Disusun Oleh:
Mardhiyatul Aflah
1708436509
Pembimbing:
dr. Enny Lestari, Sp. S
KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU PENYAKIT SARAF
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ARIFIN ACHMAD
PEKANBARU
2019
0
SISTEM SARAF OTONOM
1
II. Sistem Saraf Simpatis
Sistem saraf simpatis berasal dari sistem saraf pusat melalui segmen medulla
spinalis T1 hingga L2 (torakolumbal).2,3 Dari segmen T1 hingga T2 mempersarafi
organ visceral di daerah leher, T3 hingga T6 menuju daerah toraks, T7 hingga T11
menuju abdomen, dan T12 hingga L2 menuju ke ekstremitas bawah. 2 Saraf
simpatis lebih rumit dibandingkan saraf parasimpatis karena mempersarafi lebih
banyak organ.2
Setelah meninggalkan medulla spinalis melalui akar ventral, serabut
preganglion melewati white ramus communicans, lalu masuk ke rantai ganglion
simpatik (sympathetic trunk ganglion). Karena letaknya dekat dengan vertebrae,
disebut juga dengan ganglia paravertebral. Selanjutnya, ada tiga cabang, yakni:
(1) bersinaps dengan neuron orde dua di ganglion yang sama; (2) naik atau turun
rantai ganglion simpatis dan bersinaps di sana; (3) tidak bersinaps, hanya
melewati rantai ganglion simpatis dan keluar bersinaps dengan ganglion
kolateral (ganglion pravertebra), yang secara khusus disebut saraf splanknik .
Ganglion kolateral ini terletak di daerah abdomen dan pelvis dan tidak
berpasangan seperti ganglia simpatis lain.1,2
Serabut preganglion yang bersinaps di rantai ganglia simpatis berlanjut
dengan serabut pascaganglion yang masuk ke akar dorsal melalui saraf spinal
yang berkesesuaian melalui gray rami communicantes. Dari sini, serabut
pascaganglion meneruskan perjalanan untuk menuju organ efektor. Sepanjang
jalur serabut postanglion dapat mempersarafi pembuluh darah dan otot polos
sebelum tiba ke organ efektor akhir.3
Terdapat beberapa ganglion selain ganglion kolateral dan rantai ganglion
simpatis, di antaranya ganglion servikal superior yang berasal dari T1-T4 yang
naik untuk bersinaps di ganglion yang terletak di atas rantai ganglion simpatis ini.
Menginervasi pembuluh darah dan otot polos di bagian kepala, otot dilator mata,
lendir hidung dan kelenjar saliva, serta mengirimkan cabang yang menginervasi
jantung. Ganglion servikal merupaan ganglion yang mempersarafi organ visceral
di daerah toraks serta berasal dari T1 hingga T6. Ada yang membentuk jalinan
pleksus kardiak dan mempersarafi jantung, beberapa lainnya mempersarafi
kelenjar tiroid dan kulit. Ganglion kolateral seperti ganglion seliak, mesentrik
2
superior, mesentrik inferior dapat ditemukan sebagai kelanjutan dari saraf
splanknik yang tidak bersinaps di rantai ganglion simpatis.
3
Jenis Reseptor Afinitas Efektor Mekanisme aksi dan
neurotransmiter efek
α1 NE dari post Hampir semua efektor Mengaktifkan IP3/Ca2+;
simpatis; E dari persarafan simpatis eksitatori
medulla adrenal;
NE>E
α2 NE>E Organ pencernaan Menghambat cAMP;
Inhibitori
β1 NE~E Jantung Mengaktivasi cAMP;
Eksitatori
β2 Hanya E Otot polos dari arteriol dan Mengaktivasi cAMP;
bronkiolus Inhibitori
Tabel 1 Jenis Reseptor Adrenergic.
4
Divisi parasimpatis, atau disebut divisi kraniosakral, berasal dari sistem
saraf pusat melalui saraf kranial III (okulomotor), VII (fasial), IX (glosofaringeal),
dan X (vagus). Selain berasal dari saraf kranial, saraf parasimpatis juga berasal
dari medulla spinalis bagian bawah, yakni melalui S2 dan S3 (atau S4). Hampir ¾
serabut parasimaptis berada bersama-sama dengan saraf vagus (X), masuk ke
daerah torakal dan abdominal untuk mempersarafi organ visceral ini.4,5,6
Divisi parasimpatis yang berasal dari n.III keluar dan mempersarafi sfingter pupil
dan otot siliar mata, sementara yang berasal dari n.VII mempersarafi kelenjar
lakrimal, nasal, dan submandibular, n.IX mempersarafi kelenjar parotis, serta n. X
mempersarafi jantung, paru-paru, esophagus, lambung, usus halus, hati, kantung
empedu, pankreas, ginjal, bagian proksimal colon, serta bagian atas ureter.6
Divisi parasimpatis memiliki ganglion yang berada dekat dengan organ efektor,
semisal ganglion siliar, sfenopalatina, submandibular, sublingual, otik, ganglion-
ganglion yang berada di organ efektor (misalnya untuk organ jantung, otot
bronkus, lambung, kantung empedu). Bagian dari S2 dan S3 keluar membentuk
jalinan splankik pelvis, serta mempersarafi bagian rectum, kandung kemih, ureter,
dan alat kelamin wanita dan pria.6
Divisi parasimpatis cenderung mengatur organ efektor dalam keadaan rest-and-
digest, yakni ketika tubuh berada dalam keadaan tenang, relaks, kondisi yang
tidak mengancam, atau dalam keadaan pembersihan dan pemulihan tubuh
(general housekeeping).
Serabut preganglion parasimpatis melepaskan neurotransmitter asetilkolin
(ACh) yang ditangkap oleh reseptor kolinergik nikotinik badan sel
pascaganglion. Efek dari penangkapan ACh oleh reseptor nikotinik menyebabkan
pembukaan kanal ion nonspesifik, menyebabkan influx terutama ion Na+. Setelah
itu, serabut pascaganglion parasimpatis menghasilan juga asetilkolin yang
ditangkap oleh reseptor kolinergik muskarinik yang terdapat di semua organ
efektor parasimpatis. Penempelan ACh dengan reseptor muskarinik mengaktifkan
protein G, dan dapat menginhibisi atau mengeksitasi organ efektor.2
5
Gambar 3. Distribusi saraf parasimpatis
6
Sedangkan asetilkolin yang dilepaskan dari serabut preganglion mengaktivasi baik
postganglion simpatis maupun parasimpatis. 6,7
7
kalsium, sehingga mempermudah ion ini untuk berdifusi keujung saraf atau
varikositas saraf. Di sini ion kalsium berinteraksi dengan vesikel sekretori yang
letaknya berdekatan dengan membran sehingga vesikel ini bersatu dengan
membran dan menggosongkan isinya keluar. Jadi, bahan transmitter akhirnya
disekresikan. Sebelum transmitter asetilkolin atau norepinefrin disekresikan pada
ujung saraf otonom untuk dapat merangsang organ efektor, transmiter ini mula-
mula harus berikatan dulu dengan reseptor yang sangat spesifik pada sel-sel
efektor. Reseptor ini terdapat di bagian dalam membran sel, terikat sebagai
kelompok prostetik pada molekul protein yang menembus membran sel. 7,8
8
kelenjar keringat (α1) keringat
Saliva saliva kental dan kaya akan saliva encer dan kaya akan
lendir (α1) enzim
B. Kelenjar-kelenjar tubuh
Kelenjar nasalis, lakrimalis, saliva, dan sebagian besar kelenjar
gastrointestinalis terangsang dengan kuat oleh sistem saraf parasimpatis sehingga
mengeluarkan banyak sekali sekresi cairan. Kelenjar-kelenjar saluran pencernaan
yang paling kuat dirangsang oleh parasimpatis adalah yang terletak di saluran
bagian atas, terutama kelenjar di daerah mulut dan lambung. Kelenjar usus halus
dan usus besar terutama diatur oleh faktor-faktor lokal yang terdapat di saluran
9
usus sendiri dan oleh sitem saraf enterik usus serta sedikit oleh saraf otonom.
Perangsangan simpatis mempunyai pengaruh langsung pada sel-sel kelenjar dalam
pembentukan sekresi pekat yang mengandung enzim dan mukus tambahan.6
Rangsangan simpatis ini juga menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah
yang mensuplai kelejar-kelenjar sehingga seringkali mengurangi kecepatan
sekresinya. Bila saraf simpatis terangsang, maka kelenjar keringat mensekresikan
banyak sekali keringat, tetapi perangsangan pada saraf parasimpatis tidak
mengakibatkan pengaruh apapun. Namun, serat-serat simpatis yang menuju ke
sebagian besar kelenjar keringat bersifat kolinergik dimana hal ini berbeda dengan
hampir semua serat simpatis lainnya, yang bersifat adrenergik.6
Selanjutnya kelenjar keringat terutama dirangsang oleh pusat-pusat di
hipotalamus yang biasanya dianggap sebagai pusat parasimpatis. Oleh karena itu,
berkeringat dapat dianggap sebagai fungsi parasimpatis, walaupun hal ini
dikendalikan oleh serat-serat saraf yang secara anatomis tersebar melalui sistem
saraf simpatis. 6
Kelenjar apokrin di aksila mensekresikan sekret yang kental dan berbau
sebagi akibat dari perangsangan simpatis, namun kelenjar ini tidak bereaksi
terhadap perangsangan parasimpatis. Kelenjar apokrin, walaupun embriologisnya
berkaitan erat dengan kelenjar keringat, tetapi lebih banyak diatur oleh pusat
simpatis dalam sistem saraf pusat daripada oleh pusat parasimpatis.6
C. Sistem gastrointestinal
Sistem gastrointestinal mempunyai susunan saraf intrinsik sendiri yang
dikenal sebagai pleksus intramural atau sistem saraf enterik usus. Namun, baik
perangsangan simpatis maupun parasimpatis dapat mempengaruhi aktivitas
gastrointestinal, terutama oleh peningkatan atau penurunan kerja spesifik dalam
pleksus intramural. Pada umumnya, perangsangan parasimpatis meningkatkan
seluruh tingkat aktivitas saluran gastrointestinal, yakni dengan memicu terjadinya
gerakan peristaltik dan relaksasi sfingter, jadi akan mempermudah pengeluaran
isi usus melalui saluran pencernaan dengan cepat.6
Pengaruh dorongan ini berkaitan dengan penambahan kecepatan sekresi yang
terjadi secara bersamaan pada sebagian besar kelenjar gastrointestinal, seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya.6 Fungsi normal dari saluran gastrointestinal
10
tidak terlalu tergantung pada perangsangan simpatis . Namun bila ada
perangsangan simpatis yang sangat kuat, maka akan timbul penghambatan
peristaltik dan peningkatan tonus sfingter. Hasil akhirnya adalah timbul dorongan
yang sangat lemah dalam saluran pencernaan dan kadang-kadang juga
mengurangi sekresi.6
D. Jantung
Pada umumnya perangsangan simpatis akan meningkatkan seluruh aktivitas
jantung. Keadaan ini tercapai dengan naiknya frekuensi dan kekuatan kontraksi
jantung. Perangsangan parasimpatis terutama menimbulkan efek yang
berlawanan. Akibat atau pengaruh ini dapat diungkapkan dengan cara lain, yakni
perangsangan simpatis akan meningkatkan keefektifan jantung sebagai pompa
yang diperlukan selama kerja berat, sedangkan perangsangan parasimpatis
menurunkan kemampuan pemompaan tetapi menimbulkan beberapa tingkatan
istirahat pada jantung di antara aktivitas kerja yang berat.2
11
menimbulkan sindrom horner ipsilateral. Sindroma ini terdiri atas trias klinis yaitu
konsusi upil miosis akibat hilang kontraksi m. dilator pupillae, kelopak mata
menggantung akibat hilangnya kontraksi m. tarsalit, dan bola mata yang masuk
kedalam atau enoftalmus akibata hilangnya kontraksi m. orbitalis. Selain itu juga
dapat mengkibatkan hilangnya kemampuan berkeringat dimana tampak sebagian
wajah kering dan memerah. Penyebab tersering dari sindrom horner yaitu
karsinoma bronkial diapeks paru, dan diseksi arteri karotis interna. Tterdapat juga
beberapa kelainan yang dapat ditimbulkan pada gangguan saraf otonom yaitu
sebagai berikut :
12
Gambar 5. Persarafan kandung kemih6
13
Gambar 6. Persarafan rectum6
Gambar 7.
14
DAFTAR PUSTAKA
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK11149/
2005;129-83
219-42.
1996; 34-6.
15