Kelompok B-1
Ketua
Nur Zanirah
(1102013218)
Sekretaris
Siti Solikha
(1102013277)
Anggota
(1102013184)
Mutiara Sukma
(1102013191)
(1102013197)
(1102013203)
Naufal Bahira
(1102013209)
Putri Rachmawati
(1102013234)
(1102013306)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
Jalan. Letjen Suprapto, Cempaka Putih, Jakarta 10510
Telp.62.21.4244574 Fax. 62.21.4244574
DAFTAR ISI
SKENARIO
1
ANYANG-ANYANGAN
Seorang wanita usia 32 tahun, menikah, datang ke dokter puskesmas dengan keluhan nyeri
saat buang air kecil dan anyang-anyangan berulang. Keluhan ini dirasakan sejak dua hari
yang lalu. Dalam pemeriksaan fisik tidak ditemukan kelainan kecuali nyeri tekan supra pubik.
Pada pemeriksaan urinalisa dijumpai urin keruh dan didapatkan peningkatan leukosit.
Kemudian pasien disarankan untuk melakukan pemeriksaan kultur urin.
KATA SULIT
1. Anyang-anyangan:
Rasa ingin berkemihterus menerus lebih dari 2-3 kali dalam 1 waktu dan kadang
disertai nyeri
2. Pemeriksaan kultur urin:
Penumbuhan di media kultur untuk melihat mikroorganisme
HIPOTESA
Nyeri tekan suprapubic, nyeri saat BAK, dan anyang-anyangan (BAK berulang) bisa menjadi
tanda suatu penyakit yang dipengaruhi oleh faktor resiko seperti umur, jenis kelamin, status
pernikahan, dan lainnya. Oleh karena itu untuk mengetahui diagnosis pasti perlu dilakukan
pemeriksaan penunjang seperti urinalisis, test kimiawi, radiologi, darah lengkap, dan plat
celup. Dari hasil pemeriksaan didapatkan diagnosis nya adalah Infeksi Saluran Kemih (ISK)
dengan diagnosis bandingnya adalah batu ginjal. Penatalaksanaan untuk ISK adalah dengan
diberikan terapi Antibiotik. Dalam pandangan Islam seseorang dengan penyakit dan kelainan
pada kemihnya mendapatkan keringanan hukuman saat menjalankan ibadah dan lain hal.
SASARAN BELAJAR
LI .1. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN ANATOMI VESICA URINARIA & URETRA
1.1 Makroskopik
1.2 Mikroskopik
LI.2. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN FISIOLOGI PROSES BERKEMIH
LI.3. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK)
3.1 Definisi
3.2 Etiologi
3.3 Klasifikasi
3.4 Patogenesis & patofisiologi
3.5 Manifestasi klinis
3.6 Diagnosis & Diagnosis banding
3.7 Penatalaksanaan & Pencegahan
3.8 Komplikasi
3.9 Prognosis
LI.4. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN SALASIL BAUL DALAM PANDANGAN
ISLAM
Urethra masculina
Urethra masculina panjangnya sekitar 15-20 cm dan
terbentang dari collum vesicae urinaria sampai ostium
urethra externum pada glans penis. Urethra masculina
dibagi menjadi tiga bagian: (1) pars prostatica, (2) pars
membranacea, dan (3) pars spongiosa.
Urethra pars prostatica panjangnya 3 cm dan
berjalan melalui prostat dari basis sampai apexnya.
Bagian ini merupakan bagian yang paling lebar dan yang
paling dapat dilebarkan dari urethra. Pada bagian ini
bermuara ductus ejaculatorius dan saluran keluar kelenjar
prostat.
Urethra pars membranacea panjangnya sekitar 1,25
cm, terletak di dalam diaphragma urogenitale, dan
dikelilingi oleh musculus sphincter urethrae. Bagian ini
merupakan bagian urethra yang paling tidak bisa
dilebarkan.
Urethra pars spongiosa panjangnya sekitar 15,75 cm dan dibungkus di dalam bulbus
dan corpus spongiosum penis. Ostium urethrae externum merupakan bagian yang tersempit
dari seluruh urethra. Bagian urethra yang terletak di dalam glans penis melebar membentuk
fossa navicularis (fossa terminalis). Glandula bulbourethralis bermuara ke dalam urethra
pars spongiosa distal dari diaphragma urogenitale.
Urethra feminina
Panjang urethra feminina + 3,8 cm. Urethra terbentang dari collum vesicae urinaria
sampai ostium urethrae externum yang bermuara ke dalam vestibulum sekitar 2,5 cm distal
dari clitoris. Urethra menembus musculus sphinter urethrae dan terletak tepat di depan
vagina. Di samping ostium urethrae externum, terdapat muara kecil dari ductus glandula
paraurethralis. Urethra dapat dilebarkan dengan mudah.
Gambar 1-4.
Urethra feminina
Vaskularisasi Urethra
Arteria dorsalis penis dan
arteria bulbourethralis yang
merupakan cabang dari arteria
pudenda interna.
Persarafan Urethra
Persarafan urethra diurus oleh nervus dorsalis penis yang merupakan cabang-cabang
dari nervus pudendus.
Pada urethra bermuara 2 macam kelenjar, yaitu :
Mucosa
Mucosa saluran urin sejak dari
calyx minor, calyx major, ureter
dan vesica urinaria dilapisi oleh
epitel transitional, permukaan
dapat menyesuaikan diri terhadap
regangan, impermeable
Muscularis
URETRA
Pria
a. Pars prostatica
Dilapisi epitel transitional. Pada bagian
distal terdapat tonjolan kedalam lumen:
verumontanum. Ductus ejaculatorius
bermuara dekat verumontanum.
b. Pars membranosa
Dilapisi epitel bertingkat torak. Dibungkus oleh sphincter urethra externa (voluntary)
c. Pars bulbosa dan pendulosa
Umumnya dilapisi epitel bertingkat torak dan epitel selapis torak, dibeberapa tempat
terdapat epitel berlapis gepeng .Ujung distal lumen urethra melebar: fossa
navicularis. Kelenjar Littre, kelenjar mukosa yang terdapat disepanjang urethra,
terutama pada pars pendulosa
Wanita
Pendek, 4-5 cm
Kandung kemih harus memiliki kapasitas penyimpanan yang cukup, sehingga urin tidak perlu
terus menerus dikeluarkan.
10
Otot polos kandung kemih banyak mendapatkan persarafan parasimpatis, yang apabila
dirangsang akan menyebabkan kontraksi kandung kemih. Ketika m.detrussor vesicae
berkontraksi terjadi perangsangan urin.
Pintu keluar kandung kemih dijaga dua sfingter:
Sfingter uretra interna, terdiri dari otot polos dan berada di bawah kontrol involunter.
Sewaktu kandung kemih melemas/rileks, susunan anatomis uretra interna menutupi pintu
keluar kandung kemih.
Sfingter uretra eksterna, diperkuat seluruh diafragma pelvis, dipersarafi neuron motorik,
di bawah kesadaran karena merupakan otot rangka. Dapat dengan sengaja dikontraksikan
untuk mencegah pengeluaran urin sewaktu kandung kemih kontraksi & sfingter uretra
interna terbuka.
Daya tampung kandung kemih berkisar 250-400 ml, semakin banyak terisi urin maka
volume di dalam kandung kemih juga semakin besar dan semakin besar pula tingkat
pengaktifan reseptor regang.
Aktivasi reseptor regangke serat-serat aferenkorda spinalisantar neuronrangsang
parasimpatishambat neuron motorik yang persarafi sfingter eksterna, kedua sfingter
terbuka dan urin terdorong keluar menuju uretra karena gaya kontraksi kandung kemih.
REFLEX BERKEMIH
Distensi kandung kemih, oleh air kemih akan merangsang stres reseptor yang terdapat
pada dinding kandung kemih dengan jumlah 250 cc sudah cukup untuk merangsang
berkemih (proses miksi). Akibatnya akan terjadi reflek kontraksi dinding kandung kemih, dan
pada saat yang sama terjadi relaksasi sfingter internus, diikuti oleh relaksasi sfingter
eksternus, dan akhirnya terjadi pengosongan kandung kemih. Rangsangan yang
menyebabkan kontraksi kandung kemih dan relaksasi sfingter interus dihantarkan melalui
serabutserabut para simpatis. Kontraksi sfingter eksternus secara volunter bertujuan untuk
mencegah atau menghentikan miksi. kontrol volunter ini hanya dapat terjadi bila sarafsaraf
yang menangani kandung kemih uretra medula spinalis dan otak masih utuh. Bila terjadi
kerusakan pada sarafsaraf tersebut maka akan terjadi inkontinensia urin (kencing keluar
terusmenerus tanpa disadari) dan retensi urine (kencing tertahan). Persarafan dan peredaran
darah vesika urinaria, diatur oleh torako lumbar dan kranial dari sistem persarafan otonom.
Torako lumbar berfungsi untuk relaksasi lapisan otot dan kontraksi spinter interna.
Peritonium melapis kandung kemih sampai kirakira perbatasan ureter masuk kandung
kemih. Peritoneum dapat digerakkan membentuk lapisan dan menjadi lurus apabila kandung
kemih terisi penuh. Pembuluh darah Arteri vesikalis superior berpangkal dari umbilikalis
bagian distal, vena membentuk anyaman dibawah kandung kemih. Pembuluh limfe berjalan
menuju duktus limfatilis sepanjang arteri umbilikalis.
Pusat saraf miksi berada pada otak dan spinal cord (tulang belakang) Sebagian besar
pengosongan di luar kendali tetapi pengontrolan dapat di pelajari latih. Sistem saraf
simpatis: impuls menghambat vesika urinaria dan gerak spinchter interna, sehingga otot
detrusor relax dan spinchter interna konstriksi. Sistem saraf parasimpatis: impuls
menyebabkan otot detrusor berkontriksi, sebaliknya spinchter relaksasi terjadi MIKTURISI
(normal: tidak nyeri).
11
12
REFLEKS MIKTURISI
Mikturisi adalah proses pengosongan kandung kemih setelah terisi dengan urin.
Melibatkan dua proses; pertama. Kandung kemih terisi secara progresif sehingga tegangan
pada dindingnya meningkat melampai ambang batas. Keadaan ini akan mencetuskan tahap
kedua. Yaitu adanya reflekks saraf (reflex mikturisi) yang kaan mengosongkan kandung
kemih, atau jika gagal, setidaknya akan menyebabkan keinginan berkemih yang disadari.
Kerja alat-alat proses berkemih
Otot detrusor
Kontraksi otot detrusor merupakan tahap utama pada proses pengosongan kandung
kemih, eksitasi otot ini yang terletak diseluruh vesica urinaria akan menyebabkan kontraksi
kandung kemih secara keseluruhan. Menyebabkan peningkatan tekanan intra-VU yang
menyebabkan urin terdorong keluar.
Sphycter interna
Tonus alamiah dari otot sfingter leher kandung kemih menahan terjadinya pengosongan
kandung kemih hingga tekanan pada bagian utama kandung kemih meningkat melampaui
nilai ambang.
Sphyncter externa
Otot ini berada di bawah kendali volunteer oleh system saraf dan dapat digunakan untuk
mencegah miksi secara sadar bahkan ketika kendali involunter berusaha untuk
mengosongkan kandung kemih.
PERSYARAFAN KANDUNG KEMIH
1. Nervus pelvicus
13
Kandung kemih dipersarafi oleh nervus pelvicus yang berasal dari medula spinalis
melalui pleksus sakralis S-2 dan S-3. Terbagi atas 2 persarafan
a. Saraf sensorik : deteksi derajat regangan dinding kandung kemih
b. Saraf motorik : dibawa saraf pelvis yaitu saraf parasimpatis mempersarafi m. detrusor.
2.
Nervus pudendus
Merupakan serabut motorik skeletal yang mempersarafi sfingter eksterna
3.
Nervus hipogastrik
Merupakan persarafan simpatis untuk merangsang pembuluh dara, memberi
sedikit efek kontraksi kandung kemih dan sensasi rasa penuh & nyeri
Kontrol refleks
1. Setelah urin terbentuk keluar dr papila ureterrangsang parasimpatis utk memperkuat
kontraksi peristaltik 1-5 x/mnt dan dpt dihambat rangsang simpatis mendorong urin ke
vesika dan kumpul di vesika urinaria meningkatkan regangan vesika urinaria sampai
ambang batas (tresshold) tertentu (250-400ml) mengaktifkan reseptor regang
2. Ambang reseptor regang tercapai impuls korda spinalis rangsang saraf parasimpatis
kontraksi vesika urinariasfingter interna terbukasfingter eksterna terbuka (hambatan
neuron motorik akibat rangsang parasimpatis) urin keluar
Kontrol volunter (miksi di bawah kehendak)
1. Bila tidak ingin miksi sementara refleks berkemih dimulai korteks serebri impuls
eksikatorik volunter hambat inhibitor motorik otot sfingter eksternal masih berkontraksi
retensi urin
2. Bila ingin miksi sementara refleks berkemih belum dimulai penurunan lantai panggul dan
kontraksi dinding abdomen & diafragma pernafasan rangsang reseptor regangVU
kontraksi sfingter interna terbuka sfingter eksterna terbuka (hambatan neuron motorik
akibat rangsang parasimpatis) urin keluar
Kandung kemih mendapat persyarafan utama dari saraf-saraf pelvis, yang berhubungan
dengan medulla spinalis melalui pleksus sakralis, terutama berhubungan dengan segmen S-2
dan S-3 dari medulla spinalis. Perjalanan melalui saraf pelvis terdapat dalam dua bentuk
persyarafan dan, yaitu serabut saraf sensorik dan serabut saraf motorik. Serabut sensorik
mendeteksi derajat regangan dalam dinding kandung kemih. Sinyal-sinyal regangan
14
khususnya dari urethra posterior merupakan sinyal yang kuat dan terutama berperan untuk
memicu reflex pengosongan kandung kemih.
Persyarafan motorik yang dibawa dalam sarafpelvis merupakan serabut parasimpatis.
Saraf ini berakhir di sel ganglion yang terletak di dalam dinding kandung kemih. Selain saraf
pelvis, ada dua jenis persarafan lain yang penting yaitu serabut motorik skeletal yang dibawa
melalui saraf pudendus ke sfingter eksterna kandung kemih. Saraf ini merupakan serabut
saraf somatic yang mempersarafi dan mengatur otot rangka volunter pada sfingter tersebut.
Kandung kemih juga mendapatkan persarafan simpatis dari rangkaian simpatis melalui sarafsaraf hipogastrik, yang terutama berhubungan dengan segmen L-2 dari medulla spinalis.
Serabut simpatis ini terutama merangsang pembuluh darah dan memberi sedikit efek terhadap
proses kontraksi kandung kemih.
ISK sederhana, yaitu: isk pada pasien tanpa disertai kelainan anatomi maupun kelainan
struktur saluran kemih.
ISK kompleks, yaitu: isk yang terjadi pada pasien yang menderita kelain ananatomis/
struktur saluran kemih, atau adanya penyakit sistemik. Kelainan ini akan menyulitkan
pemberantasan kuman oleh antibiotika.
First infection (infeksipertama kali) atau isolated infection, yaitu ISK yang baru pertama
15
kali diderita atau infeksi yang didapat setelah sekurang kurangnya 6 bulan bebas dari
ISK.
Infeksi berulang yaitu timbulnya kembali bakteri uria seteah sebelumnya dapat dibasmi
dengan pemberian antibiotic dan infeksi yang pertama.Timbulnya infeksi berulang ini
dapat berasal dari re-infeksi atau bakteri uria persisten.Pada re-infeksi kuman berasal dari
luar saluran kemih, sedangkan bakteri uriap ersisten bakteri penyebab berasal dari dalam
saluran kemih itu sendiri.
16
Infeksi saluran kemih biasanya terjadi saat bakteri dari luar tubuh masuk ke dalam
saluran urinaria melalui uretra dan mulai bermultiplikasi. Kebanyakan dari kasus sistitis
disebabkan oleh bakteri eschericia coli.
Tipe infeksi
Dua tipe utama dari tipe infeksi yang terjadi di sistem urinaria adalah :
Infeksi komunitas. Infeksi ini terjadi saat seseorang tidak dalam penanganan fasilitas
medis. Pada infeksi ini rasio wanita lebih banyak dari laki-laki
Infeksi nosokomial. Infeksi ini terjadi pada pasien dalam penanganan fasilitas medis
seperti rumah sakit atau ruang parawatan. Biasanya terjadi pada pasien dengan
pemasangan kateter
Interstitial cystitis. Penyebab dari inflamasi kronik saluran kemih ini masih belum
dapat diketahui. Kebanyakan diderita oleh wanita dan merupakan penyakit yang sulit
didiagnosis dan diobati
17
Cystitis associated with other conditions. Sistisis dapat disebabkan oleh komplikasi
dari penyakit lain seperti kanker ginekologi, kelainan peeradangan pelvis, endometriosis,
Crohn's disease, diverticulitis, lupus or tuberculosis.
Secara Anatomi
ISK bawah, presentasi klinis ISK bawah tergantung dari gender.
Perempuan
o Sistitis adalah presentasi klinis infeksi saluran kemih disertai bakteriuria bermakna
o Sindroma uretra akut (SUA), adalah presentasi klinis sistitis tanpa ditemukan
mikroorganisme (steril).
Laki-laki
o Presentasi ISK bawah pada laki-laki dapat berupa sistitis, prostatitis, epidimidis, dan
uretritis.
ISK atas
Pielonefritis akut (PNA), adalah proses inflamasi parenkim ginjal yang disebabkan oleh
infeksi bakteri.
Pielonefritis kronis (PNK), mungkin terjadi akibat lanjut dari infeksi bakteri
berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil. Obstruksi saluran kemih serta refluk
vesikoureter dengan atau tanpa bakteriuria kronik sering diikuti pembentukan jaringan
ikat parenkim ginjal yang ditandai pielonefritis kronik yang spesifik.
- Klinis
o ISK Sederhana/ tak berkomplikasi, yaitu ISK yang terjadi pada perempuan yang tidak
hamil dan tidak terdapat disfungsi truktural ataupun ginjal.
o ISK berkomplikasi, yaitu ISK yang berlokasi selain di vesika urinaria, ISK pada anakanak, laki-laki, atau ibu hamil.
- Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada usia lanjut, dibedakan menjadi:
1.
ISK uncomplicated (simple)
ISK sederhana yang terjadi pada penderita dengan saluran kencing tak baik, anatomic
maupun fungsional normal. ISK ini pada usi lanjut terutama mengenai penderita wanita dan
infeksi hanya mengenai mukosa superficial kandung kemih.
2.
ISK complicated
Sering menimbulkan banyak masalah karena sering kali kuman penyebab sulit
diberantas, kuman penyebab sering resisten terhadap beberapa macam antibiotika, sering
terjadi bakterimia, sepsis dan shock. ISK ini terjadi bila terdapat keadaan-keadaan sebagi
berikut:
a.
Kelainan abnormal saluran kencing, misalnya batu, reflex vesiko uretral
obstruksi, atoni kandung kemih, paraplegia, kateter kandung kencing menetap dan
prostatitis.
b.
Kelainan faal ginjal: GGA maupun GGK.
c.
Gangguan daya tahan tubuh
d.
Infeksi yang disebabkan karena organisme virulen sperti prosteus spp yang
memproduksi urease.
Menurut lokasi infeksi :
18
A. I.S.K Bawah .Infeksi saluran kencing bagian bawah (urethritis atau cystitis). Ditandai
dengan pyuria, seringkali dengan disuria, urgensi atau frekuensi. Bakteriuria
ataupyuria berkorelasi baik dengan adanya infeksi.
B. I.S.K Atas .infeksi pada ginjal , Infeksi saluran kencing bagian atas (pyelonephritis)
adalah infeksi parenchyma ginjal. Keluhan-keluhannya adalah demam dan nyeri
pinggang, maupun symptom-simptom infeksi saluran kencing bagian bawah.
Menurut gejala:
1. Bakteriuria asimptomatis ( tanpa disertai gejala )
2. Bakteriuria simptomatis ( disertai gejala )
Menurut komplikasi:
1. ISK sederhana ( tanpa faktor predisposisi )
ISK sederhana yang terjadi pada penderita dengan saluran kencing tak baik,
anatomic maupun fungsional normal. ISK ini pada usia lanjut terutama mengenai
penderita wanita dan infeksi hanya mengenai mukosa superficial kandung kemih.
2. ISK berkomplikasi ( disertai faktor perdisposisi )
Sering menimbulkan banyak masalah karena sering kali kuman penyebab
sulit diberantas, kuman penyebab sering resisten terhadap beberapa macam
antibiotika, sering terjadi bakterimia, sepsis, dan shock. ISK ini terjadi bila terdapat
keadaan- keadaan sebagai berikut :
a) Kelainan abnormal saluran kencing, misalnya batu, reflex vesiko uretral
obstruksi, atoni kandung kemih, paraplegia, kateter kandung kencing
menetap dan prostatitis.
b) Kelainan faal ginjal :GGA maupun GGK
c) Gangguan daya tahan tubuh
d) Infeksi yang disebabkan karena organisme virulen seperti prosteus spp
yang memproduksi urease.
LO 3.3. Memahami dan Menjelaskan Etiologi Infeksi Saluran Kemih
Penyebab terbanyak adalah bakteri gram-negatif termasuk bakteri yang biasanya
menghuni usus kemudian naik ke sistem saluran kemih. Dari gram negatif tersebut, ternyata
Escherichia coli menduduki tempat teratas kemudian diikuti oleh :
a. Escherichia Coli: 90 % penyebab ISK uncomplicated (simple)
b. Pseudomonas, Proteus, Klebsiella : penyebab ISK complicated
c. Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan-lain-lain.
Gram Negatif
Famili
Genus
Spesies
Enterobacteriaceae
Escherichia
coli
Klebsiella
pneumoniae, oxytosa
Proteus
mirabilis, vulgaris
Enterobacter
cloacae, aerogenes
Providencia
rettgeri, stuartii
Morganella
morganii
Citrobacter
freundii, diversus
19
Pseudomonadaceae
Gram Positif
Famili
Micrococcaceae
Streptococcaceae
Serratia
Pseudomonas
morcescens
Aeruginosa
Genus
Staphylococcus
Streptococcus
Spesies
Aureus
fecalis, enterococcus
Jenis kokus gram positif lebih jarang sebagai penyebab ISK sedangkan Enterococci dan
Staphylococcus aureus sering ditemukan pada pasien dengan batu saluran kemih, lelaki usia
lanjut dengan hiperplasia prostat atau pada pasien yang menggunakan kateter urin. Demikian
juga dengan Pseudomonas aeroginosa dapat menginfeksi saluran kemih melalui jalur
hematogen dan pada kira-kira 25% pasien demam tifoid dapat diisolasi salmonella dalam
urin. Bakteri lain yang dapat menyebabkan ISK melalui cara hematogen adalah brusella,
nocardia, actinomises, dan Mycobacterium tubeculosa.
Candida sp merupakan jamur yang paling sering menyebabkan ISK terutama pada
pasien-pasien yang menggunakan kateter urin, pasien DM, atau pasien yang mendapat
pengobatan antibiotik berspektrum luas. Jenis Candida yang paling sering ditemukan adalah
Candida albican dan Candida tropicalis. Semua jamur sistemik dapat menulari saluran
kemih secara hematogen.
Tabel 1. Persentase biakan mikroorganisme penyebab ISK
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Mikroorganisme
Escherichia coli
Klebsiela sp. atau Enterobacter sp.
Proteus sp.
Pseudomonas aeroginosa
Staphylococcus epidermidis
Enterococci sp.
Candida albicans
Staphylococcus aureus
Persentase
Biakan (%)
50-90
10-40
5-10
2-10
2-10
2-10
1-2
1-2
A. Enterobacteriacea
Enterobacteriaceae adalah kuman yang hidup diusus besar manusia dan hewan, tanah,
dan air. Enterobacteriaceae adalah kuman berbentuk batang pendek dengan ukuran 0,5 um x
3,0 um negatif gram tidak berspora, gerak positif dengan flagel peritrik (Salmonella, Proteus,
Escherichia) atau gerak negatif (Shigella, Klebsiella), mempunyai kapsul/selubung yang jelas
seperti pada Klebsiella atau hanya berupa selubung tipis pada Escherichia atau tidak
berkapsul sama sekali. Sebagian besar spesies mempunyai fili atau fimbriae yang berfungsi
sebagai alat perlekatan dengan bakteri lain.
Contoh Enterobacteria yang menyebabkan infeksi saluran kemih
1. Escherichia coli
Morfologi:
20
Kuman ini berbentuk batang pendek, gemuk, berukuran 2,4 u x 0,4 sampai 0,7 u; gramnegatif, tak bersimpai, bergerak aktif dan tidak berspora.
Patogenisitas:
Eschericia coli adalah penyebab yang paling lazim dari infeksi saluran kemih dan
merupakan penyebab infeksi saluran kemih pertama pada kira-kira 90% wanita muda. Gejala
dan tanda-tandanya antara lain sering kencing, disuria, hematuria, dan puria. Nyeri pinggang
berhubungan dengan infeksi saluran kemih bagian atas. Tak satupun dari gejala atau tandatanda ini bersifat khusus untuk bakteri E. coli. Infeksi saluran kemih dapat mengakibatkan
bakterimia dengan tanda-tanda khusus sepsis.
E.coli yang nefropatogenik secara khas menghasilkan hemolisin. Kebanyakan infeksi
disebabkan oleh E.coli dengan sejumlah kecil tipe antigen O. Antigen K tampaknya penting
dalam patogenesis infeksi saluran atas. Pieloneftritis berhubungan dengan jenis philus
khusus, philus P yang mengikat zat golongan darah P.
Infeksi saluran kemih misalnya sistitis, pielitis dan pielonefritis. Infeksi dapat terjadi
akibat sumbatan saluran kemih karena adanya pembesaran prostat dan kehamilan. E.coli yang
biasa menyebabkan infeksi saluran kemih ialah jenis 1, 2, 4, 6, dan 7. Jenis-jenis pembawa
antigen K dapat menyebabkan timbulnya piolonefritis.
2. Klebsiella
Klebsiella pneumoniae kadang-kadang menyebabkan infeksi saluran kemih dan
bakteremia dengan lesi fokal pada pasien yang lemah. Ditemukan pada selaput lendir saluran
napas bagian atas, usus dan saluran kemih dan alat kelamin. Tidak bergerak, bersimpai,
tumbuh pada perbenihan biasa dengan membuat koloni berlendir yang besar yang daya
lekatnya berlainan.
3. Enterobacter aerogenes
Organisme ini mempunyai simpai yang kecil, dapat hidup bebas seperti dalam saluran
usus, serta menyebabkan saluran kemih dan sepsis. Infeksi saluran kemih terjadi melalui
infeksi nosokomial.
4. Proteus
Kuman ini adalah kuman patogen oportunis. Dapat menyebabkan infeksi saluran kemih
atau kelainan bemanah seperti abses, infeksi luka, infeksi telinga atau saluran napas. Spesies
proteus dapat menyebabkan infeksi pada manusia hanya bila bakteri itu meninggalkan
saluran usus. Spesies ini ditemukan pada infeksi saluran kemih dan menyebabkan bakterimia,
pneumonia dan lesi fokal pada penderita yang lemah atau pada penderita yang menerima
infus intravena.
P.mirabilis menyebabkan infeksi saluran kemih dan kadang-kadang infeksi lainnya.
Karena itu, pada infeksi saluran kemih oleh Proteus urine bersifat basa, sehingga
memudahkan pembentukan batu dan praktis tidak mungkin mengasamkannya. Pergerakan
cepat oleh Proteus mungkin ikut berperan dalam invasinya terhadap saluran kemih. Spesies
Proteus menghasilkan urease mengakibatkan hidrolisis urea yang cepat dengan pembebasan
amonia.
B. Pseudomonas aeroginosa
P.aeruginosa bersifat patogen bila masuk ke daerah yang fungsi pertahanannya
abnormal, misalnya bila selaput mukosa dan kulit "robek" karena kerusakan kulit langsung.
Pada pemakaian kateter intravena atau kateter air kemih atau bila terdapat netropenia,
misalnya pada kemoterapi kanker. Kuman melekat dan mengkoloni selaput mukosa atau kulit
dan menginvasi secara lokal dan menimbulkan penyakit sistemik. Proses ini dibantu oleh
phili, enzim dan toksin.
C. Enterococcus faecalis
21
6. Pada wanita menopause, saluran dari vesika urinaria ke uretra menjadi tipis karena
kekurangan hormone estrogen. Hal ini menyebabkan mudahnya terjadi kerusankan dan
infeksi. Wanita juga memproduksi mucus lebih sedikit saat menopause, dan tanpa mucus
ini, bakteri bisa bermultiplikasi dengan mudahnya. Tapi bila wanita menopause
melakukan hormone replacement therapy (HRT) maka kemungkinan ISK lebih kecil
7. Pada wanita, kerusakan fisik dan memar bisa disebabkan aktivitas seksual yang sering
dan kuat, dan menyebabkan honeymoon cystitis .
Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain:
o Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan kandung kemih
yang kurang efektif
o Mobilitas menurun
o Nutrisi yang sering kurang baik
o Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral
o Adanya hambatan pada aliran urin
o Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat
LO 3.4.
Kemih
Patogenesis
Patogenesis bakteriuria asimtomatik dengan presentasi klinis ISK tergantung dari patogenitas
dan status pasien sendiri (host).
22
Peran patogenisitas bakteri. Sejumlah flora saluran cerna termasuk Escherichia coli diduga
terkait dengan etiologi ISK. Patogenisitaas E.coli terkait dengan bagian permukaan sel
polisakarida dari lipopolisakarin (LPS). Hanya IG serotype dari 170 serotipe O/ E.coli yang
berhasil diisolasi rutin dari pasien ISK klinis, diduga strain E.coli ini mempunyai
patogenisitas khusus (Sukandar, E., 2004).
Peran bacterial attachment of mucosa. Penelitian membuktikan bahwa fimbriae merupakan
satu pelengkap patogenesis yang mempunyai kemampuan untuk melekat pada permukaan
mukosa saluran kemih. Pada umumnya P fimbriae akan terikat pada P blood group antigen
yang terdpat pada sel epitel saluran kemih atas dan bawah (Sukandar, E., 2004).
Peranan faktor virulensi lainnya. Sifat patogenisitas lain dari E.coli berhubungan dengan
toksin. Dikenal beberapa toksin seperti -hemolisin, cytotoxic necrotizing factor-1(CNF-1),
dan iron reuptake system (aerobactin dan enterobactin). Hampir 95% -hemolisin terikat
pada kromosom dan berhubungan degan pathogenicity island (PAIS) dan hanya 5% terikat
pada gen plasmio. (Sukandar, E., 2004)
Virulensi bakteri ditandai dengan kemampuan untuk mengalami perubahan bergantung
pada dari respon faktor luar. Konsep variasi fase MO ini menunjukan ini menunjukkan
peranan beberapa penentu virulensi bervariasi di antara individu dan lokasi saluran kemih.
Oleh karena itu, ketahanan hidup bakteri berbeda dalam kandung kemih dan ginjal.
(Sukandar, E., 2004)
Peranan Faktor Tuan Rumah (host)
Faktor Predisposisi Pencetus ISK.
Penelitian epidemiologi klinik mendukung hipotensi peranan status saluran kemih merupakan
faktor risiko atau pencetus ISK. Jadi faktor bakteri dan status saluran kemih pasien
mempunyai peranan penting untuk kolonisasi bakteri pada saluran kemih. Kolonisasi bacteria
23
sering mengalami kambuh (eksasebasi) bila sudah terdapat kelainan struktur anatomi saluran
kemih. Dilatasi saluran kemih termasuk pelvis ginjal tanpa obstruksi saluran kemih dapat
menyebabkan gangguan proses klirens normal dan sangat peka terhadap infeksi. Endotoksin
(lipid A) dapat menghambat peristaltik ureter. Refluks vesikoureter ini sifatnya sementara dan
hilang sendiri bila mendapat terapi antibiotika. Proses pembentukan jaringan parenkim ginjal
sangat berat bila refluks visikoureter terjadi sejak anak-anak. Pada usia dewasa muda tidak
jarang dijumpai di klinik gagal ginjal terminal (GGT) tipe kering, artinya tanpa edema
dengan/tanpa hipertensi. (Sukandar, E., 2004)
Biologis
Perilaku
Lainnya
Status nonsekretorik
Kelainan congenital
Senggama
Operasi urogenital
Antigen
golongan Urinary tract obstruction
darah ABO
Riwayat infeksi saluran
kemih sebelumnya
Diabetes inkontinensi
Penggunaan
Terapi estrogen
diafragma, kondom,
spermisida,
penggunaan,
penggunaan antibiotic
terkini.
Kepekaan terhadap ISK rekuren dari kelompok pasien dengan saluran kemih normal
(ISK tipe sederhana) lebih besar pada kelompok antigen darah non-sekretorik dibandingkan
kelompok sekretorik. Penelitian lain melaporkan sekresi IgA urin meningkat dan diduga
mempunyai peranan penting untuk kepekaan terhadap ISK rekuren.
Patofisiologi
Bakteri masuk ke saluran kemih manusia dapat melalui beberapa cara yaitu :
- Penyebaran endogen yaitu kontak langsung dari tempat infeksi terdekat
- Hematogen
- Limfogen
- Eksogen sebagai akibat pemakaian alat berupa kateter atau sistoskopi
Dua jalur utama masuknya bakteri ke saluran kemih adalah jalur hematogen dan asending,
tetapi asending lebih sering terjadi.
1. Infeksi hematogen (desending)
Infeksi hematogen kebanyakan terjadi pada pasien dengan daya tahan tubuh rendah,
karena menderita suatu penyakit kronik, atau pada pasien yang sementara mendapat
pengobatan imunosupresif. Penyebaran hematogen dapat juga terjadi akibat adanya fokus
infeksi di salah satu tempat. Contoh mikroorganisme yang dapat menyebar secara hematogen
adalah Staphylococcus aureus, Salmonella sp, Pseudomonas, Candida sp., dan Proteus sp.
24
Ginjal yang normal biasanya mempunyai daya tahan terhadap infeksi E.coli karena itu
jarang terjadi infeksi hematogen E.coli. Ada beberapa tindakan yang mempengaruhi
struktur dan fungsi ginjal yang dapat meningkatkan kepekaan ginjal sehingga
mempermudah penyebaran hematogen. Hal ini dapat terjadi pada keadaan sebagai berikut
:
Adanya bendungan total aliran urin
Adanya bendungan internal baik karena jaringan parut maupun terdapatnya presipitasi
obat intratubular, misalnya sulfonamide
Terdapat faktor vaskular misalnya kontriksi pembuluh darah
Pemakaian obat analgetik atau estrogen
Pijat ginjal
Penyakit ginjal polikistik
Penderita diabetes melitus
2. Infeksi asending
25
Uretra laki-laki bermuara saluran kelenjar prostat dan sekret prostat merupakan
antibakteri yang kuat
2) Faktor tekanan urin pada waktu miksi
Mikroorganisme naik ke kandung kemih pada waktu miksi karena tekanan urin. Selama
miksi terjadi refluks ke dalam kandung kemih setelah pengeluaran urin.
3) Faktor lain, misalnya
Perubahan hormonal pada saat menstruasi
Kebersihan alat kelamin bagian luar
Adanya bahan antibakteri dalam urin
Pemakaian obat kontrasepsi oral
c.
26
Pielonefritis: demam, menggigil, nyeri punggung atau bokong, mual, muntah, diare.
Abses ginjal (intrarenal atau perinefrik); serupa dengan pielonefritis kecuali demam
menetap meskipun diobati dengan antibiotik.
Gejala Lain
Pada beberapa kasus, mungkin terlihat sedikit darah pada air seninya yang baunya sangat
menyengat.
Terasa sakit di akhir kencing.
Anyang-anyangan atau rasa masih ingin kencing lagi. Meski sudah dicoba untuk
berkemih namun tidak ada air kemih yang keluar.
Gejala gejala dari cystitis sering meliputi:
3. Uretritis. Inflamasi atau infeksi pada uretra menimbulkan rasa terbakar pada saat urinasi.
Pada pria, uretritis dapat menyebabkan gangguan pada penis.
Gejala infeksi saluran kemih pada anakanak, meliputi:
1. Diarrhea
2. Menangis tanpa henti yang tidak dapat dihentikan dengan usaha tertentu (misalnya:
pemberian makan, dan menggendong)
3. Kehilangan nafsu makan
4. Demam
5. Mual dan muntah
Untuk anakanak yang lebih dewasa, gejala yang ditunjukkan berupa:
1. rasa sakit pada panggul dan punggung bagian bawah (dengan infeksi pada ginjal)
2. seringnya berkemih
3. ketidakmampuan memprodukasi urin dalam jumlah yang normal, dengan kata lain, urin
berjumlah sedikit (oliguria)
4. tidak dapat mengontrol pengeluaran kandung kemih dan isi perut
5. rasa sakit pada perut dan daerah pelvis
6. rasa sakit pada saat berkemih (dysuria)
7. urin berwarna keruh dan memilki bau menyengat
Gejala pada infeksi saluran kemih ringan (misalnya: cystitis, uretritis) pada orang dewasa,
meliputi:
1. rasa sakit pada punggung
2. adanya darah pada urin (hematuria)
3. adanya protein pada urin (proteinuria)
4. urin yang keruh
5. ketidakmampuan berkemih meskipun tidak atau adanya urin yang keluar
6. demam
7. dorongan untuk berkemih pada malam hari (nokturia)
8. tidak nafsu makan
9. lemah dan lesu (malaise)
10. rasa sakit pada saat berkemih (dysuria)
11. rasa sakit di atas bagian daerah pubis (pada wanita)
12. rasa tidak nyaman pada daerah rectum (pada pria)
Gejala yang mengindikasikan infeksi
pyelonephritis) pada orang dewasa, meliputi:
1. kedinginan
2. demam tinggi dan gemetar
3. mual
4. muntah (emesis)
5. rasa sakit di bawah rusuk
6. rasa sakit pada daerah sekitar abdome
saluran
kemih
lebih
berat
(misalnya:
Merokok, ansietas, minum kopi terlalu banyak, alergi makanan atau sindrom
pramenstruasi bisa menyebabkan gejala mirip infeksi saluran kemih. Gejala infeksi saluran
kemih pada bayi dan anak kecil. Infeksi saluran kemih pada bayi dan anak usia belum
sekolah memilki kecendrungan lebih serius dibandingkan apabila terjadi pada wanita muda,
29
hal ini disebabkan karena memiliki ginjal dan saluran kemih yang lebih rentan terhadap
infeksi
Gejala infeksi saluran kemih berdasarkan umur penderita adalah sebagai berikut :
1.1 Bulan: Gangguan pertumbuhan, anoreksia, muntah dan diare, kejang, koma,
panas/hipotermia tanpa diketahui sebabnya, ikterus (sepsis).
1.2 1 bln-2 thn : Panas/hipotermia tanpa diketahui sebabnya, gangguan
pertumbuhan, anoreksia, muntah, diare, kejang, koma, kolik (anak menjerit
keras), air kemih berbau/berubah warna, kadang-kadang disertai nyeri
perut/pinggang.
1.3 2-6 thn: Panas/hipotermia tanpa diketahui sebabnya, tidak dapat menahan
kencing, polakisuria, disuria, enuresis, air kemih berbau dan berubah warna,
diare, muntah, gangguan pertumbuhan serta anoreksia.
1.4 6-18 thn: Nyeri perut/pinggang, panas tanpa diketahui sebabnya, tak dapat
menahan kencing, polakisuria, disuria, enuresis, air kemih berbau dan berubah
warna.
c) Silinder
Silinder dalam urin dapat memiliki arti dalam diagnosis penyakit ginjal, antara lain:
Silinder eritrosit, sangat diagnostik untuk glomerulonefritis atau vaskulitis ginjal
Silinder leukosit bersama dengan hanya piuria, diagnostik untuk pielonefritis
Silinder epitel, dapat ditemukan pada nekrosis tubuler akut atau pada gromerulonefritis
akut
Silinder lemak, merupakan penanda untuk sindroma nefrotik bila ditemukan bersamaan
dengan proteinuria nefrotik.
d) Kristal
Kristal dalam urin tidak diagnostik untuk penyakit ginjal.
e) Bakteri
Bakteri dalam urin yang ditemukan dalam urinalisis tidak identik dengan infeksi saluran
kemih, lebih sering hanya disebabkan oleh kontaminasi.
Cara Pengambilan Sampel
Bahan urin untuk pemeriksaaan harus segar dan sebaiknya diambil pagi hari. Bahan urin
dapat diambil dengan cara punksi suprapubik (suprapubic puncture=spp), dari kateter dan
urin porsi tengah (midstream urine). Bahan urin yang paling mudah diperoleh adalah urin
porsi tengah yang ditampung dalam wadah bermulut lebar dan steril.
a. Punksi Suprapubik
Pengambilan urin dengan punksi suprapubik dilakukan pengambilan urin langsung dari
kandung kemih melalui kulit dan dinding perut dengan semprit dan jarum steril. Yang penting
pada punksi suprapubik ini adalah tindakan antisepsis yang baik pada daerah yang akan
ditusuk, anestesi lokal pada daerah yang akan ditusuk dan keadaan asepsis harus selalu
dijaga. Bila keadaan asepsis baik, maka bakteri apapun dan berapapun jumlah koloni yang
tumbuh pada biakan, dapat dipastikan merupakan penyebab ISK.
b. Kateter
Bahan urin dapat diambil dari kateter dengan jarum dan semprit yang steril. Pada cara ini
juga penting tindakan antisepsis pada daerah kateter yang akan ditusuk dan keadaan asepsis
harus selalu dijaga. Tempat penusukan kateter sebaiknya sedekat mungkin dengan ujung
kateter yang berada di dalam kandung kemih (ujung distal). Penilaian urin yang diperoleh
dari kateter sama dengan hasil biakan urin yang diperoleh dari punksi suprapubik.
c. Urin Porsi Tengah
Urin porsi tengah sebagai sampel pemeriksaan urinalisis merupakan teknik pengambilan
yang paling sering dilakukan dan tidak menimbulkan ketidaknyamanan pada penderita. Akan
tetapi resiko kontaminasi akibat kesalahan pengambilan cukup besar. Tidak boleh
menggunakan antiseptik untuk persiapan pasien karena dapat mengkontaminasi sampel dan
menyebabkan kultur false-negative.
Cara pengambilan dan penampungan urin porsi tengah pada wanita :
1. Siapkan beberapa potongan kasa steril untuk membersihkan daerah vagina dan muara
uretra. Satu potong kasa steril dibasahi dengan air sabun, dua potong kasa steril dibasahi
air atau salin hangat dan sepotong lagi dibiarkan dalam keadaan kering. Jangan memakai
larutan antiseptik untuk membersihkan daerah tersebut. Siapkan pula wadah steril dan
jangan buka tutupnya sebelum pembersihan daerah vagina selesai.
2. Dengan 2 jari pisahkan kedua labia dan bersihkan daerah vagina dengan potongan kasa
steril yang mengandung sabun. Arah pembersihan dari depan ke belakang. Kemudian
buang kasa yang telah dipakai ke tempat sampah.
31
3. Bilas daerah tersebut dari arah depan ke belakang dengan potongan kasa yang dibasahi
dengan air atau salin hangat. Selama pembilasan tetap pisahkan kedua labia dengan 2 jari
dan jangan biarkan labia menyentuh muara uretra. Lakukan pembilasan sekali lagi,
kemudian keringkan daerah tersebut dengan potongan kasa steril yang kering. Buang
kasa yang telah dipakai ke tempat sampah.
4. Dengan tetap memisahkan kedua labia, mulailah berkemih. Buang beberapa mililiter urin
yang mula-mula keluar. Kemudian tampung aliran urin selanjutnya ke dalam wadah steril
sampai kurang lebih sepertiga atau setengah wadah terisi.
5. Setelah selesai, tutup kembali wadah urin dengan rapat dan bersihkan dinding luar wadah
dari urin yang tertumpah. Tuliskan identitas penderita pada wadah tersebut dan kirim
segera ke laboratorium.
Cara pengambilan dan penampungan urin porsi tengah pada pria:
1. Siapkan beberapa potongan kasa steril untuk membersihkan daerah penis dan muara
uretra. Satu potong kasa steril dibasahi dengan air sabun, dua potong kasa steril dibasahi
dengan air sabun, dua potong kasa steril dibasahi dengan air atau salin hangat dan
sepotong lagi dibiarkan dalam keadaan kering. Jangan memakai larutan antiseptik untuk
membersihkan daerah tersebut. Siapkan pula wadah steril dan jangan buka tutupnya
sebelum pembersihan selesai.
2. Tarik prepusium ke belakang dengan satu tangan dan bersihkan daerah ujung penis
dengan kasa yang dibasahi air sabun. Buang kasa yang telah dipakai ke tempat sampah.
3. Bilas ujung penis dengan kasa yang dibasahi air atau salin hangat. Ulangi sekali lagi, lalu
keringkan daerah tersebut dengan potongan kasa steril yang kering. Buang kasa yang
telah dipakai ke dalam tempat sampah.
4. Dengan tetap menahan prepusium ke belakang, mulailah berkemih. Buang beberapa
mililiter urin yang keluar, kemudian tampung urin yang keluar berikutnya ke dalam
wadah steril sampai terisi sepertiga sampai setengahnya.
5. Setelah selesai, tutup kembali wadah urin dengan rapat dan bersihkan dinding luar wadah
dari urin yang tertumpah. Tuliskan identitas penderita pada wadah tersebut dan kirim
segera ke laboratorium.
Setelah pengambilan sampel, maka harus dilakukan :
1. Bahan urin harus segera dikirim ke laboratorium, karena penundaan akan menyebabkan
bakteri yang terdapat dalam urin berkembang biak dan penghitungan koloni yang
tumbuh pada biakan menunjukkan jumlah bakteri sebenarnya yang terdapat dalam urin
pada saat pengambilan. Sampel harus diterima maksimun 1 jam setelah penampungan.
2. Sampel harus sudah diperiksa dalam waktu 2 jam. Setiap sampel yang diterima lebih dari
2 jam setelah pengambilan tanpa bukti telah disimpan dalam kulkas, seharusnya tidak
dikultur dan sebaiknya dimintakan sampel baru.
3. Bila pengiriman terpaksa ditunda, bahan urin harus disimpan pada suhu 4 0C selama tidak
lebih dari 24 jam.
d. Pemeriksaan Urin Empat Porsi (Meares Stamey)
Pemeriksaan ini dilakukan untuk penderita prostatitis. Pemeriksaan ini terdiri dari urin
empat porsi yaitu:
1. Porsi pertama (VB1): 10 ml pertama urin, menunjukkan kondisi uretra,
2. Porsi kedua (VB2): Sama dengan urin porsi tengah, menunjukkan kondisi buli-buli,
3. Porsi ketiga (EPS): Sekret yang didapatkan setelah masase prostat,
4. Porsi keempat (VB4): Urin setelah massage prostat.
32
o Bakteriologis
a) Mikroskopis
Pada pemeriksaan mikroskopis dapat digunakan urin segar tanpa diputar atau pewarnaan
gram. Bakteri dinyatakan positif bila dijumpai satu bakteri lapangan pandang minyak emersi.
b) Biakan bakteri
Pembiakan bakteri sedimen urin dimaksudkan untuk memastikan diagnosis ISK yaitu
bila ditemukan bakteri dalam jumlah bermakna, yaitu:
Pengambilan spesimen
Jumlah koloni bakteri per ml urin
Aspirasi supra pubik
>100 cfu/ml dari 1 atau lebih organisme
patogen
Kateter
>20.000 cfu/ml dari 1 organisme patogen
Urine bag atau urin porsi tengah >100.000 cfu/ml
Pemeriksaan penunjang lainnya:
1) Tes Kimiawi
Dipakai untuk penyaring adanya bakteriuria, diantaranya yang paling sering dipakai
adalah tes reduksi griess nitrate (untuk bakteri gram negative). Dasarnya adalah sebagian
besar mikroba kecuali enterococci mereduksi nitrat. Batasannya bila ditemukan bakteri
>100.000. Kepekaannya mencapai 90% dengan spesifitas 99%.
2) Tes Plat-Celup (Dip-Slide)
Beberapa pabrik mengeluarkan biakan buatan yang berupa lempengan plastik bertangkai
dimana pada kedua sisi permukaannya dilapisi pembenihan padat khusus. Lempengan
tersebut dicelupkan ke dalam urin pasien atau dengan digenangi urin. Setelah itu lempengan
dimasukkan kembali kedalam tabung plastik tempat penyimpanan semula, lalu diletakkan
pada suhu 37oC selama satu malam. Penentuan jumlah kuman/mL dilakukan dengan
membandingkan pola pertumbuhan kuman yang terjadi dengan serangkaian gambar yang
memperlihatkan pola kepadatan koloni antara 1000 hingga 10.000.000 cfu per mL urin yang
diperiksa. Cara ini mudah dilakukan, murah dan cukup adekuat. Kekurangannya adalah jenis
kuman dan kepekaannya tidak dapat diketahui.
3) Radiologi
Pemeriksaan radiologis pada ISK dimaksudkan untuk mengetahui adanya batu atau
kelainan anatomis yang merupakan faktor predisposisi ISK. Pemeriksaan ini dapat berupa
foto polos abdomen, pielonegrafi intravena, demikian pula dengan pemeriksaan lainnya,
misalnya ultrasonografi dan CT Scan.
Pemeriksaan tersebut antara lain berupa:
a. Foto polos abdomen
Dapat mendeteksi sampai 90% batu radioopak
b. Pielografi intravena (PIV)
Memberikan gambaran fungsi eksresi ginjal, keadaan ureter, dan distorsi system
pelviokalises. Untuk penderita: pria (anak dan bayi setelah episode infeksi saluran kemih
yang pertama dialami, wanita (bila terdapat hipertensi, pielonefritis akut, riwayat infeksi
saluran kemih, peningkatan kreatinin plasma sampai < 2 mg/dl, bakteriuria asimtomatik pada
kehamilan, lebih dari 3 episode infeksi saluran kemih dalam setahun. PIV dapat
mengkonfirmasi adanya batu serta lokasinya. Pemeriksaan ini juga dapat mendeteksi batu
radiolusen dan memperlihatkan derajat obstruksi serta dilatasi saluran kemih. Pemeriksaan ini
sebaiknya dilakukan setelah > 6 minggu infeksi akut sembuh, dan tidak dilakukan pada
33
penderita yang berusia lanjut, penderita DM, penderita dengan kreatinin plasma > 1,5 mg/dl,
dan pada keadaan dehidrasi.
c. Sistouretrografi saat berkemih
Pemeriksaan ini dilakukan jika dicurigai terdapat refluks vesikoureteral, terutama pada anak
anak.
d. Ultrasonografi ginjal
Untuk melihat adanya tanda obstruksi/hidronefrosis, scarring process, ukuran dan bentuk
ginjal, permukaan ginjal, masa, batu, dan kista pada ginjal.
e. Pielografi antegrad dan retrograde
Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat potensi ureter, bersifat invasive dan
mengandung factor resiko yang cukup tinggi. Sistokopi perlu dilakukan pada refluks
vesikoureteral dan pada infeksi saluran kemih berulang untuk mencari factor predisposisi
infeksi saluran kemih.
f. CT-scan
Pemeriksaan ini paling sensitif untuk menilai adanya infeksi pada parenkim ginjal,
termasuk mikroabses ginjal dan abses perinefrik. Pemeriksaan ini dapat membantu untuk
menunjukkan adanya kista terinfeksi pada penyakit ginjal polikistik. Perlu diperhatikan
bahwa pemeriksaan ini lebih baik hasilnya jika memakai media kontras, yang meningkatkan
potensi nefrotoksisitas.
g. DMSA scanning
Penilaian kerusakan korteks ginjal akibat infeksi saluran kemih dapat dilakukan dengan
skintigrafi yang menggunakan (99mTc) dimercaptosuccinic acid (DMSA). Pemeriksaan ini
terutama digunakan untuk anak anak dengan infeksi saluran kemih akut dan biasanya
ditunjang dengan sistoureterografi saat berkemih. Pemeriksaan ini 10 kali lebih sensitif untuk
deteksi infeksi korteks ginjal dibanding ultrasonografi.
Gejala pada bayi baru lahir timbul demam, hipotermia, nafsu makan (ASI) yang
menurun, ikterus, kegagalan pertumbuhan atau sepsis pada bayi timbul demam yang tidak
diketahui sebabnya, berkurangnya nafsu makan yang mengakibatkan kegagalan
pertumbuhan, kesakitan waktu kencing, dan iritabel.
Pada anak pra sekolah timbul nyeri abdominal, muntah, demam, kesakitan waktu
kencing, urgensi, frekuensi sampai disuria.
Pada anak usia sekolah timbul tanda klasik dari ISK, meliputi : urgensi, frekuensi sampai
disuria, demam, atau nyeri panggul. Kadang-kadang anak dengan ISK bakterial disertai
dengan cystitis hemoragik. Semua grup umum diatas bila menderita ISK asimtomatik dapat
menyebabkan kerusakan ginjal terutama pada bayi dan anak kemungkinan dapat
berkembangmenjadi refluks vesikourethral. Anak penderita ISK yang disertai dengan demam,
nyeri panggul, nyeri abdominal, maningkatnya lekosit PMN di dalam darah, peningkatan
jumlah sedimen, atau peningkatan c-reaktive protein biasanya membuktikan adanya
pyelonefritis. Anak yang menderita ISK asimtomatik dan disertai adanya infesi traktus
urinarius bagian bawah yang bisa pula disertai dengan infeksi traktus urinarius bagian atas
yang asimtomatik,hati-hati terhadap anak yang mempunyai tanda klasik dan cystitis sering
kali bukan ISK tetapi karena iritasi urethral atau karena sebab lain misalnya vaginitis.
Hasil laboratorium ISK cystitis:
1. Urin keruh berbau busuk
2. Protein < 0,5 g/dl
3. Terdapat sedikit kandungan darah
4. Nitrit positif: adanya enzim nitrat reduktase dari MO yang mereduksi nitrat menjadi nitrit
5. Lekosit esterase positif :deteksi sensitif dan spesifik adanya piuria
6. Sedimen: kenaikan lekosit, bakteri, eritrosit, epithel transitional
34
35
Istirahat penting selama fase akut. Bila mual-mual dan muntah-muntah perlu mendapat
makanan parenteral. Pasien dianjurkan minum banyak supaya jumlah diuresis mencapai 2
liter per hari selama fase akut. Keuntungan minum banyak:
a. Pertumbuhan mikroorganisme terutama E.coli dapat dihambat
b. Mengurangi resiko anuria selama pengobatan dengan sulfonamide
c. Mikroorganisme banyak diekskresikan selama miksi.
Beberapa kerugian minum banyak:
a. Pasien tidak istirahat karena sering kencing
b. Mengurangi konsentrasi antibiotika dalam urin sehingga mengurangi efek terapeutik
Pengobatan infeksi saluran kemih menggunakan antibiotika yang telah diseleksi terutama
didasarkan pada beratnya gejala penyakit, lokasi infeksi, serta timbulnya komplikasi.
Pertimbangan pemilihan antibiotika yang lain termasuk efek samping, harga, serta
perbandingan dengan terapi lain. Tetapi, idealnya pemilihan antibiotika berdasarkan toleransi
dan terabsorbsi dengan baik, perolehan konsentrasi yang tinggi dalam urin, serta spectrum
yang spesifik terhadap mikroba pathogen.
SULFONAMID
Mekanisme kerja:Kuman memerlukan PABA (p-aminobenzoic-acid) untuk membentuk
asam folat yang digunakan untuk sintesis purin asam nukleat. Sulfonamide merupakan
penghambat kompetitif PABA.
PABA
Dihidropteroat sintetase
Asam dihidrofolat
Dihidrofolat reduktase
trimetroprim
Asam tetrahidrofolat
Purin
DNA
Efek sulfonamide dihambat oleh adanya darah, nanah dan jaringan nekrotik, karena
kebutuhan mikroba akan asam folat berkurang dalam media yang mengandung basa purin
dan timidin.
Kombinasi dengan Trimetoprim: Menyebabkan hambatan berangkai dalam reaksi
pembentukan asam tetrahidrofolat.
Farmakokinetik
Absorpsi: Melalui saluran cerna mudah dan cepat, terutama pada usus halus, beberapa jenis
sulfa di absorpsi di lambung.
Distribusi: Semua sulfonamis terikat dengan protein plasma terutama albumin dalam derajat
yang berbeda-beda. Obat ini tersebar keseluruh jaringan tubuh, karena itu berguna untuk
infeksi sistemik.
36
Obat dapat menembus sawar uri dan menimbulkan efek antimikroba dan efek toksik pada
janin.
Sulfonamide di bagi ke dalam 3 golongan besar:
1.
Sulfonamide dengan absorpsi dan eksresi cepat
Sulfisoksazol
Dosis permulaan untuk dewasa 2-4mg, di lanjutkan dengan 1g setiap 4-6jam
Untuk anak 150mg/kgBB sehari
Obat ini bisa menimbulkan hipersensitivitas yang kadang bersifat letal
Sediaan dalam bentuk tablet 500 mg untuk oral
Sulfametoksazol
Derivate sulfisoksazol dgn absorpsi dan eksresi lebih lambat
Dapat diberikan pada pasien dengan infeksi saluran kemih dan infeksi sistemik
Umumnya di gunakan dengan kombinasi tetap dengan trimetoprim
Sulfadiazine
Dosis permulaan oral pada orang dewasa 2-4g, dilanjutkan dgn 2-4g dalam 3-6 kali
pemberian, lama pemberian tergantung keadaan penyakit.
Anak-anak >2 bln, diberikan setengah dosis awal per hari, kemudian di lanjutkan dengan
60-150mg/kgBB (maksimum 6g/hari) dalam 4-6 kali pemberian
Sediaan dalam bentuk tablet 500mg
Sulfasitin
Eksresinya cepat untuk penggunaan per-oral pada
Sulfametizol
Digunakan untuk infeksi saluran kemih dengan dosis 500-1000 mg dalam 3-4
kali pemberian sehari.
Tersedia dalam bentuk tablet 250mg dan 500mg
2.
Sulfonamide yang hanya di absorpsi sedikit bila diberikan per-oral dan kerjanya
dalam lumen usus
Sulfasalazin
Suksinilsulfatiazol dan Ftalilsulfatiazol
3. Sulfonamide yang terutama di gunakan untuk pemberian topical
Sulfasetamid
Ag-sulfadiazin (sulfadiazine perak)
Mafenid
4.
Sulfonamide dengan masa kerja panjang
Sulfadoksin
37
Efek samping
Reaksi ini dapat hebat dan kadang bersifat letal. Bila mulai terlihat adannya gejala
reaksi toksik dan sensitisasi, pemakain secepat mungkin dihentikan dan tidak diberikan
lagi.
Gangguan system hematopoetik: anemia hemolitik akut, Agranulositosis
(sulfadiazine), anemia aplastik, trombositopenia ringan, eosinofilia, gejala HPS.
Gangguan saluran kemih: anuria dan kematian dapat terjadi kristaluria atau
hematuria(jarang terjadi)
Reaksi alergi: gambaran HPS pada kulit dan mukosa bervariasi, berupa kelainan
morbiliform, purpura, petekia, eritema nodosum, eritema multiformis tipe stevensjohnson, dll. Demam obat dapat terjadi(timbul demam tiba2, pada hari ke tujuh sampai
ke 10 pengobatan, di sertai sakit kepala, menggigil, rasa lemah, dan erupsi kulit,
semuanya bersifat reversible).
Lain-lain: mual dan muntah
Tidak diberikan pada wanita hamil aterm
CORTIMOKSAZOL
Trimetropin + sulfametoksazol
Mikroba yang peka: enterobacter, klebsiella, diphteri, E.coli, S.aureus, S.viridans, dll
Untuk mikroba yang resisten sulfonamid agak resisten trimetropin
Farmako dinamik: 2 tahap berurutan rekasi enzimatis
1. Sulfo: hambat PABA,
2. Trime: hambat reaksi dari dehidrofolat tetrahidrofolat
Farmako kinetik: karena trimetropin lipofilik volume distribusi >> besar dari sulfa
Rasio sulfa: trime 5:1
Diekskresi di urin
GOL. PENISILIN
Farmako dinamik:
Penisilin menginaktifkan protein yang berada dalam membran sel bakteri yang penting
untuk sintesis dinding sel sehingga bakteri menjadi lisin.
Destruksi dinding sel oleh autolisin / enzim degradatif yang dimiliki penisilin.
Farmako kinetik: ditentukan oleh stabilitas obat terhadap asam lambung dan beratnya infeksi.
Cara pemberian:
Ampisilin + sulbaktam
IV, IM
38
Amoksisilin
ORAL
GOL. CEPHALOSPORIN
Generasi tiga tunggal atau dalam kombinasi dengan aminoglikosida merupakan obat
pilihan utama untuk infeksi berat oleh Klebsiella, Enterobacter , Proteus , Providencia ,
Serratia , dan Haemophillus Spesies.
Farmako dinamik:
a) Generasi I: Proteus, E.coli, klebsiella
b) Generasi II: Haemophilus, enterobacter, Neisseria = gram (-)
c) Generasi III: Contoh: Cefritriaavus, cefotaxim, ceftazidim (pseudomonas aeruginosa)
Farmakokinetik: IV karena absorbsi oral jelek, distribusi; luas, ekskresi melaui empedu ke
dalam feses
E.S: Alergi, perdarahan jika diberikan bersama sefamandol atau sefoperason = anti vitamin K
Efek samping: reaksi alergi, anafilaksis, dengan spasme bronkus dan urtikaria dapat
terjadi
Secara oral
Obat Mahal
GOL. TETRACYCLIN
GOL. FLUOROKUINOLON
Efektif untuk ISK dengan atau tanpa penyulit disebabkan oleh kuman-kuman yang
multiresisten dan P.Aeruginosa.
Siprofloksasin, Norfloksasin, dan Ofloksasin untuk terapi Prostatitis bacterial akut
maupun kronis anak-anak dan ibu hamil tidak boleh.
39
Farmakodinamik: hambat pemisahan double helix DNA saat replikasi dan transkripsi dengan
bantuan enzim DNA girase hambat DNA girase pada kuman dan bersifat bakterisid
Untuk bakteri: kuinolon lama (gram (-)) E.coli, proteus, klebsiella, enterobakter
Flurokuinolon baru: gram (+), gram (-) dan kuman atipik (mycoplasma, klamidia)
Farmakokinetik: Diserap baik di saluran cerna, dalam sediaan oral, hanya sakit yang terikat
protein, distribusi baik ke berbagai organ, mencapai kadar tinggi di prostat, T1/2 panjang
2x sehari diperlukan. Di metabolisme di hati, ekskresi ginjal sebagian empedu.
Indikasi: ISK, Infeksi saluran nafas, penyakit menular hubungan sex, infeksi tukak dan sendi,
dll.
E.S: mual, muntah, tidak enak diperut : halunisasi, kejang ; hepatotoksik ; fatotoksif dll.
Interaksi obat: antasit = habis berkuran, hambat teofilin, tidak dikombinasi dengan obat yang
dapat perpanjang interval Qtc.
AMINOGLIKOSIDA
2. Nitrofrantoin
Indikasi: Mengobati bakteriuria yang disebabkan oleh ISK bagian bawah penggunanya
terbatas untuk tujuan profilaksis atau pengobatan supresif ISK menahun yaitu setelah
kuman penyebabnya dibasmi atau dikurangi dalam antimikroba lain dengan yang lebih
sensitive.
Untuk E.coli, proteus, klebsiella, enterobacter, enterokokus
Farmakokinetik: Lengkap dan cepat absorbsi di saluran cerna, dengan makanan dapat
menurunkan inhalasi kambung dan menigkatkan bioavailibitasnya, terikat protein
plasma, ekskresi di ginjal, T1/2 20 menit, urin agak cokelat
KI: Untuk gagal ginjal dengan klirens kreatinin < 40 ml/menit, hamil, bayi < 3 bulan
anemia hemolitik
ES: mual, muntah dan diare; sakit kepala vertigo, nyeri otot.
3. Asam nalidiksat
Indikasi: ISK bawah tanpa penyulit contohnya: Sistitis akut tidak efektif untuk ISK
bagian atas contohnya: Pielonefritis.
Farmakodinamik: hambat enzim DNA grase bakteri, bakterisid terhadap kuman
penyebab ISK, E.coli, proteus, klebsiella, pseudomonas resisten.
Farmakokinetik: Peroral, 95% terikat protein plasma, sehingga diubah jadi asam
hidroksinalidiksat, masa penuh 11/2 2 jam
ES: Mual, muntah, urtikaria; diare demam fosfosensitivitas: sakit kepala, ngantuk,
vertigo, meningkat pada pasien epilepsi, parkinson.
KI: Bayi < 3 bulan, trisemester p1 hamil: hati-hati untuk gangguan hati atau ginjal:
pembesaran dengan nitrofurantonin
Dosis: 4 x 500 mg/hr
4. Fosfomisin trometamin
Indikasi: ISK tanpa komplikasi (Sistitis akut) pada wanita yang disebabkan oleh E.Coli
dan E.Faeccalis
Efek samping: Diare, mual, sakit kepala, vaginitis
Farmakodinamik: Hambat tahap awal sintesis dinding sel kuman
Farmakokinetik: Biovailibilitas oral hanya 37%, dengan makanan menurunkan
penyerapan, tidak terikat protein plasma, ekskresi renal 38%, ekskresi di urin dan tinja
ES: Mual, muntah, diare, sakit kepala, bisa untuk wanita hamil
Sediaan: Bubuk 3 gram dicampur air 100 ml tidak boleh dengan air panas
Perlu di perhatikan bahwa ada beberapa antibiotik tidak boleh dipergunakan selama
masa kehamilan karena dapat menyebabkan toksik pada janin, seperti nitrofurantion,
asam nalidik, dan tetrasiklin.
Terapi ISK dewasa
41
Lanjutan
42
43
Penyebab tersering
Pilihan antimikroba
44
Sistitis akut
E.coli, S.saprophyticus,
kuman gram negative
lainnya
Nitrofurantion, ampisilin,
trimetroprim
Pielonefritis akut
Prostatitis akut
Kotrimoksazol atau
fluorokuinolon, atau
aminoglikosid+ampisilin
parenteral
Prostatitis kronis
Kotrimoksazol atau
fluorokuinolon atau
trimetroprim
Pencegahan
-
Menjaga dengan baik kebersihan sekitar organ intim dan saluran kencing.
Setiap buang air seni, bersihkanlah dari depan ke belakang. Hal ini akan mengurangi
kemungkinan bakteri masuk ke saluran urin dari rectum
Membersihkan organ intim dengan sabun khusus yang memiliki pH balanced (seimbang)
sebab membersihkan dengan air saja tidak cukup bersih.
Buang air seni sesering mungkin (setiap 3 jam) untuk mengosongkan kandung kemih dan
jangan menunda membuang air seni, karena perbuatan ini justru merupakan penyebab
terbesar dari ISK; Buang air seni sesudah hubungan kelamin, hal ini membantu
menghindari saluran urin dari bakteri.
Pilih toilet umum dengan toilet jongkok. Sebab toilet jongkok tidak menyentuh langsung
permukaan toilet dan lebih higienis. Jika terpaksa menggunakan toilet duduk, sebelum
menggunakannya, sebaiknya bersihkan dulu pinggiran atau dudukan toilet. Toilet-toilet
umum yang baik biasanya sudah menyediakan tisu dan cairan pembersih dudukan toilet.
45
Jangan cebok di toilet umum dari air yang ditampung di bak mandi atau ember. Pakailah
shower atau keran.
Ganti selalu pakaian dalam setiap hari, karena bila tidak diganti, bakteri akan
berkembang biak secara cepat dalam pakaian dalam. Gunakan pakaian dalam dari bahan
katun yang menyerap keringat agar tidak lembab.
Gunakan pancuran (shower) untuk mandi ketimbang bath tub.
Bersihkan kulit di sekitar vagina dan anus secara rutin setiap hari.
Buang air kecil sesegera mungkin setelah melakukan hubungan seksual. Minumlah
segelas air untuk membantu mengeluarkan bakteri.
Tidak menggunakan spray deodoran atau produk sejenisnya pada alat kelamin. Produkproduk ini bisa mengiritasi uretra dan juga kandung kemih.
Hindari menggunakan celana dalam yang terlalu kencang dan memiliki sirkulasi udara
yang buruk.
Antibiotik dosis rendah bisa terus diberikan untuk orang-orang yang sering mengalami
infeksi kandung kemih. Namun pemberiannya harus sesuai dengan petunjuk dokter.
Krim estrogen untuk vulva atau estrogen suppositoria untuk vagina bisa diberikan untuk
wanita post-menopause dengan vaginitis atrofik atau uretritis atrofik dan sering
mengalami infeksi kandung kemih.
ISK pada kehamilan: retardasi mental, pertumbuhan bayi lambat, Cerebral palsy, fetal
death.
Sistitis emfisematosa: sering terjadi pada pasien DM.
Pielonefritis emfisematosa syok septik dan nefropati akut vasomotor.
Abses perinefrik
Pielonefritis berulang dapat mengakibatkan hipertensi, parut ginjal, dan gagal ginjal kronik
Berdasarkan Klinis
Tanpa komplikasi: sistitis pada wanita hamil kelainan neurologis atau struktural yang
mendasarinya
46
Dengan Komplikasi: infeksi saluran kemih atas atau setiap kasus ISK pada laki-laki,
atau perempuan hamil, atau ISK dengan kelainan neurologis atau struktural yang
mendasarinya
47
2. Ada kontinyuitas antara istinja' dengan memakaikan kain atau pembalut dan
semacamnya, dan adanya kontinyuitas antara memakaikan kain pada tempat keluar hadas
tersebut dengan wudhu.
3. Ada kontinyuitas antara amalan-amalan dalam wudhu (rukun dan sunnahnya)
4. Ada kontinyuitas antara wudhu dan shalat, yaitu segera melaksanakan shalat seusai
wudhu dan tidak melakukan pekerjaan lain selain shalat. Adapun jika seseorang
berwudhu di rumah maka perginya ke mesjid tidak menjadi masalah dan tidak
menggugurkan syarat keempat.
5. Keempat syarat diatas dipenuhi ketika memasuki waktu shalat. Maka, jika melakukannya
sebelum masuk waktu shalat maka batal, dan harus mengulang lagi di waktu shalat.
Apabila telah terpenuhi kelima syarat ini maka jika seseorang berwudhu kemudian
keluar air kencing atau kentut dan lainnya maka dia tidak mempunyai kewajiban untuk
melakukan istinja' dan berwudhu lagi. Namun cukup dengan wudhu yang telah ia lakukan di
awal.
48
DAFTAR PUSTAKA
Brooks, GF, dkk. 2008. Jawetz, Melnick, & Adelbergs: Mikrobiologi Kedokteran (Medical
Microbiology) Ed. 23. Jakarta: EGC
Guyton, Arthur C. Hall, John E. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta:
EGC
http://www.nytimes.com/health/guides/disease/cystitis-acute-bacterial/possiblecomplications.html
http://www.nhs.uk/Conditions/Cystitis/Pages/Diagnosis.aspx
http://irma-r-fkp11.web.unair.ac.id/artikel_detail-44723-Umum-SISTITIS.html
http://edrinarina-edrina.blogspot.com/2012/02/askep-cystitis.html
http://medicastore.com/penyakit/86/Sistitis.html
http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/cystitis/basics/definition/con-20024076
Hooton TM, Scholes D, Hughes JP, Winter C, Robert PL, stapleton AE, Stergachis A, Stamm
WE. A Prospective Study of Risk Factor for Symtomatic Urinary Tract. N Engl J Med. 1996
Aug 15;335(7):468-74.
Junquira, LC, Carneiro J. 2007. Histologi Dasar: Teks dan Atlas Edisi 10. Jakarta: EGC
Purnomo BB. 2003. Dasar-Dasar Urologi Ed 2. Jakarta: Sagung Seto.
Setyabudi, Rianto. 2008. Farmakologi dan Terapi Edisi Revisi edisi 5. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI.
Sherwood, L. 2001. Fisiologi Manusia: dari Sel ke Sistem, edisi 2, ab. Brahm U. Pendit.
Jakarta: EGC
Sudoyo AW, dkk. 2009. Ilmu Penyakit Dalam, edisi V jilid II Infeksi Saluran Kemih Pasien
Dewasa. Jakarta: Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia.
49
Sukandar, Enday. 2009. Infeksi Saluran Kemih dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam oleh
Sudoyo AW dkk Jilid II Edisi V. Jakarta: InternaPublishing
Sofwan, Achmad. 2013. Systema Urogenitale. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
YARSI
Tessy A, Ardaya, Suwanto. 2001. Infeksi Saluran Kemih, dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam oleh Suyono HS. Edisi ke 3. Jakarta: FKUI.
50