OBAT OTONOM
KELOMPOK A.2 10
jawab untuk persarafan otonom yang memengaruhi sistem kardiovaskular dan respirasi;
hipotalamus berfungsi untuk mengintegrasikan persarafan otonom, somatik, dan hormonal
(endokrin) dan emosi serta tingkah laku (misal: seseorang yang marah meningkatkan denyut
jantung, tekanan darah, dan laju respirasi).Di samping itu, daerah asosiasi prefrontal
memengaruhi eksprei emosional, seperti wajah yhang menampakkan kesan kemerahan
apabila seseorang merasa malu.
Refleks Visceral
Refleks visceral, sama seperti refleks somatik lainnya, terdiri atas komponen reseptor,
integrasi, dan efektor. Pembeda refleks visceral dengan refleks somatik adalah informasi
reseptor refleks visceral diterima secara bawah-sadar (subconscious). Anda tidak akan pernah
tahu kapan pembuluh darah Anda melebar (kecuali ketika Anda melihat kulit yang
kemerahan). Contoh lain, Anda juga tidak akan pernah tahu kapan pupil mata Anda melebar,
kecuali Anda melihat ke cermin. Informasi-informasi seperti ini tidak diketahui secara sadar,
dan merupakan bagian dari refleks visceral.2 Meskipun demikian, reseptor refleks ini tidak
harus bersifat visceral.
Susunan saraf otonom sering bekerja melalui refleks otonom, yaitu isyarat sensoris dari
reseptor saraf tepi mengirimkan isyarat ke dalam pusat-pusat medula spinalis, batang otak,
atau hipotalamus, dan ini sebaliknya mengirimkan respon refleks yang tepat kembali ke organ
viseral atau jaringan untuk mengatur kegiatan mereka.
Isyarat autonom dikirimkan ke tubuh melalui sub divisi utama yang disebut sistem
simpatis dan parasimpatis.
1. Saraf simpatis
Saraf simpatik terdiri dari urat kembar yang bermuatan ganglion yang
terletak di sepanjang tulang belakang yang menempel pada sumsum tulang
belakang, sehingga memilki serabut pra-ganglion pendek (serabut saraf yang
yang menuju ganglion)dan serabut post ganglion yang panjang (serabut saraf
yang keluar dari ganglion). Ganglion tersusun berpasangan dan disebar di daerah:
Leher = tiga pasang ganglion servikal
Dada = sebelas pasang ganglion torakal
Pinggang = empat pasang ganglion lumbal
Pelvis = empat pasang ganglion sakral
Di depan koksigis = ganglion koksigeus
Ganglion ini bersambung erat dengan sistem saraf pusat melalui sumsum
tulang belakang, dengan mempergunakan cabang-cabang penghubung yang bergerak
keluar dari sumsum tulang belakang menuju ganglion, dan dari ganglion masuk
menuju sumsum tulang belakang.
3
sadar semua pembuluh darah, serta semua alat-alat dalam seperti lambung, pankreas
dan usus. Melayani serabut motorik sekreotik pada kelenjar keringat, serabut-serabut
motorik pada otot tak sadar dalam kulit, serta mempertahankan tonus semua otot,
termasuk tonus otot sadar.
2. Saraf parasimpatis
Disebut juga Saraf kranial otonom. Saraf parasimpatik berupa susunan
saraf yang berhubungan dengan ganglion yang tersebar di seluruh tubuh.
Saraf parasimpatik memiliki serabut pra-ganglion yang panjang karena
ganglion menempel pada organ yang dibantu dan serabut post-ganglion pendek.
Saraf ini adalah:
Saraf kranial ketiga -> saraf okulo-motorik = serabut yang mencapai serabut
otot sirkuler pada iris yang merangsang gerakan yang menentukan ukuran
sakral. Saraf ini membentuk urat saraf pada alat-alat dalam pelvis, dan bersama
saraf simpatis membentuk plexus dan mendistribusikan serabut perifer mereka ke
4
kolon desenden, rektum, kandung kemih, dan bagian bawah ureter. Kelompok
parasimpatis juga mensuplai serabut-serabut ke genitalia eksterna untuk
menyebabkan berbagai reaksi seksual.
Simpatis
Medulla
spinalis
Parasimpatis
bagian Batang otak (saraf kranial)
sakral
Ganglion symphatetic chain; Ganglion terminal (berada
atau ganglion kolateral (kira- dekat dengan organ efektor)
kira
di
medulla
Panjang Serabut*
Organ
Efektor
DIpersarafi
setengah
spinalis
efektor)
Pre pendek,
jarak
dengan
polos,
kebanyakan polos,
hamper
semua
kelenjar endokrin
kelenjar endokrin
Pre melepaskan ACh; Post Pre dan post melepaskan
melepaskan sebagian besar ACh
melepaskan
Tipe
Reseptor
norepinefrin,
Post: Pre:
nikotinik;
Post:
muskarinik
6
Post*
Peranan
Fight-or-Flight
General Housekeeping
*Pre adalah serabut preganglion; Post adalah serabut pascaganglion; ACh
adalah asetilkolin
Kegiatan eksitasi dan inhibisi dari perangsangan simpatis dan parasimpatis
Saraf otonom memberikan efek pada berbagai fungsi viseral tubuh yang disebabkan
oleh perangsangan saraf simpatis dan parasimpatis. Perangsangan simpatis menyebabkan
efek eksitasi di dalam beberapa organ tetapi efek inhibisi di dalam organ lainnya.
Perangsangan parasimpatis menyebabkan eksitasi dalam beberapa organ tetapi inhibisi di
dalam organ lainnya.
Kebanyakan organ diatur secara dominan oleh salah satu diantara kedua sistem
tersebut, sehingga kedua sistem tidak bertentangan satu sama lain, kecuali dalam kasus
tertentu. Kadang, bila perangsangan simpatis merangsang suatu organ tertentu, perangsangan
parasimpatis menghambatnya. Ini melukiskan bahwa kadang kedua sistem bekerja timbal
balik.
Muskulus siliaris
Glandula
Kelenjar keringat
Kelenjar apokrin
Jantung : otot
Relaksasi ringan
Vasokonstriksi dan sedikit sekresi
Berkeringat hebat (kolinergik)
Sekresi kental, odorifera
Meningkatkan kecepatan
Berkontraksi
Stimulasi sekresi encer
Tak ada
Tak ada
Melambatkan kecepatan
7
Menurunkan
Paru-paru: bronkus
Dilatasi
kontraksi atrium
Konstriksi
Pembuluh darah
Usus: Lumen
Konstriksi ringan
Berkurangnya peristaltik dan tonus
Dilatasi
Meningkatnya
Meningkatkan tonus
dan tonus
Sfingter
Hati
Kandung empedu
Ginjal
Kandung kemih : otot
Melepaskan glukosa
Relaksasi
Mengurangi pengeluaran
Relaksasi
Relaksasi
Sedikit sintesis glikogen
Kontraksi
Tak ada
Terangsang
detrusor
Terangsang
Relaksasi
Trigonum
Penis
Ejakulasi
Pembuluh darah sistemik:
Abdominal
Otot
Konstriksi
kekuatan
peristaltik
Ereksi
Tak ada
Darah : Koagulasi
(kolinergik)
Meningkat
Tak ada
Glukosa
Metabolisme basal
Sekresi korteks adrenalis
Aktivitas mental
Muskulus arektor pili
Otot-otot rangka
Meningkat
Meningkat sampai 100%
Meningkat
Meningkat
Terangsang
M glikogenolisis&kekuatan
Tak ada
Tak ada
Tak ada
Tak ada
Tak ada
Tak ada
Sebagian besar susunan saraf simpatis sering menjadi terangsang secara serempak, ini
disebut pencetusan besar-besaran. Sifat kegiatan ini memungkinkan susunan saraf simpat
mengatur banyak jaringan tubuh, seperti seluruh pengaturan arteri atau laju metabolik.
Tetapi dalam beberapa kasus kegiatan simpatis memang terjadi dalam bagian sitem
yang tersendiri. Yang terpenting diantaranya adalah :
1
Dalam proses pengaturan panas saraf simpatis mengatur pengeluaran keringat dan
aliran darah di dalam kulit tanpa mempengaruhi organ lain yang dipersarafi oleh
simpatis
Selama kegiatan otot pada beberapa binatang serabut vasodilatorcolinergik otot
rangka dirangsang dari sistem simpatis sisanya
8
Banyak refleks setempat yang menyangkut medula spinalis tetapi tidak pusat-pusat
saraf yang lebih tinggi mempengaruhi daerah setempat
Berbeda dengan simpatis kebanyakan refleks sistem perasimpatis sangat spesifik
misalnya reflek kardiovaskular parasimpatis biasanya hanya bekerja pada jantung untuk
meningkatkan kecepatan denyutannya.
Sering ada asosiasi diantara fungsi parasimpatis yang berhubungan erat misalnya
sekresi saliva dapat terjadi lepas dari sekresi lambung namun dapat bekerja sama-sama
seperti saat sekresi pankreas. Juga, refleks pengososngan rektum sering memulai suatu
refleks pengosongan kandung kemih yang menyebabkan pengosongan kandung kemih dan
rektum pada saat yang bersamaan.
Pencetusan simpatis besar-besaran dalam banyak hal meningkatkan kemampuan tubuh
untuk melakukan kegiatan otot yang hebat yaitu :
1
2
3
4
5
6
7
jauh lebih berat daripada seandainya tidak ada efek ini karena stress fisiklah yang biasanya
merangsang sistem simpatis yangs ering dikatakan bahwa tujuannya adalah untuk
mengadakan penggiatan tambahan dari tubuh dalam keadaan stres : ini disebut reaksi stres
simpatis.
Sistem simpatis juga sangat digiatkan dalam banyak keadan emosional, misal marah.
Yang terutama ditimbulkan oleh perangsangan hipotalamus, isyarat dikirimkan ke bawah
melalui formasio retikularis dan medula spinalis untuk menyebabkan pencetusan simpatis
secara besar-besaran, dan semua peristiwa simpatis yang dituliskan dalam daftar di atas
terjadi dengan segera. Ini disebut reaksi alarm simpatis.
Fungsi medula adrenal
Rangsang saraf simpatis ke medula adrenal menyebabkan sejumlah besar epinefrin dan
norepinefrin dilepaskan ke dalam darah yang bersikulasi, dan kedua hormon ini kemudian
diangkut darah ke semua jaringan tubuh.
Hormon yang bersikulasi mempunyai efek yang hampir sama dengan rangsangan
simpatis langsung, kecuali bahwa efek tersebut tahan kira-kira 10 kali lamanya karena kedua
hormon dikeluarkan dari darah secara perlahan-lahan.
Epinefrin dan norepinefrin hampir selalu dikeluarkan oleh medula adrenal saat berbagai
organ sedang dirangsang langsung oleh saraf simpatis. Jadi sebenarnya organ dirangsang
secara serentak oleh dua rangsangan yaitu secara langsung oleh saraf simpatis dan tidak
langsung oleh hormon medula. Dua cara perangsangan tersebut saling membantu, dan salah
satu bisa mengganti yang lainnya.
Manfaat lain dari medula adrenal adalah kemampuan epinefrin dan norepinefrin untuk
merangsang struktur-struktur tubuh yang tidak dipersarafi oleh serabut simpatis. Misalnya
laju metabolik setiap sel tubuh
Tonus
Sistem simpatis dan parasimpatis terus menerus aktif, dan kecepatan basalnya dikenal
dengan tonus simpatis dan tonus parasimpatis. Manfaatnya adalah ia memungkinkan satu
sistem saraf tunggal untuk meningkatkan atau menurunkan kegiatan suatu organ yang
dirangsang.
Kelainan-kelainan pada sistem saraf
Sistem saraf manusia dapat mengalami gangguan kerja berupa penyakit atau kelainan
lainnya. Contoh penyakit pada sistem saraf manusia:
1. Meningitis
Meningitis merupakan peradangan selaput pembungkus otak yaitu meninges.
Meningitis disebabkan oleh virus, sehingga dapat menular.
2. Multiple schlerosis (MS=Sklerosis Ganda atau disseminated sclerosis)
MS merupakan penyakit saraf kronis yang mempengaruhi sistem saraf pusat,
sehingga dapat menyebabkan gangguan organ seperti: rasa sakit, masalah penglihatan,
berbicara, depresi, gangguan koordinasi dan kelemahan pada otot sampai
kelumpuhan.
3. Nyeri saraf
Nyeri saraf dapat terjadi karena adanya gangguan saraf sensorik maupun motorik.
Gejala nyeri saraf sering disertai dengan gejala lain seperti: kehilangan rasa, kebas.
Urat saraf kejepit dan penyakit urat saraf gangguan metabolik (seperti diabetic
neuropaty pada penderita penyakit kencing manis atau diabetes mellitus). Gangguan
motorik karena nyeri saraf dari yang ringan (seperti kram) sampai gangguan berat
(seperti kelumpuhan).
10
4. Hidrocephalus
Tanda hidrocephalus berupa pembengkakan kepala karena kelebihan cairan yang ada
di sekitar otak. Akibatnya, dapat menyebabkan gangguan metabolisme dan gangguan
organ tubuh.
5. Penyakit urat saraf kejepit
Penyakit saraf kejepit sering terjadi pada leher, pinggang dan telapak tangan.
6. Parkinson / Paralis Agitans
Terjadi karena kerusakan substansi nigra yang tersebar luas, sering disertai dengan
lesi globus palidus dan daerah-daerah yang berhubungan. Berhubungan dengan
kurangnya neurotransmitter dopamin. Ditandai dengan kekakuan otot, tangan dan
kaki gemetaran, wajah seperti topeng.
7. Gegar otak
terjadi karena otak mengalami kerusakan.
8. Imsomnia atau lupa ingatan sementara.
9. Gangguan organ dan fungsinya karena kerusakan saraf tulang belakang.
10. Trauma kepala (konkusio, kontusio, laserasi)
11. Stroke
12. Herpes
Menyerang cabang oftalmik akan berakibat parah bila kornea ikut terserang. Dapat
menimbulkan bekas-bekas goresan yang mengakibatkan setengah buta atau buta sama
sekali.
13. Posherpetik neuralgia
Menyerang salah satu atau ketiga cabang-cabang saraf trigeminal. Rasa sakitnya akut
dan persisten.
14. Epilepsi
Terjadi bila tingkat basal eksitabilitas sistem sarafnya (atau bagian lain yang peka
terhadap keadaan epileptik) meningkat di atas suatu ambang kritis tertentu.
15. Poliomielitis
16. Atetosis
Kerusakan terjadi pada bagian luar globus palidus atau di dalamnya dan korpus
striatum. Terjadi gangguan sirkuit umpan balik diantara ganglia basalis, talamus, dan
korteks serebri. Pada penyakit ini terus menerus terjadi gerakan menggeliat lambat
pada tangan, leher, wajah, lidah, atau beberapa bagian tubuh lain.
17. Disleksia / buta kata
Kerusakan pada daerah asosiasi visual lobus oksipitalis di dalam hemisfer yang
dominan, sedangkan lobus temporalis dari area penafsiran utuh.
18. Amnesia Retrogard
Ketaksanggupan mengeluarkan ingatan jangka panjang walau diketahui ingatan ini
masih ada. Terjadi saat pengangkatan kedua hipokampusnya atau kerusakan pada
beberapa daerahtalamus.
19. Gangguan pada serebrum:
Penyakit atau kerusakan yang timbul setelah cedera atau yang menyusul kecelakaan
serebro-vaskuler pada otak, tergantung daerah mana yang diserang
11
Paralisa motorik jenis spastik- hemiplegia : akibat dari neuron atas yang
1C Aliran Darah ke Otak, Kulit kepala, Insomnia, Darah Tinggi, Amnesia, PusingTulang Muka, Otak, Saraf Simpatetis pusing, Lemah Saraf, Kelelahan, Migrain.
Kronis, Empyema, Hidung
3C Pipi, Pangkal Telinga, Gigi, Tulang Muka Nyeri Saraf, Radang Saraf, Jerawat, Eksim
4C Hidung, Bibir, Mulut
5C Pita Suara
6C Otot Leher, Pundak, Amandel
7C
1T
Batuk,
Sesak
Nafas,
Tangan
Kesemutan
Sakit Mata, Radang Paru-paru, Radang
Trakea, Demam
Sakit kuning, Herpes
Demam,
Masalah
Tekanan
Darah,
6T Lambung
Gangguan Pencernaan
Radang Lambung
8T Limpa
10T Ginjal
1L Usus Besar
3L
4L
5L
Organ
Reproduksi,
Rahim,
Kantong
Sakit
Kandung
Kemih,
Nyeri
Haid,
Kelenjar Prostat, Encok Pinggul, Daerah Encok Pinggul, Sakit Pinggang, Kencing
Lutut
Reproduksi
Gangguan
Peredaran
Darah
di
Kaki
Rahim, Penyakit
Kelenjar,
Penyakit
Prostat,
Rahim,
Tulang
Wasir,
2.
Obat-Obat Kolinergik
Pemakaian utama dari betamekol adalah untuk menambah mikturisi ( berkemih)
JARINGAN TUBUH
O
1
Kardiovaskuler
RESEPTOR
Menurunkan denyut jangtung, menurunkan tekanan
drah akibat vasodilatasi dan menghambat konduksi
Gastrointestinal
nodus AV
Meningkatkan tonus dan motilitas otot polos dari
lambung dan usus halus. Peristaltic ditingkatkan dari
Genitourinarius
Mata
atau
menebalnya
lensa
mata
untuk
Kelenjar
Otot lurik
Meningkatkan
transmisis
neuromuscular
dan
pravertebal
dan
ganglia
terminal.
System
parasimpatis
atau
15
kraniosakral outflow disalurkan melalui syaraf otak ke III, IX, X dan N. pelvikus yang
berasal dari bagian sacral segmen 2, 3 dan 4.
Secara umum dapat dikatakan bahwa system simpatis dan parasimpatis memperlihatkan
fungsi yang antagonistik yaitu bila yang satu menghambat fungsi maka yang lain memicu
fungsi tersebut. Contoh yang jelas ialah midriasis terjadi dibawah pengaruh syaraf simpatis
dan miosis dibawah pengaruh parasimpatis.
System simpatis aktif setiap saat, walaupun aktivitasnya bervariasi dari waktu ke waktu.
Dengan demikian penyesuaian tubuh terhadap lingkungan terjadi setiap secara terus menerus.
Dalam keadaan darurat, system simpatoadrenal (terdiri dari system simpatis dan adrenal)
berfungsi sebagai satu kesatuan secara serentak. System parasimpatis fungsinya lebih
terlokalisasi, tidak difus seperti system simpatis, dengan fungsi primer reservasi dan
konservasi sewaktu aktivitas organisme minimal. System ini mempertahankan denyut jantung
dan tekanan darah pada fungsi basal, menstimulasi system pencernaan berupa peningkatan
motilitas dan sekresi getah pencernaan, meningkatkan absorpsi makanan, memproteksiretina
terhadap cahaya berlebihan, mengosongkan rectum dan kandung kemih.
1.3
A.
Efek obat golongan ini menyerupai efek yang ditimbulkan oleh aktivitas susunan saraf
parasimpatis.
Ada 2 macam reseptor kolinergik:
Penggolongan Kolinergik
Farmakodinamik Kolinergik
Meningkatkan TD
Meningkatkan peristaltik
16
Efek Samping
Indikasi
Ester kolin: tidak digunakan pengobatan (efek luas dan singkat), meteorismus,
(kembung), retensio urine, glaukoma, paralitic ileus, intoksikasi atropin/ alkaloid beladona,
faeokromositoma.
Antikolinesterase: atonia otot polos (pasca bedah, toksik), miotika (setelah pemberian
Efek kelainan sentral: ataksia, hilangnya refleks, bingung, sukar bicara, konvulsi,
obat Dosis
kolinergik
Bekerja langsung
Betanekol
Pemakaian
dan
pertimbangan
pemakaian
D: PO: 10-50 mg, b.i.d.-q.i.d
Untuk
meningkatkan
urin, dapat
(urecholine)
Karbakol (carcholine, 0,75-3%, 1 tetes
miostat)
Pilokarpin (pilocar)
intraokuler, miosis
Untuk
menurunkan
0,5-4%, 1 tetes
tekanan
intraokuler, miosis
Antikolinestrase reversible
Fisostigmin (eserine) 0,25-0,5%, 1 tetes, q.d-q.i.d
Untuk
menurunkan
tekanan
17
intraokuler,
miosis,
masa
kerja
singkat
Untuk menambah kekuatan otot pada
Neostigmin
(prostigmin)
Ambenonium
(mytelase)
q.i.d
masa kerja sedang
Antikolinestrase irreversible
Demakarium
0,125-0,25%, 1 tetes, q 12-48 Untuk
menurunkan
(humorsol)
Isofluorofat
jam
intraocular
(floropryl)
pada
tekanan
glaucoma,
Perangsang perifer terhadap otot polos pembuluh darah kulit dan mukosa, dan terhadap
Penghambatan perifer terhadap otot polos usus, bronkus, dan pembuluh darah otot
rangka.
kontraksi.
Efek endokrin, misalnya mempengaruhi efek insulin, rennin dan hormone hipofisis.
Efek
prasinaptik,
dengan
akibat
hambatan
atau
peningkatan
penglepasan
Farmakodinamik Adrenergic
Bersifat inotropik
Bronkodilator
Hipertensi
Efek Samping
Efek samping sering kali muncul apabila dosis ditingkatkan atau obat bekerja non selektif
(bekerja pada beberapa reseptor). Efek samping yang sering timbul pada obat-obat adrenergic
adalah, hipertensi, takikardi, palpitasi, aritmia, tremor, pusing, kesulitan berkemih, mual dan
muntah.
Kontra Indikasi
Tidak boleh digunakan pada penderita Stenorsis subaorta, anoreksia, insomnia dan
estenia.
Tabel Jenis Obat Adrenergik
Adrenergic
Resptor
Dosis
Epinefrin (adrenalin)
Alfa1,
beta1, Berbeda-beda
beta2
efadrin
Alfa1,
Norepinefrin
anafilaksis
dari 1:1000
asma akut.
beta1, D: PO: 25-50 mg, t.i.d Keadaan
atau q.i.d
bronkospasme,
Alfa1, beta1
D: SK
hidung, hipotensi ortoristik.
D: IV: 4 mg, dekstrose Syok,
merupakan
5% dalam 250-500 ml
levophed)
kongesti
vasokontriktor
kuat,
Dopamine (intropin)
Beta1
(neo- Alfa1
Alfa1, beta1
(tidak
synephrine)
Pseudoefedrin
hipotensi,
beta2
(lavarterenol,
Fenilefrin
akut,
dosis
g/kg/menit
Larutan 0,123-1%
g/kg/menit)
Kongesti
(dekongestan)
Dekongestan
<5
hidung
19
(Sudafed, Actifed)
Fenilpropanolamin
(Dimetapp,
Alfa1, beta1
Dekongestan
Beta1
contac,
triaminicol, dexatrim)
Dobutamin (dobutrek)
10
g/kg,
dapat
dinaikkan
bertahap;
Isoprotenol (isoprel)
Beta1, beta2
secara
40
g/kg/menit
Inhal: 1-2 semprotan, Dekompensasi
IV: 5-20 /menit
payah
jantung,
jantung
kongestif
dan
curah
Metaprotenol
jantung)
Beta1 (beberapa), Inhal: 2-3 semprotan Bronkospasme, blok jantung
(alupent, metaprel)
beta2
12 semprotan/hari
Beta2
yang
atau q.i.d
terhadap atropine)
Inhal: 1-2 semprotan, q Bronkospasme
4-6 h D: PO: 2-4 mg,
Ritodrin (yutopar)
h, 120 mg/hari
IV: 50-300 /menit
20
refrakter
dan benztropin)
Farmakodinamik Antikolinergik
Meningkatkan TD
Efek Samping
Mulut kering
Konstipasi sekunder
Retensi urine
Obat-obat Antikolinergik
Nama obat
Dosis
Atropine
D: IM: 0,4 mg
Pembedahan
IV: 0,5-2 mg
salvias
dan
untuk
sekresi
mengurangi
bronchial.
dosis 0,5 mg
D: PO: 7,5-15 mg, t.i.d Sebagai antispasmodic untuk tukak
Skopolamin
atau q.i.d
peptic dan irritable bowel syndrome
D: PO: 0,5-1 mg, t.i.d Obat
preanestesi, irritable
bowel
(hyoscine)
atau q.i.d;
Isopropamid (darbid)
IM: 0,3-0,6 mg
D: PO: 5 mg, b.i.d
Tukak
Hematropin
hematropin)
Siklopentolat
peptic
dan irritable
bowel
syndrome
Midriasis dan siklopegia (paralisis otot
siliaris sehingga akomodasi hilang)
Larutan
0,5-2%,
untuk
21
(cyclogyl)
Benztropin (cogentin)
Biperiden (akineton)
tetes
pemeriksaan mata
D; PO: 0.5-6 mg/hari Penyakit parkison. Untuk mengobati
dalam dosis terbagi
antipsikotik lainnya
Penyakit parkison. Untuk mengobati
efek samping fenotiazin dan agen
Trihesifinidil (artane)
antipsikotik lainnya
D: PO: 1 mg/hari, dapat Penyakit parkison. Untuk mengobati
dinaikkan sampai 5-15 efek samping fenotiazin dan agen
mg/hari
dalam
terbagi
- Blocker
Blocker Nonselektif:
22
untuk stimulasi kontraksi uterus setelah partus, mengurangi nyeri migren dan untuk
pengobatan demensia senelis.
b.
1 Blocker Selektif:
pengobatan hipertensi, gagal jantung kongesif, penyakit vaskuler perifer, penyakit raynaud
dan hipertofi prostat benigna (BPH)
c.
Farmakodinamik
Kontriksi pupil
Efek Samping
Hipotensi postural
Kongesti nasal
2.
- Blocker
Jenisnya adalah propanolol yang menjadi prototype golongan obat ini. Sehingga sampai
sekarang semua -blocker baru selalu dibandingkan dengan propanolol.
Farmakodinamik
Sebagai antiaritmia
Bronkokontriksi
Efek Samping
23
Bronkospasme
Gejala putus obat (serangan angina, infark miokard, aritmia ventrikuler bahkan
kematian)
Indikasi
Pada umumnya obat-obat antiadrenergik di gunakan untuk pengobatan Angina pectoris,
Aritmia, Hipertensi, Infark miokard, Kardiomiopati obstruktif hipertrofik, Feokromositoma,
Tirotoksokosis, Glaucoma, tremor esensial dan Ansietas
Kontraindikasi
Hati-hati penggunaan -blocker pada penderita dengan pembesaran jantung dan gagal
jantung
Hati-hati penggunaan pada penderita asma, syok kardiogenik, penyakit hati dan ginjal.
Tidak boleh digunakan pada penyakit vascular perifer dan penyakit paru obstruktif
menahun (PPOM)
3.
b.
diuretic)
c.
Efek Samping
Diare
Hambatan ejakulasi
Retensi urine
Hidung tersumbat
Odema
Kontraindikasi
Reseptor
Dosis
Tolazolin
alfa
D:IM:
(proscoline)
10 menit
D: IM: IV: 5 mg
Prazosin (minipress)
alfa
A: IM: IV: 1 mg
perifer, hipertensi.
D: PO: 1-5 mg, t.i.d; Hipertensi
Propanolol (inderal)
Beta1, beta2
20 mg/hari
D: PO: 10-20 mg, Hipertensi, aritmia, angina
pasca
infark
miokardium
Beta1, beta2
Beta1, beta2
240 mg/hari
D: PO:10-20
b.i.d 60 mg/hari
mg, Hipertensi
pasca
infark
miokardium
25
Meetoprolol
E.
Beta1
(lopressor)
Atenolol (temormin)
Beta1
mg b.i.d
D:
Asebutolol (spectral)
Beta1
mg/hari
D: PO: 200 mg, b.i.d
Obat Ganglion
Reseptornya dikenal sebagai reseptor nikotinik yang sensitive terhadap peghambatan oleh
heksametonium. Atas dasar fakta yang ditemukan diduga bahwa Ach yang dilepaskan saraf
preganglion berinteraksi dengan suatu neuron perantara yang di lepaskan katekolamin.
Zat yang menstimulasi kolinoreseptor di ganglion otonom dapat dibagi 2 golongan. Golongan
yang pertama terdiri dari nikotin dan lobelin. Golongan kedua adalah muskarin, metakolin
dan sebagian antikolinestrase. Sedangkan zat penghambat ganglion juga ada 2 golongan,yaitu
golongan yang merangsang lalu menghambat seperti nikotin dan yang langsung mengambat
contohnya heksametonium dan trimetafan.
1.
Nikotin penting bukan karena kegunaannya dalam terapi tapi tempat kerjanya di ganglion
yang dapat menimbulkan ketergantungan dan bersifat toksik.
Farmakodinamik
Takikardi
Vasokontriksi
Efek Samping
Hipertensi
Intoksikasi
26
Intoksikasi akut: mual, slivasi, kolik usus, muntah, diare, keringat dingin, sakit kepala,
pusing, pendengaran dan penglihatan terganggu, otot-otot menjadi lemah, frekuensi napas
meninggi, TD naik.
Pengobatan: larutan kalium permanganate 1:10.000
Intoksikasi kronik: kejadian ini biasanya terjadi pada perokok berat antara lain faringitis,
sindrom pernapasann perokok, ekstrasistol, takikardi atrium paroksismal, nyeri jantung,
penyakit buerger, tremor dan insomnia.
2.
Vasodilatasi
Midriasis
Hipotensi ortostatik
Mulut kering
Impotensi
Konstipasi
Keterangan:
D: Dewasa
PO: Peroral
IV: Intra Vena
27
2.
3.
4.
28
PERCOBAAN PRAKTIKUM
1. REAKSI PUPIL TERHADAP OBAT OTONOM
Pupil merupakan organ yang baik dalam menunjukkan efek lokal dalam suatu obat,
karena lobat yang diteteskan dalam saccus conjunctivalis dapat memberi efek setempat yang
nyata tanpa menunjukkan efek sistemik.
Bahan dan obat:
Penggaris
Lampu senter
Larutan pilokarpin 1%
Larutan atropin sulfat 1%
Cara kerja
Pilihlah seekor kelinci putih dan taruhlah diatas meja. Perlakukanlah hewan secara
baik.Periksalah hewan dalam keadaanpenerangan yang cukup dan tetap. Perhatikan lebar
pupil sebelum dan sesudah dikenai sinar yang terang. Amati apakah refleks konsensual seperti
yang terjadi pada manusia juga terjadi pada kelinci. Ukur lebar pupil dengan penggaris
milimeter. Rangsanglah kelinci dan catatlah lebar pupil dalam keadaan eksitasi. Ambil
pilokarpin 1% dan teteskan pada bola mata kanan. Perhatikanlah pupil sesudah satu menit
dan ulangi jika diameter pupil belum berubah setelah 5 menit. Setelah terjadi miosis.
Sekarang teteskan larutan atroin 1% pada mata yang sama. Observasi pupil setiap satu menit
29
dan ulangi penetesan setelah 5 menit jika perlu untuk menghasilkan midriasis. Lihatlah reaksi
pupil tersebut terhadap sinar.
Hasil observasi :
TABEL I
MATA NORMAL
KANAN
KIRI
1 cm
1 cm
TABEL II
MATA NORMAL
RANGSANG CAHAYA
KANAN
KIRI
0,8 mm
0,8 mm
TABEL III
Setelah 5 menit
TETES PILOKARPIN
KANAN
KIRI
0,8 mm
0,8 mm
TABEL IV
PILOKARPIN +
CAHAYA
KANAN
KIRI
0,5 mm
0,5 mm
TABEL V
ATROPIN
30
KANAN
1 cm
KIRI
1 cm
TABEL VI
ATROPIN + CAHAYA
KANAN
KIRI
0,8 mm
0,8 mm
PERTANYAAN :
1. Apa yang dimaksud dengan refleks konsensual ?
Refleks konsensual disebut juga refleks cahaya tidak langsung adalah mengecilnya pupil
(miosis) pada mata yang tidak disinari cahaya.Jika pada pupil yang satu disinari maka
secara serentak pupil lainnya mengecil dengan ukuran yang sama
2. Jelaskan sistim saraf yang dipengaruhi oleh pilokarpin dan atropin ?
Parasimpatomimetik (kolinergik), merupakan obat-obatan yang memilikiefek menyerupai
efek yang ditimbulkan oleh aktivitas susunan saraf parasimpatis.
Contohnya: pilokarpin.
Parasimpatolitik (antikolonergik), merupakan obat-obatan yang memilikiefek yang
menghambat efek saraf parasimpatis.
Contohnya : atropin.
3. Jelaskan efek lokal pilokarpin dan atropin pada pupil dan mekanisme kerjanya ?
Efek lokal pilokarpin adalah untuk menurunkan tekanan intra okular, sedangkan efek lokal
atropin untuk menurunkan sekresi bronkial dan mengurangi saliva.
4. Jelaskan indikasi dan kontraindikasi pilokarpin dan atropin ?
PILOKARPIN:
Indikasi
Indikasi
: Spasme/ kejang pada otot kandung empedu, kandung kemih, dan usus,
KASUS 1
Seorang gadis 12 tahun datang ke dokter dengan radang tenggorokan dan demam. Dokter
mendiagnosa sebagai faringitis akut yang disebabkan oleh Streptococcus beta-hemolytic
group A. Ia diberikan injeksi Penisilin. Sekitar 5 menit kemudian, ditemukan kondisi
respiratory distress dan adanya wheezing, kulit dingin, takikardi, tekanan darah turun
samapai 70/20 mmHg. Dokter kemudian mendiagnosa sebagai reaksi anafilaktik terhadap
penisilin lalu memberikan injeksi epinefrin SC.
Pertanyaan
1. Jelaskan efek pemberian epinefrin pada kasus diatas ?
Dosis Epinefrin yang memadai sangat penting untuk mengurangi morbiditas dan
mortalitas pasien. Meskipun epinefrin memiliki indeks terapeutik yang sempit (rasio
resiko-manfaat), epinefrin mempunyai efek 1, 1, 2 agonis yang penting dalam
mengembalikan gejala anafilaksis. Efek agonis 1 penting terhadap resistensi pembuluh
darah perifer meningkat, yaitu dengan menciptakan vasokonstriksi dan mengurangi edema
mukosa. Peningkatan inotropi dan kronotropi merupakan efek agonis 1. Stimulasi dari
reseptor 2 menyebabkan bronkodilatasi dan penurunan pelepasan mediator sel mast dan
sel basofil.
2. Bagaimana mekanisme kerja epinefrin ?
Mekanisme kerja
Suatu organ efektor dapat memiliki lebih dari satu reseptor adrenergik. Misalnya otot polos,pembuluh
darah ,otot rangka memiliki reseptor 2 dan reseptor . Epinefrin bekerja pada kedua reseptor dengan
afinitas lebih tinggi terhadap reseptor , sehingga pada kadar normal epinefrin akan
menyebabkan vasodilatasi , sedangkan pada kadar tinggi epinefrin akan menyebabkan
vasokontriksikarena berikatan dengan reseptor yang jumlahnya lebih banyak.
Farmakodinamik
kardiovaskular (pembuluh darah) : efek vaskuler epinefrin terutama pada arteriol kecil dansfingter
prekapiler , tetapi vena dan arteri besar juga dipengaruhi :
o epinefrin dalam dosis rendah menyebabkan vasodilatasi ( hipotensi)
o epinefrin dalam dosis tinggi menyebabkan vasokontriksi ( peningkatan tekanan darah)
arteri koroner :
33
o
o
c
o
o
o
d otot polos:
o saluran cerna : melalui reseptor dan , epinefrin menimbulkan relaksasi otot polos saluran
cerna
o uterus : bekerja pada reseptor 1 dan 2
o selama kehamilan bulan terakhir dan diwaktu partus epinefin menghambat tonus dan kontraksi
uterus melalui reseptor 2
o Pernafasan : bronkodilatasi , menghambat pelepasan mediator inflamasi dari sel mastmlalui
reseptor 2, menghambat sekresi bronkus dan kongesti mukosa melalui reseptor 1
e
f
o
o
o
Proses metabolic
Menstimulasi glikogenolisis di sel hati dan otot rangka melalui reseptor 2
Penghambatan sekresi insulin
Peningkatan lipolisis
Farmakokinetik
a Absorbsi
o Pada pemberian oral, epinefrin tidak mencapai dosis terapi karena dirusak oleh enzim COMT
dan MAO yang terdapat pada dinding usus dan hati
o Pada penyuntikan subkutan , absorbsi lambat karena terjadi vasokontriksi local
o IM : absorbsi cepat
o Inhalasi : efek terutama pada saluran nafas
b
o
o
o
4. Terangkan apa yang terjadi bila epinefrin diberikan pada syok hipovolemik ?
tekanan darah naik, denyut jantung naik, vasokontriksi, bronkodilatasi.
34
PRAKTIKUM II
OP 4
OBSERVASI
BASAL
POST EXERCISE
MENIT 20
MENIT 40
MENIT 60
POST EXERCISE
TD
110/70
160/70
130/70
130/80
120/80
135/70
NADI
70
90
84
72
68
80
RR
20
16
16
20
PRODUKSI SALIVA
11
8
7
6
Dari hasil diatas, kami dapat menyimpulkan bahwa obat yang digunakan oleh OP 4 adalh
obat propranolol.
Propranolol adalah non-selektif beta blocker terutama digunakan dalam pengobatan
hipertensi. Merupakan blocker beta pertama yang berhasil dikembangkan. Propranolol
tersedia dalam bentuk generik sebagai propranolol hidroklorida.
Farmakokinetik
Propranolol diabsorbsi dengan baik melalui saluran gastrointestinal. Obat ini menembus
sawar darah-otak dan plasenta, dan ditemukan dalam air susu. Obat ini dimetabolisme oleh
hati dan mempunyai waktu paruh yang singkat yaitu 36 jam.
Farmakodinamik
Dengan menghambat kedua jenis reseptor beta, propranolol menurunkan denyut
jantung, dan tekanan darah. Obat ini juga menyebabkan saluran bronkial mengalami
konstriksi dan kontraksi uterus. Obat ini tersedia untuk oral dalam bentuk tablet dan kapsul
sustained-relese, dan untuk pemakaian intravena.
Interaksiobat
Fenitoin, isoproterenol, NSAID, barbiturat dan santin (kafein, teofilin) mengurangi
efek obat propranolol. Jika dipakai bersama digoksin atau penghambat kalsium, maka akan
terjadi blok jantung atrio-ventrikular (AV). Tekanan darah dapat diturunkan jika propranolol
diberikan bersama dengan antihipertensi lain.
35
hipertensi ringan,
36
DAFTAR PUSTAKA
Baru
http://dr-suparyanto.blogspot.com/2010/04/obat-otonomik.html
Kee, Hayes. 1996. Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta: EGC
Joyce
Kee,
Evelyn
Hayes.1994.Farmakologi
Pendekatan
Proses
www.4shared.com/file/L2J3SDBu/Sistem_saraf_otonom.html
37