Anda di halaman 1dari 56

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA


BLOK SISTEM URONEFROLOGI Makassar, 03 Januari 2020

LAPORAN MODUL 3
BLOK SISTEMURO NEFROLOGI
“SAKIT PERUT MENDADAK”

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 4
Tutor : dr. Irmayanti HB, Sp. PK
Muh. Akram Mu’fid 11020170085
Wa Ode Nur Fatimah Rifaat 11020170118
Vania Almira 11020170121
Nurul azizah An’naajiyyah 11020170148
Nurlana Zamaun 11020170162
Noor Qadriyanti Ramadhani 11020160090
Muh. Muslim Purnomo Sukman 11020170012
Tebi 11020170020
Miftahul Janna 11020170042
Andi Ishmah Faza 11020170056

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2020

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, kami panjakan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala karena


limpahan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga laporan hasil TUTORIAL
dari kelompok 4 PBL Blok Sistem Uronefrologi dapat terselesaikan dengan baik.
Salam shalawat tak lupa kita kirimkan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
Wasallam beserta keluarganya, para sahabat, tabi’in, tabiut tabi’in dan orang yang
senantiasa istiqmah di jalan-Nya.

Ucapan terimakasih yang sangat besar kepada setiap pihak yang telah
membantu terbuatnya laporan ini dan yang telah membantu selama masa
TUTORIAL khususnya kepada dr. Irmayanti HB, Sp. PK yang telah banyak
membantu selama proses PBL berlangsung. Dan kami juga mengucapkan
permohonan maaf kepada setiap pihak jika dalam proses PBL telah berbuat salah
baik disengaja maupun tidak disengaja.

Semoga Allah SWT dapat memberikan balasan setimpal atas segala


kebaikan dan pengorbanan dengan limpahan rahmat dari-Nya. Aamiin yaa Robbal
A’lamiin.

Makassar, 03 Januari 2020

Kelompok 4

2
SKENARIO 2

Seorang laki-laki berusia 27 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan


nyeri pada perut bagian bawah yang dialami sejak 10 jam yang lalu. Nyeri
dirasakan menjalar sampai ke kemaluan.

KATA SULIT:
-

KATA KUNCI:

1. Seorang laki-laki berusia 27 tahun


2. Keluhan nyeri pada perut bagian bawah sejak 10 jam yang lalu
3. Nyeri dirasakan menjalar sampai ke kemaluan.

PERTANYAAN :
1. Jelaskan Anatomi, Histologi dan fisiologi organ yang terkait !
2. Apa saja jenis-jenis nyeri perut?
3. Bagaimana patofisiologi dan penyebab terjadinya nyeri perut bagian
bawah yang dapat menjalar sampai ke kemaluan?
4. Penyakit apa sajakah yang dapat menyebabkan nyeri perut bagian bawah?
5. Bagaimana langkah-langkah diagnosis berdasarkan skenario?
6. Jelaskan diagnosis banding berdasarkan skenario!
7. Bagaimanakah tatalaksana dan pencegahan pada skenario?
8. Bagaimana perspektif islam berdasarkan skenario?

3
PEMBAHASAN:

1. Anatomi, Histologi dan fisiologi organ yang terkait !


Anatomi sistem uropoetika
Regio dan kuadran pada abdomen

Gambar 1. Regio dan Kudran abdomen1

1. Dalam bentuk kuadran


Penentuannya dengan menarik garis horizontal dan vertikal melalui
umbilikus.1
2. Dalam bentuk regio
Penentuannya dengan menarik 2 garis sejajar dengan garis median dan
transversal yang menghubungkan 2 titik paling bawah dari arcus costa dan 1
lagi yang menghubungkan ke-2 Spina Illiaca Anterior Superior.1
a. Regio hipokondrium dextra : lobus hepatis dexter, kantung empedu, ½
atas ginjal, kelenjar suprarenal dextra
b. Regio epigastrium : aorta, caput pancreas, sebagian hepar, ujung pilorik
lambung
c. Regio hipokondrium sinistra : lien, lambung, kelenjar suprarenal sinistra,
½ atas ginjal sinistra, cauda pancreatic, flexura splenik pada colon
d. Regio lumbalis dextra : colon ascendens, ren dextra
e. Regio umbilicalis : jejunum, ileum, colon transversus, omentum
f. Regio lumbalis sinistra : ren sinistra, colon descendens

4
g. Regio inguinal dextra : caecum, appendix, ovarium dextra, tuba fallopi
dextra
h. Regio suprapubis : vesica urinaria, uterus
i. Regio inguinal sinistra : colon sigmoid, ovarium sinistra

Gambar 2. Letak Ren, Ureter, dan Vesica Urinaria2


GINJAL
Ginjal suatu kelenjar yang terletak di bagian belakang dari kavum
abdominalis di belakang peritoneum pada kedua sisi vertebra lumbalis III, melekat
langsung pada dinding belakang abdomen. Bentuknya seperti biji kacang,
panjangnya sekitar 12,5 cm dan tebalnya 2,5 cm (kurang lebih sebesar kepalan
tangan), jumlahnya ada dua buah kiri dan kanan. Setiap ginjal memiliki berat
antara 125 –175 gram pada laki-laki dan 115 – 155 gram pada perempuan. Ginjal
kiri lebih besar dari ginjal kanan dan pada umumnya ginjal laki-laki lebih panjang
dari ginjal wanita.2
Setiap ginjal diselubungi oleh tiga lapisan jaringan ikat yaitu1 :
1. Fasia renal adalah pembungkus terluar. Pembungkus ini melabuhkan ginjal
pada struktur di sekitarnya dan mempertahankan posisi organ.
2. Lemak perirenal adalah jaringan adipose yang terbungkus fasia ginjal.
Jaringan ini membantali ginjal dan membantu organ tetap pada posisinya.
3. Kapsul fibrosa adalah membran halus transparan yang lansung membungkus
ginjal dan dapat dengan mudah lepas.

5
Struktur internal ginjal:3
1. Hilus adalah tingkat kecekungan tepi medial ginjal.
2. Sinus ginjal adalah rongga berisi lemak yang membuka pada hilus. Sinus ini
membentuk perlengketan untuk jalan masuk dan keluar ureter , vena dan arteri
renalis, saraf dan limfatik.
3. Pelvis ginjal adalah perluasan ujung proksimal ureter. Ujung ini berlanjut
menjadi dua sampai tiga kaliks mayor, yaitu rongga yang mencapai glandular,
bagian penghasil urine pada ginjal. Setiap kaliks mayor bercabang mejadi
beberapa (8-18) kaliks minor.
4. Parenkim ginjal adalah jaringan ginjal yang menyelubungi struktur sinus
ginjal. Jaringan ini terbagi menjadi medulla dalam dan korteks luar.

Gambar 3. Struktur ginjal2

URETER
Terdiri dari dua saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal ke
kandung kemih. Panjangnya 25-30 cm, dengan penampang ± 0,5 cm. ureter
sebagian terletak dalam rongga abdomen dan sebagian terletak dalam rongga
pelvis. Lapisan dinding ureter terdiri dari3 :
1. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
2. Lapisan tengah lapisan otot polos. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa.
3. Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltic setiap 5 menit
sekali yang akan mendorong air kemih masuk ke dalam vesika urinaria.

6
VESIKA URINARIA
Kandung kemih dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet,
terletak di belakang simpisis pubis di dalam rongga panggul. Bentuknya seperti
kerucut yang dikelilingi oleh otot yang kuat, berhubungan dengan ligamentum
vesika umbilikalis medius.3
Bagian vesika urinaria terdiri dari3 :
1. Fundus yaitu bagian yang menghadap ke arah belakang dan bawah, bagian
terpisah dari rectum oleh spatium rectovesicle yang terisi oleh jaringan ikat
duktus deferent, vesika seminalis dan prostat.
2. Korpus yaitu bagian antara verteks dan fundus.
3. Verteks, bagian yang runcing ke arah muka dan berhubungan dengan
ligamentum vesika umbilikalis.

Dinding vesika urinaria terdiri dari3:


1. Lapisan luar (peritoneum)
2. Tunika muskularis (lapisan otot)
3. Tunika sub mukosa
4. Lapisan mukosa (lapisan bagian dalam).

URETRA
Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih
yang berfungsi menyalurkan air kemih keluar. Pada laki-laki uretra berjalan
berkelok-kelok melalui tengah-tengah prostat kemudian menembus lapisan
fibrosa, yang menembus tulang pubis ke bagian penis panjangnya ± 20 cm.3
Uretra pada laki-laki terdiri dari3 :
1. Uretra pars prostatika
2. Uretra pars membranacea
3. Uretra pars spongiosa
Lapisan uretra laki-laki terdiri dari : lapisan mukosa, dan lapisan sub
mukosa. Uretra pada wanita terletak di belakang simfisis pubis berjalan miring
sedikit ke arah atas, panjangnya kurang lebih 3-4 cm.3

7
Lapisan uretra wanita terdiri dari : tunika muskularis, lapisan spongiosa,
dan lapisan mukosa. Muara uretra pada wanita terletak di sebelah atas vagina
(antara klitoris dan vagina) dan uretra disini hanya berfungsi sebagai saluran
ekskresi.3

Fisiologi Berkemih
Pengisian Kandung Kemih
Dinding ureter terdiri dari otot polos yang tersusun spiral, memanjang dan
melingkar, tetapi batas lapisan yang jelas tidak ditemukan. Kontraksi peristaltik
yang teratur timbul 1-5 kali tiap menit akan mendorong urine dari pelvis renal
menuju kandung kemih, dan akan masuk secara periodic sesuai dengan
gelombang peristaltik. Ureter menembus dinding kandung kemih secara miring,
dan meskipun tidak ada sfingter ureter, kemiringan ureter ini cenderung menjepit
ureter sehingga ureter tertutup kecuali selama adanya gelombang peristaltik, dan
refluks urine dari kandung kemih ke ureter dapat dicegah.4,5
Pengosongan Kandung Kemih
Otot polos kandung kemih, seperti pada ureter, tersusun secara spiral,
memanjang, melingkar dan karena sifat dari kontraksinya otot ini disebut
muskulus detrusor, terutama berperan dalam pengosongan kandung kemih selama
berkemih. Susunan otot berada di samping kiri dan kanan uretra, dan serat ini
disebut spingter uretra interna, meskipun tidak sepenuhnya melingkari uretra
sepenuhnya. Lebih distal, terdapat spingter pada uretra yang terdiri dari otot
rangka, yaitu spingter uretra membranosa (spingter uretra eksterna).4,5
Sistem saraf perifer dari saluran kemih bawah terutama terdiri dari sistem
saraf otonom, khususnya melalui sistem parasimpatis yang mempengaruhi otot
detrusor terutama melalui transmisi kolinergik. Perjalanan parasimpatis melalui
nervus pelvikus dan muncul dari S2-S4. Transmisi simpatis muncul dari T10-T12
mmbentuk nervus hipogastrikus inferior yang bersama-sama dengan saraf
parasimpatis membentuk pleksus pelvikus.4,5
Persarafan parasimpatis dijumpai terutama di kandung kemih dari
dindingnya sangat kaya akan reseptor kolinergik. Otot detrusor akan berkontraksi

8
atas stimulasi asetil kolin. Serabut simpatis-adrenergik mempersarafi kandung
kemih dan uretra. Reseptor adrenergik di kandung kemih terdiri dari reseptor alfa
dan beta. Bagian trigonum kandung kemih tidak mempunyai reseptor kolinergik
karena bagian ini terbentuk dari mesodermis, tetapi kaya akan reseptor adrenergic
alfa dan sedikit reseptor beta. Sementara uretra memiliki ketiga reseptor.4,5
Berkemih pada dasarnya merupakan reflex spinal yang akan difasilitasi
dan dihambat oleh pusat susunan saraf yang lebih tinggi, dimana fasilitasi dan
inhibisi dapat bersifat volunteer. Urine yang memasuki kandung kemih tidak
begitu meningkatkan tekanan intravesika sampai telah terisi penuh. Akhirnya
timbul peningkatan tekanan yang tajam akibatnya tercetus reflex berkemih.
Keinginan pertama untuk berkemih timbul bila volume kandung kemih sekitar
150cc, dan rasa penuh timbul pada pengisian sekitar 400cc.4,5
Pada kandung kemih, ketegangan akan meningkat dengan meningkatnya
isi organ tersebut, tetapi jari-jarinya pun bertambah. Oleh karena itu, peningkatan
tekanan hanya akan sedikit saja sampai organ tersebut relatif penuh. Selama
proses berkemih, otot perineum dan spingter uretra eksterna relaksasi, otot
detrusor berkontraksi dan urine akan mengalir melalui uretra. Mekanisme awal
yang menimbulkan proses berkemih volunter belum diketahui secara pasti. Salah
satu peristiwa awal adalah relaksasi otot-otot dasar panggul, dan hal ini mungkin
menimbulkan tarikan ke bawah yang cukup besar pada otot detrusor untuk
merangsang kontraksi. Kontraksi otot perineum dan spingter eksterna dapat
dilakukan secara volunter, sehingga dapat menghentikan aliran urine saat sedang
berkemih. Melalui proses belajar seorang dewasa dapat mempertahankan
kontraksi spingter eksterna sehingga mampu menunda berkemih sampai saat yang
tepat.5

9
Gambar 4. Refleks dan kontrol volunter berkemih5

2. Jenis-jenis nyeri perut.


a. Nyeri visera6
1. Visera padat : timbul bila ada peradangan atau peregangan pada
membran serosa. Nyeri konstan dan diperberat dengan gerakan
2. Visera berongga : timbul karena adanya
3. Peregangan visera krn obstruksi. Bersifat intermitten, periodik ketika
gelombang kontraksi meningkatkan tek. intralumen
b. Nyeri peritoneum6
Terjadi apabila rongga peritoneum berisi cairan, darah, atau pus.
Bersifat konstan dan tumpul, memberat bila ada pergerakan atau
palpasi pada permukaan serosa yg meradang.
c. Nyeri kolik6,7
Adanya obstruksi (batu,tumor,bekuan darah,dll)  ketika ada
kontraksi peristaltik dari saluran tsb (ureter, sal.empedu,dll)  karena

10
saluran terhambat  sebabkan spasme otot-otot polos  sehingag
sensasi nyeri dirasakan datang-datangan.
d. Nyeri lokal6,7
Yaitu nyeri yang dirasakan di sekitar organ itu sendiri
e. Reffered pain6,7
Yaitu nyeri yang dirasakan jauh dari tempat organ yang sakit. Sebagai
contoh, nyeri lokal pada kelainan ginjal dapat dirasakan di daerah
sudut kostovertebra; dan nyeri akibat kolik ureter dapat dirasakan
hingga ke daerah inguinal, testis dan bahkan sampai tungkai bawah.

3. Patofisiologi terjadinya nyeri perut bagian bawah yang dapat menjalar


sampai ke kemaluan.

Rasa sakit perut, baik mendadak maupun berulang, biasanya selalu bersumber
pada:8

1. Visera perut

2. Organ lain di luar perut

3. Lesi pada susunan saraf spinal

4. Gangguan metabolik

5. Psikosomatik

Reseptor rasa sakit di dalam traktus digestivus terletak pada saraf yang tidak
bermielin yang berasal dari sistim saraf otonom pada mukosa usus. Jaras saraf ini
disebut sebagai serabut saraf C yang dapat meneruskan rasa sakit lebih menyebar
dan lebih lama dari rasa sakit yang dihantarkan dari kulit oleh serabut saraf A.8

Reseptor nyeri pada perut terbatas di submukosa, lapisan muskularis dan serosa
dari organ di abdomen. Serabut C ini akan bersamaan dengan saraf simpatis
menuju ke ganglia pre dan paravertebra dan memasuki akar dorsa ganglia. Impuls

11
aferen akan melewati medula spinalis pada traktus spinotalamikus lateralis
menuju ke talamus, kemudian ke konteks serebri.8

Impuls aferen dari visera biasanya dimulai oleh regangan atau akibat penurunan
ambang batas nyeri pada jaringan yang meradang. Nyeri ini khas bersifat tumpul,
pegal, dan berbatas tak jelas serta sulit dilokalisasi. Impuls nyeri dan visera
abdomen atas (lambung, duodenum, pankreas, hati, dan sistem empedu) mencapai
medula spinalis pada segmen thorakalis 6, 7, 8 serta dirasakan didaerah
epigastrium.8

Impuls nyeri yang timbul dari segmen usus yang meluas dari ligamentum Treitz
sampai fleksura hepatika memasuki segmen Th 9 dan 10, dirasakan di sekitar
umbilikus. Dari kolon distalis, ureter, kandung kemih, dan traktus genitalia
perempuan, impuls nyeri mencapai segmen Th 11 dan 12 serta segmen lumbalis
pertama. Nyeri dirasakan pada daerah supra publik dan kadang-kadang menjalar
ke labium atau skrotum. Jika proses penyakit meluas ke peritorium maka impuls
nyeri dihantarkan oleh serabut aferen stomatis ke radiks spinals segmentalis.8

Perubahan yang berkembang dalam lokalisasi nyeri perut sering signifikan.


Pelokalan nyeri pada fossa iliaka kanan beberapa jam setelah nyeri epigastrik atau
periumbilikalis akut biasanya disebabkan oleh apendisitis, meskipun, jarang,
urutan yang sama terlihat dengan ulkus pilorus atau ulkus duodenum berlubang
atau dalam kasus pankreatitis akut. Radiasi nyeri juga sering membantu dalam
diagnosis. Pada kolik bilier, rasa sakit sering dirujuk ke daerah tepat di bawah
sudut inferior skapula kanan, sedangkan kolik ginjal dapat dirasakan di testis pada
sisi yang sama. Nyeri testis juga dapat terjadi dengan apendisitis. Abses panggul,
yang terletak dekat dengan kandung kemih, atau radang usus buntu yang
mengiritasi ureter kanan sering menyebabkan rasa sakit saat berkemih. Dalam
banyak kasus peritonitis, abses intraperitoneal, atau perut kembung karena
obstruksi usus, nyeri perut akan disebabkan atau meningkat pada inspirasi.8

12
Penyebab terjadinya nyeri perut bagian bawah.

Penyebab Nyeri Perut


Saluran Cerna: Nyeri abdomen nonspesifik, Appendicitis, Obstruksi usus halus
dan kolon, Perforasi pada peptic ulser, Hernia inkarserata, Perforasi usus atau
Diverticulitis9
a. Hati, Limpa dan empedu: Akut kolesistisis, Akut kholangitis, Abses hepar,
Hepatitis akut, Limpa yang trauma atau rusak
b. Pancreas: Akut pancreatitis
c. Saluran Kemih: Kolik ginjal, pyelonefritis akut
d. Ginekologi: Akut salpingitis, Kehamilan ektopik yang ruptur
e. Pembuluh darah: Acute ischemic colitis, Mesenteric thrombosis
f. Peritoneum: Abses intra abdominal, Peritonitis tuberkulosis
g. Retroperitoneum: Perdarahan retroperitoneum
Lokasi nyeri perut dan asal embriologi nya10
a. Epigastrik (Perut Tengah Atas) : Foregut (lambung, duodenum, hati, pancreas,
empedu)
b. Periumbilikal (Perut Kanan Bawah) : Midgut ( usus halus dan usus besar
termasuk apendiks)
c. Suprapubik (Perut Bawah Tengah) : Hindgut ( rectum dan organ urogenital)
Lokasi Nyeri Perut Dan kemungkinan Penyebab
a. Kanan bagian atas, kemungkinan yang mengalami gangguan adalah organ-
organ yang terletak pada bagian kanan atas adalah Gangguan Hati, Radang
pada kandung empedu akibat adanya batu, serta kadang-kadang bisa terjadi
radang usus kecil. Nyeri kantung empedu sifat nyeri hebat, tetap/konstan,
nyeri kuadran kanan atas/ epigastrik dan sering memburuk setelah makan
makanan yang berlemak (fatty foods). Tetapi kalau tempat nyeri berada agak
ditengah dan rasa nyerinya sampai menembus kebelakang, kemungkinan
gangguan Ginjal harus dicurigai. Kolik renal atau gangguan nyeri disebabkan
gangguan ginjal: nyeri kolik pada sudut tertentu bagian ginjal, yang nyeri bila
ditekan, menjalar ke panggul. Khasnya pasien tidak dapat menemukan posisi

13
yang dapat mengurangi nyeri. Namun pada kolik ginjal dapat juga terjadi di
bagian sebelah kiri. Iskemik usus atau usus yang rusak, nyeri bersifat tumpul,
hebat, tetap/konstan, nyeri abdomen kuadran kanan atas yang meningkat saat
makan.10
b. Kiri bagian atas, Kolik renal atau gangguan nyeri disebabkan gangguan
ginjal: nyeri kolik pada sudut tertentu bagian ginjal, yang nyeri bila ditekan,
menjalar ke panggul. Khasnya pasien tidak dapat menemukan posisi yang
dapat mengurangi nyeri. Namun pada kolik ginjal dapat juga terjadi di bagian
sebelah kiri. Nyeri ulkus peptic nyeri bersifat tumpul, nyeri terbakar (burning)
di epigastrium. Khasnya episode malam, membangunkan pasien dari tidur.
Diperparah oleh makan dan kadang kadanga dikurangi dengan minum susu
atau antasida.10
c. Kanan bawah, penyebab yang paling sering adalah radang dari usus
buntu atau Appendicitis, kemudian penyebab lain yang cukup sering adalah
infeksi saluran kencing, atau pada wanita patut dicurigai adanya radang
saluran indung telur, infeksi usus halus atau usus besar. Untuk membedakan
antara usus buntu dengan infeksi saluran kencing yaitu : Pada usus buntu
gejala yang menyertai adalah demam, bisa juga disertai rasa mual sampai
muntah dan kadang bisa juga disertai diare, biasanya nyeri yang timbul kuat
sekali sampai si penderita selalu membungkukkan badannya karena menahan
nyeri di bagian perut kanan bawah. Sedangkan pada infeksi saluran kencing
biasanya adalah sering kencing, rasa nyeri bila kencing, juga rasa perih pada
waktu kencing, juga bisa disertai demam tinggi dan rasa mual muntah juga.
Nyeri kolon tampilannya kadang kadang nyeri dapat berkurang sementara oleh
defekasi atau flatus.10
d. Nyeri Perut Bagian Tengah Atas Bila anda mendadak merasakan nyeri
didaerah ulu hati disertai rasa mual dan rasa kembung, kemungkinan besar
anda menderita Gastritis, dispepsia atau gangguan lain lam,bung. Gastritis
adalah sakit pada bagian lambung, jadi kurang lebih artinya sama saja. Arti
Gastritis sebenarnya adalah terjadinya proses radang pada lambung. Penyebab
lain adalah nyeri pancreas, lokasi di sekitar epigastrium atau perut bagian

14
tengah, menjalar ke punggung, membaik saat duduk dan posisi condong
kedepan. Obstruksi usus halus biasanaya nyeri kolik sentral yang
berhubungan dengan muntah, distensi dan konstipasi.10
e. Perut Bawah tengah Nyeri kandung kemih biasanya nyeri difus yang hebat
di regio suprapubik. Nyeri prostat tampilannya nyeri tumpul yang dirasakan di
lower abdomen, rectum, perineum atau paha anterior. Nyeri uretra sangat
bervariasi mulai dari ketidaknyamanan hingga nyeri tajam yang hebat yang
dirasakan pada ujung akhir uretra (ujung penis pada pria) dan semakin nyeri
saat miksi. Bisa sangat parah sehingga pasien akan berusaha menahan
kencingnya yang dapat menimbulkan masalah baru.10

4. Penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan nyeri perut bagian bawah.


1. Cystisis
Cystitis adalah peradangan (inflamasi) pada kandung kemih.
Kondisi ini sangat mengganggu kenyamanan. Penyebab utama dari
peradangan kandung kemih ini adalah infeksi bakteri. Penyakit cystitis
lebih banyak dialami kaum wanita. Hal ini disebabkan oleh ukuran uretra
(saluran urine) pada wanita lebih pendek dibanding pada pria. Akibatnya,
bakteri dari sekitar anus mudah masuk ke dalam kandung kemih.11
Gejala-gejala Cystitis
Gejala umum yang menandai munculnya penyakit cystitis, antara
lain adalah:

a. Frekuensi buang air kecil yang melebihi normal dengan jumlah


sedikit
b. Rasa sakit atau sensasi terbakar (perih) saat buang air kecil.
c. Urine keruh atau berbau tajam.
d. Nyeri pada perut bagian bawah.
e. Darah pada urine.
f. Tubuh terasa kurang sehat atau demam.
Cystitis terjadi saat bakteri yang biasanya hidup dalam usus atau
kulit masuk dan berkembang biak dalam saluran kemih. Bakteri dapat

15
masuk ke saluran kemih melalui uretra melalui berbagai cara, misalnya
ketika berhubungan seksual, akibat kebiasaan menyeka anus ke arah
vagina, atau saat menggunakan kateter.11

Bakteri yang menjadi penyebab pada sebagian besar kasus cystitis


adalah Escherichia coli (E. coli). Risiko infeksi bakteri dalam saluran
kemih dapat semakinbesar saat seseorang mengalami gangguan
mengosongkan kandung kemih, menopause, atau menderita penyakit
diabetes.

2. Batu Urethra
Batu saluran kemih merupakan kondisi dimana terbentuknya batu
di saluran keluarnya urin. ia dapat berada di ginjal, ureter, kandung kemih
maupun uretra. Sering pula masyarakat mengenali dengan batu ginjal,
secara khusus maksudnya batu itu hanyaterdapat diginjal. Adapun
penyebabnya antara lain: gangguan aliran urin, gangguan metabolik,
infeksi saluran kemih, dehidrasi, dan keadaan-keadan lain.Biasanya
beberapa faktor yang mempengaruhi adalah jenis kelamin, ras/etnis, usia,
geografis, iklim, pekerjaan, berat dan tinggi badan, serta air.[1]Penyakit
batu diketahui lebih sering terjadi pada pria dewasa dibanding wanita, hal
ini terkait dengan kondisi anatomi saluran urinaria pria yang lebih panjang
dan sempit.11

Batu terdiri atas kristal-kristal yang tersusun oleh bahan-bahan


organik maupun anorganik dalam urin. Kristal-kristal tersebut mengendap
dan berkumpul menjadi inti batu. Batu saluran kemih terdiri atas batu
kalsium oksalat, batu kalsium fosfat, batu asam urat, batu sistein, batu
maupun magnesium-amonium-fosfat dan xanthyn.11
3. Apendisitis
Apendisitis merupakan penyebab paling umum sakit perut akut
yang memerlukan intervensi bedah, Penyebab apendisitis tidak jelas dan
mekanisme patogenesis terus diperdebatkan, dikarenakan apendisitis

16
merupakan salah satu masalah kesehatan yang terjadi pada masyarakat
secara umum, yang tatalaksananya dengan cara apendiktomi, sehingga
penggunaan antibiotik profilaksis pada pasien bedah apendisitis
memerlukan perhatian khusus, karena masih tingginya kemungkinan
timbul infeksi paska bedah, yaitu 5-15%. Setiap pasien apendiktomi paska
bedah diberikan antibiotik sebagai Profilaksis, penanganan yang tidak
tepat dan lingkungan yang tidak bersih bagi pasien paska bedah akan
beresiko besar untuk terkena infeksi, pemberian antibiotik profilaksis yang
kurang tepat pada pasien paska bedah dapat memperlama penyembuhan
luka dan memperlama hari rawatan sehingga biaya perawatan juga
semakin besar, pemberian antibiotik profilaksis yang tepat dapat
mengurangi jumlah bakteri, mencegah infeksi serta dapat mempersingkat
lamanya.11
4. Divertikulitis
Divertikulitis adalah inflamasi pada divertikula, yaitu kantong kecil
pada dinding kolon yang terbentuk akibat herniasi. Divertikulosis adalah
suatu keadaan dimana terbentuk banyak divertikula, tetapi tidak terjadi
inflamasi. Manifestasi klinis divertikulitis diawali dari keluhan nyeri perut
kiri bawah. Keluhan dapat disertai demam, mual, mencret, konstipasi,
disuria, maupun anoreksia. Data anamnesis tersebut juga didukung temuan
pemeriksaan fisik seperti nyeri tekan, defans muskular, serta bising usus
yang berkurang.11

Pembentukan divertikula dipengaruhi berbagai faktor seperti


gangguan motilitas kolon, disbiosis bakteri usus, faktor genetik, dan
inflamasi. Divertikula terbentuk ketika mukosa kolon mengalami herniasi
pada suatu bagian yang lemah dari lapisan otot usus akibat peningkatan
tekanan intraluminal. Sementara itu, divertikulitis terjadi akibat
peradangan pada divertikula.11
5. Hernia Inguinalis
Hernia berarti penonjolan kantong peritoneum atau suatu organ
atau lemak praperitoneum melalui cacat kongenital atau akuisita (dapatan).

17
Hernia inguinalis adalah kondisi prostrusi (penonjolan) organ intestinal
masuk ke rongga melalui defek atau bagian dinding yang tipis atau lemah
dari cincin inguinalis. Sekitar 75% hernia terjadi di regio inguinalis, 50%
merupakan hernia inguinalis indirek dan 25% adalah hernia inguinal direk.
Faktor risiko timbulnya hernia inguinalis adalah usia tua, jenis kelamin
laki-laki, pekerjaan fisik yang menimbulkan peningkatan tekanan
intraabdomen yang dilakukan terus-menerus, batuk kronis, dan obesitas.
Gambaran klinis berupa benjolan di lipat paha yang timbul bila mengedan,
batuk, atau mengangkat benda berat. Hernia inguinalis ditatalaksana
dengan proses operasi, dengan tidak melupakan tatalaksana faktor risiko
yang bisa diubah.11
6. Peritonitis
Peritonitis adalah inflamasi dari peritoneum (lapisan serosa yang
menutupi rongga abdomen dan organ-organ abdomen di dalamnya). Suatu
bentuk penyakit akut,danmerupakan kasus bedah darurat. Dapat terjadi
secara lokal maupun umum, melalui proses infeksi akibat perforasi usus,
misalnya pada ruptur appendiks atau divertikulum kolon, maupun non
infeksi, misalnya akibat keluarnya asam lambung pada perforasi gaster,
keluarnya asam empedu pada perforasi kandung empedu. Pada wanita
peritonitis sering disebabkan oleh infeksi tuba falopi atau ruptur
ovarium.11
7. ISK Bawah
Berdasarkan bagian yang terinfeksi, ISK terbagi menjadi ISK atas
dan ISK bawah. ISK atas merupakan infeksi yang terjadi di bagian atas
kandung kemih, yaitu di ginjal dan ureter. Sedangkan ISK bawah adalah
infeksi pada kandung kemih bagian bawah, yaitu kandung kemih dan
uretra. ISK atas lebih berbahaya dan dapat memicu urosepsis, yaitu
kondisi ketika bakteri di ginjal yang terinfeksi menyebar ke darah.
Urosepsis bisa mengakibatkan tekanan darah turun hingga syok, bahkan
kematian. Gejala infeksi saluran kemih sangat beragam, di antaranya11

18
a. Sakit di perut dan panggul
b. Nyeri saat buang air kecil
c. Muncul darah dalam urine
d. Demam
8. Urotherolitiasis
Urolitiasis adalah proses terbentuknya batu(kalkuli)pada traktus
urinarius. Kalkuli yang ditemukan pada ginjal disebut nephrolitiasis dan
kasus ini paling sering ditemukan. Jika kalkuli ditemukan pada ureter dan
vesica urinaria sebagian besar berasal dari ginjal.Urolitiasisadalah
penyebab umum adanya keluhan ditemukan darah dalam urin dan nyeri di
abdomen, pelvis, atau inguinal.11

Gejala pasti dari urolitiasis tergantung pada lokasi dan ukuran


kalkuli dalam traktus urinarius. Jika kalkuli berukuran kecil tidak
menunjukkan gejala. Namun perlahan keluhan akan dirasakan seiring
bertanbahnya ukuran kalkuli seperti: Nyeri atau pegal-pegal pada
pinggang atau flank yang dapat menjalar ke perut bagian depan, dan
lipatan paha hingga sampai ke kemaluan.-Hematuria:buang air kecil
berdarah.11

Urin berisi pasir, berwarna putih dan berbau-Nyeri saat buang air
kecil-Infeksi saluran kencing-Demam.Urolitiasis yang masih berukuran
kecil umumnya tidak menunjukkan gejala yang signifikan, namun
perlahan seiring berjalannya waktu dan perkembangan di saluran kemih
akan menimbulkan gejala seperti rasa nyeri (kolik renalis) di punggung,
atau perut bagian bawah (kolik renalis).11
9. Vesicolithiasis
Vesikolitiasis merupakan batu yang menghalangi aliran air kemih
akibat penutupan leher kandung kemih, maka aliran yang mula-mula
lancar secara tiba-tiba akan berhenti dan menetes disertai dengan rasa
nyeri. Vesikolitiasis adalah batu kandung kemih yang merupakan keadaan
tidak normal di kandung kemih, batu ini mengandung komponen kristal

19
dan matriks organic. Vesikolitiasis adalah batu yang ada di vesika urinaria
ketika terdapat defisiensi substansi tertentu, seperti kalsium oksalat,
kalsium fosfat, dan asam urat meningkat atau ketika terdapat defisiensi
subtansi tertentu, seperti sitrat yang secara normal mencegah terjadinya
kristalisasi dalam urin.11
10. Benign Hiperplasia Prostat

Pembesaran prostat jinak atau lebih dikenal sebagai BPH (benign


prostatic hyperplasia) merupakan istilah histopatologis, yaitu terdapat
hiperplasia sel-sel stroma dan sel-sel epitel kelenjar prostat.1 BPH dapat
dialami oleh sekitar 70% pria di atas usia 60 tahun. Angka ini akan
meningkat hingga 90% pada pria berusia di atas 80 tahun. BPH merupakan
salah satu keadaan yang menyebabkan gangguan miksi yaitu retensio urin
yang mengakibatkan supersaturasi urin, sehingga rentan untuk
terbentuknya batu buli.11
Keluhan yang disampaikan oleh pasien BPH seringkali berupa
LUTS (lower urinary tract symptoms) yang terdiri atas gejala obstruksi
(voiding symptoms) maupun iritasi (storage symptoms) yang meliputi:
frekuensi miksi meningkat, urgensi, nokturia, pancaran miksi lemah dan
sering terputus-putus (intermitensi), dan merasa tidak puas sehabis miksi,
dan tahap selanjutnya terjadi retensi urine.11

5. Langkah-langkah diagnosis.
Anamnesis

Kemampuan seorang dokter dalam melakukan wawancara dengan pasien


ataupun keluarganya diperoleh melalui anamnesis yang sistematik dan terarah.
Hal ini sangat penting untuk mendapatkan diagnosis suatu penyakit. Anamnesis
yang sistematik itu mencakup:12

a. Identitas pasien: seorang laki-laki, 27 tahun


b. Keluhan Utama: nyeri pada perut bagian bawah yang dialami sejak 10 jam
yang lalu

20
c. Keluhan penyerta : nyeri menjalar sampai ke kemaluan
d. Riwayat penyakit : -
e. Riwayat keluarga: -
f. Riwayat lingkungan: -
Riwayat Pengobatan sebelumnya:-

Pemeriksaan Fisis

A. PEMERIKSAAN ABDOMEN
1. Pemeriksaan regio costo-vertebralis : dilakukan dalam posisi baring
terlentang (supine position) atau duduk :
a. Inspeksi : Perhatikan tanda radang hebat, trauma (luka lecet/gores),
benjolan di regio costo-vertebralis (RCV)/lateral abdomen yg ikut
gerak nafas (tumor)
b. Palpasi : Pemeriksaan posisi baring, 1 tangan di costovertebralis
dan satu tangan di depan dinding perut. Pemeriksaan dalam
keadaan inspirasi dan ekspirasi. Ginjal kanan lebih rendah, kadang
teraba "ballotement" pada inspirasi maksimal. Periksa adanya nyeri
saat palpasi dan konsistensi ginjal
c. Perkusi : regio costo-vertebralis (lateral dinding perut),
1) Pada kasus trauma ginjal : tentukan perluasan dan progresivitas
daerah pekak (dullness) dinding lateral abdomen
2) Pada kasus perdarahan retroperitoneal : pekak pada perkusi
tidak berubah dengan perubahan posisi, sedangkan pekak
berpindah sesuai perubahan posisi jika perdarahan
intraperitoneal
d. Auskultasi : gunakan stetoskop, terdengar suara bising (systolic
bruit) bila ada stenosis/aneurisma arteri renalis
e. Transiluminasi : terutama anak < 1tahun dengan massa besar di
supra pubis atau RCV. Gunakan senter pada sisi massa di kamar
gelap.

21
Tes transluminasi (+) : kista ginjal atau hidronefrosis dengan cairan
transparant. (Contoh lain : transluminasi tes (+)pada hydrocele)
2. Pemeriksaan Supra Pubik
a. Inspeksi :
1) Normal : kosong atau volume < 150 cc : tidak terlihat.
2) Bila tampak penonjolan yg bulat antara sympisis os pubis dan
umbiliku : vesica urinaria penuh
3) Benjolan tidak teratur di supra pubis : tumor buli-buli besar
4) Periksa testis di skrotum → bila kosong/hanya 1 →
seminoma testis intra abdominal
b. Palpasi:
1) Nyeri tekan supra pubis → sistitis
2) Tumor buli-buli, uterus, ovarium yg besar dan seminoma
teraba di supra pubis
3) Urin sisa yg banyak → teraba dengan colok dubur bimanual

B. PEMERIKSAAN GENITALIA EKSTERNA LAKI-LAKI


1. Penis
Inspeksi :
1) Perhatikan dari ujung penis sampai pangkal
2) Apakah sudah disirkumsisi atau belum.
Bila belum disirkumsisi perhatikan:

a) Preputium : preputium terlalu panjang (hipospadia) →


Redundant prepuce
b) Orificium kecil dan konstriksi ketat hingga preputium tidak
dapat ditarik ke belakang melewati glans penis→ phymosis
c) Preputium yg phymosis kalau dipaksa ditarik ke belakang
corona glandis dan tidak segera direposisi kembali →
paraphymosis
Bila sudah disirkumsisi, perhatikan : 13

22
a) Glans penis : periksa apakah ada Herpes progenitalis (Virus
Herpes tipe 2) atau radang glans penis (balanitis)
b) Meatus uretra:
i. irritasi khronis pada meatus → Erythroplasma of Queyrat
ii. Condyloma acuminata = verruca acuminate
iii. Urethral discharge. Cairan yang keluar dari meatus urethra
: nanah (urethritis), darah (ruptura urethra, corpus alienum,
batu, tumor urethra)
c) Sulcus coronarius : Chancroid (infeksi basil Ducrey), scar
(sifilis primer), tumor (ca. penis), Condylomata acuminate
d) Letak meatus uretra : Hipospadia ada 3 tipe : glandular (meatus
uretra pada corona glandis), penile (meatus pada batang penis
sampai penoskrotalis), perineal (meatus pada perineum hingga
penis terlipat sama sekali membelah skrotum), epispadia
(meatus urethra terletak di dorsum penis), fistel urethra akibat
periurethritis atau trauma, Hypoplasia of the penis (micro
penis) (penis yang tidak berkembang, tetap kecil), curvatura
penis : hypospadia penis akan bengkok kearah ventral
Palpasi:

Palpasi :

a. raba seluruh penis mulai dari preputium, glans dan batang penis
serta urethra
b. Phymosis teraba massa lunak atau keras dibawah preputium pada
glans penis atau sulcus caronarius.
c. Uretra spt tali dan pancaran kencing kurang → striktur uretra
d. Teraba batu pada fossa navicularis glandis dan peno-scrotalis

2. Scrotum
Inspeksi :
1) Normal : kanan lebih tinggi dari kiri

23
2) Cari : abses, fistel, edema, gangren (skrotum tegang, kemerahan
nyeri, panas, mengkilap, hilang rasa, basah → gangren, ca skrotum
3) Pembesaran skrotum :
a) orchitis/epididimitis: nyeri dgn tanda radang, skrotum edema,
merah
b) Ca testis : skrotum besar berbenjol, tidak ada tanda radang dan
tidak nyeri
c) Hydrocele testicularis : skrotum besar dan rata, tidak berbenjol
d) Hydrocele funicularis : sisi yg hidrocele ada 2 biji, jadi terlihat
3 benjolan dengan testis sebelahnya
e) Hernia Inguinalis : usus dapat masuk atau didorong masuk ke
dalam rongga abdomen ketika berbaring
f) Varicocele : gambaran kebiruan menonjol dan berkelok-kelok
sepanjang skrotum, menghilang bila berbaring
g) Hematocele : perdarahan akibat trauma, skrotum bengkak
kebiruan, ada bekas trauma
h) Torsi testis : testis yang terpuntir lebih tinggi dari yg normal
(Deming's sign) dan posisi lebih horisontal dari yang normal
(Angell's sign)
Palpasi:

1) Raba jumlah testis, monorchidism/anorchidism, kriptokismus uni/


bilateral
2) Testis teraba keras sekali,tidak nyeri tekan → seminoma
3) Hydrocele → testis tidak teraba, fluktuasi, tes transluminasi (+)
4) Hernia skrotalis → teraba usus/massa dari skrotum sampai kanalis
inguinalis
5) Varicocele → seperti meraba cacing dalam kantung (bag of worm)
6) Torsio testis → teraba horisontal dan nyeri, diangkat ke atas lewat
sympisis os pubis nyeri tetap/bertambah (Prehn's sign)

24
7) Vas deferens teraba seperti benang besar dan keras dalam
skrotum. Tidak teraba → agenesis vas deferens; TBC → teraba
seperti tasbih

Pemeriksaaan Penunjang

1. Pemeriksaan darah
a. Pemeriksaan darah rutin terdiri atas pemeriksaan kadar hemoglobin,
leukosit, laju endap darah, hitung jenis leukosit, dan hitung trombosit.
b. Faal ginjal
Faal ginjal
Beberapa uji faal ginjal yang sering diperiksa adalah pemeriksaan
kadar kreatinin, kadar ureum atau BUN (blood urea nitrogen), dan
klirens kreatinin. Pemeriksaan BUN, ureum, atau kreatinin di dalam
serum merupakan uji faal ginjal yang paling sering dipakai di klinik.
Sayangnya kedua uji ini baru menunjukkan kelainan, pada saat ginjal
sudah kehilangan ⅔ dari fungsinya.
Kenaikan nilai BUN atau ureum tidak spesifik, karena selain
disebabkan oleh kelainan
fungsi ginjal dapat juga disebabkan karena dehidrasi, asupan protein
yang tinggi, dan proses katabolisme yang meningkat seperti pada
infeksi atau demam; sedangkan kadar kreatinin, relatif tidak banyak
dipengaruhi oleh faktor-faktor tadi. Klirens kreatinin menunjukkan
kemampuan filtrasi ginjal. Dalam menilai faal ginjal
pemeriksaan ini lebih peka daripada pemeriksaan kreatinin atau BUN.
Kadar klirens normal pada orang dewasa adalah: 80 – 120 ml/menit.
2. Pemeriksaan urinalisis merupakan pemeriksaan yang paling sering
dikerjakan pada kasus- kasus urologi. Pemeriksaan ini meliputi uji:12
a. Makroskopik dengan menilai warna, bau, dan berat jenis urine
b. Kimiawai meliputi pemeriksaan derajat keasaman/pH, protein, dan
gula dalam urine
c. Mikroskopik mencari kemungkinan adanya sel-sel, cast (silinder),

25
atau bentukan lain di dalam urine.
Urine mempunyai pH yang bersifat asam, yaitu rata-rata: 5,5 - 6,5. Jika
didapatkan pH yang relatif basa kemungkinan terdapat infeksi oleh
bakteri pemecah urea, sedangkan jika pH yang terlalu asam kemungkinan
terdapat asidosis pada tubulus ginjal atau ada batu asam urat.12

Didapatkannya eritrosit di dalam darah secara bermakna (> 2 per lapangan


pandang) menunjukkan adanya cedera pada sistem saluran kemih; dan
didapatkannya leukosituri bermakna (> 5 per lapangan pandang) atau
piuria merupakan tanda dari inflamasi saluran kemih.12

3. Kultur Urine
Pemeriksaan kultur urine diperiksa jika ada dugaan infeksi saluran kemih.
Pada pria, urine yang diambil adalah sample urine porsi tengah (mid
stream urine), pada wanita sebaiknya diambil melalui kateterisasi,
sedangkan pada bayi dapat diambil urine dari aspirasi suprapubik atau
melalui alat penampung urine. Jika didapatkan kuman di dalam urine,
dibiakkan di dalam medium tertentu untuk mencari jenis kuman dan
sekaligus sensitivitas kuman terhadap antibiotika yang diujikan.12
4. Pemeriksaan Radiologi (Pencitraan)
a. Foto Polos Abdomen
Foto polos abdomen atau KUB (Kidney Ureter Bladder) adalah foto
skrining untuk
pemeriksaan kelainan-kelainan urologi. Menurut Blandy, seperti
ditunjukkan pada gambar 2-4, cara pembacaan foto yang sistematis harus
memperhatikan “4 S” yaitu: Side (sisi), Skeleton ( tulang ), Soft tissues
(jaringan lunak) dan Stone (batu):11
1) Side: diperiksa apakah penempatan sisi kiri dan kanan sudah benar.
Sisi kiri ditandai dengan adanya bayangan gas pada lambung
sedangkan sisi kanan oleh bayangan hepar.
2) Skeleton: perhatikan tulang-tulang vertebra, sakrum, kosta serta sendi
sakro-iliaka. Adakah kelainan bentuk (kifosis, skoliosis, atau fraktur)

26
atau perubahan densitas tulang (hiperden atau hipodens) akibat dari
suatu proses metastasis.
3) Soft tissues: perhatikan adanya pembesaran hepar, ginjal, buli-buli
akibat retensi urine atau tumor buli-buli, serta perhatikan bayangan
garis psoas
4) Stone: perhatikan adanya bayangan opak dalam sistem urinaria yaitu
mulai dari ginjal, ureter, hingga buli-buli.

b. USG (Ultrasonografi)
USG dapat membedakan antara massa padat (hiperekoik) dengan
massa kistus (hipoekoik), sedangkan batu non opak yang tidak dapat
dideteksi dengan foto ronsen akan terdeteksi oleh USG sebagai echoic
shadow. Ultrasonografi banyak dipakai untuk mencari kelainanan-
kelainan pada ginjal, buli-buli, prostat, testis, dan pemeriksaan pada
kasus keganasan. Pemeriksaan pada ginjal dipergunakan: (1) untuk
mendeteksi keberadaan dan keadaan ginjal (hidronefosis, kista, massa,
atau pengkerutan ginjal) yang pada pemeriksaan PIV menunjukkan
non visuialized, (2) sebagai penuntun pada saat melakukan pungsi
ginjal atau nefrostomi perkutan, dan (3) sebagai pemeriksaan
penyaring pada dugaan adanya trauma ginjal derajat ringan.
Pada buli-buli, USG berguna untuk menghitung sisa urine pasca miksi
dan mendeteksi adanya batu atau tumor di buli-buli Pada kelenjar
prostat, melalui pendekatan transrektal (TRUS) dipakai untuk mencari
nodul pada keganasan prostat dan menentukan volume/besarnya
prostat. Jika didapatkan adanya dugaan keganasan prostat, TRUS dapat
dipakai sebagai penuntun dalam melakukan biopsi kelenjar prostat.
Pada testis, berguna untuk membedakan antara tumor testis dan
hidrokel testis, serta kadang-kadang dapat mendeteksi letak testis
kriptorkid yang sulit diraba dengan palpasi Pada keganasan, selain
untuk mengetahui adanya massa padat pada organ primer, juga untuk

27
mendeteksi kemungkinan adanya metastasis pada hepar atau kelenjar
para aorta.12

c. CT Scan dan MRI


(Computerized Tomography Scan dan Magnetic Resonance Imaging).
Pemeriksaan ini lebih baik daripada ultrasonografi tetapi harganya
masih sangat mahal.
Kedua pemeriksaan ini banyak dipakai dalam bidang onkologi untuk
menentukan penderajatan (staging) tumor yaitu: batas-batas tumor,
invasi ke organ di sekitar tumor, dan mencari adanya metastasis ke
kelenjar limfe serta ke organ lain12

6. Diagnosis banding
1. Vesikolitiasis

Batu buli-buli disebut juga batu vesica, vesical calculi, vesical stone, bladder
stone. Batu buli-buli atau vesikolitiasis adalah massa yang berbentuk kristal yang
terbentuk atas material mineral dan protein yang terdapat pada urin. Batu saluran
kemih pada dasarnya dapat terbentuk pada setiap bagian tetapi lebih banyak pada
saluran penampung terakhir. Pada orang dewasa batu saluran kencing banyak
mengenai sistem bagian atas (ginjal, pyelum) sedang pada anak-anak sering pada
sistem bagian bawah (buli-buli). Di negara berkembang batu buli-buli terbanyak
ditemukan pada anak laki-laki pre pubertas. Komponen yang terbanyak penyusun
batu buli-buli adalah garam calsium. Pada awalnya merupakan bentuk yang
sebesar biji padi tetapi kemudian dapat berkembang menjadi ukuran yang lebih
besar. Kadangkala juga merupakan batu yang mulitipel.14
Epidemiologi
Penelitian epidemiologik memberikan kesan seakan-akan penyakit batu
mempunyai hubungan dengan tingkat kesejahteraan masyarakat dan berubah
sesuai dengan perkembangan kehidupan suatu bangsa. Berdasarkan
pembandingan data penyakit batu saluran kemih di berbagai negara, dapat
disimpulkan bahwa di negara yang mulai berkembang terdapat banyak batu

28
saluran kemih bagian bawah, terutama terdapat di kalangan anak.
Di negara yang sedang berkembang, insidensi batu saluran kemih relatif rendah,
baik dari batu saluran kemih bagian bawah maupun batu saluran kemih bagian
atas. Di negara yang telah berkembang, terdapat banyak batu saluran kemih
bagian atas, terutama di kalangan orang dewasa. Pada suku bangsa tertentu,
penyakit batu saluran kemih sangat jarang, misalnya suku bangsa Bantu di Afrika
Selatan.17,18
Etiologi
Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan
gangguan aliran urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi, dan
keadaan lain yang masih belum terungkap (idiopatik). Faktor itu adalah faktor
intrinsik yaitu keadaan yang berasal dari tubuh seseorang dan faktor ekstrinsik
yaitu pengaruh yang berasal dari lingkungan sekitarnya antara lain :17,18,19
a. Faktor Intrinsik
1. Herediter (keturunan)  Studi menunjukkan bahwa penyakit batu
diwariskan. Untuk jenis batu umum penyakit, individu dengan riwayat
keluarga penyakit batu memiliki risiko dua kali lipat lebih tinggi menjadi
batu bekas. Ini risiko yang lebih tinggi mungkin karena kombinasi dari
predisposisi genetik dan eksposur lingkungan yang sama (misalnya, diet).
Meskipun beberapa faktor genetik telah jelas berhubungan dengan bentuk
yang jarang dari nefrolisiasis, (misalnya, cystinuria), informasi masih
terbatas pada gen yang berkontribusi terhadap risiko bentuk umum dari
penyakit batu.
2. Umur  Penyakit ini paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun.
Untuk pria, insiden mulai meningkat setelah usia 20, puncak antara 40 dan
60 tahun. Untuk wanita, tingkat insiden tampaknya lebih tinggi pada akhir
20-an pada usia 50, sisa yang relatif konstan selama beberapa dekade
berikutnya.
3. Jenis Kelamin  Jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak
dibandingkan dengan pasien perempuan

29
b. Faktor Ekstrinsik
1. Geografi  Pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian batu
saluran kemih yang lebih tinggi dari pada daerah lain, sehingga dikenal
sebagai daerah stone belt (sabuk batu), sedangkan daerah Bantu di Afrika
Selatan hampir tidak dijumpai penyakit batu saluran kemih.
2. Iklim dan temperatur
3. Asupan air  Kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium
pada air yang dikonsumsi, dapat meningkatkan insiden batu saluran
kemih.
4. Diet  Diet banyak purin, oksalat, dan kalsium mempermudah terjadinya
penyakit batu saluran kemih.
5. Pekerjaan  Sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak
duduk dan kurang aktifitas atau sedentary life
Patogenesis
Secara teoritis batu dapat terbentuk di seluruh saluran kemih terutama pada
tempat-tempat yang sering mengalami hambatan aliran urine (statis urin), yaitu
pada sistem kalises ginjal atau buli-buli. Banyak teori yang menerangkan proses
pembentukan batu di saluran kemih; tetapi hingga kini masih belum jelas teori
mana yang paling benar.
Beberapa teori pembentukan batu adalah :18,20
1. Teori Nukleasi
Batu terbentuk di dalam urine karena adanya inti batu sabuk batu (nukleus).
Partikel-partikel yang berada dalam larutan yang terlalu jenuh (supersaturated)
akan mengendap di dalam nukleus itu sehingga akhirnya membentuk batu. Inti
batu dapat berupa kristal atau benda asing di saluran kemih.
2. Teori Matriks
Matriks organik terdiri atas serum/protein urine (albumin, globulin, dan
mukoprotein) merupakan kerangka tempat diendapkannya kristal-kristal batu.
3. Penghambatan Kristalisasi
Urine orang normal mengandung zat penghambat pembentuk kristal, antara lain:
magnesium, sitrat, pirofosfat, mukoprotein dan beberapa peptida. Jika kadar salah

30
satu atau beberapa zat itu berkurang, akan memudahkan terbentuknya batu di
dalam saluran kemih. Ion magnesium (Mg2+) dikenal dapat menghambat
pembentukan batu karena jika berikatan dengan oksalat, membentuk garam
magnesium oksalat sehingga jumlah oksalat yang akan berikatan dengan kalsium
(Ca2+) untuk membentuk kalsium oksalat menurun.

Gambar 5. Batu Buli-buli

Faktor Risiko Penyebab Batu


Lebih dari 85% batu pada laki-laki dan 70% pada perempuan mengandung
kalsium terutama kasium oksalat. Predisposisi kejadian batu khususnya batu
kalsium oksalat dapat terjadi karena :
1. Riwayat batu kandung kemih dan saluran kemih
2. Usia dan jenis kelamin
3. Kelainan morfologi
4. Pernah mengalami infeksi saluran kemih
5. Adanya kelainan pada ginjal dan saluran kemih
6. Profesi sebagai pekerja keras
7. Penggunaan obat antasid, aspirin dosis tinggi dan vitamin D terlalu lama.
8. Hiperkalsiuria
a. Hiperkalsiuria absortif ditandai oleh kenaikan absorbsi kalsium dari
lumen usus

31
b. Hiperkalsiuria Puasa ditandai adanya kelebihan kalsium, diduga
berasal dari tulang.
c. Hiperkalsiuria Ginjal yang diakibatkan kelainan reabsobsi kalsium di
tubulus ginjal
9. Hiperikosuria  Merupakan suatu peningkatan asam urat yang dapat
memacu pembentuka batu kalsium, minimal sebagian oleh Kristal asam
urat dengan membentuk nidus untuk prespitasi kalsium oksalat atau
prespitasikalsium pospat. Pada kebanyakan pasien dengan diet purin yag
tinggi.
10. Penurunan jumlah air kemih  Keadaan ini apat disebabkan masuknya
cairan sedikit. Selanjutnya akan menimbulkan pembentukan batu dengan
peningkatan reaktan dan pengurangan aliran kemih.
11. Hiperoksaluria  Merupakan kenaikan ekskresi oksalat diatas normal (45
mg/hari atau 0,5 mmol/hari). Peningkatan ini dapat menyebabkan
perubahan cukup besar dan memacu prepitasi kalsium oksalat dengan
derajat yang lebih besar dibandingkan kenaikan ekskresi kalsium.17-19

Jenis-Jenis Batu Pada Saluran Kemih


Komposisi kimia yang terkandung dalam batu ginjal dan saluran kemih dapat
diketahui dengan menggunakan analisis kimia khusus untuk mengetahui adanya
kalsium, magnesium, amonium, karbonat, fosfat, asam urat oksalat dan sistin.
1. Batu Kalsium Oksalat
Kalsium oksalat adalah yang paling banyak menyebabkan batu saluran kemih(70
75%), batu terdiri dari kalsium oksalat, laki-laki 2 kali lebih sering dari pada
wanita. Angka kejadian tertinggi usia 30-50 tahun. Batu kalsium oksalat terjadi
karena proses multifaktor,

Gambar 6. Batu Kalsium Oksalat

32
2. Batu Asam Urat
Lebih dari 15% batu saluran kemih dengan komposisi asam urat. Pasien biasanya
berusia 60 tahun. Pada pasien berusia lebih muda biasanya juga menderita
kegemukan. Laki-laki lebih sering dari pada wanita. Batu asam urat dibentuk
hanya oleh asam urat. Diet menjadi risiko penting terjadinya batu tersebut. Diet
dengan tinggi protein dan purin serta minuman beralkohol meningkatkan ekskresi
asam urat sehingga pH air kemih menjadi rendah.
Sebanyak 20-40% pasien pada Goutakan membentuk batu, oleh karena itu
tingginya asam urat yang berakibat hiperurikosuria. Batu asam urat ini adalah tipe
batu yang dapat dipecah dengan obat-obatan. Sebanyak 90% akan berhasil
dengan terapi kemolisis. Analisis darah dan air kemih pada batu asam urat asam
urat >380µmol/dl (6,4mg/100ml), pH air kemih ≤ 5,8.

Gambar 7. Batu asam urat.


3. Batu Kalsium
Fosfat Dua macam batu kalsium fosfat terjadi tergantung suasana pH air kemih.
Karbonat apatite (dahllite) terbentuk pada pH > 6,8 dengan konsentrasi kalsium
yang tinggi dan sitrat rendah. Seperti pada batu kalsium oksalat, batu kalsium
fosfat juga merupakan batu campuran. Terjadi pada suasana air kemih yang alkali
atau terinfeksi.
Analisa darah dan air kemih menunjukkan hiperkalsemia (>2-2,5 mmol/l).
Penyebab terbentuknya batu kalsium oksalat renal tubular asidosis dan infeksi
saluran kemih. Kalsium dalam air kemih >2,5 mmol/liter dan pH air kemih > 6,8)

4. Batu struvit (magnesium-amonium fosfat)


Disebabkan karena infeksi saluran kemih oleh bakteri yang memproduksi urease
(proteus, providentia, klebsiella dan psedomonas). Frekuensi 4-6%, batu struvit

33
lebih sering terjadi pada wanita dari pada laki-laki. Infeksi saluran kemih terjadi
karena tingginya konsentrasi ammonium dan pH air kemih >7. Pada kondisi
tersebut kelarutan fosfat menurun yang berakibat terjadinya batu struvit dan
kristalisasi karbonapatite, sehingga batu struvit sering terjadi bersamaan dengan
batu karbonat apatite. Pada batu struvit volume air kemih yang banyak sangat
penting untuk membilas bakteri dan menurunkan supersaturasi dari fosfat. Di
samping pengobatan terhadap infeksinya, membuat suasana air kemih menjadi
asam dengan methionine sangat penting untuk mencegah kekambuhan.
Analisis darah dan air kemih didapatkan pH air kemih >7, juga didapatkan infeksi
pada saluran kemih dan kadar ammonium dan fosfat air kemih yang meningkat.

5. Batu Cystine
Batu Cystine terjadi pada saat kehamilan, disebabkan karena gangguan ginjal.
Frekuensi kejadian 1-2%. Reabsorbsi asam amino, cystine, arginin, lysin dan
ornithine berkurang, pembentukan batu terjadi saat bayi, walaupun manifestasi
paling banyak terjadi pada dekade dua. Disebabkan faktor keturunan dengan
kromosom autosomal resesif, terjadi gangguan transport amino cystine, lysin,
arginin dan ornithine. Memerlukan pengobatan seumur hidup.
Analisis darah dan air kemih menunjukkan cystein darah dalam batas normal,
cystine air kemih ≥0,8 mmol/hari. Kalsium, oksalat dan urat meningkat.
Komposisi batu dari hasil pemeriksaan laboratorium adalah:

34
Tabel 1
Komposisi Batu dan Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Komposisi Laboratorium
Batu kalsium oksalat pH air kemih normal atau rendah, kalsium air
kemih tinggi, asam sitrat air kemih rendah,
asam urat dan asam oksalatair kemih tinggi,
magnesium air kemih rendah
Batu asam urat pH air kemih kurang dari 6, asam urat air
kemih tinggi, serum asam urat tinggi
Batu kalsium fosfat Kalsium dan fosfat air kemih tinggi, pH air
kemih per hari tidak pernah kurang dari 5, 8,
RTA, infeksi, Kalsium serum tinggi
Batu struvit pH air kemih lebih dari 7,ammonium air
kemih tinggi, Asam sitrata ir kemih rendah
Batu cystine Cystine air kemih tinggi
Batu xanthine Asam urat serum rendah
Batu ammonium urat pH air kemih 6.7-7 (infeksi), urat ammonium
tinggi, fosfat air kemih rendah

Manifestasi Klinis
Gejala-gejala BSK antara lain:
1. Hematuria
Pada penderita BSK seringkali terjadi hematuria (air kemih berwarna seperti air
teh) terutama pada obstruksi ureter.
2. Infeksi
BSK jenis apapun seringkali berhubungan dengan infeksi sekunder akibat
obstruksi dan stasis diproksimal dari sumbatan. Keadaan yang cukup berat
terjadi apabila terjadi pus yang berlanjut menjadi fistularenokutan.
3. Demam
Adanya demam yang berhubungan dengan BSK merupakan kasus darurat karena
dapat menyebabkan urosepsis.

35
4. Mual dan Muntah
Obstruksi saluran kemih bagian atas seringkali menyebabkan mual dan muntah,
dapat juga disebabkan oleh uremia sekunder.

Pemeriksaan Klinis
Pasien yang mempunyai batu buli sering asimtomatik, tetapi pada anamnesis
biasanya dilaporkan bahwa penderita mengeluh nyeri suprapubik, disuria, gross
hematuri terminal, perasaan ingin kencing, sering kencing di malam hari, perasaan
tidak enak saat kencing, dan kencing tiba-tiba terhenti kemudian menjadi lancar
kembali dengan perubahan posisi tubuh. Gejala lain yang umumnya terjadi dalam
menyertai nyeri yaitu nyeri menjalar dari ujung penis, scrotum, perineum,
punggung dan panggul, perasaan tidak nyaman tersebut biasa bersifat tumpul atau
tajam, disamping sering menarik-narik penisnya pada anak laki-laki dan
menggosok-gosok vulva pada anak perempuan. Rasa sakit diperberat saat pasien
sedang beraktivitas, karena akan timbul nyeri yang tersensitisasi akibat batu
memasuki leher vesika. Pasien anak dengan batu buli sering disertai dengan
priapism dan disertai ngompol.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan vesika urinaria tampak penuh pada inspeksi,
ketika dipalpasi didapatkan blader distended pada retensi akut. Adapun tanda yang
dapat dilihat adalah hematuri mikroskopik atau bahkan gross hematuri, pyuria,
bakteri yang positif pada pemeriksaan kultur urin.19

36
Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan urin
Pemeriksaan urin sering dilakukan karena tidak mahal dan hasilnya dapat
menggambarkan jenis batu dalam waktu yang singkat. Pada pemeriksaan dipstick,
batu buli berhubungan dengan hasil pemeriksaan yang positif jika mengandung
nitrat, leukosit esterase dan darah. Batu buli sering menyebabkan disuri dan nyeri
hebat, oleh sebab itu banyak pasien sering mengurangi konsumsi air minum
sehingga urin akan pekat. Pada orang dewasa, batu buli akan menyebabkan urin
asam. Pemeriksaan mikroskopis menunjukkan adanya sel darah merah dan pyuria
(leukosit), dan adanya kristal yang menyusun batu buli. Pemeriksaan urin juga
berguna untuk memberikan antibiotik yang rasional jika dicurigai adanya
infeksi.14
b. Pemeriksaan Imaging
1. Urografi
Pemeriksaan radiologis yang digunakan harus dapat memvisualisasikan saluran
kemih yaitu ginjal, ureter dan vesika urinaria (KUB). Tetapi pemeriksaan ini
mempunyai kelemahan karena hanya dapat menunjukkan batu yang radioopaque.

Gambar 8. BOF

37
2. Ultrasonografi (USG)
Batu buli akan terlihat sebagai gambaran hiperechoic, efektif untuk melihat batu
yang radiopaque atau radiolucent.

Gambar 9. USG

3. CT scan
Pemeriksaan ini dilakukan untuk banyak kasus pada pasien yang nyeri perut,
massa di pelvis, suspect abses, dan menunjukkan adanya batu buli- buli yang tidak
dapat ditunjukkan pada IVP. Batu akan terlihat sebagian batu yang keruh.
4. MRI
Pemeriksaan ini akan menunjukkan adanya lubang hitam yang semestinya tidak
ada pada buli yang seharusnya terisi penuh, ini diassosiasikan sebagai batu.
5. Sistoskopi
Pada pemeriksaan ini dokter akan memasukkan semacam alat endoskopi melalui
uretra yang ada pada penis, kemudian masuk kedalam blader.

Pengobatan
a. Konservatif
Terapi ditujukan untuk batu yang ukurannya kurang dari 5 mm, karena diharapkan
batu dapat keluar spontan. Memberikan minum yang berlebihan disertai diuretik.
Dengan produksi air kemih yang lebih banyak diharapkan dapat mendorong batu
keluar dari saluran kemih. Pengobatan simptomatik mengusahakan agar nyeri,

38
khususnya kolik, yang terjadi menghilang dengan pemberian simpatolitik. Dan
berolahraga secara teratur.
Adanya batu struvit menunjukkan terjadinya infeksi saluran kemih, karena itu
diberikan antibiotik. Batu strufit tidak dapat dilarutkan tetapi dapat dicegah
pembesarannya bila diberikan pengobatan dengan pengasaman urin dan
pemberian antiurease, seperti Acetohidroxamic acid. Ini untuk menghambat
bakteri urease dan menurunkan kadar ammonium urin.
Pengobatan yang efektif untuk pasien yang mempunyai batu asam urat pada
saluran kemih adalah dengan alkalinisasi supaya batu asam yang terbentuk akan
dilarutkan. Pelarutan batu akan terjadi apabila pH urin menjadi lebih tinggi atau
berjumlah 6,2. Sehingga dengan pemberian bikarbonas natrikus disertai dengan
makanan alkalis, batu asam urat diharapkan larut. Potasium Sitrat (polycitra K,
Urocit K) pada dosis 60 mEQ dalam 3-4 dosis perhari pemberian digunakan untuk
terapi pilihan. Tetapi terapi yang berlebihan menggunakan sediaan ini akan
memicu terbentuknya deposit calsium pospat pada permukaan batu sehingga
membuat terapi tidak efektif lagi. Atau dengan usaha menurunkan produksi kadar
asam urat air kemih dan darah dengan bantuan alopurinol, usaha ini cukup
memberi hasil yang baik. Dengan dosis awal 300 mg perhari, baik diberikan
setelah makan.17-20

b. Litotripsi
Pemecahan batu telah mulai dilakukan sejak lama dengan cara buta, tetapi dengan
kemajuan tehnik endoskopi dapat dilakukan dengan cara lihat langsung. Untuk
batu kandung kemih, batu dipecahkan dengan litotriptor secara mekanis melalui
sistoskop atau dengan memakai gelombang ultrasonic atau elektrohidrolik. Makin
sering dipakainya gelombang kejut luar tubuh (ESWL = Extracorporeal Shock
Wave Lithotripsy) yang dapat memecahkan batu tanpa perlukaan ditubuh sama
sekali. Gelombang kejut dialirkan melalui air ke tubuh dan dipusatkan di batu
yang akan dipecahkan. Batu akan hancur berkeping-keping dan keluar bersama
kemih.19

39
c. Terapi pembedahan
Terapi bedah digunakan jika tidak tersedia alat litotriptor, alat gelombang kejut
atau bila cara non bedah tidak berhasil. Walaupun demikian kita harus
memerlukan suatu indikasi. Misalnya apabila batu kandung kemih selalu
menyebabkan gangguan miksi yang hebat sehingga perlu diadakan tindakan
pengeluarannya. Litotriptor hanya mampu memecahkan batu dalam batas ukuran
3 cm kebawah. Batu diatas ukuran ini dapat ditangani dengan batu kejut atau
sistolitotomi.
1. Transurethral Cystolitholapaxy  tehnik ini dilakukan setelah adanya batu
ditunjukkan dengan sistoskopi, kemudian diberikan energi untuk membuat
nya menjadi fragmen yang akan dipindahkan dari dalam buli dengan alat
sistoskopi. Energi yang digunakan dapat berupa energi mekanik
(pneumatic jack hummer), ultrasonic dan elektrohidraulik dan laser.
2. Percutaneus Suprapubic cystolithopaxy  tehnik ini selain digunakan
untuk dewasa juga digunakan untuk anak-anak, tehnik percutaneus
menggunakan endoskopi untuk membuat fragmen batu lebih cepat hancur
lalu dievakuasi. Sering tehnik ini digunakan bersama tehnik yang pertama
denagn tujuan stabilisasi batu dan mencegah irigasi yang ditimbulkan oleh
debris pada batu.
3. Suprapubic Cystostomy  tehnik ini digunakan untuk memindah batu
dengan ukuran besar, juga di indikasikan untuk membuang prostate, dan
diverculotomy. Pengambilkan prostate secara terbuka diindikasikan jika
beratnya kira- kira 80-100gr. Keuntungan tehnik ini adalah cepat, lebih
mudah untuk memindahkan batu dalam jumlah banyak, memindah batu
yang melekat pada mukosa buli dan kemampuannya untuk memindah batu
yang besar dengan sisi kasar. Tetapi kerugian penggunaan tehnik ini
adalah pasien merasa nyeri post operasi, lebih lama dirawat di rumah sakit,
lebih lama menggunakan kateter.

40
Pencegahan
Diuresis yang adekuat
Untuk mencegah timbulnya kembali batu maka pasien harus minum banyak
sehingga urin yang terbentuk tidak kurang dari 1500 ml. pada pasien dengan batu
asam urat dapat digunakan alkalinisasi urin sehingga pH dipertahankan dalam
kisaran 6,5-7, mencegah terjadinya hiperkalsemia yang akan menimbulkan
hiperkalsiuria pasien dianjurkan untuk mengecek pH urin dengan kertas nitrasin
setiap pagi.
a. Diet untuk mengurangi kadar zat-zat komponen pembentuk batu
b. Eradikasi infeksi saluran kemih khususnya untuk batu struvit18

2. Ureterolithiasis
Definisi

Ureterolithiasis adalah kalkulus atau batu di dalam ureter. Batu ureter pada
umumnya adalah batu yang terbentuk di dalam sistim kalik ginjal, yang turun ke
ureter. Terdapat tiga penyempitan sepanjang ureter yang biasanya menjadi tempat
berhentinya batu yang turun dari kalik yaitu ureteropelvic junction (UPJ),
persilangan ureter dengan vasa iliaka, dan muara ureter di dinding buli. Batu
ureter mungkin dapat lewat sampai ke kandung kemih dan kemudian
keluarbersama kemih. Batu ureter juga bisa sampai ke kandung kemih dan
kemudian berupa nidus menjadi batu kandung kemih yang besar. Batu juga bisa
tetap tinggal di ureter sambil menyumbat dan menyebabkan obstruksi kronik
dengan hidroureter dan hidronefrosis. Jika disertai dengan infeksi sekunder dapat
menimbulkan pionefrosis, urosepsis, abses ginjal, abses perinefrik, abses
paranefrik, ataupun pielonefritis. Tidak jarang terjadi hematuria yang didahului
oleh serangan kolik. Komposisi batu ureter sama dengan komposisi batu saluran
kencing pada umumnya yaitu sebagian besar terdiri dari garam kalsium, seperti
kalsium oksalat monohidrat dan kalsium oksalat dihidrat. Sedang sebagian kecil
terdiri dari batu asam urat, batu struvit dan batu sistin.23

41
Etiologi

Etiologi pembentukan batu meliputi idiopatik, gangguan aliran kemih, gangguan


metabolisme, infeksi saluran kemih oleh mikroorganisme berdaya membuat
urease (Proteus mirabilis), dehidrasi, benda asing, jaringan mati (nekrosis papil)
dan multifactor. Banyak teori yang menerangkan proses pembentukan batu di
saluran kemih; tetapi hingga kini masih belum jelas teori mana yang paling
benar.23

Epidemiologi

Penyakit ini dapat menyerang penduduk di seluruh dunia tidak terkecuali


penduduk di negara kita. Angka kejadian penyakit ini tidak sama di berbagai
belahan bumi. Di negara-negara berkembang banyak dijumpai pasien batu buli-
buli sedangkan di negara maju lebih banyak dijumpai penyakit batu saluran kemih
bagian atas; hal ini karena adanya pengaruh status gizi dan aktivitas pasien sehari-
hari. Di Amerika Serikat 5 – 10% penduduknya menderita penyakit ini, sedangkan
di seluruh dunia rata-rata terdapat 1 – 12 % penduduk menderita batu saluran
kemih.23

Patofisiologi

Komposisi batu saluran kemih yang dapat ditemukan adalah dari jenis urat, asam
urat, oksalat, fosfat, sistin, dan xantin. Batu oksalat kalsium kebanyakan
merupakan batu idiopatik. Batu campuran oksalat kalsium dan fosfat biasanya
juga idiopatik; di antaranya berkaitan dengan sindrom alkali atau kelebihan
vitamin D. Batu fosfat dan kalsium (hidroksiapatit) kadang disebabkan
hiperkalsiuria (tanpa hiperkalsemia). Batu fosfat amonium magnesium didapatkan
pada infeksi kronik yang disebabkan bakteria yang menghasilkan urease sehingga
urin menjadi alkali karena pemecahan ureum. Batu asam urin disebabkan
hiperuremia pada artritis urika. Batu urat pada anak terbentuk karena pH urin
rendah.23

42
Gambaran Klinis

Keluhan yang disampaikan oleh pasien, tergantung pada posisi batu, ukuran batu
dan penyulit yang telah terjadi. Keluhan yang paling dirasakan oleh pasien adalah
nyeri pada pinggang, baik berupa nyeri kolik maupun bukan kolik. Nyeri kolik
disebabkan oleh adanya aktivitas peristaltik otot polos sistem kalises. Pasien
mengeluh nyeri yang hebat (kolik). Nyeri ini dapat menjalar hingga ke perut
bagian depan, perut sebelah bawah, daerah inguinal, dan sampai ke kemaluan.
Gerakan pristaltik ureter mencoba mendorong batu ke distal, sehingga
menimbulkan kontraksi yang kuat dan dirasakan sebagai nyeri hebat (kolik).
Pasien juga mengeluh nyeri pada saat kencing atau sering kencing. Ini disebabkan
oleh letak batu yang berada di sebelah distal ureter. Hematuria sering kali
dikeluhkan oleh pasien akibat trauma pada mukosa saluran kemih yang
disebabkan oleh batu Batu yang ukurannya kecil (<5 mm) pada umumnya dapat
keluar spontan sedangkan yang lebih besar seringkali tetap berada di ureter dan
menyebabkan reaksi peradangan (periureteritis) maka akan ditemukan demam.
Pasien juga kemungkinan mengalami gejala-gejala gastrointestinal seperti mual,
muntah dan distensi abdomen.23

Diagnosis

Diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesis, dan pemeriksaan fisik, selain itu
perlu ditunjang dengan pemeriksaan laboratorium, radiologik, dan dengan
pencitraan untuk menentukan kemungkinan adanya gangguan fungsi ginjal.

Pemeriksaan Penunjang yang dapat menegakan diagnosis antara lain.


Laboratorium :

1. Urin26
a. pH urin
b. Batu kalsium, asam urat dan batu sistin terbentuk pada urin dengan pH
yang rendah (pH<7). - Batu struvit terbentuk pada urin dengan pH yang
tinggi (pH> 7)
c. Sedimen

43
d. Sel darah meningkat (90%), pada infeksi sel darah putih akan meningkat. -
Ditemukan adanya kristal, misalnya kristal oksalat - Biakan urin untuk
melihat jenis mikroorganisme penyebab infeksi pada saluran kemih

2. Darah26

a. Hemoglobin, adanya gangguan fungsi ginjal yang kronis dapat


terjadianemia
b. Leukosit, infeksi saluran kemih oleh karena batu menyebabkan lleukositosis
c. Ureum kreatinin, parameter ini digunakan untuk melihat fungsi ginjal -
Kalsium, dan asam urat.

Radiologi:

1. Foto Polos Abdomen

Bertujuan untuk melihat kemungkinan adanya batu radioopak di saluran kemih.


Batu jenis kalsium oksalat dan kalsium fosfat bersifat radioopak dan paling sering
dijumpai, sedangkan batu asam urat bersifat radiolusen.26

2. Pielografi Intra Vena

Bertujuan menilai keadaan anatomi dan fungsi ginjal. Selain itu juga dapat
mendeteksi adanya batu semi opak ataupun batu non opak yang tidak dapat
terlihat oleh foto polos perut. Jika pielografi intra vena (selanjutnya disebut
dengan PIV) belum dapat menjelaskan keadaan sistem saluran kemih akibat
adanya penurunan fungsi ginjal, sebagai gantinya adalah pemeriksaan pielografi
retrograde.26

3. Ultrasonografi

Dikerjakan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan PIV, yaitu pada
keadaan alergi terhadap bahan kontras, faal ginjal yang menurun dan pada wanita
yang sedang hamil. Pemeriksaan ultrasonografi dapat menilai adanya batu di
ginjal atau di buli-buli (yang ditunjukkan sebagai echoic shadow), hidronefrosis,
pionefrosis, atau adanya pengkerutan ginjal.26

44
Penatalaksanaan

Tujuan pengelolaan batu pada ginjal adalah untuk menghilangkan obstruksi,


mengobati infeksi, menghilangkan rasa nyeri, mencegah terjadinya gagal ginjal
dan mengurangi kemungkinan terjadinya rekurensi. Untuk mencapai tujuan
tersebut, langkah-langkah yang dapat diambil adalah sebagai berikut:

a. Diagnosis yang tepat mengenai adanya batu, lokasi dan besarnya batu
b. Menentukan akibat adanya batu seperti rasa nyeri, obstruksi yang disertai
perubahan pada ginjal, infeksi dan adanya gangguan fungsi ginjal
c. Menghilangkan obstruksi, infeksi dan rasa nyeri
d. Analisis batu
e. Mencari latar belakang terjadinya batu
f. Mengusahakan pencegahan terjadinya rekurensi

Tindakan penatalaksanaan yang dapat dilakukan adalah:

1. Medikamentosa

Terapi medikamentosa ditujukan untuk batu yang ukurannya kurang dari 5 mm,
karena diharapkan batu dapat keluar spontan. Terapi yang diberikan lebih bersifat
simtomatis, yaitu bertujuan untuk mengurangi nyeri, memperlancar aliran urine
dengan memberikan diuretikum, dan minum banyak supaya dapat mendorong
batu keluar.24

2. ESWL ( Extracorporeal Shockwave Lithotripsy )

Alat ESWL dapat memecah batu ginjal tanpa melalui tindakan invasif dan tanpa
pembiusan. Batu dipecah menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga mudah
dikeluarkan melalui saluran kemih. Tidak jarang, pecahan-pecahan batu yang
sedang keluar menimbulkan perasaan nyeri kolik dan menyebabkan hematuria.24

3. Endourologi

Tindakan endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk mengeluarkan batu,


tindakan tersebut terdiri atas memecah batu, dan kemudian mengeluarkannya dari

45
saluran kemih melalui alat yang dimasukkan langsung ke dalam saluran kemih.
Alat tersebut dimasukkan melalui uretra atau melalui insisi kecil pada kulit
(perkutan). Proses pemecahan batu dapat dilakukan secara mekanik, dengan
memakai energi hidroulik, energi gelombang suara, atau dengan energi laser.
Beberapa tindakan endourologi untuk mengeluarkan batu pada ginjal adalah:25

a. PNL ( Percutaneous Nephro Litholapaxy )

Yaitu mengeluarkan batu di dalam saluran ginjal dengan cara memasukkan alat
endoskopi ke sistem kalises ginjal melalui insisi pada kulit. Batu kemudian
dikeluarkan atau dipecah terlebih dahulu menjadi fragmen-fragmen kecil.

b. Uretero atau Uretero-renoskopi

Yaitu memasukkan alat ureteroskopi per uretram guna melihat kedaan ureter atau
sistem pielokaliks ginjal. Dengan memakai energi tertentu, batu yang berada di
dalam ureter maupun sistem pelvikalises dapat dipecah melalui tuntunan
ureterorenoskopi.

4. Bedah Terbuka

Di klinik-klinik yang belum mempunyai fasilitas yang memadai untuk tindakan-


tindakan endourologi, laparaskopi maupun ESWL, pengambilan batu masih
dilakukan melalui pembedahan terbuka. Pembedahan itu antara lain adalah
pielolitotomi atau nefrolitotomi untuk mengambil batu pada saluran ginjal. Tidak
jarang pasien harus menjalani tindakan nefrektomi karena ginjalnya sudah tidak
berfungsi dan telah terjadi pionefrosis, korteksnya sudah sangat tipis atau
mengalami pengkerutan akibat batu yang menimbulkan obstruksi dan infeksi yang
menahun.25

46
3. Infeksi Saluran Kemih

Definisi

Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi yang terjadi akibat


terbentuknya koloni kuman di saluran kemih. Beberapa istilah yang sering
digunakan dalam klinis mengenai ISK:27

a. ISK uncomplicated (sederhana), yaitu ISK pada pasien tanpa disertai kelainan
anatomi maupun kelainan struktur saluran kemih.
b. ISK complicated (rumit), yaitu ISK yang terjadi pada pasien yang menderita
kelainan anatomis/ struktur saluran kemih, atau adanya penyakit sistemik.
Kelainan ini akan menyulitkan pemberantasan kuman oleh antibiotika.
c. First infection (infeksi pertama kali) atau isolated infection, yaitu ISK yang
baru pertama kali diderita atau infeksi yang didapat setelah sekurang
kurangnya 6 bulan bebas dari ISK.
d. Infeksi berulang, yaitu timbulnya kembali bakteriuria setelah sebelumnya
dapat dibasmi dengan pemberian antibiotika pada infeksi yang pertama.
Timbulnya infeksi berulang ini dapat berasal dari re-infeksi atau bakteriuria
persisten. Pada re-infeksi kuman berasal dari luar saluran kemih, sedangkan
bakteriuria persisten bakteri penyebab berasal dari dalam saluran kemih itu
sendiri.
e. Asymtomatic significant bacteriuria (ASB), yaitu bakteriuria yang bermakna
tanpa disertai gejala.

Klasifikasi ISK

ISK diklasifikasikan berdasarkan:28

1. Anatomi

ISK bawah, presentasi klinis ISK bawah tergantung dari gender.

47
a. Perempuan

Sistitis, adalah presentasi klinis infeksi saluran kemih disertai bakteriuria


bermakna Sindroma uretra akut (SUA), adalah presentasi klinis sistitis tanpa
ditemukan mikroorganisme (steril).

b. Laki-laki

Presentasi ISK bawah pada laki-laki dapat berupa sistitis, prostatitis, epidimidis,
dan uretritis.

ISK atas

a. Pielonefritis akut (PNA), adalah proses inflamasi parenkim ginjal yang


disebabkan oleh infeksi bakteri.
b. Pielonefritis kronis (PNK), mungkin terjadi akibat lanjut dari infeksi bakteri
berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil. Obstruksi saluran kemih serta
refluk vesikoureter dengan atau tanpa bakteriuria kronik sering diikuti
pembentukan jaringan ikat parenkim ginjal yang ditandai pielonefritis kronik
yang spesifik.

Klinis

a. ISK Sederhana/ tak berkomplikasi, yaitu ISK yang terjadi pada perempuan
yang tidak hamil dan tidak terdapat disfungsi truktural ataupun ginjal.
b. ISK berkomplikasi, yaitu ISK yang berlokasi selain di vesika urinaria, ISK
pada anak-anak, laki-laki, atau ibu hamil.28,29

Etiologi

Penyebab terbanyak adalah bakteri gram-negatif termasuk bakteri yang


biasanya menghuni usus kemudian naik ke sistem saluran kemih. Dari gram
negatif tersebut, ternyata Escherichia coli menduduki tempat teratas kemudian
diikuti oleh : Proteus sp, Klebsiella, Enterobacter, Pseudomonas.

48
Patogenesis

Sejauh ini diketahui bahwa saluran kemih atau urin bebas dari
mikroorganisme atau steril. Infeksi saluran kemih terjadi pada saat
mikroorganisme masuk ke dalam saluran kemih dan berkembangbiak di dalam
media urin. Mikroorganisme memasuki saluran kemih melalui 4 cara, yaitu :29,30

a. Ascending
b. Hematogen
c. Limfogen
d. Langsung dari organ sekitar yang sebelumnya sudah terinfeksi atau
eksogen sebagai akibat dari pemakaian intrumen.

Sebagian besar mikroorganisme memasuki saluran kemis melalui cara


ascending. Kuman penyebab ISK pada umumnya adalah kuman yang berasal
dari flora normal usus dan hidup secara komensal di introitus vagina, prepusium
penis, kulit perineum, dan sekitar anus. Mikroorganisme memasuki saluran
kemih melalui uretra – prostat – vas deferens – testis (pada pria) – buli-buli –
ureter dan sampai ke ginjal.

Gambaran Klinis

Gambaran klinis infeksi saluran kemih sangat bervariasi mulai dari tanpa
gejala hingga menunjukkan gejala yang sangat berat. Gejala yang sering timbul
ialah disuria, polakisuria, dan terdesak kencing yang biasanya terjadi bersamaan,
disertai nyeri suprapubik dan daerah pelvis. Gejala klinis ISK sesuai dengan
bagian saluran kemih yang terinfeksi, yaitu :29,30

a. Pada ISK bagian bawah, keluhan pasien biasanya berupa nyeri supra pubik,
disuria, frekuensi, hematuri, urgensi, dan stranguria.
b. Pada ISK bagian atas, dapat ditemukan gejala demam, kram, nyeri
punggung, muntah, skoliosis, dan penurunan berat badan.

49
Penatalaksanaan

Prinsip umum penatalaksanaan ISK adalah :31,32

1. Eradikasi bakteri penyebab dengan menggunakan antibiotik yang sesuai


2. Mengkoreksi kelainan anatomis yang merupakan faktor predisposisi

Tujuan penatalaksanaan ISK adalah mencegah dan menghilangkan


gejala, mencegah dan mengobati bakteriemia dan bakteriuria, mencegah dan
mengurangi risiko kerusakan ginjal yang mungkin timbul dengan pemberian
obat-obatan yang sensitif, murah, aman dengan efek samping yang minimal.
Oleh karenan itu pola pengobatan ISK harus sesuai dengan bentuk ISK, keadaan
anatomi saluran kemih, serta faktor-faktor penyerta lainnya. Bermacam cara
pengobatan yang dilakukan untuk berbagai bentuk yang berbeda dari ISK, antara
lain:

a. Pengobatan dosis tunggal


b. Pengobatan jangka pendek (10-14 hari)
c. Pengobatan jangka panjang (4-6 minggu)
d. Pengobatan profilaksis dosis rendah
e. Pengobatan supresif.

Komplikasi

Komplikasi yang dapatterjadi pada infeksi saluran kemih antaralain batu


saluran kemih, obstruksi saluran kemih, sepsis, infeksi kuman miltisistem,
gangguan fungsi ginjal.33

7. Tatalaksana dan pencegahan.

Tatalaksana
1. Medikamentosa

Ditujukan untuk batu yang ukurannya < 5 mm, karena batu diharapkan dapat
keluar spontan. Terapi yang diberikan bertujuan mengurangi nyeri, memperlancar

50
aliran urine dengan pemberian diuretikum, dan minum banyak supaya dapat
mendorong batu keluar. Dapat juga diberi pelarut batu seperti batu asam urat
yang dapat dilarutkan dengan pemberian bikarbonas natrikus disertai makanan
alkalis.34

2. ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsi).

Alat ESWL adalah pemecah batu yang diperkenalkan pertama kali oleh Caussy
pada tahun 1980. Alat ini dapat memecah batu ginjal, batu ureter proksimal, atau
batu buli-buli tanpa melalui tindakan invasif atau pembiusan. Batu dipecah
menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga mudah dikeluarkan melalui saluran
kemih.34

3. Endourologi34

a. Ureteroskopi atau uretero-renoskopi : memasukkan alat ureteroskopi per


uretram guna melihat keadaan ureter atau sistem pielokaliks ginjal. Dengan
memakai energi tertentu, batu yang berada di dalam ureter maupun sistem
pelvikalises dapat dipecah melalui tuntunan ureteroskopi atau uretero-
renoskopiini.
b. Ekstraksi Dormia : mengeluarkan batu ureter dengan menjaringnya dengan
keranjang Dormia.

4. Bedah Laparoskopi

Pembedahan laparoskopi untuk mengambil batu saluran kemih saat ini sedang
berkembang. Cara ini banyak dipakai untuk mengambil batu ureter.34

Pencegahan
1. Berbaring telentang. Hingga Anda mendapatkan pertolongan medis,
berbaringlah dalam posisi telentang, dan ganjal testis sedemikian sehingga
terasa nyaman untuk membantu meredakan tekanan fisik dan nyerinya. Anda
juga boleh mengenakan penyangga skrotum seperti jock strap. Penggunaan
alat ini dapat membantu meredakan nyeri testis dengan melindungi area

51
tersebut dari gesekan dengan kaki, nyeri akibat gerakan skrotum, dan kontak
eksternal yang dapat memicu iritasi35
2. Berikan kompres dingin. Jika nyeri dan pembengkakan terjadi secara
mendadak, berikan kompres dingin dengan menempelkan kantung es atau
kantung sayuran beku pada testis untuk membantu meredakannya. Pemberian
kompres dingin adalah langkah yang penting karena jika pembengkakan
tersebut serius, perawatan ini dapat memperpanjang waktu testis bertahan
tanpa suplai darah.35
3. Beristirahatlah dan hindari aktivitas berat. Berikan waktu bagi testis
memulihkan diri secara alami dengan menghindari aktivitas yang dapat
memperparah nyeri dan bengkaknya. Hindarilah mengangkat benda berat,
berlari, serta olahraga berat lainnya.Jika Anda tidak bisa beristirahat total,
mengenakan celana dalam penyangga dan/atau pengikat juga mungkin
membantu.35

8. Perspektif Islam

‫َّللاِ صلى هللا عليه وسلم يقول ما َملَ بن آ َد َم ِوعَا ًء شَرا‬ ‫سو َل ه‬ُ ‫ا ْل ِم ْقدَا َم بن معدي كرب الكندي قال سمعت َر‬
‫س ِه رواه أحمد‬ ِ َ‫ث ِلنَف‬ ُ
ٌ ُ‫ب َوثل‬ ُ َ ُ َ َ ُ َ‫ب بن آ َد َم أ ُ ُكالَتٌ يُ ِق ْمن‬
ُ ُ‫ص ْلبَهُ فان كان الَ َمحَالَة فثل‬
ُ ُ‫ث طعَ ٍام َوثل‬
ٍ ‫ث ش ََرا‬ ْ ‫من بَ ْط ٍن َح‬
ُ ‫س‬
‫والترمذي وصححه األلباني‬

“Sahabat Al Miqdan bin Ma’dykareb Al Kindi mengisahkan: Aku pernah


mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Tidaklah seorang
anak Adam memenuhi suatu kantung yang lebih buruk dibanding perutnya. Bila
tidak ada pilihan, maka cukuplah baginya sepertiga dari perutnya untuk
makanan, sepertiga lainnya untuk minuman dan sepertiga lainnya untuk
nafasnya.” Riwayat Ahmad, At Tirmizy, An Nasai dan oleh Al Albani dinyatakan
sebagai hadits shahih.

Ibnul Qayyim berkata : “Ketahuilah bahwa makan itu ada tiga tingkatan:
1. Kebutuhan.
2. Kecukupan.
3. Kelebihan.

Pada hadits di atas, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan bahwa


hendaknya anda mencukupkan diri dengan beberapa suap makanan yang dapat

52
menegakkan tulang punggung anda. Dengan demikian anda tidak menjadi loyo
dan tidak pula lemas. Bila anda masih merasa perlu untuk makan lebih banyak,
maka hendaknya anda makan sepertiga dari daya tampung perut anda. Dengan
demikian anda menyisakan sepertiga dari ruang perut anda untuk air minum dan
sepertiga lainnya untuk nafas anda. Pembagian ini sangat berguna bagi
kesehatan badan dan jiwa anda. Karena bila perut anda dipenuhi oleh makanan,
maka tidak tersisa lagi ruang untuk minuman. Sehingga bila anda minum, maka
pernapasan andapun menjadi sesak. Bila demikian adanya, anda menjadi mudah
lelah dan sesak napas, bagaikan orang yang memikul beban terlalu berat.
Ditambah lagi perut kenyang memiliki pengaruh buruk terhadap kepribadaian
dan jiwa anda. Anda menjadi malas beribadah, dan dorongan birahi anda
menguat. Pendek kata, perut yang senantiasa penuh itu berakibat buruk bagi
kesehatan raga dan jiwa.”

Al Munawi juga menjelaskan hadits ini dengan berkata : “Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam menganggap perut orang yang makan hingga penuh sebagai kantong
yang paling buruk, karena ia telah menggunakan perutnya tidak pada tempatnya.
Perut manusia diciptakan untuk menegakkan tulang punggung karena
mendapatkan asupan gizi yang cukup dari makanan yang ia makan. Sedangkan
bila ia memenuhi perutnya, maka hal ini berdampak merusak agama dan
dunianya. Penjelasannya sebagai berikut: Tidaklah seseorang biasa memenuhi
perutnya, kecuali bila ia telah dikuasai oleh sifat keserakahan dan ambisi dunia.
Dan kedua perangai ini berakibat buruk bagi pelakunya. Rasa kenyang yang
berkepanjangan, menjerumuskan palakunya ke dalam kesesatan dan
menjadikannya merasa malas. Akibatnya ia selalu malas untuk beribadah, dan
tubuhnya dipenuhi oleh timbunan zat-zat yang tidak ia butuhkan. Bila telah
demikian, ia menjadi mudah marah, dikuasai syahwat birahi, dan ambisinya
menjadi meluap, sehingga iapun terobsesi untuk menumpuk harta benda yang
tidak ia perlukan.”

Saudaraku! Diantara ketentuan syari’at Islam dalam urusan makan dan minum
adalah hendaknya anda tidak berlebih-lebihan dalam keduanya. Segala yang anda
suka, anda makan atau minum, segala yang bisa anda beli maka anda konsumsi,
dan segala yang ditawarkan oleh pedagang, maka anda incipi. Sudah barang tentu
sikap seperti ini adalah cerminan nyata dari ambisi makan dan minum yang
berlebihan atau disebut dengan isrof.

53
DAFTAR PUSTAKA

1. Urban & fisher. sobotta;atlas anatomi manusia. ELSEVIER, edisi 1., halaman
167-171.
2. Putz, R., & Pabst, R. (2006). Sobotta-Atlas of Human Anatomy: Head, Neck,
Upper Limb, Thorax, Abdomen, Pelvis, Lower Limb; Two-volume set.
3. I Nyoman Gede Wardana. 2017. Urolithiasis. Denpasar : Bagian Anatomi FK
Universitas Udayana. Hal 2-5.
4. Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Penterjemah:
Irawati, Ramadani D, Indriyani F. Jakarta: EGC; 2006
5. Sherwood, Lauralee. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem.Edisi 6. Jakarta:
EGC; 2012
6. Putz R, Pabst R. 2007. Atlas Anatomi Manusia Sobotta Jilid 2 Edisi 22.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
7. S. Snell, Richard, editor; Alih Bahasa, dr. Liliana Sugiharto, M.S. PAK.
Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokeran. Edisi 6. Jakarta: EGC; 2006)
8. John T. Boyle, MD. ABDOMINAL PAIN. Clinical Presentation of Disease.
CHAPTER 14. Hal 225.
9. Price,Sylvia A dan Lorraine M.Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit.Edisi Ke 6. Jakarta : EGC.
10. Guyton dan Hall. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke 11. Jakarta
: EGC
11. Buku Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 4, Volume VI. Interna Publishing.
12. Penuntun CSL Fakultas Kesokteran UMI. Tahun 2019. Hal: 4-9
13. Purnomo, Basuki B. 2007, Dasar-Dasar Urologi. Edisi 2. Jakarta: Sagung
Seto. Halaman 26-41.
14. Wim de Jong. Bab 3 : Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta: EGC. 2005
15. Schwartz, Principles of Surgery, Mc Graw Hill, 1999
16. Norton JA, Barie PS, Bollinger RR, Chang AE, Lowry SF, Mulvihill SJ, et
al. Surgery Basic Science and Clinical Evidence 2nd edition. Springer: 2008.
p. 2185-6.

54
17. Sabiston, David C, dr. Buku Ajar Bedah. Jakarta : EGC. 1995
18. Staf pengajar ilmu bedah UI. Kumpulan kuliah ilmu bedah. Jakarta : Bina
Rupa Aksara.2010.
19. Pearle, S, Margaret. Urolithiasis Medical and Surgical Management. USA :
Informa healthcare, 2009. 1-6
20. Purnomo, B, Basuki. Dasar-dasar Urologi. Ed-2. Jakarta : CV.Sagung Seto,
2009. 57-68
21. Shires, Schwartz. Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah. Ed-6. Jakarta : EGC,
2000. 588-589.
22. Purnomo, B, Basuki. Dasar-dasar Urologi. Ed-2. Jakarta : CV.Sagung Seto,
2009. 57-68.
23. Samsuhidajat R, De Jong W. 2004. Buku ajar Ilmu bedah Edisi 2. Penerbit
EGC: Jakarta. Hal. 756-764.
24. Purnomo B. Batu saluran Kemih. Dalam: Dasar-Dasar urologi. Edisi kedua.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. 2007
25. Tanagho EA, McAninch JW. 2004. Smith’s General Urology. Edisi ke-16.
New York: Lange Medical Book. Hal 256-2
26. Sabiston C. D. Jr, MD. 1997. Batu Ginjal dan Ureter. Buku Ajar Bedah 2.
Penerbit EGC: Jakarta. Hal 472 – 48
27. Tessy A, Ardaya, Suwanto. Infeksi Saluran Kemih. Dalam : Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid II. Edisi 3. Jakarta, Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia;2001
28. Sukandar E. Infeksi Saluran Kemih Pasien Dewasa. Dalam : Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid I. Edisi IV. Jakarta : Pusat Penerbit IPD FK UI;2006.
29. Gardjito W, Puruhito, Iwan A et all. Saluran Kemih dan Alat Kelamin Lelaki.
Dalam : Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta : Penerbit EGC;2005.
30. Rani HAA, Soegondo S, Nasir AU et al. Standar Pelayanan Medik Ilmu
Penyakit Dalam. Edisi 2004. Jakarta : Pusat Penerbitan IPD FKUI;2004.
31. Rani HAA, Soegondo S, Nasir AU et al. Panduan Pelayanan Medik -
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. Edisi 2004.
Jakarta: Pusat Penerbitan IPD FKUI;2006.

55
32. Purnomo BB. Dasar-Dasar Urologi. Edisi 2. Jakarta : Sagung Seto;2003.
33. Liza. Buku Saku Ilmu Penyakit Dalam. Edisi I. Jakarta : FKUI;2006.
34. Purnomo, Basuki P. Dasar-dasar Urologi. Jakarta : Sagung Seto. 2003. 8,145-
148.
35. Epididymitis and Epididymo-orchitis. Patrick J. Shenot, MD, Associate
Professor and Deputy Chair, Department of Urology, Sidney Kimmel
Medical College at Thomas Jefferson University.

56

Anda mungkin juga menyukai