OBAT OTONOM
Praktikum obat otonom ini dibagi atas dua bagian, yaitu praktikum obat otonom dengan
menggunakan hewan percobaan dan diskusi obat otonom dengan menggunakan kasus atau
skenario.
Tujuan
Setelah praktikum mahasiswa dapat:
1. Menjelaskan system saraf otonom
2. Menjelaskan efek farmakodinamik obat otonom
3. Menggolongkan obat otonom yang digunakan dalam praktikum ini ke dalam obat
kolinergik, antikolinergik,adrenergic dan antiadrenergik
4. Menjelaskan dasar kerja obat yang digunakan pada praktikum ini.
1.
DASAR TEORI
Susunan saraf otonom terutama digiatkan oleh pusat-pusat yang terletak di dalam medula
spinalis, batang otak, dan hipotalamus. Misalnya: medulla spinalis bertanggung jawab untuk
persarafan otonom yang memengaruhi sistem kardiovaskular dan respirasi; hipotalamus berfungsi
untuk mengintegrasikan persarafan otonom, somatik, dan hormonal (endokrin) dan emosi serta
tingkah laku (misal: seseorang yang marah meningkatkan denyut jantung, tekanan darah, dan laju
respirasi).Di samping itu, daerah asosiasi prefrontal memengaruhi eksprei emosional, seperti wajah
yhang menampakkan kesan kemerahan apabila seseorang merasa malu.
Refleks Visceral
Refleks visceral, sama seperti refleks somatik lainnya, terdiri atas komponen reseptor,
integrasi, dan efektor. Pembeda refleks visceral dengan refleks somatik adalah informasi
reseptor refleks visceral diterima secara bawah-sadar (subconscious). Anda tidak akan pernah
tahu kapan pembuluh darah Anda melebar (kecuali ketika Anda melihat kulit yang
kemerahan). Contoh lain, Anda juga tidak akan pernah tahu kapan pupil mata Anda melebar,
kecuali Anda melihat ke cermin. Informasi-informasi seperti ini tidak diketahui secara sadar,
dan merupakan bagian dari refleks visceral.2 Meskipun demikian, reseptor refleks ini tidak
harus bersifat visceral.
Susunan saraf otonom sering bekerja melalui refleks otonom, yaitu isyarat sensoris dari
reseptor saraf tepi mengirimkan isyarat ke dalam pusat-pusat medula spinalis, batang otak,
atau hipotalamus, dan ini sebaliknya mengirimkan respon refleks yang tepat kembali ke organ
viseral atau jaringan untuk mengatur kegiatan mereka.
Isyarat autonom dikirimkan ke tubuh melalui sub divisi utama yang disebut sistem
simpatis dan parasimpatis.
1
Saraf simpatis
Saraf simpatik terdiri dari urat kembar yang bermuatan ganglion yang
terletak di sepanjang tulang belakang yang menempel pada sumsum tulang
belakang, sehingga memilki serabut pra-ganglion pendek (serabut saraf yang
yang menuju ganglion)dan serabut post ganglion yang panjang (serabut saraf
yang keluar dari ganglion). Ganglion tersusun berpasangan dan disebar di daerah:
1
Ganglion ini bersambung erat dengan sistem saraf pusat melalui sumsum
tulang belakang, dengan mempergunakan cabang-cabang penghubung yang bergerak
keluar dari sumsum tulang belakang menuju ganglion, dan dari ganglion masuk
menuju sumsum tulang belakang.
Ganglion simpatis lainnya berhubungan dengan dua rangkaian besar ganglia
ini, dan bersama serabut-serabutnya membentuk plexus-plexus simpatis.
1
Plexus kardiak terletak dekat dasar jantung serta mengarahkan cabangcabangnya ke jantung dan paru-paru.
Saraf parasimpatis
Disebut juga Saraf kranial otonom. Saraf parasimpatik berupa susunan
saraf yang berhubungan dengan ganglion yang tersebar di seluruh tubuh.
Saraf parasimpatik memiliki serabut pra-ganglion yang panjang karena
ganglion menempel pada organ yang dibantu dan serabut post-ganglion pendek.
Saraf ini adalah:
1
Saraf kranial ketiga -> saraf okulo-motorik = serabut yang mencapai serabut
otot sirkuler pada iris yang merangsang gerakan yang menentukan ukuran
pupil mata. Berjalan ke sfingter pupil dan muskulus siliaris mata.
Saraf kranial ketujuh -> fasial = serabut otot motorik sekretorik mencapai
kelenjar ludah. Berjalan ke kelenjar lakrimalis, nasal, dan submaksilaris.
Saraf kranial kesepuluh -> saraf vagus (merupakan serabut saraf otonom
terbesar, layanannya luas, kira-kira 75 % dari semua serabut saraf) = serabutserabutnya menyebar di sejumlah besar kelenjar dan organ, dan sejalan dengan
penyebaran serabut simpatis
3
Asetikolin, norepinefrin, dan epinefrin yang disekresikan oleh susunan saraf otonom
semuanya merangsang organ efektor dengan bereaksi dengan zat reseptor di dalam sel efektor
tersebut.
Simpatis
Parasimpatis
Panjang Serabut*
Organ Efektor yang DIpersarafi Otot jantung, hampir semua otot Otot jantung, banyak otot polos,
polos,
kebanyakan
eksokrin,
beberapa
endokrin
Neurotransmiter*
Pre
melepaskan
melepaskan
melepaskan
ACh;
sebagian
norepinefrin,
5
Reseptor
Fight-or-Flight
General Housekeeping
Relaksasi ringan
Berkontraksi
Muskulus siliaris
Glandula
Kelenjar keringat
Kelenjar apokrin
Jantung : otot
Menurunkan
Paru-paru: bronkus
Dilatasi
kontraksi atrium
Konstriksi
2
Pembuluh darah
Usus: Lumen
Konstriksi ringan
Berkurangnya peristaltik dan tonus
Dilatasi
Meningkatnya peristaltik dan
Meningkatkan tonus
tonus
3
Sfingter
Hati
Kandung empedu
Ginjal
Kandung kemih
Melepaskan glukosa
Relaksasi
Mengurangi pengeluaran
otot Relaksasi
detrusor
Terangsang
kekuatan
Relaksasi
Sedikit sintesis glikogen
Kontraksi
Tak ada
Terangsang
Relaksasi
4
Trigonum
Penis
Ejakulasi
Pembuluh darah sistemik:
Ereksi
Abdominal
Konstriksi
Tak ada
Otot
Darah : Koagulasi
(kolinergik)
Meningkat
Tak ada
7
Glukosa
Metabolisme basal
Sekresi korteks adrenalis
Aktivitas mental
Muskulus arektor pili
Otot-otot rangka
Meningkat
Meningkat sampai 100%
Meningkat
Meningkat
Terangsang
M glikogenolisis&kekuatan
Tak ada
Tak ada
Tak ada
Tak ada
Tak ada
Tak ada
Sebagian besar susunan saraf simpatis sering menjadi terangsang secara serempak, ini
disebut pencetusan besar-besaran. Sifat kegiatan ini memungkinkan susunan saraf simpat
mengatur banyak jaringan tubuh, seperti seluruh pengaturan arteri atau laju metabolik.
Tetapi dalam beberapa kasus kegiatan simpatis memang terjadi dalam bagian sitem
yang tersendiri. Yang terpenting diantaranya adalah :
Dalam proses pengaturan panas saraf simpatis mengatur pengeluaran keringat dan
aliran darah di dalam kulit tanpa mempengaruhi organ lain yang dipersarafi oleh
simpatis
Banyak refleks setempat yang menyangkut medula spinalis tetapi tidak pusat-pusat
saraf yang lebih tinggi mempengaruhi daerah setempat
Berbeda dengan simpatis kebanyakan refleks sistem perasimpatis sangat spesifik
misalnya reflek kardiovaskular parasimpatis biasanya hanya bekerja pada jantung untuk
meningkatkan kecepatan denyutannya.
Sering ada asosiasi diantara fungsi parasimpatis yang berhubungan erat misalnya
sekresi saliva dapat terjadi lepas dari sekresi lambung namun dapat bekerja sama-sama
seperti saat sekresi pankreas. Juga, refleks pengososngan rektum sering memulai suatu
refleks pengosongan kandung kemih yang menyebabkan pengosongan kandung kemih dan
rektum pada saat yang bersamaan.
Pencetusan simpatis besar-besaran dalam banyak hal meningkatkan kemampuan tubuh
untuk melakukan kegiatan otot yang hebat yaitu :
1
Peningkatan aliran darah ke otot-otot aktif yang berbarengan dengan penurunan aliran
darahke organ yang tidak penting untuk kegiatan cepat
jauh lebih berat daripada seandainya tidak ada efek ini karena stress fisiklah yang biasanya
merangsang sistem simpatis yangs ering dikatakan bahwa tujuannya adalah untuk
mengadakan penggiatan tambahan dari tubuh dalam keadaan stres : ini disebut reaksi stres
simpatis.
Sistem simpatis juga sangat digiatkan dalam banyak keadan emosional, misal marah.
Yang terutama ditimbulkan oleh perangsangan hipotalamus, isyarat dikirimkan ke bawah
melalui formasio retikularis dan medula spinalis untuk menyebabkan pencetusan simpatis
8
secara besar-besaran, dan semua peristiwa simpatis yang dituliskan dalam daftar di atas
terjadi dengan segera. Ini disebut reaksi alarm simpatis.
Fungsi medula adrenal
Rangsang saraf simpatis ke medula adrenal menyebabkan sejumlah besar epinefrin dan
norepinefrin dilepaskan ke dalam darah yang bersikulasi, dan kedua hormon ini kemudian
diangkut darah ke semua jaringan tubuh.
Hormon yang bersikulasi mempunyai efek yang hampir sama dengan rangsangan
simpatis langsung, kecuali bahwa efek tersebut tahan kira-kira 10 kali lamanya karena kedua
hormon dikeluarkan dari darah secara perlahan-lahan.
Epinefrin dan norepinefrin hampir selalu dikeluarkan oleh medula adrenal saat berbagai
organ sedang dirangsang langsung oleh saraf simpatis. Jadi sebenarnya organ dirangsang
secara serentak oleh dua rangsangan yaitu secara langsung oleh saraf simpatis dan tidak
langsung oleh hormon medula. Dua cara perangsangan tersebut saling membantu, dan salah
satu bisa mengganti yang lainnya.
Manfaat lain dari medula adrenal adalah kemampuan epinefrin dan norepinefrin untuk
merangsang struktur-struktur tubuh yang tidak dipersarafi oleh serabut simpatis. Misalnya
laju metabolik setiap sel tubuh
Tonus
Sistem simpatis dan parasimpatis terus menerus aktif, dan kecepatan basalnya dikenal
dengan tonus simpatis dan tonus parasimpatis. Manfaatnya adalah ia memungkinkan satu
sistem saraf tunggal untuk meningkatkan atau menurunkan kegiatan suatu organ yang
dirangsang.
Kelainan-kelainan pada sistem saraf
Sistem saraf manusia dapat mengalami gangguan kerja berupa penyakit atau kelainan
lainnya. Contoh penyakit pada sistem saraf manusia:
1
Meningitis
MS merupakan penyakit saraf kronis yang mempengaruhi sistem saraf pusat, sehingga dapat
menyebabkan gangguan organ seperti: rasa sakit, masalah penglihatan, berbicara, depresi,
gangguan koordinasi dan kelemahan pada otot sampai kelumpuhan.
3
Nyeri saraf
Nyeri saraf dapat terjadi karena adanya gangguan saraf sensorik maupun motorik. Gejala
nyeri saraf sering disertai dengan gejala lain seperti: kehilangan rasa, kebas. Urat saraf kejepit
dan penyakit urat saraf gangguan metabolik (seperti diabetic neuropaty pada penderita
penyakit kencing manis atau diabetes mellitus). Gangguan motorik karena nyeri saraf dari
yang ringan (seperti kram) sampai gangguan berat (seperti kelumpuhan).
4
Hidrocephalus
Tanda hidrocephalus berupa pembengkakan kepala karena kelebihan cairan yang ada di
sekitar otak. Akibatnya, dapat menyebabkan gangguan metabolisme dan gangguan organ
tubuh.
5
Penyakit saraf kejepit sering terjadi pada leher, pinggang dan telapak tangan.
6
Terjadi karena kerusakan substansi nigra yang tersebar luas, sering disertai dengan lesi globus
palidus
dan
daerah-daerah
yang
berhubungan.
Berhubungan
dengan
kurangnya
neurotransmitter dopamin. Ditandai dengan kekakuan otot, tangan dan kaki gemetaran, wajah
seperti topeng.
7
Gegar otak
10
11
Stroke
12
Herpes
Menyerang cabang oftalmik akan berakibat parah bila kornea ikut terserang. Dapat
menimbulkan bekas-bekas goresan yang mengakibatkan setengah buta atau buta sama sekali.
13
Posherpetik neuralgia
Menyerang salah satu atau ketiga cabang-cabang saraf trigeminal. Rasa sakitnya akut dan
persisten.
14
Epilepsi
10
Terjadi bila tingkat basal eksitabilitas sistem sarafnya (atau bagian lain yang peka terhadap
keadaan epileptik) meningkat di atas suatu ambang kritis tertentu.
15
Poliomielitis
16
Atetosis
Kerusakan terjadi pada bagian luar globus palidus atau di dalamnya dan korpus striatum.
Terjadi gangguan sirkuit umpan balik diantara ganglia basalis, talamus, dan korteks serebri.
Pada penyakit ini terus menerus terjadi gerakan menggeliat lambat pada tangan, leher, wajah,
lidah, atau beberapa bagian tubuh lain.
17
Kerusakan pada daerah asosiasi visual lobus oksipitalis di dalam hemisfer yang dominan,
sedangkan lobus temporalis dari area penafsiran utuh.
18
Amnesia Retrogard
Ketaksanggupan mengeluarkan ingatan jangka panjang walau diketahui ingatan ini masih
ada. Terjadi saat pengangkatan kedua hipokampusnya atau kerusakan pada beberapa
daerahtalamus.
19
Penyakit atau kerusakan yang timbul setelah cedera atau yang menyusul kecelakaan serebrovaskuler pada otak, tergantung daerah mana yang diserang
1
Paralisa motorik jenis spastik- hemiplegia : akibat dari neuron atas yang terkena
cedera. Gejalanya kaku otot dan refleks meninggi.
Paralisa sensorik : cedera pada jalur sensorik. Gerak refleks tidak normal.
20
Neuritis
Ensefalitis
1C Aliran Darah ke Otak, Kulit kepala, Insomnia, Darah Tinggi, Amnesia, PusingTulang Muka, Otak, Saraf Simpatetis pusing, Lemah Saraf, Kelelahan, Migrain.
Kronis, Empyema, Hidung
3C Pipi, Pangkal Telinga, Gigi, Tulang Muka Nyeri Saraf, Radang Saraf, Jerawat, Eksim
4C Hidung, Bibir, Mulut
Amandel
5C Pita Suara
Demam
Asma,
Batuk,
Sesak
Nafas,
Tangan
Kesemutan
Masalah
Tekanan
Darah,
6T Lambung
Gangguan Pencernaan
Radang Lambung
8T Limpa
10T Ginjal
1L Usus Besar
3L
4L
5L
Organ
Reproduksi,
Rahim,
Kantong
Sakit
Kandung
Kemih,
Nyeri
Haid,
Kelenjar Prostat, Encok Pinggul, Daerah Encok Pinggul, Sakit Pinggang, Kencing
Lutut
Reproduksi
Gangguan
Peredaran
Darah
di
Kaki
Rahim, Penyakit
Kelenjar,
Penyakit
Prostat,
Rahim,
Tulang
Wasir,
Obat-Obat Kolinergik
Pemakaian utama dari betamekol adalah untuk menambah mikturisi ( berkemih)
Obat ini dipakai untuk mengobati glukoma dengan menurunkan cairan ( intraocular) dalam
bola mata. Pilokarpin juga berkerja dalam reseptor nikotinik. Karbakol juga berkerja pada
reseptor pada reseptor nikotinik.
TABEL EFEK- EFEK OBAT- OBAT KOLINERGIK
NO JARINGAN TUBUH
1
Kardiovaskuler
RESEPTOR
Menurunkan denyut jangtung, menurunkan tekanan
drah akibat vasodilatasi dan menghambat konduksi
Gastrointestinal
nodus AV
Meningkatkan tonus dan motilitas otot polos dari
lambung dan usus halus. Peristaltic ditingkatkan dari
Genitourinarius
Mata
atau
menebalnya
lensa
mata
untuk
Kelenjar
Menambah
kontraksi
otot
polos
bronchial
dan
Otot lurik
Meningkatkan
transmisis
neuromuscular
dan
Syaraf otonom terdiri dari syaraf preganglion, gaglion dan pascaganglion yang
mempersyarafi sel efektor. Saraf otonom berhubungan dengan syaraf somatic, sebaliknya
kejadian somatic juga mempengaruhi fumgsi organ otonom. Pada susunan syaraf pusat
terdapat beberapa pusat otonom, misalnya di medulla oblongata terdapat pengatur pernapasan
dan tekanan darah. Hipotalamus dan hipofisis yang mengatur suhu tubuh, keseimbangan air,
metabolisme lemak dan karbohidrat. Pusat susunan syaraf otonom yang lebih tinggi dari
hipotalamus adalah korpus striatum dan korteks serebrum yang dianggap sebagai coordinator
antara system otonom dan somatic.
pravertebal
dan
ganglia
terminal.
System
parasimpatis
atau
kraniosakral outflow disalurkan melalui syaraf otak ke III, IX, X dan N. pelvikus yang
berasal dari bagian sacral segmen 2, 3 dan 4.
Secara umum dapat dikatakan bahwa system simpatis dan parasimpatis memperlihatkan
fungsi yang antagonistik yaitu bila yang satu menghambat fungsi maka yang lain memicu
fungsi tersebut. Contoh yang jelas ialah midriasis terjadi dibawah pengaruh syaraf simpatis
dan miosis dibawah pengaruh parasimpatis.
System simpatis aktif setiap saat, walaupun aktivitasnya bervariasi dari waktu ke waktu.
Dengan demikian penyesuaian tubuh terhadap lingkungan terjadi setiap secara terus menerus.
Dalam keadaan darurat, system simpatoadrenal (terdiri dari system simpatis dan adrenal)
berfungsi sebagai satu kesatuan secara serentak. System parasimpatis fungsinya lebih
terlokalisasi, tidak difus seperti system simpatis, dengan fungsi primer reservasi dan
konservasi sewaktu aktivitas organisme minimal. System ini mempertahankan denyut jantung
dan tekanan darah pada fungsi basal, menstimulasi system pencernaan berupa peningkatan
15
1.3
A.
Efek obat golongan ini menyerupai efek yang ditimbulkan oleh aktivitas susunan saraf
parasimpatis.
Ada 2 macam reseptor kolinergik:
Penggolongan Kolinergik
Farmakodinamik Kolinergik
Meningkatkan TD
Meningkatkan peristaltik
Efek Samping
Indikasi
Ester kolin: tidak digunakan pengobatan (efek luas dan singkat), meteorismus,
(kembung), retensio urine, glaukoma, paralitic ileus, intoksikasi atropin/ alkaloid beladona,
faeokromositoma.
16
Antikolinesterase: atonia otot polos (pasca bedah, toksik), miotika (setelah pemberian
Efek kelainan sentral: ataksia, hilangnya refleks, bingung, sukar bicara, konvulsi,
obat Dosis
kolinergik
Bekerja langsung
Betanekol
Pemakaian
dan
pertimbangan
pemakaian
D: PO: 10-50 mg, b.i.d.-q.i.d
(urecholine)
Karbakol (carcholine, 0,75-3%, 1 tetes
miostat)
Pilokarpin (pilocar)
intraokuler, miosis
Untuk
menurunkan
0,5-4%, 1 tetes
tekanan
intraokuler, miosis
Antikolinestrase reversible
Fisostigmin (eserine) 0,25-0,5%, 1 tetes, q.d-q.i.d
Untuk
intraokuler,
menurunkan
miosis,
tekanan
masa
kerja
singkat
Untuk menambah kekuatan otot pada
Neostigmin
(prostigmin)
Ambenonium
(mytelase)
q.i.d
masa kerja sedang
Antikolinestrase irreversible
Demakarium
0,125-0,25%, 1 tetes, q 12-48 Untuk
menurunkan
(humorsol)
jam
intraocular
Isofluorofat
(floropryl)
pada
tekanan
glaucoma,
Perangsang perifer terhadap otot polos pembuluh darah kulit dan mukosa, dan terhadap
Penghambatan perifer terhadap otot polos usus, bronkus, dan pembuluh darah otot
rangka.
kontraksi.
Efek endokrin, misalnya mempengaruhi efek insulin, rennin dan hormone hipofisis.
Efek
prasinaptik,
dengan
akibat
hambatan
atau
peningkatan
penglepasan
Farmakodinamik Adrenergic
Bersifat inotropik
Bronkodilator
Hipertensi
Efek Samping
Efek samping sering kali muncul apabila dosis ditingkatkan atau obat bekerja non selektif
(bekerja pada beberapa reseptor). Efek samping yang sering timbul pada obat-obat adrenergic
18
adalah, hipertensi, takikardi, palpitasi, aritmia, tremor, pusing, kesulitan berkemih, mual dan
muntah.
Kontra Indikasi
Tidak boleh digunakan pada penderita Stenorsis subaorta, anoreksia, insomnia dan
estenia.
Tabel Jenis Obat Adrenergik
Adrenergic
Resptor
Dosis
Epinefrin (adrenalin)
Alfa1,
beta1, Berbeda-beda
beta2
efadrin
Alfa1,
Norepinefrin
anafilaksis
dari 1:1000
asma akut.
beta1, D: PO: 25-50 mg, t.i.d Keadaan
hipotensi,
beta2
atau q.i.d
Alfa1, beta1
D: SK
hidung, hipotensi ortoristik.
D: IV: 4 mg, dekstrose Syok,
merupakan
(lavarterenol,
bronkospasme,
5% dalam 250-500 ml
levophed)
vasokontriktor
kuat,
Beta1
(neo- Alfa1
g/kg/menit
Larutan 0,123-1%
g/kg/menit)
Kongesti
dosis
synephrine)
Pseudoefedrin
Alfa1, beta1
(dekongestan)
Dekongestan
(Sudafed, Actifed)
Fenilpropanolamin
Alfa1, beta1
Dekongestan
Beta1
g/kg,
dapat
dinaikkan
bertahap;
secara
<5
hidung
contac,
triaminicol, dexatrim)
Dobutamin (dobutrek)
(tidak
(Dimetapp,
kongesti
Dopamine (intropin)
Fenilefrin
akut,
40
g/kg/menit
19
Isoprotenol (isoprel)
Beta1, beta2
payah
jantung,
jantung
kongestif
dan
curah
Metaprotenol
jantung)
Beta1 (beberapa), Inhal: 2-3 semprotan Bronkospasme, blok jantung
(alupent, metaprel)
beta2
12 semprotan/hari
Beta2
yang
atau q.i.d
terhadap atropine)
Inhal: 1-2 semprotan, q Bronkospasme
4-6 h D: PO: 2-4 mg,
Ritodrin (yutopar)
h, 120 mg/hari
IV: 50-300 /menit
dan benztropin)
Farmakodinamik Antikolinergik
Meningkatkan TD
20
refrakter
Efek Samping
Mulut kering
Konstipasi sekunder
Retensi urine
Obat-obat Antikolinergik
Nama obat
Dosis
Atropine
D: IM: 0,4 mg
Pembedahan
IV: 0,5-2 mg
salvias
dan
untuk
sekresi
mengurangi
bronchial.
dosis 0,5 mg
D: PO: 7,5-15 mg, t.i.d Sebagai antispasmodic untuk tukak
Skopolamin
atau q.i.d
peptic dan irritable bowel syndrome
D: PO: 0,5-1 mg, t.i.d Obat
preanestesi, irritable
bowel
(hyoscine)
atau q.i.d;
Isopropamid (darbid)
IM: 0,3-0,6 mg
D: PO: 5 mg, b.i.d
Tukak
Hematropin
hematropin)
peptic
dan irritable
bowel
syndrome
Midriasis dan siklopegia (paralisis otot
siliaris sehingga akomodasi hilang)
Siklopentolat
Larutan
(cyclogyl)
Benztropin (cogentin)
tetes
pemeriksaan mata
D; PO: 0.5-6 mg/hari Penyakit parkison. Untuk mengobati
Biperiden (akineton)
0,5-2%,
untuk
antipsikotik lainnya
Penyakit parkison. Untuk mengobati
efek samping fenotiazin dan agen
Trihesifinidil (artane)
antipsikotik lainnya
D: PO: 1 mg/hari, dapat Penyakit parkison. Untuk mengobati
dinaikkan sampai 5-15 efek samping fenotiazin dan agen
21
mg/hari
dalam
terbagi
- Blocker
Blocker Nonselektif:
untuk stimulasi kontraksi uterus setelah partus, mengurangi nyeri migren dan untuk
pengobatan demensia senelis.
b.
1 Blocker Selektif:
pengobatan hipertensi, gagal jantung kongesif, penyakit vaskuler perifer, penyakit raynaud
dan hipertofi prostat benigna (BPH)
c.
Farmakodinamik
Kontriksi pupil
Efek Samping
Hipotensi postural
Kongesti nasal
2.
- Blocker
Jenisnya adalah propanolol yang menjadi prototype golongan obat ini. Sehingga sampai
sekarang semua -blocker baru selalu dibandingkan dengan propanolol.
Farmakodinamik
Sebagai antiaritmia
Bronkokontriksi
Efek Samping
Bronkospasme
Gejala putus obat (serangan angina, infark miokard, aritmia ventrikuler bahkan
kematian)
Indikasi
Pada umumnya obat-obat antiadrenergik di gunakan untuk pengobatan Angina pectoris,
Aritmia, Hipertensi, Infark miokard, Kardiomiopati obstruktif hipertrofik, Feokromositoma,
Tirotoksokosis, Glaucoma, tremor esensial dan Ansietas
Kontraindikasi
Hati-hati penggunaan -blocker pada penderita dengan pembesaran jantung dan gagal
jantung
Hati-hati penggunaan pada penderita asma, syok kardiogenik, penyakit hati dan ginjal.
Tidak boleh digunakan pada penyakit vascular perifer dan penyakit paru obstruktif
menahun (PPOM)
3.
b.
diuretic)
c.
Efek Samping
Diare
Hambatan ejakulasi
Retensi urine
Hidung tersumbat
Odema
24
Kontraindikasi
Reseptor
Dosis
Tolazolin
alfa
D:IM:
(proscoline)
10 menit
D: IM: IV: 5 mg
Prazosin (minipress)
alfa
A: IM: IV: 1 mg
perifer, hipertensi.
D: PO: 1-5 mg, t.i.d; Hipertensi
Beta1, beta2
20 mg/hari
D: PO: 10-20 mg, Hipertensi, aritmia, angina
Propanolol (inderal)
pasca
infark
miokardium
Beta1, beta2
240 mg/hari
D: PO:10-20
Beta1
b.i.d 60 mg/hari
miokardium
D: PO: 100-450 mg, Hipertensi, angina, pasca
mg, Hipertensi
pasca
(lopressor)
Atenolol (temormin)
Beta1
mg b.i.d
D:
Beta1
mg/hari
D: PO: 200 mg, b.i.d
Asebutolol (spectral)
E.
Beta1, beta2
Obat Ganglion
25
Reseptornya dikenal sebagai reseptor nikotinik yang sensitive terhadap peghambatan oleh
heksametonium. Atas dasar fakta yang ditemukan diduga bahwa Ach yang dilepaskan saraf
preganglion berinteraksi dengan suatu neuron perantara yang di lepaskan katekolamin.
Zat yang menstimulasi kolinoreseptor di ganglion otonom dapat dibagi 2 golongan. Golongan
yang pertama terdiri dari nikotin dan lobelin. Golongan kedua adalah muskarin, metakolin
dan sebagian antikolinestrase. Sedangkan zat penghambat ganglion juga ada 2 golongan,yaitu
golongan yang merangsang lalu menghambat seperti nikotin dan yang langsung mengambat
contohnya heksametonium dan trimetafan.
1.
Nikotin penting bukan karena kegunaannya dalam terapi tapi tempat kerjanya di ganglion
yang dapat menimbulkan ketergantungan dan bersifat toksik.
Farmakodinamik
Takikardi
Vasokontriksi
Efek Samping
Hipertensi
Intoksikasi
Intoksikasi akut: mual, slivasi, kolik usus, muntah, diare, keringat dingin, sakit kepala,
pusing, pendengaran dan penglihatan terganggu, otot-otot menjadi lemah, frekuensi napas
meninggi, TD naik.
Pengobatan: larutan kalium permanganate 1:10.000
Intoksikasi kronik: kejadian ini biasanya terjadi pada perokok berat antara lain faringitis,
sindrom pernapasann perokok, ekstrasistol, takikardi atrium paroksismal, nyeri jantung,
penyakit buerger, tremor dan insomnia.
2.
Vasodilatasi
Midriasis
Hipotensi ortostatik
Mulut kering
Impotensi
Konstipasi
Keterangan:
D: Dewasa
PO: Peroral
IV: Intra Vena
IM: Intra Muskular
Cara Kerja Obat Otonom
Obat otonom mempengaruhi transmisi neurohormonal dengan cara menghambat atau
mengintensifkannya. Terdapat beberapa kemungkinan pengaruh obat pada transmisi system
kolinergik dan adrenergic, yaitu:
1.
2.
3.
4.
28
2.
PERCOBAAN PRAKTIKUM
29
Hasil observasi :
TABEL I
MATA NORMAL
KANAN
KIRI
1 cm
1 cm
TABEL II
MATA NORMAL
RANGSANG CAHAYA
KANAN
KIRI
0,8 mm
0,8 mm
TABEL III
Setelah 5 menit
TETES PILOKARPIN
KANAN
KIRI
0,8 mm
0,8 mm
TABEL IV
PILOKARPIN +
CAHAYA
KANAN
KIRI
0,5 mm
0,5 mm
TABEL V
ATROPIN
KANAN
KIRI
1 cm
1 cm
TABEL VI
30
ATROPIN + CAHAYA
KANAN
KIRI
0,8 mm
0,8 mm
PERTANYAAN :
31
: Spasme/ kejang pada otot kandung empedu, kandung kemih, dan usus,
KASUS 1
32
Seorang gadis 12 tahun datang ke dokter dengan radang tenggorokan dan demam. Dokter
mendiagnosa sebagai faringitis akut yang disebabkan oleh Streptococcus beta-hemolytic
group A. Ia diberikan injeksi Penisilin. Sekitar 5 menit kemudian, ditemukan kondisi
respiratory distress dan adanya wheezing, kulit dingin, takikardi, tekanan darah turun
samapai 70/20 mmHg. Dokter kemudian mendiagnosa sebagai reaksi anafilaktik terhadap
penisilin lalu memberikan injeksi epinefrin SC.
Pertanyaan
1. Jelaskan efek pemberian epinefrin pada kasus diatas ?
Dosis Epinefrin yang memadai sangat penting untuk mengurangi morbiditas dan
mortalitas pasien. Meskipun epinefrin memiliki indeks terapeutik yang sempit (rasio
resiko-manfaat), epinefrin mempunyai efek 1, 1, 2 agonis yang penting dalam
mengembalikan gejala anafilaksis. Efek agonis 1 penting terhadap resistensi pembuluh
darah perifer meningkat, yaitu dengan menciptakan vasokonstriksi dan mengurangi edema
mukosa. Peningkatan inotropi dan kronotropi merupakan efek agonis 1. Stimulasi dari
reseptor 2 menyebabkan bronkodilatasi dan penurunan pelepasan mediator sel mast dan
sel basofil.
2. Bagaimana mekanisme kerja epinefrin ?
Mekanisme kerja
Suatu organ efektor dapat memiliki lebih dari satu reseptor adrenergik. Misalnya otot polos,pembuluh
darah ,otot rangka memiliki reseptor 2 dan reseptor . Epinefrin bekerja pada kedua reseptor dengan
afinitas lebih tinggi terhadap reseptor , sehingga pada kadar normal epinefrin akan
menyebabkan vasodilatasi , sedangkan pada kadar tinggi epinefrin akan menyebabkan
vasokontriksikarena berikatan dengan reseptor yang jumlahnya lebih banyak.
1
Farmakodinamik
kardiovaskular (pembuluh darah) : efek vaskuler epinefrin terutama pada arteriol kecil dansfingter
prekapiler , tetapi vena dan arteri besar juga dipengaruhi :
1
arteri koroner :
jantung :
33
aktivasi reseptor di otot jantung, sel pacu jantung dan jaringan konduksi
curah jantung meningkat , namun pemakaian oksigen dan kerja jantung ikut meningkatsehingga
kurang efektif
otot polos:
saluran cerna : melalui reseptor dan , epinefrin menimbulkan relaksasi otot polos saluran
cerna
selama kehamilan bulan terakhir dan diwaktu partus epinefin menghambat tonus dan kontraksi
uterus melalui reseptor 2
Proses metabolic
Peningkatan lipolisis
Farmakokinetik
1
1
2
3
4
Absorbsi
Pada pemberian oral, epinefrin tidak mencapai dosis terapi karena dirusak oleh enzim COMT
dan MAO yang terdapat pada dinding usus dan hati
Pada penyuntikan subkutan , absorbsi lambat karena terjadi vasokontriksi local
IM : absorbsi cepat
Inhalasi : efek terutama pada saluran nafas
2
1
2
3
4. Terangkan apa yang terjadi bila epinefrin diberikan pada syok hipovolemik ?
tekanan darah naik, denyut jantung naik, vasokontriksi, bronkodilatasi.
PRAKTIKUM II
OP 4
OBSERVASI
TD
NADI
RR
PRODUKSI SALIVA
BASAL
110/70
70
20
11
POST EXERCISE
160/70
90
MENIT 20
130/70
84
16
MENIT 40
130/80
72
16
MENIT 60
120/80
68
20
POST EXERCISE
135/70
80
Dari hasil diatas, kami dapat menyimpulkan bahwa obat yang digunakan oleh OP 4 adalh
obat propranolol.
Propranolol adalah non-selektif beta blocker terutama digunakan dalam pengobatan
hipertensi. Merupakan blocker beta pertama yang berhasil dikembangkan. Propranolol
tersedia dalam bentuk generik sebagai propranolol hidroklorida.
Farmakokinetik
Propranolol diabsorbsi dengan baik melalui saluran gastrointestinal. Obat ini menembus
sawar darah-otak dan plasenta, dan ditemukan dalam air susu. Obat ini dimetabolisme oleh
hati dan mempunyai waktu paruh yang singkat yaitu 36 jam.
Farmakodinamik
Dengan menghambat kedua jenis reseptor beta, propranolol menurunkan denyut
35
jantung, dan tekanan darah. Obat ini juga menyebabkan saluran bronkial mengalami
konstriksi dan kontraksi uterus. Obat ini tersedia untuk oral dalam bentuk tablet dan kapsul
sustained-relese, dan untuk pemakaian intravena.
Interaksiobat
Fenitoin, isoproterenol, NSAID, barbiturat dan santin (kafein, teofilin) mengurangi
efek obat propranolol. Jika dipakai bersama digoksin atau penghambat kalsium, maka akan
terjadi blok jantung atrio-ventrikular (AV). Tekanan darah dapat diturunkan jika propranolol
diberikan bersama dengan antihipertensi lain.
Penghambat beta berguna dalam mengobati aritmia jantung,
hipertensi ringan,
36
DAFTAR PUSTAKA
1
FKUI, Bagian Farmakologi. 1995. Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Jakarta: Gaya
Baru
http://dr-suparyanto.blogspot.com/2010/04/obat-otonomik.html
Joyce
Kee,
Evelyn
Hayes.1994.Farmakologi
Pendekatan
Proses
www.4shared.com/file/L2J3SDBu/Sistem_saraf_otonom.html
37