Anda di halaman 1dari 25

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Sistem saraf merupakan salah satu bagian yang menyusun sistem koordinasi yang bertugas menerima rangsangan, menghantarkan rangsangan ke seluruh bagian tubuh, serta memberikan respons terhadap rangsangan tersebut. Pengaturan penerima rangsangan dilakukan oleh alat indera, pengolah rangsangan dilakukan oleh saraf pusat yang kemudian meneruskan untuk menanggapi rangsangan yang datang dilakukan oleh sistem saraf dan alat indera. Sistem koordinasi merupakan suatu sistem yang mengatur kerja semua sistem organ agar dapat bekerja secara serasi. Sistem koordinasi itu bekerja untuk menerima rangsangan, mengolahnya dan kemudian meneruskannya untuk menaggapi rangsangan.Setiap rangsangan-rangsangan yang kita terima melalui indera kita, akan diolah di otak. Kemudian otak akan meneruskan rangsangan tersebut ke organ yang bersangkutan. Bagaimana kita bisa merasakan sakit ketika di cubit?, bagaimana terjadi reflek ketika tangan tersulut api?, bagaimana kita melihat, mendengar dan lain sebagainya? mungkin jawabannya ada dalam pembahasan berikut, makalah ini akan membahas tentang sistem saraf.

B. Rumusan masalah Adapun yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu, mengenai fungsi neuron endokrin dan Hipotalamus ?

C. Tujuan Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu, untuk mengetahui apa saja itu mengenai fungsi neuron endokrin dan Hipotalamus dan bagian-bagiannya.

D. Manfaat Manfaat dari penulisan makalah ini yaitu. 1. Kita dapat mengetahui apa saja itu mengenai fungsi neuron endokrin dan Hipotalamus. 2. Sebagai bahan referensi bagi pembaca yang membutuhkannya.

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Sistem Saraf (Neuromuskular) Sistem saraf berasal dari namanya dari saraf, yang mana merupakan bundel silinder serat yang keluar dari otak dan central cord, dan cabang berulang-ulang untuk menginervasi setiap bagian tubuh. Sistem saraf adalah sistem yang mengatur dan mengendalikan semua kegiatan aktivitas tubuh kita seperti berjalan, menggerak kan tangan, mengunyah makanan dan lainnya. Sistem saraf juga adalah bagian dari tubuh yang berfungsi melakukan pengaturan kegiatan tubuh dengan cara

mengirimkan pesan-pesan rangsang atau impuls saraf dan tanggapan atau reaksi dalam bentuk pulsa elektrik. Sistem ini juga disebut sebagai sistem saraf atau sistem pengatur tubuh. Sistem saraf tersusun oleh berjuta-juta sel saraf yang mempunyai bentuk bervariasi. Sistern ini meliputi sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Sistem saraf merupakan salah satu sistem koordinasi yang bertugas menyampaikan rangsangan dari reseptor untuk dideteksi dan direspon oleh tubuh. Sistem saraf memungkinkan makhluk hidup tanggap dengan cepat terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungan luar maupun dalam. Sistem saraf adalah sistem yang mengatur dan mengendalikan semua kegiatan aktivitas tubuh kita seperti berjalan, menggerakkan tangan, mengunyah makanan dan lainnya. Sistem ini juga disebut sebagai sistem saraf atau sistem pengatur tubuh. Sistem Saraf tersusun dari jutaan serabut sel saraf (neuron) yang berkumpul membentuk suatu berkas (faskulum). Sistem saraf terdiri dari jutaan sel saraf (neuron). Fungsi sel saraf adalah mengirimkan pesan (impuls) yang berupa rangsang atau tanggapan. Untuk menanggapi rangsangan, ada tiga komponen yang harus dimiliki oleh sistem saraf, yaitu:

Reseptor, adalah alat penerima rangsangan atau impuls. Pada tubuh kita yang bertindak sebagai reseptor adalah organ indera. Penghantar impuls, dilakukan oleh saraf itu sendiri. Saraf tersusun dari berkas serabut penghubung (akson). Pada serabut penghubung terdapat sel-sel khusus yang memanjang dan meluas. Sel saraf disebut neuron. Efektor, adalah bagian yang menanggapi rangsangan yang telah diantarkan oleh penghantar impuls. Efektor yang paling penting pada manusia adalah otot dan kelenjar.

B. Sistem Saraf Otonom Pengertian sistem saraf otonom adalah sistem saraf yang bergantung pada sistem saraf pusat, dan antara keduanya dihubungkan urat-urat saraf aferen dan eferen. Juga memiliki sifat seolah olah sebagai bagian sistem saraf pusat, yang telah bermigrasi dari saraf pusat guna mencapai kelenjar, pembuluh darah, jantung, paruparu, dan usus. Karena sistem saraf otonom itu terutama berkenaan dengan engendalian organ-organ dalam secara tidak sadar, kadang-kadang disebut juga susunan saraf tidak sadar.

Sistem saraf otonom dibagi menjadi dua :

Saraf parasimpatis: terbagi dalam dua bagian yang terdiri atas saraf otonom kranial dan saraf otonom sakral. Sistem Parasimpatis berkaitan dengan pertahanan tubuh dan perbaikan sumber-sumber tubuh antara lain penurunan denyut jantung, peningkatan aktivitas gastrointestinal dan absorbsi makanan.

Saraf simpatis: terletak di depan kolumna vertebra dan berhubungan serta bersambung dengan sumsum tulang belakang melalui serabut-serabut saraf. Sistem Simpatis yang mempunyai aktivitas perangsangan, responnya antara lain adalah peningkatan denyut jantung, peningkatan kekuatan jantung, gula darah dan tekanan darah. Fungsi saraf simpatik dan saraf parasimpatik antara lain: Saraf simpatik

mempercepat denyut jantung, memperlambat proses pencernaan, merangsang ereksi, memperkecil diameter pembuluh arteri, memperbesar pupil, memperkecil bronkus dan mengembangkan kantung kemih, sedangkan saraf parasimpatik dapat memperlambat denyut jantung, mempercepat proses pencernaan, menghambat ereksi, memperbesar diameter pembuluh arteri, memperkecil pupil, mempebesar bronkus dan mengerutkan kantung kemih.

Seperti diungkapkan diatas bahwa sistem saraf tepi manusia terdiri dari saraf kranial dan saraf spinal. Pada sistem saraf tepi Manusia terdapat 12 pasang saraf kranial, berikut ini adalah daftar saraf kranial pada manusia dan fungsinya.

Saraf Kranial Nervus Olfactorius (N I) Nervus Opticus (N II) Nervus Oculomotoris (N III)

Fungsi Penciuman Penglihatan Mengangkat kelopak mata atas dan konstriksi pupil

Nervus Trochlearis (N IV) Nervus Trigeminus ( N V) Nervus Abducens (N VI) Nervus Facialis ( N VII)

Gerakan mata ke bawah dan ke dalam Gerakan mengunyah, sensasi kulit, mukosa dll Gerakan mata ke lateral Ekspresi wajah, lakrimasi, pengecapan

Nervus Vestibulocochlearis (N VIII) Keseimbangan dan pendengaran Nervus Glossopharyngeus (N IX) Nervus Vagus ( N X) Nervus Accessorius (N XI) Menelan, reflex muntah, salvasi, pengecapan Menelan, reflex muntah Otot sternocleidomastoideus, gerakan kepala dan bahu Nervus Hippoglossus ( N XII) Pergerakan Lidah

Sistem simpatis terdiri atas serangkaian urat kembar yang bermuatan ganglionganglion. Urat-urat itu bergerak dari dasar tengkorak yang terletak di depan kolumna vertebra, lantas berakhir dalam pelvis di depan koksigis, sebagai ganglion koksigeus. Ganglion-ganglion itu tersusun berpasangan dan disebarkan dari daerah-daerah : Daerah leher Daerah dada Daerah pinggang Daerah pelvis Di depan koksigis : tiga pasang ganglion servikal : sebelas pasang ganglion torakal : empat pasang ganglion lumbal : empat pasang ganglion sakral : ganglion koksigens

Ganglion-ganglion ini bersambung erat dengan sistem saraf pusat melalui sumsum tulang belakang, dengan mempergunakan cabang cabang penghubung, yang bergerak keluar dari sumsum tulang belakang menuju ganglion, dan dari ganglion masuk menuju sumsum tulang belakang. Ganglion simpatis lainya berhubungan dengan dua rangkaian besar ganglia ini, dan bersama serabut-serabutnya membentuk pleksus-pleksus simpatis. 1. Pleksus kardiak terletak dekat dasar jantung serta mengarahkan cabangcabangnya ke situ dan ke paru paru 2. Pleksus seliaka terletak di sebelah belakang lambung, dan melayani organorgan dalam rongga abdomen 3. Pleksus mesenterikus (pleksus hipogatilus) terletak di depan sakrum dan melayai organ organ dalam pelvis.

Adapun fungsi dari sistem simpatis : Mensarafi otot jantung Mensarafi pembuluh darah dan otot tak sadar Mempersarafi semua alat dalam seperti lambung, pancreas dan usus Melayani serabut motorik sekretorik pada kelenjar keringat Serabut motorik pada otot tak sadar dalam kulit Mempertahankan tonus semua otot sadar Sistem parasimpatis. Saraf kranial otonom adalah saraf kranial ketiga, ketujuh, kesembilan, kesepuluh. Saraf saraf ini merupakan penghubung, tempat serabutserabut parasimpatis lewat dalam perjalanannya keluar dari otak menuju organ-organ yang sebagian dikendalikan olehnya. Serabut-serabut yang mencapai serabut-serabut otot sirkular pada iris merangsang gerakan-gerakan yang menentukan ukuran pupil mata menggunakan saraf kranial ketiga, yaitu saraf okulo-motorik. Serabut-serabut otot motorik sekretorik mencapai kelenjar ludah melalui saraf ketujuh, fasial, serta saraf kesembilan, glosofaringeus.

Saraf vagus atau saraf kranial kesepuluh adalah serabut saraf otonom terbesar. Daerah layanannya luas, serta serabut-serabutnya disebarkan ke sejumlah besar kelenjar dan organ. Penyebaran ini sejalan dengan penyebaran serabut simpatis. Saraf parasimpatis sakral keluar dari sumsum tulang belakang melalui daerah sakral. Saraf-saraf ini membentuk urat-urat saraf pada alat-alat dalam pelvis, dan bersama saraf simpatis membentuk pleksus yang melayani kolon, rektum, dan kandung kencing. Adapun fungsi dari sistem parasimpatis : Merangsang sekresi kelenjar air mata, kelenjar sublingualis, submandibularis dan kelenjar-kelenjar dalam mukosa rongga hidung Mensarafi kelenjar air mata dan mukosa rongga hidung Menpersarafi kelenjar ludah Mempersarafi parotis Mempersarafi sebagian besar alat tubuh yaitu jantung, paru-paru, GIT, ginjal, pancreas, lien, hepar dan kelenjar suprarenalis Mempersarafi kolon desendens, sigmoid, rectum, vesika urinaria dan alat kelamin Miksi dan defekasi

Sistem pengendalian ganda (simpatis dan parasimpatis) hanya sebagian kecil organ dari kelenjar yang memiliki satu sumber pelayanan, yaitu simpatis dan parasimpatis. Sebagian besar organ dan kelenjar pelayanan ganda, yaitu menerima beberapa serabut dari sistem simpatis di samping beberapa serabut dari saraf otonom sakral atau kranial. Keaktifan organ dirangsang sekelompok urat saraf, sementara dilain pihak dilambatkan atau di berhentikan sekelompok urat saraf lain, dengan kata lain masing masing kelompok bekerja berlawanan. Dengan demikian, penyesuaian tepat antara aktivitas dan istirahat tetap di pertahankan, sementara ritme kegiatan halus organ-organ dalam, kelenjar, pembuluh darah, serta otot tak sadar juga dipertahankan. Dengan demikian, jantung menerima serabut akselerator dari saraf simpatis, dan serabut inhibitor (penghambat) dari vagus. Pembuluh darah mempunyai vaso-konstritor dan vaso-dilator. Saluran pencernaan memiliki urat saraf akselerator dan inhibitor, yang mempercepat dan memperlambat gerakan peristaltik berturut turut.

organ Jantung bronki lambung usus kandung kencing pupil mata (iris)

kegiatan ditambah atau dirangsang oleh Simpatis (kecepatan dan kekuatan ditambah) vagus (konstruksi) vagus (konstraksi) vagus (konstraksi) otonom sakral (kontraksi) otonom kranial ketiga (kontraksi)

kegiatan diperlambat atau dihentikan oleh vagus ( kecepatan dan kekuatan dikurangi) simpatis (dilebarkan) simpatis (dikendurkan) simpatis ( dikendurkan) simpatis ( dikendurkan) simpatis (dilebarkan)

Apabila sebuah organ memiliki otot sfingter, serabut saraf yang menyebabkan organnya berkontraksi akan menghambat sfinkter, dan sebaliknya. Halhal seperti itu terjadi pada lambung dalam sfingter pilorik, usus dalam spingfer ileokolik, dan kandung kencing dalam spingfer uretra interna. Sebagai contoh, pada

kegiatan mikturisi, sfingter uretra di kendurkan, sementara otot pada dinding kandung kencing berkontraksi, sehingga memungkinkan kandung kencing di kosongkan.

C. SISTEM SARAF TEPI Sistem saraf tepi (sistem saraf perifer) pada dasarnya adalah lanjutan dari neuron yang bertugas membawa impuls saraf menuju ke dan dari sistem saraf pusat. Dilihat dari arah impuls yang membawanya, sistem saraf tepi dibedakan menjadi dua, yaitu sistem saraf aferen, yang membawa impuls saraf dari reseptor menuju ke sistem saraf pusat, dan sistem saraf eferen, yaitu membawa impuls saraf dari sistem saraf pusat ke efektor.

Sistem saraf tepi yang disusun oleh 31 pasang saraf yang keluar dari sumsum tulang belakang merupakan campuran berbagai saraf. Sistem saraf sumsum tulang belakang berasal dari arah dorsal, sehingga sifatnya sensorik. Berdasarkan asalnya, saraf sumsum tulang belakang dibedakan menjadi delapan pasang saraf leher, duabelas pasang saraf punggung, lima pasang saraf pinggang, lima pasang saraf pinggul, dan satu pasang saraf ekor. Kemudian diantara beberapa saraf ada yang menjadi satu ikatan atau gabungan (pleksus) membentuk jaringan urat saraf. Ada tiga macam pleksus yang terbentuk, yaitu:

Plexus cervicalis, merupakan gabungan urat saraf leher yang mempengaruhi bagian leher, bahu dan diafragma.

Plexus branchialis, merupakan gabungan urat saraf lengan atas yang mempengaruhi bagian tangan.

Plexus lumbo sakralis, merupakan gabungan urat saraf punggung dan pinggang yang mempengaruhi bagian pinggul dan kaki.

Berdasarkan fungsinya, saraf tepi dikelompokkan menjadi dua, yaitu saraf somatik (saraf sadar) dan saraf otonom (saraf tidak sadar). D. Hubungan sistem saraf Dan Organ Reproduksi Organ kelamin luar wanita memiliki 2 fungsi, yaitu sebagai jalan masuk sperma ke dalam tubuh wanita dan sebagai pelindung organ kelamin dalam dari organisme penyebab infeksi. Saluran kelamin wanita memiliki lubang yang berhubungan dengan dunia luar, sehingga mikroorganisme penyebab penyakit bisa masuk dan menyebabkan infeksi kandungan. Mikroorganisme ini biasanya ditularkan melalui hubungan seksual. Organ kelamin dalam membentuk sebuah jalur (saluran kelamin), yang terdiri dari: Ovarium (indung telur), menghasilkan sel telur Tuba falopii (ovidak), tempat berlangsungnya pembuahan Rahim (uterus), tempat berkembangnya embrio menjadi janin Vagina, merupakan jalan lahir.

a. Alat reproduksi wanita 1. Organ Kelamin Luar Organ kelamin luar (vulva) dibatasi oleh labium mayor (sama dengan skrotum pada pria). Labium mayor terdiri dari kelenjar keringat dan kelenjar sebasea (penghasil minyak); setelah puber, labium mayor akan ditumbuhi rambut. Labium minor terletak tepat di sebelah dalam dari labium mayor dan mengelilingi lubang vagina dan uretra.

Lubang pada vagina disebut introitus dan daerah berbentuk separuh bulan di belakang introitus disebut forset. Jika ada rangsangan, dari saluran kecil di samping introitus akan keluar cairan (lendir) yang dihasilkan oleh kelenjar Bartolin. Uretra terletak di depan vagina dan merupakan lubang tempat keluarnya air kemih dari kandung kemih. Labium minora kiri dan kanan bertemu di depan dan membentuk klitoris, yang merupakan penonjolan kecil yang sangat peka (sama dengan penis pada pria). Klitoris dibungkus oleh sebuah lipatan kulit yang disebut preputium (sama dengan kulit depat pada ujung penis pria). Klitoris sangat sensitif terhadap rangsangan dan bisa mengalami ereksi. Labium mayor kiri dan kanan bertemu di bagian belakang membentuk perineum, yang merupakan suatu jaringan fibromuskuler diantara vagina dan anus. Kulit yang membungkus perineum dan labium mayo sama dengan kulit di bagian tubuh lainnya, yaitu tebal dan kering dan bisa membentuk sisik. Sedangkan selaput pada labium minor dan vagina merupakan selaput lendir, lapisan dalamnya memiliki struktur yang sama dengan kulit, tetapi permukaannya tetap lembab karena adanya cairan yang berasal dari pembuluh darah pada lapisan yang lebih dalam. Karena kaya akan pembuluh darah, maka labium minora dan vagina tampak berwarna pink. Lubang vagina dikeliling oleh himen (selaput dara). Kekuatan himen pada setiap wanita bervariasi, karena itu pada saat pertama kali melakukan hubungan seksual, himen bisa robek atau bisa juga tidak.

2. Organ Kelamin Dalam Dalam keadaan normal, dinding vagina bagian depan dan belakang saling bersentuhan sehingga tidak ada ruang di dalam vagina kecuali jika vagina terbuka (misalnya selama pemeriksaan atau selama melakukan hubungan seksual). Pada wanita dewasa, rongga vagina memiliki panjang sekitar 7,6-10 cm. Sepertiga bagian bawah vagina merupakan otot yang mengontrol garis tengah vagina. Dua pertiga bagian atas vagina terletak diatas otot tersebut dan mudah teregang. Serviks (leher rahim) terletak di puncak vagina.

Selama masa reproduktif, lapisan lendir vagina memiliki permukaan yang berkerut-kerut. Sebelum pubertas dan sesudah menopause, lapisan lendir menjadi licin. Rahim merupakan suatu organ yang berbentuk seperti buah pir dan terletak di puncak vagina. Rahim terletak di belakang kandung kemih dan di depan rektum, dan diikat oleh 6 ligamen. Rahim terbagi menjadi 2 bagian, yaitu serviks dan korpus (badan rahim). Serviks merupakan uterus bagian bawah yang membuka ke arah vagina. Korpus biasanya bengkok ke arah depan. Selama masa reproduktif, panjang korpus adalah 2 kali dari panjang serviks. Korpus merupakan jaringan kaya otot yang bisa melebar untuk menyimpan janin. Selama proses persalinan, dinding ototnya mengkerut sehingga bayi terdorong keluar melalui serviks dan vagina. Sebuah saluran yang melalui serviks memungkinkan sperma masuk ke dalam rahim dan darah menstruasi keluar. Serviks biasanya merupakan penghalang yang baik bagi bakteri, kecuali selama masa menstruasi dan selama masa ovulasi (pelepasan sel telur). Saluran di dalam serviks adalah sempit, bahkan terlalu sempit sehingga selama kehamilan janin tidak dapat melewatinya. Tetapi pada proses persalinan saluran ini akan meregang sehingga bayi bisa melewatinya. Saluran serviks dilapisi oleh kelenjar penghasil lendir. Lendir ini tebal dan tidak dapat ditembus oleh sperma kecuali sesaat sebelum terjadinya ovulasi. Pada saat ovulasi, konsistensi lendir berubah sehingga sperma bisa menembusnya dan terjadilah pembuahan (fertilisasi). Selain itu, pada saat ovulasi, kelenjar penghasil lendir di serviks juga mampu menyimpan sperma yang hidup selama 2-3 hari. Sperma ini kemudian dapat bergerak ke atas melalui korpus dan masuk ke tuba falopii untuk membuahi sel telur. Karena itu, hubungan seksual yang dilakukan dalam waktu 1-2 hari sebelum ovulasi bisa menyebabkan kehamilan. Lapisan dalam dari korpus disebut endometrium. Setiap bulan setelah siklus menstruasi, endometrium akan menebal. Jika tidak terjadi kehamilan, maka endometrium akan dilepaskan dan terjadilah perdarahan. Ini yang disebut dengan siklus menstruasi. Tuba falopii membentang sepanjang 5-7,6 cm dari tepi atas rahim ke arah ovarium.

Ujung dari tuba kiri dan kanan membentuk corong sehingga memiliki lubang yang lebih besar agar sel telur jatuh ke dalamnye ketika dilepaskan dari ovarium. Ovarium tidak menempel pada tuba falopii tetapi menggantung dengan bantuan sebuah ligamen. Sel telur bergerak di sepanjang tuba falopii dengan bantuan silia (rambut getar) dan otot pada dinding tuba. Jika di dalam tuba sel telur bertemu dengan sperma dan dibuahi, maka sel telur yang telah dibuahi ini mulai membelah. Selama 4 hari, embrio yang kecil terus membelah sambil bergerak secara perlahan menuruni tuba dan masuk ke dalam rahim. Embrio lalu menempel ke dinding rahim dan proses ini disebut implantasi. Setiap janin wanita pada usia kehamilan 20 minggu memiliki 6-7 juta oosit (sel telur yang sedang tumbuh) dan ketika lahir akan memiliki 2 juta oosit. Pada masa puber, tersisa sebanyak 300.000-400.000 oosit yang mulai mengalami pematangan menjadi sel telur. Tetapi hanya sekitar 400 sel telur yang dilepaskan selama masa reproduktif wanita, biasanya setiap siklus menstruasi dilepaskan 1 telur. Ribuan oosit yang tidak mengalami proses pematangan secara bertahap akan hancur dan akhirnya seluruh sel telur akan hilang pada masa menopause. Sebelum dilepaskan, sel telur tertidur di dalam folikelnya. Sel telur yang tidur tidak dapat melakukan proses perbaikan seluler seperti biasanya, sehingga peluang terjadinya kerusakan pada sel telur semakin meningkat sejalan dengan bertambahnya usia wanita. Karena itu kelainan kromosom maupun kelainan genetik lebih mungkin terjadi pada wanita yang hamil pada usianya yang telah lanjut.

b. Sistem Reproduksi Pria Sistem reproduksi pria terdiri dari testis dan serangkaian saluran dan kelenjar yang secara khusus memiliki fungsi-fungsi berikut:

Memproduksi, memelihara dan mengangkut sperma dan cairan pelindung (air mani).

Memasukkan sperma ke dalam saluran reproduksi wanita. Memproduksi dan mengeluarkan hormon seks pria.

Organ-organ reproduksi pria mencakup struktur internal dan eksternal. Sebagian besar organ reproduksi pria terletak di luar tubuh (eksternal).

Struktur eksternal Struktur eksternal dari sistem reproduksi pria adalah penis, skrotum dan testis:

Penis: organ laki-laki untuk melakukan hubungan seksual. Ada tiga bagian penis: akar yang menempel di dinding perut, batang dan kepala (glans) penis, yang merupakan ujung berbentuk kubah. Kepala penis ditutupi dengan lapisan kulit longgar yang disebut kulup. Kulit ini dipotong ketika pria disunat. Pembukaan uretra berada di kepala penis. Kepala penis juga mengandung banyak saraf yang sensitif. Batang penis berbentuk silinder dan terdiri dari jaringan khusus seperti spons. Jaringan ini berisi ribuan ruang yang terisi oleh darah ketika seorang pria sedang terangsang. Penis yang terisi dengan darah menjadi kaku dan tegak (ereksi) sehingga memungkinkan untuk penetrasi selama hubungan seksual. Kulit penis longgar dan elastis untuk mengakomodasi perubahan ukuran penis selama ereksi.

Testis (buah pelir): organ bulat-lonjong seukuran bakso yang terletak di dalam skrotum, dipegangi pada kedua ujungnya oleh struktur yang disebut korda spermatika. Kebanyakan pria memiliki dua testis. Testis bertanggung jawab untuk membuat sperma dan testosteron, hormon seks pria yang utama. Dalam testis terdapat tabung yang disebut tubulus seminiferus yang bertanggung jawab untuk memproduksi sel-sel sperma melalui proses yang

disebut spermatogenesis.

Skrotum: kantong kulit yang menggantung di belakang penis dan berisi testis, yang memiliki banyak saraf dan pembuluh darah. Skrotum berfungsi sebagai pelindung dan bertindak sebagai sistem kontrol suhu untuk testis (seperti termostat). Untuk perkembangan sperma yang normal, testis harus berada pada suhu sedikit lebih dingin daripada suhu tubuh, sekitar -2 derajat celcius. Otot-otot khusus di dinding skrotum memungkinkan untuk berkontraksi dan berelaksasi, mendekatkan testis ke tubuh untuk menghangatkan dan menjauhkan dari tubuh untuk mendinginkan suhunya. Di dalam skrotum terdapat epidimis, tabung panjang melingkar yang bertumpu pada bagian belakang setiap testis. Tabung ini berfungsi mengangkut dan menyimpan sel-

sel sperma yang diproduksi di testis. Epididimis juga berperan untuk memelihara sperma hingga dewasa, karena sperma yang muncul dari testis belum matang dan tidak mampu melakukan pembuahan. Selama gairah seksual, epididimis berkontraksi untuk mendorong sperma ke dalam vas deferens. 1. Struktur internal Struktur internal dari sistem reproduksi pria, juga disebut organ aksesori, meliputi:

Vas deferens: sebuah tabung otot yang memanjang dari epididimis ke dalam rongga panggul, di belakang kandung kemih. Vas deferens mengangkut sperma matang ke uretra sebagai persiapan ejakulasi.

Vesikula seminalis: kantong-kantong yang menempel pada vas deferens dekat pangkal kandung kemih. Vesikula seminalis menghasilkan cairan yang menjadi sumber energi bagi sperma dan membantu motilitas (kemampuan bergerak) sperma. Cairan dari vesikula seminalis membentuk sebagian besar volume cairan ejakulasi pria.

Saluran ejakulasi: terbentuk oleh perpaduan dari vas deferens dan vesikula seminalis. Saluran ini mengalirkan cairan ejakulasi (semen) ke saluran uretra.

Uretra: saluran yang membawa urin dari kandung kemih ke luar tubuh. Pada laki-laki, uretra memiliki fungsi tambahan menyalurkan cairan ejakulasi ketika seorang pria mencapai orgasme. Ketika penis ereksi saat berhubungan seks, aliran urin terblokir dari uretra sehingga hanya air mani yang keluar pada ejakulasi.

Kelenjar prostat: struktur berukuran kenari yang terletak di bawah kandung kemih di depan rektum. Kelenjar prostat memberikan cairan tambahan untuk ejakulasi. Cairan prostat juga membantu menyehatkan sperma. Uretra, yang membawa cairan ejakulasi selama orgasme, berjalan melalui pusat kelenjar prostat.

Kelenjar bulbourethral:

disebut juga kelenjar cowper, adalah struktur

seukuran kacang yang terletak di sisi uretra tepat di bawah kelenjar prostat. Kelenjar ini menghasilkan cairan licin bening yang bermuara langsung ke

dalam uretra. Cairan ini berfungsi untuk melumasi uretra dan menetralisir keasaman yang mungkin hadir karena sisa urin dalam uretra. 2. Fungsi sistem reproduksi pria Sistem reproduksi pria seluruhnya tergantung pada hormon, yang merupakan bahan kimia yang merangsang atau mengatur aktivitas sel-sel atau organ. Hormon-hormon utama yang terlibat dalam fungsi sistem reproduksi pria adalah follicle-stimulating hormone (FSH), luteinizing hormone (LH) dan hormon testosteron. FSH dan LH diproduksi oleh kelenjar hipofisis yang terletak di dasar otak. FSH diperlukan untuk produksi sperma (spermatogenesis), dan LH merangsang produksi testosteron, yang diperlukan untuk melanjutkan proses spermatogenesis. Testosteron juga penting dalam pengembangan karakteristik laki-laki, termasuk massa dan kekuatan otot, distribusi lemak, massa tulang dan dorongan seks.

E. Anatomi System Endokrin 1. Hipotalamus Hipotalamus merupakan struktur yang menjadi dasar ventrikel ketiga otak. Struktur ini tampak pada pembelahan sagital otak, terdiri dari badan mamillari, kiasma opticum, dan tuber cinereum yang bergabung dengan infundibulum dari hipofisis. Pada bagian posterior, hipotalamus berbatasan dengan tegmentum mesensefalon. Pada bagian anterior berbatasan dengan kiasma opticum dan bersatu dengan membran basal area olfaktori. Dan pada bagian lateral, hipotalamus , berbatasan dengan jaras optic dan crura cerebri serta bergabung dengan daerah subtalamus tanpa garis batas yang jelas. Hipotalamus mendapat perdarahan dalam jumlah besar dari arteri-arteri kecil percabangan dari Sirkulus Willis. Susunan arteri hipotalamus antar individu bervariasi namun membentuk pola umum yang sama, yaitu membentuk. a. Grup anterior, berasal dari arteri karotis interna, cerebral anterior, dan bagian posterior arteri comunicans

b. Grup intermedia, berasal dari bagian posterior arteri comunicans c. Grup posterior, berasal dari arteri serebral posterior, bagian posterior arteri comunicans, dan arteri basilaris Bagian infundibulum, eminensia media, dan terusan hipotalamus diperdarahi oleh arteri hipofisial superior, cabang dari arteri carotis interna. Aliran darah ini selanjutnya akan memasuki sistem portal hipotalamus-hipofisis yang

memperdarahi hipofisis bagian anterior. Aliran darah arteri ke hipotalamus selanjutnya dialirkann ke vena-vena kecil yang bermuara ke vena cerebral anterior, vena basalis, atau vena cerebral basalis.

2. Hipofisis Hipofisis atau kelenjar pituitari berukuran kira kira 11 cm, tebalnya sekitar 1/2 cm, dan beratnya sekitar 1/2 gr pada pria, dan sedikit lebih besar pada wanita. Kelenjar ini terletak di dalam lekukan tulang sphenoid yang disebut sella tursika, dibelakang kiasma optikum. Hipofisis memiliki dua subdivisi, (1) adenohipofisis, pada bagian anterior, hasil perkembangan dari evaginasi ektoderm dorsal atap faring embrionik (stomodeum), dan (2) neurohipofisis, hasil perluasan diensefalon. Selanjutnya adenohipofisis dan neurohipofisis menempel

membentuk kelenjar tunggal. Secara topografis, kelenjar ini merupakan salah satu yang paling dilindungi dan tidak terjangkau dalam tubuh. Hipofisis dilapisi duramater dan dikelilingi oleh tulang kecuali pada bagian infundibulum berhubungan dengan hipotalamus.

Hipofisis mendapat perdarahan dari arteri karotis interna. Arteri hipofisial superior memperdarahi pars tuberalis, infundibulum, dan membentuk sistem pleksus kapiler primer pada bagian eminensia media. Arteri hipofisial inferior terutama memperdarahi lobus posterior walau memberi sedikit cabang ke lobus anterior. Aliran darah dari arteri hipofisial lalu akan membentuk pleksus kapiler sekunder pada pars distalis dan berlanjut ke vena portal hipofisial. Sekressi hormon hipofisis diregulasi oleh hipotalamus. Hipotalamus sendiri mendapat input dari berbagai area otak dan feedback dari kelenjar lain. Untuk mengatur kerja hipofisis, hipotalamus akan melepaskan messenger ke pleksus kapiler primer eminensia media, kemudian dialirkan ke pleksus kapiler sekunder pars distalis, disini hormon meninggalkan kapiler, menyampaikan rangsang pada sel parenkim.

3.

Adrenal Kelenjar adrenal atau suprarenal menempel pada kutub superior ginjal.

kelenjar adrenal kiri dan kanan tidak simetris pada sumbu tubuh, kelenjar adrenal sebelah kanan lebih inferior, terletak tepat diatas ginjal, dan bentuknya lebih piramid shape. Sementara kelenjar suprarenal kiri lebih inferior, lebih kearah batas medial ginjal kiri, dan bentuknya lebih cressent shape. Masing-masing berukuran tebal sekitar 1 cm, lebar apex sekitar 2 cm, lebar basal sekitar 5 cm. beratnya antara 7-10 gr. Kelenjar ini dibagi menjadi (1) bagian korteks yang mencakup 80-90% organ, terletak bagian luar, dan berwarna kekuningan, dan (2) bagian medula yang terletak pada bagian dalam, berwarna gelap. Keduanya memiliki fungsi endokrin, bagian korteks memproduksi kortikosteroid (kortisol, kortikosteron) dari kolesterol, diregulasi ACTH. Bagian medulla memproduksi epineprin dan norepineprin, diregulasi saraf simpatis

Kelenjar adrenal terletak retroperitoneal, dibungkus kapsul jaringan ikat dengan banyak jaringan adiposa. Kapsul jaringan ikat tersebut membentuk septa karah parenkim yang masuk bersama pembuluh darah dan saraf.

Kelenjar suprarenal merupakan salah satu organ yang paling kaya vaskularisasi. tiap kelenjar mendapat perdarahan dari tiga arteri yang berbeda: (1) arteri phrenic inferior yang akan membentuk arteri suprarenal superior, (2) aorta yang akan membentuk arteri suprarenal medial, dan (3) arteri renalis yang akan membentuk arteri suprarenal inferior. Cabang-cabang ketiga arteri tersebut membentuk pleksus subcapsular. Dari pleksus tersebut muncul arteri kortikal pendek, selanjutnya membentuk sinusoid berpori, dan bermuara ke pleksus vena suprarenal di medula. selanjutnya vena suprarenal kiri bermuara ke vena renal kiri dan vena suprarenal kanan bermuara ke vena cava inferior. selain arteri kortikal pendek, dari pleksus subcapsular, juga muncul arteri kortikal panjang yang tidak bercabang. menembus korteks sampai medulla.

4. Pankreas

Pankreas terletak pada bagian dalam peritoneum, strukturnya dibagi menjadi 4 bagian kaput, kolum, korpus, dan kauda. Ukurannya kurang lebih lebar 5 cm, tebal 1-2 cm, panjang sekitar 25 cm, dan beratnya sekitar 150 gr. Pankreas memiliki kapsul jaringan ikat tipis yang membentuk septa, membagi pankreas menjadi lobus. Pembuluh darah dan persarafan pankreas masuk melalui septa ini. Pankreas merupakan kelenjar yang memiliki fungsi eksokrin, yaitu menghasilkan empedu dan fungsi endokrin, yaitu menghasilkan hormon. Bagian endokrin pankreas tersusun atas aggregasi sel, disebut Pulau Langerhans, jumlahnya sekitar satu juta, tersebar diantara asinus, dengan kecenderungan lebih banyak pada bagian kauda. Pulau langerhans tersusun atas sekitar 3000 sel yang terdiri dari: a. sel alfa (70%) menghasilkan glukagon b. sel beta (20%) menghasilkan insulin c. sel delta (5%) menghasilkan somatostatin d. sel G (1%) menghasilkan gastrin e. sel F atau sel PP (1%) menghasilkan polipeptida pankreas Pankreas mendapat perdarahan dari arteri coeliaca, cabang langsung dari aorta abdominalis. A.coeliaca bercabang, menjadi (1) a. hepatica komunis a. pancreaticoduodenalis superior a. pacreaticoduodenalis superior anterior dan

posterior yang memperdarahi bagian kaput, kolom, dan korpus pankreas dan (2) a. lienalis rami pancreatici yang memperdarahi bagian korpus dan kauda. Selanjutnya darah akan dialirkan ke v. pancreaticoduodenale dan v. lienalis kemudian melalui sistem vena porta dan akhirnya bermuara ke vena cava.

F. ANATOMI SISTEM HIPOTALAMUS Hipotalamus terletak pada lantai otak, mengelilingi bagian bawah ventrikel ketiga. Batas anterior adalah kiasma optika; batas posterior adalah korpus mamilaris; batas lateral adalah sulcus lateral; dan batas ventrodorsal adalah tuber cinereum (dasar hipotalamus yang membulat dan memanjang kearah kaudal hingga tangkai hipofisis). Bentuk hipotalamus memang tidak beraturan, namun dapat dibedakan menjadi beberapa bagian, yaitu: (1) area hipotalamus dorsal; (2) area hipotalamik anterior; dan (3) area preoptikus. Menurut Sherwood (2011), Hipotalamus adalah kumpulan nukleus-nukleus spesifik dan serat serat terkait yang terletak dibawah thalamus G. HORMON-HORMON ENDOKRIN YANG BERHUBUNGAN DENGAN REPRODUKSI WANITA 1. Hormon Reproduksi Wanita a. Estrogen Estrogen dihasilkan oleh ovarium. Ada banyak jenis dari estrogen tapi yang paling penting untuk reproduksi adalah estradiol. Estrogen berguna untuk pembentukan ciri-ciri perkembangan seksual pada wanita yaitu pembentukan payudara, lekuk tubuh, rambut kemaluan,dll. Estrogen juga berguna pada siklus menstruasi dengan membentuk ketebalan endometrium, menjaga kualitas dan kuantitas cairan cerviks dan vagina sehingga sesuai untuk penetrasi sperma. b. Progesterone Hormon ini diproduksi oleh korpus luteum. Progesterone mempertahankan ketebalan endometrium sehingga dapat menerima implantasi zygot. Kadar

progesterone terus dipertahankan selama trimester awal kehamilan sampai plasenta dapat membentuk hormon HCG. c. Gonadotropin Releasing Hormone

GNRH merupakan hormon yang diproduksi oleh hipotalamus diotak. GNRH akan merangsang pelepasan FSH (folikl stimulating hormone) di hipofisis. Bila kadar estrogen tinggi, maka estrogen akan memberikan umpanbalik ke hipotalamus sehingga kadar GNRH akan menjadi rendah, begitupun sebaliknya. d. FSH (folikel stimulating hormone) dan LH (luteinizing Hormone) Kedua hormon ini dinamakan gonadotropoin hormon yang diproduksi oleh hipofisis akibat rangsangan dari GNRH. FSH akan menyebabkan pematangan dari folikel. Dari folikel yang matang akan dikeluarkan ovum. Kemudian folikel ini akan menjadi korpus luteum dan dipertahankan untuk waktu tertentu oleh LH.

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Sistem saraf merupakan sistem koordinasi (pengaturan tubuh) berupa penghantaran impul saraf ke susunan saraf pusat, pemrosesan impul saraf dan perintah untuk memberi tanggapan rangsangan. Unit terkecil pelaksanaan kerja sistem saraf adalah sel saraf atau neuron. Berdasarkan peranannya, sistem saraf manusia dibedakan menjadi 2, yaitu, sistem saraf sadar dan sistem saraf tak sadar. Sistem saraf sadar berfungsi, mengatur semua aktivitas tubuh yang kita sadari. sedangkan, sistem saraf tak sadar berfungsi, mengatur semua aktiivitas tubuh yang tidak kita sadari.
B.

Saran Untuk dapat memahami sistem saraf, selain membaca dan memahami materi-

materi dari sumber keilmuan yang ada (buku, internet, dan lain-lain) kita harus dapat mengkaitkan materi-materi tersebut dengan kehidupan kita sehari-hari, agar lebih mudah untuk paham dan akan selalu diingat.

DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2006. Knowledge Antomi. Progam animasi anatomi Pratiwi, DA.1996. Biologi 2. Jakarta. Erlangga Tenzer, Amy. 2003. Petunjuk Praktikum Struktur Hewan II. Malang. Jurusan Biologi UM Bobak, Irene M. 2003. Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC. http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/psikologi_faal/bab3_konduksi_neural_da n_transmisi_sinapsis.pdf http://www.sith.itb.ac.id/profile/pakAR/Kuliah%206%20-%20sistem%20saraf.pdf http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/psikologi_faal/bab2_sistem_saraf.pdf http://id.shvoong.com/tags/impuls-pada-sinaps http://www.medicinesia.com/kedokteran-dasar/neurosains/mekanisme-impuls-saraf/ http://amintabin.blogspot.com/2010/03/sistem-saraf-pada-invertebrata.html\ http://www.scribd.com/doc/6578595/Sistem-Saraf http://www.slideshare.net/irwanto/sistem-sara1-f-presentation http://iqbalali.com/2007/04/29/sistem-syaraf/ http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_saraf_pusat http://www.slideshare.net/basil_miaw/power-point-anatomi-fisiologi-sistem-saraf www.google.com

Anda mungkin juga menyukai