrin dan norepinefrin untuk
merangsang struktur-struktur tubuh yang
tidak dipersarafi oleh serat simpatis
langsung,
Contohnya, kedua hormon ini
meningkatkan kecepatan metabolisme
setiap sel tubuh.

Hubungan Kecepatan Perangsangan


Dengan Besarnya Efek Simpatis dan
Parasimpatis
Perbedaan utama antara sistem saraf
otonom dengan sistem saraf skeletal
adalah bahwa untuk menimbulkan
aktivasi yang sempurna dari efektor
otonom hanya dibutuhkan rangsangan
berfrekuensi rendah.
Tonus Simpatis dan Parasimpatis
Sistem simpatis dan parasimpatis
bersifat aktif terus menerus, dan nilai
aktivitas basalnya telah dikenal dengan
sebutan tonus simpatis dan tonus
parasimpatis.

REFLEKS OTONOM
Sebagian besar fungsi viseral tubuh diatur
oleh refleks otonom.
Refleks Otonom Kardiovaskular
Ada beberapa refleks dalam sistem
kardiovaskular yang terutama membantu
mengatur tekanan darah arteri dan
frekuensi denyut jantung. yaitu refleks
baroreseptor. Secara kasar, reseptor
regang yang disebut baroreseptor
terletak didalam dinding arteri besar
(arteri karotis & aorta)

sinyal akan dijalarkan ke batang otak


tempat mereka menghambat impuls
simpatis ke jantung dan pembuluh darah,
sehingga tekanan arteri turun kembali ke
nilai normal.
Refleks Otonom Lainnya
Pengosongan kandung kemih caranya mirip
dengan pengosongan rektum; peregangan
kandung kemih menyebabkan timbulnya
impuls ke medula spinalis, dan keadaan ini
kemudian menyebabkan refleks kontraksi
kandung kemih dan relaksasi sfingter
urinaria, sehingga mempermudah
pengeluaran urin.

Yang juga penting adalah refleks seksual,


yang dapat dipicu oleh rangsangan psikis
dari otak maupun dari organ seksual.
Impuls yang berasal dari sumber ini akan
disatukan oleh medula spinalis bagian
sakral, pada pria, mula-mula ereksi,
terutama akibat fungsi parasimpatis, dan
selanjutnya ejakulasi, yang merupakan
fungsi simpatis.
Refleks otonom lainnya meliputi refleks
yang membantu pengturan sekresi
kelenjar pankreas. Pengosongan kandung
empedu, ekskresi urin pada ginjal,
berkeringat, konsentrasi glikosa darah,
dan sebagian besar fungsi viseral lainnya.

Pengatur Medula, Pons dan


Mesensefalon pada Sistem Saraf
Otonom
Sebagian besar area dalam substansia
retikular dan traktus solitarius medula,
pons, dan mesensefalon, adalah mengatur
berbagai fungsi otonom, seperti tekanan
arteri, frekuensi denyut jantung, sekresi
kelenjar di traktus gastrointestinal,
gerakan peristaltik gastrointestinal,
kuatnya kontraksi kandung kemih.

Pengaturan Pusat Otonom Batang


Otak Oleh Area Yang Lebih Tinggi
Sinyal-sinyal yang berasal dari
hipotalamus dan serebrum dapat
mempengaruhi aktivitas pusat pengatur
otonom batang otak.
Contohnya perangsangan daerah yang
sesuai hipotalamus dapat mengaktifkan
pusat pengatur kardiovaskular medula
dengan cukup kuat untuk meningkatkan
tekanan arteri sampai lebih dari dua kali
normal, pusat-pusat hipotalamik lainnya
dapat mangatur suhu tubuh,

Meningkatkan atau menurunkan salivasi


dan aktivitas gastrointestinal, atau
menimbulkan pengosongan kandung
kemih. Oleh karena itu, pada beberapa
keadaan, pusat-pusat otonom di batang
otak bekerja sebagai stasiun pemancar
mengtur aktivitas yang dimulai pada
tingkat otak yang lebih tinggi.

Anda mungkin juga menyukai