Anda di halaman 1dari 6

BAB IV

PEMBAHASAN

Berdasarkan data yang didapatkan dari hasil wawancara dengan kepala seksi

pengendalian karantina dan surveilans epidemiologi (PKSE) KKP Kelas II Pekanbaru,

permasalahan yang didapat adalah pada tahun 2019 telah terjadi KLB polio di negara

tetangga yaitu Filipina dan Malaysia serta sosialisasi mengenai pencegahan polio pada

calon penumpang keberangkatan internasional di Bandara Sultan Syarif Kasim II

belum pernah dilakukan. Hal ini didukung oleh data berupa surat himbauan yang

dikirim oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia melalui Dirktorat Jendral

Pencegahan dan Pengendalian Penyakit ke KKP tentang kewaspadan dan reson

terhadap KLB polio VDPV tipe 2 di Filipina.12

Berdasarkan hasil wawancara dari 5 calon penumpang di wilayah kerja Bandara

Sultan Syarif Kasim II, didapatkan 3 dari 5 orang tersebut mengetahui apa itu polio

namun tidak ada satupun yang dapat menjawab pertanyaan mengenai pengobatan dari

polio dan negara mana saja yang saat ini terjadi wabah polio. Hal ini menunjukkan

masih rendahnya tingkat pengetahuan calon penumpang mengenai penyakit polio ini.

Berdasarkan masalah tersebut disusun beberapa alternatif pemecahan masalah.

Alternatif pemecahan masalah dalam kurangnya media informasi mengenai penyakit

polio, yaitu dengan menyediakan media informasi berupa leaflet dan flipbook

mengenai polio lalu di sosialisasikan kepada calon penumpang internasional di

Bandara Sultan Syarif Kasim II. Media informasi atau alat peraga dalam promosi

42
43

kesehatan dapat diartikan sebagai alat bantu untuk promosi kesehatan yang dapat

dilihat dan didengar untuk memperlancar komunikasi dan penyebarluasan informasi.21

Penggunaan media dalam penyuluhan membantu dalam meningkatkan partisipasi

masyarkat dalam kegiatan sosialisasi sehingga membantu dalam pecapaian tujuan

dilaksanakannya sosialisasi. Alasan penulis memilih media informasi berupa leaflet

adalah karena kelebihan media ini adalah sederhana dan murah, lalu orang dapat

menyesuaikan dan belajar mandiri, dan pengguna dapat melihat isinya pada saat santai

serta informasi tersebut dapat di bagikan dengan keluarga dan teman. Hal ini sesuai

dengan penelitian yang dilakukan oleh Susanti dkk yang menyatakan bahwa

penggunaan leaflet sebagai media sosialisasi efektif dalam mempengaruhi penyebaran

informasi yang diberikan melalui media tersebut.22 Selain itu, media leaflet juga dapat

meningkatkan pengetahuan pembaca mengenai materi yang disediakan. Sesuai juga

dengan penelitian yang dilakukan oleh Agus, bahwa penggunaan media leaflet pada

penyuluhan dapat meningkatkan pengetahuan peserta mengenai cara mencuci tangan

dengan benar yang di nilai dengan menggunakan pretest dan postest setelah

penyuluhan menggunakan leaflet.23

Penulis juga memilih flipbook sebagai media informasi adalah karena media

ini mudah dalam pembuatannya, disertai isi yang lebih mengedepankan gambar

sehingga lebih menarik perhatian pembaca dan dapat juga digunakan secara individu

maupun kelompok. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahyuliani

dkk yang menyatakan setelah pembelajaran menggunakan flipbook tampak adanya

peningkatan pengetahuan peserta yang signifikan terhadap materi yang diberikan.24

Selain itu, penggunaan media visual dimana dalam hal ini berbentuk flipbook, dapat
44

lebih meningkatkan pemahaman mengenai materi yang diberikan. Sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Mulyadi dkk, dimana menggunakan media Flipbook

dapat meningkatkan keterampilan berfikir pada peserta yang diberikan pembelajaran

menggunakan media Flipbook..25

Alternatif pemecahan masalah untuk kurang pengetahuan calon

penumpang internasional tentang penyakit polio yaitu melakukan kegiatan sosialisasi

tentang penyakit polio kepada calon penumpang. Kegiatan ini dilakukan di ruang

tunggu keberangkatan internasional Bandara Sultan Syarif Kasim II pada hari Senin

tanggal 6 Januari 2020. Sosialisasi person to person dilakukan kepada calon

penumpang internasional dengan cara memberikan penjelasan singkat mengenai polio

melalui flipbook yang sudah di siapkan. Sebelum dan sesudah sosialisasi dilakukan

wawancara mengenai tingkat pengetahuan calon penumpang terhadap penyakit polio.

Hasil wawancara calon penumpang setelah sosialisasi secara person to person

menunjukkan terjadinya perubahan tingkat pengetahuan calon penumpang terhadap

penyakit polio tersebut. Sebelum dilakukannya sosialisiasi, dilakukan wawancara. Dari

13 calon penumpang, hanya 5 orang yang dapat menjawab pertanyaan pertama

mengenai apa itu polio dan tidak ada satupun calon penumpang yang dapat menjawab

2 pertanyaan lagi. Setelah sosialisasi person to person dilakukan, semua penumpang

tersebut dapat menyebutkan tentang apa itu polio, apakah polio dapat disembuhkan,

cara pencegahan polio dan negara mana yang saat ini terkena wabah polio. Tidak

adanya ikatan calon penumpang dengan pihak KKP dan bandara, menyebabkan

sulitnya mengumpulkan calon penumpang dan melakukan sosialisasi dalam bentuk

penyuluhan. Oleh sebab itu, sosialisasi yang dilakukan berupa tatap muka Person to
45

person dengan para calon penumpang yang akan berangkat keluar negeri. Selain itu,

penggunaan metode penyuluhan secara perorangan dapat membantu meningkatkan

pengetahuan calon penumpang mengenai polio dalam waktu singkat. Hal ini sejalan

dengan penelitian Amalia tahun 2016 menunjukkan bahwa terdapat peningkatan

pengetahuan sebesar 22% dan sikap 34% setelah dilakukan penyuluhan metode

perorangan pada penjamah makanan di Hotel Patrajasa Semarang.26 sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Hurrul, dimana dari hasil penelitian secara umum

penyuluhan swadaya yang menggunakan metode person to person lebih berberperan

dalam meningkatkan pemahaman tentang argibisnis dibandingkan penyuluhan yang

dilakukan secara berkelompok oleh PNS.27

Penulis merekomendasikan kepada Kepala seksi PKSE agar dapat

memasukkan sosialisasi mengenai penyakit polio ke dalam salah satu agenda kerja

KKP kelas II Pekanbaru. Sosialisasi ditujukan terutama kepada calon penumpang yang

akan berangkat ke negara KLB polio. Semua kegiatan alternatif pemecahan masalah

dapat berjalan dengan lancar. Keberhasilan jangka panjang dari segala kegiatan yang

dilakukan dari kegiatan ini diharapkan dapat terealisasi dengan baik sehingga semua

pihak memiliki pengetahuan tentang polio dan bisa mencegah terjadinya wabah polio

di Indonesia.

Kendala kegiatan: dalam melakukan kegiatan ini ada beberapa kendala yang

ditemui yaitu adalah dokter muda tidak dapat menggunakan banner sebagai media

informasi dikarenakan terdapatnya beberapa syarat yang tidak dapat dipenuhi oleh

dokter muda jika ingin meletakkan banner di bandara SSK II dan di KKP kelas II

Pekanbaru . Yaitu, penyediaan banner di bandara SSK II harus disertai dengan


46

pembayaran yang cukup mahal dan dilakukan setiap bulan dan penyediaan banner di

KKP kelas II Pekanbaru harus disertai izin dimana dalam mengurus izin tersebut

diperlukan waktu beberapa hari hingga beberapa minggu dan pihak KKP kelas II

pekanbaru menolak pembuatan banner yang disarankan oleh dokter muda. Selain itu,

terbatasan nya waktu dari dokter muda untuk melakukan sosialisasi perorangan

sehingga tidak semua penumpang yang mendapatkan sosialiasi mengenai penyakit

polio.
47

Dafpus

23. Budiyanto MAK. Efektivitas pemanfaatan media leaflet dalam

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mencuci tangan dengan sabun. UMM.

Malang: 2016. h. 640-8

24. Wahyuliani Y.

25. Mulyadi DU, Wahyuni S, Handayani RD. Pengembangan media flipbook

untuk meningkatkan keterampilan berfikir kreatif dalam pembelajaran IPA di SMP.

Jurnal Pembelajaran Fisika. Jember: 2016; 4(4): 296-301.

26. Pasanda A.

27. Fikri H, Subekti, Sofia. Peran penyuluhan dalam agribisnis perikanan air

payau di Kabupaten Bangkalan Madura. JSEP. Jember: 2017; 10(1): 31-46.

Anda mungkin juga menyukai