Anda di halaman 1dari 45

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESI Makassar, 30 Desember 2020

LAPORAN PBL MODUL III


SAKIT PERUT MENDADAK
BLOK URONEFROLOGI

TUTOR : dr. Asrini Safitri, Sp.GK


KELOMPOK 5A
DINA ASTARIFA 110 2018 0004
MUHAMMAD AL MUTAALI BASRI 110 2018 0152
NURUL FHADILA 110 2018 0165
SITI ZULFA ANGRAINI 110 2018 0191
ANDI DWYNDHA PRATIWI 110 2018 0199
SAFIRA NURFABIRRA DWIYANTI 110 2018 0207
MASYITA DAMAYANTI MACHMUD 110 2018 0121
NURUL INDAH PRATIWI 110 2018 0132
RODIYAH MULYADI 110 2018 0145
MUHAMMAD SALMAN NAGUIB 110 2018 0160

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2020
A. SKENARIO
Seorang perempuan berusia 39 tahun datang ke poliklinik umum dengan keluhan
nyeri pada perut kanan bawah sejak 2 hari yang lalu. Nyeri dirasakan menjalar
sampai ke labium. Nyeri bersifat hilang timbul, ada mual maupun muntah.
B. KATA SULIT
Labium
Labium (bibir / lipatan kulit)
Labium terbagi atas 2 yaitu:

Labia majora

Kata "labia majora" diartikan sebagai bibir yang lebih besar. Labia majora adalah
sepasang lipatan kulit kulit yang menonjol yang akan membentuk batas
memanjang lateral celah vulva.

Labia Minora 

"Labia minora" didefinisikan sebagai bibir yang lebih kecil. Labia minor adalah
sepasang lipatan kulit kecil yang dimulai dari klitoris dan meluas ke bawah. 

Referensi:

 Nguyen J, Duong H. 2020. Anatomy Abdomen And Pelvis, Female


External Genitalia. NCBI.

C. KATA/KALIMAT KUNCI
1. Perempuan 39 tahun
2. Nyeri perut kanan bawah sejak 2 hari yang lalu
3. Nyeri menjalar sampai ke labium
4. Nyeri bersifat hilang timbul
5. Mual dan muntah
D. PERTANYAAN
1. Jelaskan anatomi, fisiologi mengenai sistem uronefrologi dan anatomi
secara khusus region abdomen !
2. Apa saja penyakit-penyakit yang menyebabkan nyeri perut kanan bawah ?
3. Jelaskan jenis-jenis nyeri perut !
4. Jelaskan patomekanisme gejala yang terdapat pada skenario (nyeri perut
kanan bawah, nyeri menjalar ke labium, mual dan muntah) !
5. Jelaskan langkah-langkah diagnosis berdasarkan skenario !
6. Apa saja diagnosa banding pada scenario ?
7. Bagaimana tatalaksana awal yang dapat diberikan sesuai dengan scenario?
8. Bagaimana preventif dan promotif yang dapat diberikan pada pasien
berdasarkan skenario ?
9. Jelaskan persepektif islam berdasarkan skenario !
E. JAWABAN
1. Jelaskan anatomi, fisiologi mengenai sistem uronefrologi dan anatomi
secara khusus region abdomen !
ANATOMI GINJAL
Ternasuk sistema excretorius yang memproduksi urin, dan mangalirkan keluar
tubuh. Urin merupakan hasil filtrasi darah yang berlangsung terus menerus.
Terdiri dari :
a. Ren
Ada dua buah, bentuk seperti kacang merah dengan ukuran 11 cm, lebar
6 cm dan tebal 3 cm. Lokalisasi di dalam cavum abdominis, berada di
sebelah kiri dan kanan columna vertebralis. Ujung cranial disebut polus
superior (=polus cranialis) dan ujung caudal disebut polus inferior (=polus
caudalis), membentuk fasies anterior dan facies posterior. Kedua
permukaan membentuk margo lateralis dan margo medialis Pada margo
medialis terdapat hilum renale, yang merupakan tempat keluar masuk
arteri renalis vena, renalis, ureter dan serabut-serabut saraf. Pada polus
superior tedapat glandula suprarenalis
b. Ureter
Ureter adalah saluran yang dibentuk oleh jaringan otot polos dengan
ukuran 25-30 cm, menghubungkan ren dengan vesica urinaria. Sebagian
berada di dalam cavum abdominis disebut pars abdominalis, dan sebagian
lagi berada di dalam cavum pelvicum disebut pars pelvina. Pangkal ureter
merupakan kelanjutan dari pelvis renis, lepas dari ren melalui hilus renale,
berada di sebelah dorsal vasa renalis.
Kedua ureter bermuara ke dalam vesica urinaria dengan jarak 5 cm satu
sama lain. Berjalan obliq sepanjang 2 cm di dalam dinding vesica urinaria
sebelum bermuara ke dalam vesica uinaria, disebut ostum ureteris terdapat
3 tempat penyempitan ureter, yaitu pada peralihan pelvis renis menjadi
ureter, (2) kompilasi menyilang ailliaca communis, (3) bercampur dalam
vesica urinana.

c. Vesica urinaria
Sebuah kantong yang digunakan oleh jaringan ikat dan otot polos,
berfungsi sebagai tempat penyimpanan urin. Volume 2000 3000 cc.
Morfologi sangat bervariasi, ditentukan oleh waktu, jenis kelamin darn
volume.
d. Urethra
Suatu saluran fibromuscular, dilalui oleh urin dari vesica urinaria.
Saluran ini menutup pada saat kosong. Pada pria juga dilalui oleh air mani
(spermatozoa) Ada beberapoa antara urethra feminina dan urethra
masculina. Urethra pada wanita disebut Urethra Feminina sedangkan pada
laki-laki disebut urethra Masculina.
Gambar organ-organ system urinaria

Gambar 1.
Anatomi Ginjal

Ginjal terletak di belakang perut bagian atas, di belakang peritonium


(retroperitoneal), di depan dua tulang rusuk terakhir dan tiga otot besar
(transversus abdominis, quadratus lumborum dan psoas mayor) di bawah hati dan
limpa. Di bagian atas (superior) ginjal adalah kelenjar adrenal (juga disebut
kelenjar suprarenal). Kedua ginjal terletak di sekitar vertebra T12 hingga L3.
Ginjal pada orang dewasa berukuran panjang 11-12 cm, lebar 5-7 cm, tebal 2,3-3
cm, seukuran kepalan tangan manusia dewasa. Berat kedua ginjal kurang dari 1%
dari berat seluruh tubuh atau kurang lebih antara 120-150 gram. Bentuk ginjalnya
seperti kacang, dengan lekukan menghadap ke dalam. Ginjal kiri dan kanan ada 2
buah, ginjal kiri lebih besar dari ginjal kanan dan secara umum ginjal laki-laki
lebih panjang dari ginjal perempuan. Ginjal kanan biasanya sedikit lebih rendah
dari ginjal kiri untuk menempatkan lobus hati yang besar yang cekatan. Ginjal
ditahan dalam posisi ini oleh bantalan lemak yang tebal. Kedua ginjal ditutupi
oleh dua lapisan lemak (lemak perirenal dan lemak pararenal) yang membantu
mengurangi guncangan. Setiap ginjal ditutupi oleh selaput tipis yang disebut
kapsul fibrosa, terdapat korteks ginjal di luar yang berwarna coklat tua, dan
medula ginjal bagian dalam berwarna coklat lebih muda daripada korteks. Medula
berbentuk kerucut disebut piramida ginjal, puncak kerucut menghadap ke kaliks
yang terdiri dari lubang-lubang kecil yang disebut papilla ginjal. Hilum
merupakan tepi ginjal medial berbentuk cekung sebagai pintu masuk pembuluh
darah, pembuluh getah bening, ureter dan saraf. Pelvis ginjal berbentuk corong
yang menerima urin yang diproduksi oleh ginjal. Dibagi menjadi dua atau tiga
kaliks renalis mayor yang masing-masing akan bercabang menjadi dua atau tiga
kalix ginjal minor. Medula dibagi menjadi beberapa bagian segitiga yang disebut
piramida. Piramida dikelilingi oleh bagian kortikal dan terdiri dari segmen tubular
dan saluran pengumpul nefron. Papila atau apeks dari masing-masing piramida
membentuk duktus papiler bellini yang terbentuk dari kesatuan bagian terminal
dari banyak duktus pengumpul.

Gambar 1.1 Anatomi makroskopik ginjal


Vaskularisasi
Arteri renalis dipercabangkan oleh aorta abdominalis, Arteri renalis dexter
berjalan disebelah dorsal vena cava inferior .Arteri vesicalis superior dan arteri
vesicalis inferior dipercabangkan oleh arteri iliaca interna. Memberi vascularisasi
pada vesika urinaria, ureter dan urethra pars prostatica. Vena renalis bermuara
pada vena cava inferior.
FISIOLOGI GINJAL
Sistem kamih terdiri dari organ-pembantuk urin-ginjal-dan struktur struktur
yang membawa urine keluar dari ginjal untuk di eliminasi dari tubuh. Ginjal
adalah Sepasang organ berbentuk kacang dengan Panjang empat sampai lima inci
yang terletak di belakang rongga abdomen (di antara rongga perut dan otot
punggung), satu di masing masing Sisi kolumnar vertebra list, sedikit di atas garis
punggung. Ginjal bekerja pada plasma yang mengalir melaluinya untuk
menghasilkan urin, memelihara zat zat untuk dipertahankan dalam tubuh dan
mengeliminasi zat zat yang tidak diinginkan dalam urin.
Setelah terbentuk, urien mengalirkan ke suatu rongga pengumpulan sentral,
pelvis renalis, yang terletak di inti dalam bagian media masing masing ginjal. Dari
sana urin disalurkan ke dalam ureter, suatu saluran yang keluar dibatas medial
dekat arteri dan vena renalis. Terdapat dua ureter setiap ureter mengangkut urin
dari masing masing ginjal ke satu kandung kemih.
Kandung kemih, yang menampung Orien untuk sementara waktu, adalah suatu
kantong baru nggak berdinding otot polos yang dapat teregang. Secara periodic,
urin dikosongkan dari kandung kemih dan keluar melalui saluran lain, yaitu
ureter, akibat kontraksi kandung kemih.
Tiga proses dasar terlibat dalam pembentukan urin:
a. Filtrasi Glomerulus
Merupakan Langkah pertama dalam pembentukan Orien. Sewaktu
darah mengalir melewati glomerulus, plasma bebas Protein terfiltrasi
melalui kapiler Glomerulus ke dalam kapsula bowman.
b. Reabsorbsi Tubulus
Sewaktu Filtrasi mengalir melewati Tubulus, bahan bahan yang
bermanfaat bagi tubuh dikembalikan ke plasma Peritubulus. Bahan
bahan dibawa kapiler peritubulus ke system Vena kemudian ke jantung
untuk diedarkan Kembali.
c. Sekresi Tubulus
Perpindahan selektif dari darah kapiler peritubulus ke dalam lumen
Tubulus. Proses ini adalah rute kedua bagi masuknya bahan bahan dari
daerah ke dalam tubulus ginjal, Dengan rute pertama adalah melalui
Filtrasi glomerulus. Hanya sekitar 20% plasma yang mengalir melalui
kapiler glomerulus di Filtrasi ke dalam kapusla bowman, 80% sisanya
mengalir melalui arteriol eferen ke dalam kapiler peritubuls. Sekresi
tubulus merupakan sebuah mekanisme untuk membuang dengan lebih
cepat zat-zat terpilih dari plasma melalui pengeluaran sejumlah zat
khusus ekstra dari 80% plasma tak terfiltrasi di kapiler peritubulus dan
menambahkannya ke sejumlah zat yang sudah ada di Tubulus sebagai
hasil filtrasi.
d. Ekskresi Urin
Pembuangan zat zat dari tubuh dalam urin. Semua konstitusi plasma
yang di Filtrasi atau disekresi, tetapi tidak di reabsorbsi akan tetap
berada di Tubulus dan mengalir ke Pelvis ginjal untuk diekskresikan
sebagai Urin dan dibuang dari tubuh

Regio Abdomen
Regio dan kuadran pada abdomen
- Dalam bentuk kuadran
Penentuannya dengan menarik garis horizontal dan vertikal melalui
umbilikus.
- Dalam bentuk regio
Penentuannya dengan menarik 2 garis sejajar dengan garis median dan
transversal yang menghubungkan 2 titik paling bawah dari arcus costa dan 1
lagi yang menghubungkan ke-2 Spina Illiaca Anterior Superior.
a. Regio hipokondrium dextra : lobus hepatis dexter, kantung empedu, ½
atas ginjal, kelenjar suprarenal dextra
b. Regio epigastrium : aorta, caput pancreas, sebagian hepar, ujung pilorik
lambung.
c. Regio hipokondrium sinistra : lien, lambung, kelenjar suprarenal sinistra,
½ atas ginjal sinistra, cauda pancreatic, flexura splenik pada colon
d. Regio lumbalis dextra : colon ascendens, ren dextra
e. Regio umbilicalis : jejunum, ileum, colon transversus, omentum
f. Regio lumbalis sinistra : ren sinistra, colon descendens
g. Regio inguinal dextra : caecum, appendix, ovarium dextra, tuba fallopi
dextra
h. Regio suprapubis : vesica urinaria, uterus
i. Regio inguinal sinistra : colon sigmoid, ovarium sinistra

Gambar 1. Letak Ren, Ureter, dan Vesica Urinaria

Referensi
- Bagian Anatomi.2016. Anatomi umum dan Colli Facialis.Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin
- PaulsenF.& J. Waschke. Sobotta Atlas Anatomi Manusia: Anatomi Umum
dan Muskuloskeletal. Penerjemah : Brahm U. Penerbit. Jakarta : EGC
- Basuki B. Purnomo. Dasar-dasar Urologi. Edisi 3. Bab 5, hal 99
- Guyton, Hall JE. 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12. Jakarta
: EGC
- Sherwood, Lauralee.2014.Fisiologi Manusia dari sel ke system. Edisi
9.Penerbit Buku Kedokteran EGC

2. Apa saja penyakit-penyakit yang menyebabkan nyeri perut kanan


bawah?
Penyakit yang menyebabkan nyeri perut sebelah kanan :
1. Appendisitis
Adalah salah satu kasus kegawatdaruratan pada bagian abdomen
dengan keluhan utama nyeri perut kanan bawah yang menetap dan
semakin bertambah nyeri. Keluhan awal penyakit ini hampir
menyerupai gastritis yaitu nyeri ulu hati kemudian berpindah dan
menetap di perut kanan bawah.
2. Infeksi Saluran Kemih
Infeksi ini dimulai dari infeksi pada saluran kemih (ISK) yang
kemudian menjalar ke organ-organ genitalia bahkan sampai ke
ginjal. ISK itu sendiri adalah merupakan reaksi inflamasi sel-sel
urotelium melapisi saluran kemih. Gejalanya dapat berupa demam
tinggi dengan disertai menggigil, nyeri di daerah perut dan
pinggang, disertai mual dan muntah.
3. Batu Saluran Kemih
Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubunganngya
dengan gangguan aliran urine, gangguan metabolik, infeksi saluran
kemih, dehidrasi, dan keadaan-keadaan lain yang masih belum
terungkap (idiopatik). Batu Saluran Kemih dibedakan berdasarkan
lokasi, antara lain : nefrolithiasis (batu pada ginjal), ureterolithiasis
(batu pada ureter), vesicolithiasis (batu pada vesica urinaria) dan
uretrolithiasis (batu pada uretra). Gejalanya berbeda bergantung
pada lokasi batu. Gejalanya dapat berupa nyeri pada saat kencing
atau sering kencing, hematuria, kencing berpasir, dan nyeri pada
lokassi batu tersebut berada.
4. Ileus obstruktif
Ileus adalah gangguan pasase isi usus yang merupakan tanda
adanya obstruksi usus akut yang segera memerlukan pertolongan.
Ileus obstruktif adalah kerusakan atau hilangnya pasase isi usus
yang disebabkan oleh sumbatan mekanik sehingga isi lumen
saluran cerna tidak dapat tidak dapat disalurkan ke distal atau anus.
Gejala utamanya adalah nyeri kolik abdomen, mual, muntah dan
distensi abdomen.
5. Penyakit radang panggul
Penyakit radang panggul adalah infeksi pada traktus genitalis
wanita bagian atas, yaitu endometrium, tuba fallopi, ovarium, dan
peritoneum pelvis. Gejala utamanya yaitu nyeri pada perut bagian
bawah dan disertai rasa lelah

Referensi :
- Sander, Moch. Aleq. 2011. Appendisitis Akut. Malang :
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang
- Purnomo, Basuki B. 2003. Dasar-dasar Urologi. Edisi Kedua.
Malang : Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya
- Sjamsuhidajat, De Jong W. 2003. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi
2. Jakarta : EGC
- Aboet, Aswar. 2012. Penyakit Radang Panggul. Jakarta :
EGC).

3. Jelaskan jenis-jenis nyeri perut !


a. Tipe nyeri pada organ urogenitalia
Nyeri yang disebabkan oleh kelainan yang terdapat pada organ urogenitalia
dapat dirasakan sebagai nyeri local ataupun reffered pain.
 Nyeri lokal = local pain adalah nyeri yang dirasakan pada organ
atau daerah sekitar organ itu sendiri misalnya pada nyeri ginjal,
terasa pada region costovertebralis, mulai pada VT 10-12 sampai
VL1, sudut costovertebralis, ke pinggang dan ke depan dibawah
costa XII, nyeri pada testis juga terasa sakitnya pada testis yang
bersangkutan dan nyeri pada skrotum.
 Nyeri viseral
Nyeri viseral terjadi bila terdapat rangsangan pada organ atau
struktur dalam rongga perut, misalnya karena cedera atau radang.
Peritoneum viserale yang menyelimuti organ perut dipersarafi oleh
sistem saraf otonom dan tidak peka terhadap perabaan, atau
pemotongan. Dengan demikian sayatan atau penjahitan pada usus
dapat dilakukan tanpa terasa oleh pasien. Akan tetapi bila dilakukan
tarikan, regangan, atau terjadi kontraksi yang berlebihan pada otot
yang menyebabkan iskemia, seperti pada kolik atau radang akan
timbul nyeri. Pasien yang mengalami nyeri viseral biasanya tidak
dapat menunjukkan secara tepat letak nyeri sehingga biasanya ia
menggunakan seluruh telapak tangannya untuk menunjuk daerah
yang nyeri.
 Nyeri somatik
Nyeri somatik terjadi karena rangsangan pada bagian yang
dipersarafi saraf tepi, misalnya rangsangan pada peritoneum
parietalis, dan luka pada dinding perut. Nyeri dirasakan seperti
ditusuk atau disayat, dan pasien dapat menunjuk letak nyeri dengan
jarinya secara tepat. Rangsangan yang menimbulkan nyeri ini dapat
berupa rabaan, tekanan, rangsangan kimiawi atau proses radang.
 Nyeri yang menjalar = reffered pain adalah rasa nyeri yang menjalar
dan terasa pada daerah atau organ yang lebih jauh dari organ yang
sebenarnya sakit. Misalnya : nyeri ureter akibat batu pada ureter
proksimal akan terasa sakit yang hebat pada testis dipihak yang
sama disamping nyeri pada pinggang itu sendiri. Hal ini terjadi
karena testis dan ureter proksimal dari ginjal mempunyai pusat
persarafan pada segmen yang sama di medulla spinalis, hingga sakit
pada ureter proksimal dan ginjal akan terasa pula seperti pada testis.
b. Sifat nyeri
Sifat nyeri ada dua macam, yaitu:
 Nyeri yang menetap dan terasa terus menerus, misalnya pada
infeksi, nyeri akan terasa terus sampai keadaan ini teratasi /
tertanggulang.
 Nyeri alih
Nyeri alih terjadi jika suatu segmen persarafan melayani lebih dari
satu daerah. Misalnya diafragma yang berasal dari regio leher C3-
C5 pindah kebawah pada masa embrional sehingga rangsangan
pada diafragma oleh perdarahan atau peradangan akan dirasakan
dibahu. Demikian juga pada kolestitis akut, nyeri dirasakan
didaerah ujung belikat. Abses dibawah diafragma atau rangsangan
karena radang atau trauma pada permukaan atas limpa atau hati juga
dapat menyebabkan nyeri dibahu. Kolik ureter atau kolik pielium
ginjal, biasanya dirasakan sampai ke alat kelamin luar seperti
labium mayor atau testis. Kadang nyeri ini susah dibedakan dari
nyeri alih.
 Nyeri proyeksi
Nyeri proyeksi adalah nyeri yang disebabkan oleh rangsangan saraf
sensoris akibat cedera atau peradangan saraf. Contoh yang tekenal
ialah nyeri fantom setelah amputasi, atau nyeri perife setempat pada
herpes zoster. Radang saraf ini pada herpes zoster dapat
menyebabkan nyeri hebat di dinding perut sebelum gejala atau
tanda herpes menjadi jelas dan rasa nyeri ini dapat menetap bahkan
setelah penyakit sudah sembuh.
 Nyeri kontinu
Myeri akibat rangsangan pada peritoneum parietale akan dirasakan
terus-menerus karena proses berlangsung terus, misalnya pada
reaksi radang. Pada saat pemeriksaan penderita peritoneum,
ditemukan nyeri tekan setempat. Otot dinding perut menunjukkan
defans muskuler, kontraksi dinding perut yang terjadi secara refleks
untuk melindungi bagian yang meradang dari tekanan setempat.
 Nyeri iskemik
Nyeri iskemik adalah nyeri yang sangat hebat, menetap dan tidak
menyurut. Nyeri ini merupakan tanda adanya jaringan yang
terancam nekrosis. Lebih lanjut akan tampak tanda introksikasi
umum, seperti takikardi, merosotnya keadaan umum, dan syok
karena resorbsi toksin dari jaringan nekrosis.
 Nyeri pindah
Nyeri dapat berubah sesuai dengan perkembangan patologi. Pada
tahap awal apendisitis, sebelum, radang mencapai permukaan
peritoneum, nyeri viseral dirasakan disekitar pusat disetai rasa mual
karena apendiks termasuk usus tengah. Setelah radang terjadi
diseluruh dinidng termasuk peritoneum viseral, terjadi nyeri akibat
rangsangan peritoneum yang merupakan nyeri somatik. Pada saat
ini, nyeri dirasakan tepat pada letak peritoneum yang meradang,
yaitu diperut kanan bawah. Jika apendiks kemudian mengalami
nekrosis dan gangrene, nyeri berubah lagi menjadi nyeri iskmeik
yang hebat, menetap dan tidak menyurut, kemudia penderita dapat
jatuh dalam keadaan toksis.
 Nyeri kolik
Suatu sensasi nyeri yang hebat yang bersifat serangan, datang-
datang dan berulang, kemudian hilang dengan atau tanpa obat.
Bebrapa saat kemudian akan datang kembali bila belum diobati.
Kolik ini biasa terjadi pada organ berupa saluran seperti ureter, usus
dan duktus choledochus, yang mengalami sumbatan atau obstruksi,
sementara organ tersebut dengan mekanisme peristaltic akan
berusaha mendorong benda yang menyumbat itu ke distal.
Hiperperistaltik dari otot-otot proksimal sumbatan tersebut begitu
kuat sampai terjadi spasme yang hebat dan inilah yang
menyebabkan rasa nyeri yang hebat tersebut. Setelah kontraksi otot
tersebut mencapai puncak maksimalnya akhirnya akan relaksasi
kembali dan nyeri akan hilang. Kalau benda yang menyumbat
tersebut belum turun/hilang misalnya batu pada ureter, kontraksi
sampai spasme tersebut akan berulang kembali. Begitu nyerinya
kolik ini, penderita tersebut tidak bisa istirahat, jalan, duduk tetap
sakit dan kadang-kadang terguling-guling, keringatan, mual sampai
muntah.

Referensi:
- Ahmad, Palinrungi. Ilmu Bedah Urologi Gambaran Klinik Penyakit-
penyakit dan Kelainan Traktus Urogenitalia. Makassar : Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin. 2012. Hal: 26-30
- Sjamsuhidat, R, dkk. 2011. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi ke 3. Jakarta.
EGC

4. Jelaskan patomekanisme gejala yang terdapat pada skenario!

Nyeri perut
Nyeri yang disebabkan oleh kelainan yang terdapat pada organ
urogenitalia dapat dirasakan sebagai nyeri lokal, yaitu nyeri yang dirasakan di
sekitar organ itu sendiri atau berupa referred pain, yaitu nyeri yang dirasakan
jauh dari tempat organ yang sakit. Sebagai contoh, nyeri lokal pada kelainan
ginjal dapat dirasakan di daerah sudut kostovertebra; dan nyeriakibat kolik
ureter dapat dirasakan hingga ke daerah inguinal, testis, dan bahkan sampai ke
tungkai bawah.Inflamasi akut pada organ padat traktus urogenitalia seringkali
dirasakan sangat nyeri; hal ini disebabkan karena regangan kapsul yang
membungkus organ tersebut.
Berdasarkan skenario, keluhan yang dirasakan nyeri pada perut kanan
bawah. Nyeri ini mungkin merupakan nyeri kolik. Nyeri kolik terjadi karena
aktivitas peristaltik otot polos sistem kalises ataupun ureter meningkat dalam
usaha untuk mnengeluar-kan batu dari saluran kemih. Peningkatan peristaltik
itu menyebabkan tekanan intraluminalnya meningkat sehingga terjadi
peregangan dari terminal saraf yangmemberikan sensasi nyeri. Sedangkan,
nyeri non kolik sendiri terjadi akibat peregangan kapsul ginjal karena terjadi
hidronefrosis atau infeksi pada ginjal.
Nyeri kolik ureter dan ginjal merupakan nyeri yang terjadi akibat spasmus
otot polos ureter atau sistem kalises ginjal. Hal ini disebabkan gerakan
peristaltiknya terhambat oleh batu, bekuan darah, atau oleh benda asing lain.
Nyeri ini dirasakan sangat sakit, hilang-timbulsesuai dengan gerakan peristaltik
otot polos. Pertama-tama dirasakan di daerah sudut kosto- vertebra kemudian
menjalar ke dinding depan abdomen, ke regio inguinal, hingga ke daerah
labium. Tidak jarang nyeri kolik diikuti dengan keluhan pada organ pencernaan
seperti mual dan muntah. Penyebab sumbatan pada umumnya adalah batu,
bekuan darah, atau debris yang berasal dari ginjal dan turun ke ureter. Batu
kecil yang turun ke pertengahan ureter pada umumnya menyebabkan
penjalaran nyeri ke pinggang sebelah lateral dan seluruh perut. Jika batu turun
mendekati buli-buli biasanya disertai dengan keluhan lain yang mirip dengan
gejala iritasi saluran kemih sebelah bawah, seperti urgensi dan disuria.

Mual muntah:
Suatu sensasi nyeri yang hebat yang bersifat serangan, datang-datang dan
berulang, kemudian hilang dengan atau tanpa obat. Beberapa saat kemudian
akan datang kembali bila belum diobati. Kolik ini biasa terjadi pada organ
berupa saluran seperti ureter, usus dan duktuscholedochus, yang mengalami
sumbatan atau obstruksi, sementara organ tersebut dengan mekanisme
peristaltik akan berusaha mendorong bendayang menyumbat itu ke distal.
Hiperperistaltik dari otot-otot proksimal sumbatan tersebut begitu kuat sampai
terjadi spasme yang hebat dan inilahyang menyebabkan rasa nyeri yang hebat
tersebut. Setelah kontraksi otot tersebut mencapai puncak maksimalnya
akhirnya akan relaksasi kembali dan nyeri akan hilang. Kalau benda yang
menyumbat tersebut belum turun/hilang misalnya batu pada ureter, kontraksi
sampai spasme tersebutakan berulang kembali. Begitu nyerinya kolik ini,
penderita tersebut tak  bisa istrahat, jalan, duduk tetap sakit dan kadang-kadang
terguling-guling,keringatan, mual sampai muntah.
Kondisi ini merupakan efek samping dari kondisi ketidaknyamanan pada
pasien karena nyeri yang sangat hebat.K ita ketahui bahwa apabila terjadi
Nyeri maka impuls akan diteruskan ke regio cortical tepatnya di cortex
cerebral, dan di teruskan juga melalui medulla , di medulla terjadi pengaktifan
sistem nervus vagus dan sistem enterik. pengaktifan nervus vagus
menyebabkan terjadinya relaksasi lambung, penurunan kerja otot pilorus,
peningkatan tekanan intra gaster dan menyebabkan muntah
Referensi:

 Basuki B. Prunomo, 2011, Dasar-Dasar Urologi, Perpustakaan Nasional RI,


Katalog Dalam Terbitan (KTO) Jakarta.
 Mochamad,Bahrudin. 2017. Patofisiologi Nyeri (Pain). Vol 17 (No.1).
Halaman 10
 Physiology Vomiting: Pathogenesis.
https://calgaryguide.ucalgary.ca/vomiting-pathogenesis/
5. Jelaskan langkah-langkah diagnosis berdasarkan skenario !
ANAMNESIS
Kemampuan seorang dokter dalam melakukan wawancara dengan pasien
ataupun keluarganya diperoleh melalui anamnesis yang sistematik dan terarah.
Hal ini sangat penting untuk mendapatkan diagnosis suatu penyakit.
Anamnesis yang sistematik itu mencakup;
a. Identitas pasien: menanyakan nama, umur, alamat dan pekerjaan pasien
penting untuk menentukan diagnosis dan membangun hubungan antar
dokter dan pasien.
b. Keluhan Utama: menanyakan apakah ada nyeri akibat kelainan urologi,
gangguan berkemih seperti oliguria maupun poliuria, apakah terdapat luka
serta bengkak pada daerah perut maupun pinggang dan daerah sekitarnya.
Menggali lebih lanjut riwayat penyakit ini seperti warna, jumlah, dan
konsistensi urin, apakah berpasir atau hematuria dan disertai nyeri.
c. Keluhan penyerta: menanyakan apakah keluhan disertai dengan demam
dan menggigil, menanyakan mengenai kelainan urologi lain seperti
malaise, pucat dan uremia. Menanyakan terapat nyeri tekan dan rasa tidak
enak pada daerah abdomen, pinggang dan sekitarnya.
d. Riwayat penyakit sebelumnya: Mungkin saja keluhan sudah berulang
dikarenakan prognosis dari penyakit-penyakit urogenitalia memang baik,
namun tidak menutup kemungkinan bahwa penyakit tersebut akan
berulang atau menyerang pasien kembali. Menggali penyakit-penyakit
sebelumnya yang berkaitan dengan masalah berkemih, bengkak dan nyeri
pada pinggang/perut, menanyakan apakah pernah mengalami trauma.
e. Riwayat kebiasaan: Menanyakan riwayat kebiasaan pasien baik itu
mengenai makanan, minuman yang dikonsumsi, riwayat hubungan seksual
dan mengenai daerah tempat tinggalnya (keadaan air di daerah tempat
tinggal).
f. Riwayat keluarga: Penyakit urologi khususnya ISK dapat menurun. Ibu
dengan riwayat ISK dapat meningkatkan faktor risiko bagi anak9
g. Riwayat pengobatan: Beberapa golongan obat tertentu memiliki
kontraindikasi terhadap pasien-pasien urologi. Tapi, tidak semua memiliki
efek samping yang begitu buruk. Beberapa efek samping yang dapat
timbul dari penggunaan obat ialah reaksi hipersensitivitas, ruam kulit,
mual, muntah, diare, vertigo, dll. Kemungkinan terburuk dari penggunaan
obat jangka panjang dan dosis berlebihan dapat menyebabkan kerusakan
hati.
PEMERIKSAAN FISIS
Pemeriksaan fisis pasien meliputi pemeriksaan tentang keadaan umum pasien
dan pemeriksaan urologi. Seringkali kelainan di bidang urologi memberikan
manifestasi penyakit umum (sistemik), atau tidak jarang pasien yang menderita
kelainan organ urogenitalia juga menderita penyakit lain.

Kesan Umum Pasien


a. Keadaan umum: baik atau sakit
b. Berat badan: obesitas, kurus atau normal
c. Tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu tubuh, dan pernafasan)

Pemeriksaan Ginjal
Pemeriksaan inspeksi daerah pinggang dimulai dengan meminta pasien duduk
relaks dengan membuka penutup (pakaian) pada daerah perut sebelah atas.
Diperhatikan adanya pembesaran asimetri pada daerah pinggang atau abdomen
sebelah atas. Pembesaran itu mungkin disebabkan oleh karena hidronefrosis,
abses paranefrik, atau tumor ginjal, atau tumor pada organ retroperitoneum
yang lain.

Palpasi ginjal dilakukan secara bimanual dengan memakai dua tangan. Tangan
kiri diletakkan di sudut kosto-vertebra untuk mengangkat ginjal ke atas
sedangkan tangan kanan meraba ginjal dari depan di bawah arkus kosta, seperti
diperlihatkan pada gambar 3-2. Pada bayi atau neonatus palpasi ginjal
dilakukan dengan cara meletakkan ibu jari di sebelah anterior dan keempat jari
lainnya di sebelah posterior pada sudut kosto-vertebra. Pada saat inspirasi
ginjal teraba bergerak ke bawah, Dengan melakukan palpasi bimanual, ginjal
kanan yang normal pada anak atau dewasa yang bertubuh kurus seringkali
masih dapat diraba. Ginjal kiri sulit diraba, karena terletak lebih tinggi daripada
sisi kanan.

Perkusi atau pemeriksaan ketok ginjal dilakukan dengan memberikan ketokan


pada sudut kostovertebra (sudut yang dibentuk oleh kosta terakhir dengan
tulang vertebra). Pembesaran ginjal karena hidronefrosis atau tumor ginjal,
mungkin teraba pada palpasi dan terasa nyeri pada perkusi.

Auskultasi pada epigastrium atau abdomen sebelah atas terdengar suara bruit
patut dicurigai adanya stenosis arteria renalis, apalagi kalau terdapat bruit yang
terus menerus (sistolik-diastolik). Bruit pada abdomen juga bisa disertai oleh
aneurisma arteria renalis atau malformasi arteriovenus.
Pemeriksaan Buli-Buli
Pada buli-buli normal sulit untuk diraba, kecuali jika sudah terisi urine paling
sedikit 150 mL. Pada pemeriksaan buli-buli diperhatikan adanya
benjolan/massa atau jaringan parut bekas irisan/operasi di suprasimfisis. Massa
di daerah suprasimfisis mungkin merupakan tumor ganas buli-buli atau karena
buli-buli yang terisi penuh dari suatu retensi urine. Dengan palpasi dan perkusi
dapat ditentukan batas atas buli-buli. Seringkali dengan inspeksi terlihat buli-
buli yang terisi penuh hingga melewati batas atas umbilikus. Pemeriksaan
bimanual pada buli-buli di bawah pembiusan dilakukan untuk menentukan
ekstensi dan mobilitas tumor buli-buli setelah reseksi. Pada pasien wanita,
palpasi bimanual dilakukan dengan menekan buli-buli memakai tangan yang
diletakkan di atas abdomen dan jari dari tangan yang lain pada vagina. Pada
pria, tangan satu pada abdomen, dan jari tangan lain mengangkat buli-buli
melalui colok dubur.
Pada Urolithiasis : batu urethra dapat mengalami miksi yang tiba-tiba terhenti
disertai rasa sakit yang hebat pada glans penis, batang penis, perineum, dan
rectum

Pemeriksaan Neurologi
Pemeriksaan neurologi ditujukan untuk mencari kemungkinan adanya kelainan
neurologik yang mengakibatkan kelainan pada sistem urogenitalia, seperti pada
lesi motor neuron atau lesi saraf perifer yang merupakan penyebab dari buli-
buli neurogen.

PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Urinalisis
Pemeriksaan urinalisis merupakan pemeriksaan yang paling sering dikerjakan
pada kasus- kasus urologi. Pemeriksaan ini meliputi uji:
- Makroskopik dengan menilai warna, bau, dan berat jenis urine
- Kimiawai meliputi pemeriksaan derajat keasaman/pH, protein, dan gula
dalam urine
- Mikroskopik mencari kemungkinan adanya sel-sel, cast (silinder), atau
bentukan lain di dalam urine.
Urine mempunyai pH yang bersifat asam, yaitu rata-rata: 5,5 - 6,5. Jika
didapatkan pH yang relatif basa kemungkinan terdapat infeksi oleh bakteri
pemecah urea, sedangkan jika pH yang terlalu asam kemungkinan terdapat
asidosis pada tubulus ginjal atau ada batu asam urat. Pemeriksaan mikroskopik
urine ditujukan untuk mencari kemungkinan adanya sel-sel darah, sel-sel yang
berasal dari saluran reproduksi pria, sel-sel organisme yang berasal dari luar
saluran kemih, silinder, ataupun kristal.
Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah rutin terdiri atas pemeriksaan kadar hemoglobin, leukosit,
laju endap darah, hitung jenis leukosit, dan hitung trombosit.
Elekrolit: Natrium, Kolium, Ca (kalsium), Fosfot
Kadar natrium sering diperiksa pada pasien yang menjalani tindakan reseksi
prostat transuretra (TURP), Selama TURP banyak cairan (H2O) yang masuk
ke sirkulasi sitemik sehingga terjadi relatif hiponatremia. Untuk itu sebelum
TURP perlu diperiksa kadar natrium sebagai bahan acuan jika selama operasi
diduga terdapat hiponatremia. Pemeriksaan elektrolit lain berguna untuk
mengetahui faktor predisposisi pembentukan batu saluran kemih, antara lain:
kalsium, fosfat, magnesium; selain itu untuk mendeteksi adanya sindromo
paraneoplastik yang dapat terjadi pada tumor Grawitz.
Faal Urin
Beberapa uji faal ginjal yang sering diperiksa adalah pemeriksaan kadar
kreatinin, kadar ureum atau BUN (blood urea nitrogen), dan klirens kreatinin.
Kultur Urine
Pemeriksaan kultur urine diperiksa jika ada dugaan infeksi saluran kemih. Jika
didapatkan kuman di dalam urine, dibiakkan di dalam medium tertentu untuk
mencari jenis kuman dan sekaligus sensitivitas kuman terhadap antibiotika
yang diujikan.
Patologi Anatomi
Pada pemeriksaan ini dapat ditentukan suatu jaringan normal, mengalami
proses inflamasi, pertumbuhan benigna, atau terjadi pertumbuhan maligna.
Selain itu pemeriksaan ini dapat menentukan stadium patologik serta derajat
diferensiasi suatu keganasan.
PEMERIKSAAN RADIOLOGI (PENCITRAAN)
Foto polos abdomen
Foto polos abdomen atau KUB (Kidney Ureter Bladder) adalah foto skrining
untuk pemeriksaan kelainan-kelainan urologi

Pielografi Intra Vena (PIV)


Pielografi Intra Vena (PIV) atau Intravenous Pyelography (IVP) atau dikenal
dengan Intra Venous Urography atau urografi adalah foto yang dapat
menggambarkan keadaan sistem urinaria melalui bahan kontras radio-opak.
Pencitraan ini dapat menunjukkan adanya kelainan anatomi dan kelainan
fungsi ginjal.

Sistografi
Sistografi adalah pencitraan buli-buli dengan memakai kontras.Dari sistogram
dapat dikenali adanya tumor atau bekuan darah di dalam buli-buli yang
ditunjukan oleh adanya filling defect, adanya robekan buli-buli yang terlihat
sebagai ekstravasasi kontras ke luar dari buli-buli, adanya divertikel buli-buli,
buli-buli neurogenik, dan kelainan pada buli-buli yang lain. Pemeriksaan ini
dapat untuk menilai adanya inkontinensia stress pada wanita dan untuk menilai
adanya refluks vesiko-ureter.

USG (Ultrasonografi)
Pemeriksaan pada ginjal dipergunakan: (1) untuk mendeteksi keberadaan dan
keadaan ginjal (hidronefosis, kista, massa, atau pengkerutan ginjal). Pada buli-
buli, USG berguna untuk menghitung sisa urine pasca miksi dan mendeteksi
adanya batu atau tumor di buli-buli. Pada kelenjar prostat, melalui pendekatan
transrektal (TRUS) dipakai untuk mencari nodul pada keganasan prostat dan
menentukan volume/besarnya prostat. Jika didapatkan adanya dugaan
keganasan prostat, TRUS dapat dipakai sebagai penuntun dalam melakukan
biopsi kelenjar prostat. Pada testis, berguna untuk membedakan antara tumor
testis dan hidrokel testis, serta kadang-kadang dapat mendeteksi letak testis
kriptorkid yang sulit diraba dengan palpasi Pada keganasan, selain untuk
mengetahui adanya massa padat pada organ primer, juga untuk mendeteksi
kemungkinan adanya metastasis pada hepar atau kelenjar para aorta.

CT Scan dan MRI


Pemeriksaan ini banyak dipakai dalam bidang onkologi untuk menentukan
penderajatan (staging) tumor yaitu: batas-batas tumor, invasi ke organ di
sekitar tumor, dan mencari adanya metastasis ke kelenjar limfe serta ke organ
lain.

Referensi:
Purnomo, B. Basuki. 2011. Dasar-dasar Urologi. Edisi Ketiga. Jakarta : Sagung
Seto.

6. Apa saja diagnosa banding pada scenario ?


A. URETEROLITHIASIS

DEFINISI

Ureterolithiasis adalah kalkulus atau batu di dalam ureter. Batu ureter pada
umumnya berasal dari batu ginjal yang turun ke ureter.  Batu ureter
terbentuk ketika konsentrasi substansi tertentu seperti kalium, oksalat,
kalium fosfat, dan asam urat meningkat.

EPIDEMIOLOGI
Penyakit ini dapat menyerang penduduk di seluruh dunia. Angka kejadian
penyakit ini tidak sama di berbagai belahan bumi. Di negara-
negara berkembang banyak dijumpai pasien batu buli-buli sedangkan di
negara maju lebih banyak dijumpai penyakit batu saluran kemih bagian atas;
hal ini karena adanya pengaruh status gizi dan aktivitas pasien sehari-hari.
Di Amerika Serikat 5 ± 10% penduduknya menderita penyakit ini,
sedangkan di seluruh dunia rata-rata terdapat 1 ± 12 % penduduk menderita
batu saluran kemih.

ETIOLOGI

Penyebab pembentukan batu saluran kemih berdasarkan jenis batunya,


antara lain:

Batu kalsium (kalsium oksalat dan/atau kalsium fosfat):

Hiperkalsiuria

 Hiperkalsiuria idiopatik
 Hiperparatiroidisme primer
 Sarkoidosis
 Kelebihan vitamin D atau kalsium
 Asidosis tubulus ginjal tipe I

Hiperoksaluria

 Hiperoksaluria enterik
 Hiperoksaluria idiopatik
 Hiperoksaluria herediter (tipe I & II)

Hiperurikosuria

 Diet purin berlebih

Hipositraturia

 Idiopatik
 Asidosis tubulus ginjal tipe I (lengkap atau tidak lengkap)
 Konsumsi asetazolamid
 Diare, latihan jasmani dan masukan protein tinggi

Ginjal spongiosa medular

 Volume air kemih sedikit


 Batu kalsium idiopatik (tidak dijumpai predisposisi metabolik)

Batu Asam Urat

 pH air kemih rendah


 Hiperurikosuria (primer dan sekunder)

Batu Struvit

 Infeksi saluran kemih dengan organism yang memproduksi urease

Batu Sistin

 Sistinuria herediter
 Batu lain seperti matriks, xantin 2.8 dihidroksadenin, ammonium urat,
triamteren, silikat

Faktor resiko terbentuknya batu saluran kemih di antaranya:

 Faktor nutrisi
 Protein hewani, oksalat, sodium, sukrosa, fruktosa, dan vitamin C
 Volume masukan cairan
 Volume urine kurang dari 1 L/hari
 Kondisi sistemik
 Hiperparatiroid primer
 Asidosis tubulus renal
 Obesitas
 Hiperurikosemia
 Diabetes Mellitus
 Penyakit Crohn:
 Operasi bypass lambung
 Jenis cairan yang diminum
 Soft drink > 1 L per minggu menyebabkan pengasaman dengan
asam fosfor
 Jus apel dan anggur14,15

PATOFISIOLOGI

Batu pada ureter umumnya berasal dari batu pada ginjal yang tidak terlalu
besar yang turun. Pembentukan batu biasanya dimulai di kaliks dan pelvis,
kemudian dapat menyebar ke ureter dan vesika urinaria. Dapat juga
terbentuk di saluran kemih bagian bawah. Sehingga komposisinya sama
dengan batu ginjal. Batu berukuran kecil (<5mm) dapat keluar spontan
sedangkan yang berukuran lebih besar menetap dalam ureter 🡪 periureteritis
dan obstruksi kronis (hidronefrosis).

GAMBARAN KLINIS

Keluhan yang disampaikan oleh pasien tergantung pada : posisi atau letak
batu, besar batu. Gerakan peristaltik ureter mencoba mendorong batu ke
distal, sehingga menimbulkan kontraksi yang kuat dan dirasakan sebagai
nyeri yang hebat (kolik). Nyeri ini dapat menjalar hingga ke perut bagian
depan, perut bagian bawah, daerah inguinal, dan samapi ke kemaluan. Batu
yang terletak di sebelah distal ureter dirasakan oleh pasien sebagai nyeri
pada saat kencing atau sering kencing. Batu yang berukuran kecil (<5mm)
pada umumnya dapat keluar dengan spontan sedangkan yang lebih besar
seringkali tetap berada di ureter dan menyebabkan reaksi peradangan serta
menimbulkan obstruksi kronik berupa hidroureter/hidronefrosis.

1. Nyeri
Kolik renal dan non-kolik renal merupakan 2 tipe nyeri yang berasal dari
ginjal. Kolik renal biasanya disebabkan oleh peregangan collecting
system atau ureter, sedangkan non-kolik renal disebabkan oleh distensi
kapsul ginjal. Obstruksi saluran kemih merupakan mekanisme utama
penyebab kolik renal. Kolik renal tidak selalu hilang timbul seperti kolik
usus atau kandung empedu, tetapi lebih konstan. Pasien dengan batu
ginjal biasanya mengalami nyeri akibat obstruksi saluran kemih.

Gejala kolik renal akut tergantung pada lokasi batu; beberapa daerah
yang dipengaruhi, yaitu: kaliks renal, pelvis renal, ureter bagian atas dan
tengah, serta ureter distal.

 Kaliks renal – nyeri tumpul pada pinggang atau punggung, dengan


intensitas berat hingga ringan. Nyeri mungkin diperparah dengan
konsumsi cairan yang berlebih.
 Pelvis renal – batu pada pelvis ginjal dengan diameter > 1 cm pada
umumnya mengobstruksi ureterovesico junction, sehingga menyebabkan
nyeri pada costovertebral angle. Nyeri bervariasi dari tumpul hingga
sangat tajam dan biasanya konstan, serta sulit diacuhkan. Nyeri biasanya
menjalar ke pinggang serta daerah abdomen ipsilateral bagian atas.
 Ureter bagian atas dan tengah – nyeri bersifat tajam dan berat pada
punggung atau pinggang. Nyeri akan bertambah berat dan intermiten
apabila batu bergerak semakin ke bawah pada ureter dan menyebabkan
obstruksi menetap. Batu yang menetap pada lokasi tertentu dapat
menyebabkan nyeri yang tidak terlalu berat, terutama bila obstruksi yang
ditimbulkan bersifat parsial. Nyeri pada batu ureter sering terporyeksi
pada dermatom dan daerah inervasi saraf spinalis. Nyeri batu ureter
bagian atas menjalar pada daerah lumbar dan pinggang. Batu pada ureter
bagian tengah menyebabkan nyeri yang menjalar secara kaudal dan
anterior ke abdomen tengah dan bawah
 Ureter distal – batu pada ureter bagian bawah sering menyebabkan nyeri
yang menjalar pada daerah inguinal atau testis padaa pria dan labia
mayor pada wanita.
2. Hematuria
2. Infeksi
2. Demam
2. Mual dan muntah

DIAGNOSIS

1. Anamnesis 

Nyeri perut bagian kanan bawah, nyeri pinggang, nyeri saat miksi, mual,
hematuri 

2. Pemeriksaan Fisik
 Inspeksi 
Terlihat pembesaran pada daerah pinggang atau abdomen sebelah atas.
Pembesaran ini mungkin karena hidronefrosis.

 Palpasi
Ditemukan nyeri tekan pada abdomen sebelah atas. Bisa kiri, kanan atau
dikedua belah daerah pinggang. Pemeriksaan bimanual dengan memakai
dua tangan atau dikenal juga dengan nama tes Ballotement. Ditemukan
pembesaran ginjal yang teraba disebut Ballotement positif.
 Perkusi
Ditemukan nyeri ketok pada sudut kostovertebra yaitu sudut yang
dibentuk oleh kosta terakhir dengan tulang vertebra.
3. Pemeriksaan penunjang 
Laboratorium
a) Urinalisis
 Makroskopik didapatkan hematuria.
 Mikroskopik ditemukan sedimen urin yang menunjukkkan adanya
leukosituria, kristal-kristal pembentuk batu.
 Pemeriksaan kimiawi ditemukan pH urin lebih dari 7,6 menunjukkan
adanya pertumbuhan kuman pemecah urea dan kemungkinan
terbentuk batu fosfat. Bisa juga pH urin lebih asam dan
kemungkinan terbentuk batu asam urat.
 Pemeriksaan kultur urin menunjukkan adanya pertumbuhan kuman
pemecah urea.
 Pemeriksaan Faal Ginjal. Pemeriksaan ureum dan kreatinin adalah
untuk melihat fungsi ginjal baik atau tidak. Pemeriksaan elektrolit
untuk memeriksa factor penyebab timbulnya batu antara lain kadar
kalsium, oksalat, fosfat maupun urat di dalam urin.
b) Pemeriksaan Darah Lengkap
Dapat ditemukan kadar hemoglobin yang menurun akibat terjadinya
hematuria. Bisa juga didapatkat jumlah lekosit yang meningkat akibat
proses peradangan di ureter.

Radiologis
Foto BNO-IVP untuk melihat lokasi batu, besarnya batu, apakah terjadi
bendungan atau tidak. Pada foto BNO batu yang dapat dilihat disebut
sebagai batu radioopak, sedangkan batu yang tidak tampak disebut sebagai
batu radiolusen, berikut ini adalah urutan batu menurut densitasnya, dari
yang paling opak hingga yang paling bersifat radiolusen : calsium fosfat,
calsium oxalat, magnesium amonium fosfat, sistin, asam urat, xantine.
Jenis Batu Radioopasitas
Kalsium Opak
Magnesium Amonium Fosfat Semiopak
Urat/Sistin Non opak

IVP (Intravena Pielografi)


Pemeriksaan ini bertujuan menilai keadaan anatomi dan fungsi ginjal. Juga
untuk mendeteksi adanya batu semi-opak ataupun batu non-opak yang
tidak terlihat oleh foto polos abdomen.
Ultrasonografi 
USG dikerjakan bila tidak mungkin menjalani pemeriksaan PIV yaitu pada
keadaan seperti alergi terhadap bahan kontras, faal ginjal yang menurun
dan pada wanita yang sedang hamil. Terlihat gambaran echoic shadow jika
terdapat batu.

CT-SCAN
Tehnik CT scan adalah tehnik pemeriksaan yang paling baik untuk melihat
gambaran semua jenis batu dan juga dapat terlihat lokasi dimana terjadinya
obstruksi.

PENATALAKSANAAN

Medikamentosa

 NSAID tablet/supositoria (natrium diklofenak 100-150 mg/hari


selama 3-10 hari)
 Ketorolak 30-60 mg setiap 6-8 jam
 Desmopresin IV 4mcg untuk nyeri kolik renal

Jenis Faktor Penyebab Jenis Obat / Tindakan Mekanisme Kerja


Batu Timbulnya Obat

Kalsium Hiperkalsiuri Natrium selulosa Mengikat Ca dalam


absorbtif fosfat usus

Thiazide     Reabsorbsi Ca di
tubulus
Orthofosfat
    Sintesa vitamin D
    Urine inhibitor
Hiperkalsiuri renal Thiazide     Reabsorbsi Ca di
tubulus

Hiperkalsiuri Paratiroidektomi     Resorpsi Ca dari


resorptif tulang

Hipositraturi Potasium sitrat     pH     sitrat    Ca


urine
Hipomagnesiuri Magnesium sitrat     Mg urine

Hiperuriosuri Allopurinol     Urat


    pH     
Potasium Alkali

Hiperoksaluria Allopurinol   Urat

Pyridoxin

Kalsium suplemen

MAP Infeksi Antibiotika  Eradikasi infeksi,


urease inhibitor
AHA (amino
hydroamic acid)

Urat Dehidrasi Hidrasi cukup Meningkatkan pH

(pH urin turun) Potasium alkali Menurunkan Urat

Hiperurikosuri Allopurinol

Non – medikamentosa

ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsi)


Alat ESWL adalah pemecah batu yang diperkenalkan pertama kali oleh
Caussy pada tahun 1980. Alat ini dapat memecah batu ginjal, batu ureter
proksimal, atau batu buli-buli tanpa melalui tindakan invasif atau
pembiusan. Batu dipecah menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga mudah
dikeluarkan melalui saluran kemih.
Endourologi
1). Ureteroskopi atau uretero-renoskopi : memasukkan alat ureteroskopi
guna melihat keadaan ureter atau sistem pielokaliks ginjal. Dengan
memakai energi tertentu, batu yang berada di dalam ureter maupun
sistem pelvikalises dapat dipecah melalui tuntunan ureteroskopi atau
uretero-renoskopi ini.
2). Ekstraksi Dormia : mengeluarkan batu ureter dengan menjaringnya
dengan keranjang Dormia.
Bedah Laparoskopi
Pembedahan laparoskopi untuk mengambil batu saluran kemih saat ini
sedang berkembang. Cara ini banyak dipakai untuk mengambil batu ureter.
Bedah terbuka 
Ureterolitotomi : mengambil batu di ureter.

Beberapa diet yang dianjurkan untuk mengurangi kekambuhan adalah (1)


rendah protein, karena protein memacu ekskresi kalsium urine dan
menyebabkan pH urin meningkat, (2) rendah oksalat, (3) rendah garam
karena natriuresis akan memacu timbulnya hiperkalsiuri, dan (4) rendah
puri. 14,15

KOMPLIKASI

1. Komplikasi akut : kematian, kehilangan ginjal, avulsi ureter, trauma organ


pencernaan, sepsis, trauma vaskuler, hidro atau pneumotorak, emboli paru
dan urinoma, perforasi ureter, hematom perirenal, ileus, stein strasse,
infeksi luka operasi, ISK dan migrasi stent.
2. Komplikasi jangka panjang : striktur ureter, Obstruksi adalah komplikasi
dari batu ginjal yang dapat menyebabkan terjadinya hidronefrosis dan
kemudian berlanjut dengan atau tanpa pionefrosis yang berakhir dengan
kegagalan faal ginjal yang terkena. Komplikasi lainnya dapat terjadi saat
penanganan batu dilakukan. Infeksi, termasuk didalamnya adalah
pielonefritis dan sepsis yang dapat terjadi melalui pembedahan terbuka
maupun noninvasif seperti ESWL.

PENCEGAHAN

Setelah batu dikeluarkan dari saluran kemih, tindakan selanjutnya yang


tidak kalah pentingnya adalah upaya menghindari timbulnya kekambuhan.
Angka kekambuhan batu saluran kemih rata-rata 7% pertahun atau kurang
lebih 50% dalam 10 tahun.
Pencegahan yang dilakukan adalah berdasar atas kandungan unsure yang
menyusun batu saluran kemih yang diperoleh dari analisis batu. Pada
umumnya pencegahan ini berupa:
1. Menghindari dehidrasi dengan minum cukup dan diusahakanproduksi
urin sebanyak 2-3 liter perhari.
2. Diet untuk mengurangi kadar zat-zat komponen pembentuk batu.
3. Aktivitas harian yang cukup
4. Pemberian medikamentosa.

PROGNOSIS
Prognosis batu ginjal tergantung dari faktor-faktor ukuran batu, letak batu,
dan adanya infeksi serta obstruksi. Makin besar ukuran suatu batu, makin
buruk prognosisnya. Letak batu yang dapat menyebabkan obstruksi dapat
mempermudah terjadinya infeksi. Makin besar kerusakan jaringan dan
adanya infeksi karena faktor obstruksi akan dapat menyebabkan penurunan
fungsi ginjal.

Pada pasien dengan batu yang ditangani dengan ESWL, 60% dinyatakan
bebas dari batu, sisanya masih memerlukan perawatan ulang karena masih
ada sisa fragmen batu dalam saluran kemihnya. Pada pasien yang ditangani
dengan PNL, 80% dinyatakan bebas dari batu, namun hasil yang baik
ditentukan pula oleh pengalaman operator.

Referensi :
Purnomo BB. 2015. Dasar-Dasar Urologi. Edisi Ke-3. Jakarta : Perpustakaan
Nasional republik Indonesia

B. Nefrolithiasis
DEFINISI
Nefrolitiasis (batu ginjal) merupakan salah satu penyakit ginjal, dimana
ditemukannya batu yang mengandung komponen kristal dan matriks
organik yang merupakan penyebab terbanyak kelainan saluran kemih.
Lokasi batu ginjal khas dijumpai di kaliks, atau pelvis dan bila keluar akan
terhenti dan menyumbat pada daerah ureter (batu ureter) dan kandung
kemih (batu kandung kemih). Batu ginjal dapat terbentuk dari kalsium, batu
oksalat, kalsium oksalat, atau kalsium fosfat. Namun yang paling sering
terjadi pada batu ginjal adalah batu kalsium. Secara garis besar
pembentukan batu ginjal dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik.
Faktor intrinsik yaitu umur, jenis kelamin, dan keturunan, sedangkan faktor
ekstrinsik yaitu kondisi geografis, iklim, kebiasaan makan, zat yang
terkandung dalam urin, pekerjaan, dan sebagainya

EPIDEMIOLOGI
Prevalensi penyakit ini diperkirakan sebesar 7% pada perempuan dewasa
dan 13% pada laki-laki dewasa. Usia puncak adalah dekade ketiga sampai
ke empat. Di Indonesia sendiri, penyakit ginjal yang paling sering ditemui
adalah gagal ginjal dan nefrolitiasis. Prevalensi tertinggi penyakit
nefrolitiasis yaitu di daerah DI Yogyakarta (1,2%), diikuti Aceh (0,9%),
Jawa Barat, Jawa Tengah , dan Sulawesi Tengah masing-masing (0,8%).

ETIOLOGI
Penyebab pasti yang membentuk batu ginjal belum diketahui, oleh karena
banyak factor yang dilibatkannya. Diduga dua proses yang terlibat dalam
batu ginjal yakni supersaturasi dan nukleasi. Supersaturasi terjadi jika
substansi yang menyusun batu terdapat dalam jumlah besar dalam urin,
yaitu ketika volume urin dan kimia urin yang menekan pembentukan batu
menurun. Pada proses nukleasi, natrium hidrogen urat, asam urat dan kristal
hidroksiapatit membentuk inti. Ion kalsium dan oksalat kemudian merekat
(adhesi) di inti untuk membentuk campuran batu. Proses ini dinamakan
nukleasi heterogen.

FAKTOR RESIKO
Faktor risiko nefrolitiasis (batu ginjal) umumnya biasanya karena adanya
riwayat batu di usia muda, riwayat batu pada keluarga, ada penyakit asam
urat, kondisi medis lokal dan sistemik, predisposisi genetik, dan komposisi
urin itu sendiri. Komposisi urin menentukan pembentukan batu berdasarkan
tiga faktor, berlebihnya komponen pembentukan batu, jumlah komponen
penghambat pembentukan batu (seperti sitrat, glikosaminoglikan) atau
pemicu (seperti natrium, urat). Anatomis traktus anatomis juga turut
menentukan kecendrungan pembentukan batu.

PATOMEKANISME
Nefrolitiasis berdasarkan komposisinya terbagi menjadi batu kalsium, batu
struvit, batu asam urat, batu sistin, batu xanthine, batu triamteren, dan batu
silikat. Pembentukan batu ginjal umumnya membutuhkan keadaan
supersaturasi. Namun pada urin normal, ditemukan adanya zat inhibitor
pembentuk batu. Pada kondisi-kondisi tertentu, terdapat zat reaktan yang
dapat menginduksi pembentukan batu. Adanya hambatan aliran urin,
kelainan bawaan pada pelvikalises, hiperplasia prostat benigna, striktura,
dan buli-buli neurogenik diduga ikut berperan dalam proses pembentukan
batu. Batu terdiri atas kristal-kristal yang tersusun oleh bahan-bahan organik
maupun anorganik yang terlarut dalam urin. Kristal-kristal tersebut akan
tetap berada pada posisi metastable (tetap terlarut) dalam urin jika tidak ada
keadaan-keadaan yang menyebabkan presipitasi kristal. Apabila kristal
mengalami presipitasi membentuk inti batu, yang kemudian akan
mengadakan agregasi dan menarik bahan-bahan lain sehingga menjadi
kristal yang lebih besar. Kristal akan mengendap pada epitel saluran kemih
dan membentuk batu yang cukup besar untuk menyumbat saluran kemih
sehinnga nantinya dapat menimbulkan gejala klinis. Terdapat beberapa
zat yang dikenal mampu menghambat pembentukan batu. Diantaranya
ion magnesium (Mg), sitrat, protein Tamm Horsfall (THP) atau uromukoid,
dan glikosaminoglikan.

GEJALA KLINIS
 Nyeri dan pegal di daerah pinggang
Lokasi nyeri tergantung dari dimana batu itu berada. Bila pada piala
ginjal rasa nyeri adalah akibat dari hidronefrosis yang rasanya lebih
tumpul dan sifatnya konstan. Terutama timbul pada costovertebral.
 Hematuria
Darah dari ginjal berwarna coklat tua, dapat terjadi karena adanya
trauma yang disebabkan oleh adanya batu atau terjadi kolik.
 Infeksi Urinarius maupun sistemik
Batu dapat mengakibatkan gejala infeksi traktus urinarius maupun
infeksi asistemik yang dapat menyebabkan disfungsi ginjal yang
progresif.
 Kencing panas dan nyeri
 Adanya nyeri tekan pada daerah ginjal
 Mual dan muntah sering hadir
 Demam hilang timbul

DIAGNOSIS
Evaluasi skrining yang terdiri dari sejarah rinci medis dan makanan, kimia
darah, dan urin pada pasien. 10 2. Foto Rontgen Abdomen yang digunakan
untuk melihat adanya kemungkinan batu radio-opak. Pielografi Intra Vena
yang bertujuan melihat keadaan anatomi dan fungsi ginjal. Pemeriksaan ini
dapat terlihat batu yang bersifat radiolusen. Ultrasonografi (USG) dapat
melihat semua jenis batu. CT Urografi tanpa kontras adalah standar baku
untuk melihat adanya batu di traktus urinarius

PENATALAKSANAAN
Keputusan untuk memberikan tata laksana batu pada saluran kemih bagian
atas dapat berdasarkan komposisi batu, ukuran batu, dan gejala pasien.
Terapi umum untuk mengatasi gejala batu saluran kemih adalah pemberian
analgesik harus diberikan segera pada pasien dengan nyeri kolik akut. Non
Steroid Anti Inflammation Drugs (NSAID) dan parasetamol dengan
memperhatikan dosis dan efek samping obat merupakan obat pilihan
pertama pada pasien dengan nyeri kolik akut dan memiliki efikasi lebih baik
dibandingkan opioid. Obat golongan NSAID yang dapat diberikan antara
lain diklofenak, indometasin, atau ibuprofen.Pada pasien yang belum
diketahui fungsi ginjalnya, pemberian analgetika sebaiknya bukan NSAID,
utamanya bila ada riwayat tindakan untuk untuk batu yang berulang dan
komorbiditas diabetes mellitus. Diklofenak dikontraindikasikan pada pasien
dengan gagal jantung kongestif kelas II-IV berdasarkan klasifikasi New
York Heart Association (NYHA), penyakit jantung koroner, dan penyakit
serebrovaskuler, serta penyakit arteri perifer. Namun, pasien dengan faktor
risiko kardiovaskular dapat diberikan diklofenak dengan pengawasan dokter
dan diberikan dosis rendah dengan durasi yang singkat.
Tujuan utama tatalaksana pada pasien nefrolitiasis adalah
mengatasi nyeri, menghilangkan batu yang sudah ada, dan mencegah
terjadinya pembentukan batu yang berulang. Secara garis besar
penatalaksanaan batu ginjal dapat dibagi menjadi tatalaksana konservatif,
tatalaksana medikamentosa, dan tatalaksana bedah.
1. Konsumsi hingga keluaran urin mencapai minimal 2L Per hari
2. Mengurangi konsumsi protein hewani hingga sekitar 0,8-1,0
gr/kgBB/hari.
3. Diet rendah natrium sekitar 2-3 gr/hari
4. Memberikan terapi potasium sitrat kepada pasien dengan batu kalsium
berulang dan sitrat urine rendah atau relatif rendah. Beberapa studi RCT
prospektif menunjukkan bahwa terapi potasium sitrat berhubungan
dengan penurunan risiko batu kalsium berulang pada pasien dengan
ekskresi sitrat urine 24 jam rendah atau normal rendah. Pasien dengan
batu kalsium dengan sitrat urine yang normal namun dengan pH urine
rendah juga dapat disarankan untuk pemberian terapi sitrat. Selain itu,
terapi potasium sitrat dapat ditawarkan kepada pasien dengan batu
kalsium fosfat dengan hipositraturia karena sitrat berfungsi sebagai
inhibitor kuat kristalisasi kalsium fosfat.80 Potasium sitrat lebih disukai
daripada sodium sitrat karena lebih dapat meningkatkan ekskresi
kalsium urine.
5. Memberikan terapi allopurinol pada pasien dengan batu kalsium oksalat
rekuren dengan riwayat hiperurikosuria dan kalsium urine. Pemberian
terapi febuxostat dapat diberikan sebagai terapi lini kedua. Allopurinol
dapat menurunkan risiko terjadinya batu kalsium oksalat rekuren pada
kondisi hiperoksaluria (ekskresi asam urat urine >800 mg/hari) dan
normokalsiuria. Pemberian allopurinol pada pasien dengan
hiperkalsiuria belum menjadi standar terapi. Hiperurisemia bukan
merupakan indikasi untuk pemberian terapi allopurinol.80 Febuxostat
juga efektif menurunkan ekskresi asam urat pada urin.91 Dari suatu
penelitian RCT, febuxostat 80 mg dapat lebih menurunkan ekskresi
secara signifikan asam urat urin 24 jam dibandingkan dengan
allopurinol 300 mg pada pasien batu saluran kemih dengan eksresi
asam urat yang tinggi setelah 6 bulan terapi.
6. ESWL (Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy)
ESWL dianggap sebagai pengobatan cukup berhasil untuk batu ginjal
berukuran menengah dan untuk batu ginjal berukuran lebih dari 20-
30mm.
7. PONL (Percutaneus Nephro Litholapaxy)
Salah satu tindakan endourologi untuk mengeluarkan batu yang berada
di saluran ginjal dengan cara memasukkan alat endoskopi ke dalam
kalises melalui insisi pada kulit.
8. Bedah terbuka Untuk pelayanan kesehatan yang belum memiliki
fasilitas PNL dan ESWL, tindakan yang dapat dilakukan melalui bedah
terbuka. Pembedahan terbuka itu antara lain
pielolitotomiataunefrolitotomi untuk mengambil batu pada saluran
ginjal.
9. Terapi Konservatif atau Terapi Ekspulsif Medikamentosa (TEM)
Terapi dengan menggunakan medikamentosa ini ditujukan pada kasus
dengan batu yang ukurannya masih kurang dari 5mm, dapat juga
diberikan pada pasien yang belum memiliki indikasi pengeluaran batu
secara aktif. Terapi konservatif terdiri dari peningkatan asupan
minum dan pemberian diuretik; pemberian nifedipin atau agen
alfa-blocker, seperti tamsulosin; manajemen rasa nyeri pasien,
khususnya pada kolik, dapat dilakukan dengan pemberian
simpatolitik atau antiprostaglandin, analgesik; pemantauan berkala
setiap 1-14 hari sekali selama 6 minggu untuk menilai posisi batu dan
derajat hidronefrosis.

KOMPLIKASI
1. Komplikasi akut
Kematian, kehilangan fungsi ginjal, kebutuhan transfusi, dan tambahan
invensi sekunder yang tidak direncanakan.
2. Komplikasi jangka panjang
Striktura, obstruksi, hidronefrotis, berlanjut dengan atau tanpa
pionefrosis, dan berakhir dengan kegagalan faal ginjal yang terkena.
PROGNOSIS
Dari meta-analisis, kebutuhan transfusi pada PNL dan kombinasi terapi
sama (< 20%). Kebutuhan transfusi pada ESWL sangat rendah kecuali pada
hematom perirenal yang besar. Kebutuhan transfusi pada operasi
terbuka mencapai 25-50%. Mortalitas akibat tindakan jarang, namun
dapat dijumpai, khususnya pada pasien dengan komorbiditas atau
mengalami sepsis dan komplikasi akut lainnya. Dari data yang ada di pusat
urologi di
Indonesia, risiko kematian pada operasi terbuka kurang dari 1%.

Referensi :
- Fauzi, A. and Putra, M. M. A. (2016) ‘Nefrolitiasis’, Majority |, 5(April),
pp. 69–73.
- Adjis D & Asmara I., Batu Ureter. Bagian Bedah RSCM 1983-1984,
Bagian Ilmu Bedah FKUI, Jakarta, 1985, Hal : 1-7

- Gillenwater J.Y., The Pathopisiology of Urinary Tract


Obstruction, In Campbell’s Urology. Sixth ed, W.B. Saunders
Company, London, 1992, page : 499-532
- Noegroho, B. S. et al. (2018) Panduan Penatalaksanaan Klinis Batu
Saluran Kemih, Ikatan Ahli Urologi ndonesia (IAUI).

C. Infeksi Saluran Kemih


DEFINISI
Infeksi saluran kemih merupakan suatu infeksi yang disebabkan oleh
pertumbuhan mikroorganisme di dalam saluran kemih manusia. Saluran
kemih manusia merupakan organ-organ yang bekerja untuk mengumpul dan
menyimpan urin serta organ yang mengeluarkan urin dari tubuh, yaitu
ginjal, ureter, kandung kemih dan uretra. Infeksi saluran kemih adalah salah
satu penyakit infeksi dimana jumlah bakteriuria berkembang biak dengan
jumlah kuman biakan urin >100.000 /ml urin.
ETIOLOGI
Infeksi saluran kemih disebabkan oleh berbagai macam bakteri diantaranya
E.coli, klebsiella sp, proteus sp,providensiac, citrobacter, P.aeruginosa,
acinetobacter, enterococu faecali,dan staphylococcus saprophyticus namun,
sekitar 90% ISK secara umum disebabkan oleh E.coli. Infeksi saluran kemih
disebabkan invasi mikroorganisme ascending dari uretra ke dalam kandung
kemih.
EPIDEMIOLOGI
Data statistik menyebutkan 20-30% perempuan akan mengalami infeksi
saluran kemih berulang pada suatu waktu dalam hidup mereka, sedangkan
pada laki-laki hal tersebut sering terjadi terjadi setelah usia 50 tahun
keatas.5 Pada masa neonatus, infeksi saluran kemih lebih banyak terdapat
pada bayi laki-laki (2,7%) yang tidak menjalani sirkumsisi dari pada bayi
perempuan (0,7%), sedangkan pada masa anak-anak hal tersebut terbalik
dengan ditemukannya angka kejadian sebesar 3% pada anak perempuan dan
1% pada anak laki-laki. Insiden infeksi saluran kemih ini pada usia remaja
anak perempuan meningkat 3,3% sampai 5,8%.
FAKTOR RESIKO
1. Riwayat diabetes melitus
2. Riwayat kencing batu (urolitiasis)
3. Hygiene pribadi buruk
4. Riwayat keputihan
5. Kehamilan
6. Riwayat infeksi saluran kemih sebelumnya
7. Riwayat pemakaian kontrasepsi diafragma
8. Kebiasaan menahan kencing
9. Hubungan seksual
10. Anomaly struktur saluran kemih
MANIFESTASI KLINIS
1. Demam
2. Susah buang air kecil
3. Nyeri saat diakhir BAK
4. Sering BAK
5. Nokturia
6. Nyeri suprapubik

PATOGENESIS
a. Infeksi saluran kemih tanpa komplikasi (ISK)
Infeksi saluran kemih tanpa komplikasi (ISK) dimulai ketika uropatogen
yang berada di usus mencemari daerah periuretra (1). dan mampu
menjajah uretra. Migrasi selanjutnya ke kandung kemih (2) dan ekspresi
pili dan adhesins menghasilkan kolonisasi dan invasi sel payung
superfisial (3) Respon inflamasi host, termasuk infiltrasi neutrofil (4),
mulai membersihkan bakteri ekstraseluler. Beberapa bakteri menghindari
sistem kekebalan, baik melalui invasi sel inang atau melalui perubahan
morfologis yang menghasilkan resistensi terhadap neutrofil, dan bakteri
ini mengalami multiplikasi (5) dan pembentukan biofilm (6). Bakteri ini
menghasilkan racun dan protease yang menyebabkan kerusakan sel inang
(7), melepaskan nutrisi penting yang meningkatkan kelangsungan hidup
bakteri dan kenaikan ke ginjal (8). Kolonisasi ginjal (9) menghasilkan
produksi toksin bakteri dan kerusakan jaringan inang (10). Jika tidak
diobati, ISK pada akhirnya dapat berkembang menjadi bakteremia jika
patogen melewati penghalang epitel tubular di ginjal (11).
b. Uropathogens yang menyebabkan ISK dengan komplikasi
langkah awal sama seperti yang dijelaskan untuk infeksi tanpa
komplikasi, termasuk kolonisasi periuretra (1), perkembangan ke uretra
dan migrasi ke kandung kemih (2). Namun, agar patogen menyebabkan
infeksi, kandung kemih harus dikompromikan. Penyebab paling umum
dari kandung kemih yang terganggu adalah kateterisasi. Karena respon
imun yang kuat yang disebabkan oleh kateterisasi (3), fibrinogen
terakumulasi di kateter, menyediakan lingkungan yang ideal untuk
perlekatan uropatogen yang mengekspresikan protein pengikat
fibrinogen. Infeksi menginduksi infiltrasi neutrofil (4), tetapi setelah
pemasangan awal mereka ke kateter berlapis fibrinogen, bakteri
berkembang biak (5), membentuk biofilm (6), meningkatkan kerusakan
epitel (7) dan dapat menyebabkan infeksi ginjal (8,9), di mana produksi
toksin menyebabkan kerusakan jaringan (10). Jika tidak diobati,
uropatogen yang menyebabkan ISK yang rumit juga dapat berkembang
menjadi bakteremia dengan melewati penghalang sel epitel tubular (11).

HASIL PEMERIKSAAN
1. Pemeriksaan Fisik :
- Demam
- Flank pain (nyeri ketok pinggang belakang/costovertebral angle)
- Nyeri tekan suprapubic
2. Pemeriksaan penunjang
- Darah perifer lengkap
- Urinalisis
- Ureum dan kreatinin
- Kadar gula darah

PENATALAKSANAAN
1. Minum air putih minimal 2 liter/hari bila fungsi ginjal normal
2. Menjaga higienitas genitalia eksterna
3. Pada kasus non komplikata, pemberian antibiotic selama 3 hari dengan
pilihan :
a. Trimetoprim sulfametoxazole (2x 160 – 800 mg, selama 3 hari)
b. Fluorikuinolon
c. Amoxicillin-clavulanate (500/125 mg 2x sehari peroral selama 3-7
hari, 250/125 mg 3 x sehari peroral selama 5-7 hari)
d. Cefpodoxime (200 mg 2x sehari selama 10 hari)

PROGNOSIS
Pada umumnya baik, kecuali bila hygiene genital tetap buruk, ISK dapat
berulang atau menjadi kronis.

KOMPLIKASI
Gagal ginjal, sepsis, ISK berulang atau kronik kekambuhan

Referensi :
- Rani Purnama Sari, Muhartono. Angka Kejadian Infeksi Saluran Kemih
(ISK) dan Faktor Resiko Yang Mempengaruhi Pada Karyawan Wanita di
Universitas Lampung.Bagian Patologi Anatomi, Fakultas Kedokteran,
Universitas Lampung.desember 2018
- Ana L. Flores-Mireles,* Jennifer N. Walker,* Michael Caparon, and Scott
J. Hultgren. Urinary tract infections: epidemiology, mechanisms of
infection and treatment options.May 2015.NCBI
- Buku Panduan Praktis Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan
Primer.Edisi Revisi Tahun 2014.IDI.

7. Bagaimana tatalaksana awal yang dapat diberikan sesuai dengan


scenario?
Tatalaksana awal
 ANALGETIK
Praktik dalam tatalaksana nyeri, secara garis besar stategi
farmakologi mengikuti ”WHO Three Step Analgesic Ladder” yaitu
:
1. Tahap pertama dengan menggunakan obat analgetik nonopiat
seperti NSAID atau COX2 spesific inhibitors.
2. Tahap kedua, dilakukan jika pasien masih mengeluh nyeri.
Maka diberikan obat-obat seperti pada tahap 1 ditambah opiat
secara intermiten.
3. Tahap ketiga, dengan memberikan obat pada tahap 2 ditambah
opiat yang lebih kuat. Penanganan nyeri berdasarkan
patofisiologi nyeri paada proses transduksi dapat diberikan
anestesik lokal dan atau obat anti radang non steroid, pada
transmisi inpuls saraf dapat diberikan obat-obatan anestetik
lokal, pada proses modulasi diberikan kombinasi anestetik
lokal, narkotik, dan atau klonidin, dan pada persepsi diberikan
anestetik umum, narkotik, atau parasetamol .
NYERI SEDANG
Farmakoterapi Tingkat III
Nama Obat Dosis Jadwal
Asetaminofen Penyesuaian dosis. 4-6 jam sekali
Misal: Aspirin 1000 mg
Ibuprofen 4-6 jam sekali

Sodium Naproksen 8-12 jam sekali

Ketoprofen 4-6 jam sekali

Farmakoterapi Tingkat IV
Jika farmakoterapi tingkat III gagal, OAINS yang dipilih dapat diganti. Pilihan OAINS ke-2 sebaiknya
dari kelompok kimia yang berbeda (Lihat tabel analgesik non-opioid yang sering digunakan)

Farmakoterapi Tingkat V
Opioid (misal:codein)

Pada dasarnya ada 3 kelompok obat yang mempunyai efek analgetika


yang dapat digunakan untuk menanggulangi nyeri akut.
1. Obat analgetika nonnarkotika.
Termasuk disini adalah obat anti-inflamasi nonsteroid (AINS)
Banyak jenis obat ini. Manfaat dan efek samping obat-obat ini wajib
dipahami sebelum memberikan obat ini pada penderita. Obat
antiinflamasi nonsteroid mempunyai titik tangkap kerja dengan
mencegah kerja ensim siklooksigenase untuk mensintesa
prostaglandin. Prostaglandin yang sudah terbentuk tidak terpengaruh
oleh obat ini.
Obat ini efektif untuk mengatasi nyeri akut dengan intensitas
ringan sampai sedang. Obat ini tersedia dalam kemasan yang dapat
diberikan secara oral (tablet, kapsul, sirup), dalam kemasan suntik.
Kemasan suntik dapat diberikan secara intra muskuler, dan intravena.
Pemberian intravena dapat secara bolus atau infus. Obat ini juga
tersedia dalam kemasan yang dapat diberikan secara supositoria
• Memiliki potensi analgesik sedang dan merupakan anti-radang.
Efektif untuk bedah mulut dan bedah ortopedi minor. Mengurangi
kebutuhan akan opioid setelah bedah mayor. Obat-obat AINS
memiliki mekanisme kerja sama, jadi jangan kombinasi dua obat
AINS yang berbeda pada waktu bersamaan.
• Diketahui meningkatkan waktu perdarahan, dan bisa menambah
kehilangan darah.
• Bisa diberikan dengan banyak cara: oral, im, iv, rektal, topikal.
Pemberian oral lebih disukai jika ada. Diklofenak iv harus
dihindari karena nyeri dan bisa menimbulkan abses steril pada
tempat suntikan.

Kontraindikasi AINS

• Riwayat tukak peptik


• Insufisiensi ginjal atau oliguria
• Hiperkalemia
• Transplantasi ginjal
• Antikoagulasi atau koagulopati lain
• Disfungsi hati berat
• Dehidrasi atau hipovolemia
• Terapi dengan frusemide
• Riwayat eksaserbasi asma dengan AINS
Gunakan AINS dengan hati-hati (risiko kemunduran fungsi ginjal)
pada :
• Pasien > 65 tahun
• Penderita diabetes yang mungkin mengidap nefropati dan/atau
penyakit pembuluh darah ginjal
• Pasien dengan penyakit pembuluh darah generalisata
• Penyakit jantung, penyakit hepatobilier, bedah vaskular mayor
• Pasien yang mendapat penghambat ACE, diuretik hemat- kalium,
penyekat beta, cyclosporin, atau metoreksat.
• Elektrolit dan kreatinin harus diukur teratur dan setiap
kemunduran fungsi ginjal atau gejala lambung adalah indikasi
untuk menghentikan AINS.
Ibuprofen aman dan murah. Obat-obat kerja lama (misal
piroksikam) cenderung memiliki efek samping lebih banyak.
Penghambat spesifik dari siklo-oksigenase 2 (COX-2) misal
meloxicam mungkin lebih aman karena efeknya minimal terhadap
sistem COX gastrointestinal dan ginjal.
Pemberian AINS dalam jangka lama cenderung menimbul-kan
efek samping daripada pemberian singkat pada periode perioperatif.
Antagonis H2 (misal ranitidin) yang diberikan bersama AINS bisa
melindungi lambung dari efek samping.
2. Obat analgetika narkotik
Obat ini bekerja dengan mengaktifkan reseptor opioid yang
banyak terdapat didaerah susunan saraf pusat. Obat ini terutama
untuk menanggulangi nyeri akut dengan intensitas berat. Terdapat
5 macam reseptor opioid, Mu, Kappa, Sigma, Delta dan Epsilon.
Obat analgetika narkotika yang digunakan dapat berupa
preparat alkaloidnya atau preparat sintetiknya. Penggunaan obat
ini dapat menimbulkan efek depresi pusat nafas bila dosis yang
diberikan relatif tinggi.
Efek samping yang tidak tergantung dosis, yang juga dapat terjadi
adalah mual sampai muntah serta pruritus. Pemakaian untuk
waktu yang relatif lama dapat diikuti oleh efek toleransi dan
ketergantungan.
Obat ini umumnya tersedia dalam kemasan untuk pemberian
secara suntik, baik intra muskuler maupun intravena.
Pemberian intravena, dapat secara bolus atau infus. Dapat
diberikan secara epidural atau intra tekal, baik bolus maupun
infuse (epidural infus). Preparat opioid Fentanyl juga tersedia
dalam kemasan yang dapat diberikan secara intranasal atau
dengan patch dikulit. Sudah tersedia dalam bentuk tablet (morfin
tablet). Juga tersedia dalam kemasan supositoria.
Penggunaan obat narkotik ini harus disertai dengan pencatatan
yang detail dan ketat, serta harus ada pelaporan yang rinci tentang
penggunaan obat ini ke instansi pengawas penggunaan obat-obat
narkotika.
 ANTIEMETIK

 Metoclopramide 10 mg tiga kali sehari efektif hingga 40% kasus.


 Haloperidol 1,5–5 mg sehari efektif hingga 47% kasus,
 sementara klorpromazin 25 mg empat kali sehari efektif hingga
70% kasus.
 Olanzapine 2,5–7,5 mg setiap hari juga dianggap efektif, tetapi
tingkat respons yang tepat tidak diketahui. 
Referensi:
- Morgan, G.E., Pain Management, In: Clinical Anesthesiology 2 nd ed.
Stamford: Appleton and Lange, 1996, 274-316.
- Wardani NP.2014. Manajemen Nyeri Akut. FK Universitas Udayana.
Denpasar.
- Glare P, Miller J, Nikolova T, Tickoo R. Treating nausea and vomiting in
palliative care: a review. Clin Interv Aging 2011;6:243-59.
10.2147/CIA.S13109 [PMC free article]  [PubMed] [CrossRef] [Google
Scholar]

8. Bagaimana preventif dan promotif yang dapat diberikan pada pasien


berdasarkan skenario ?
Tindakan preventif dan promotif yang dapat dilakukan dengan pengaturan diet
makanan, cairan, dan aktivitas
1. Strategi pengobatan yang umum digunakan pada urolithiasis yang bukan
disebabkan karena infeksi bakteri adalah dengan meningkatkan konsumsi
air. Peningkatan konsumsi air setiap hari dapat mengencerkan urin dan
membuat konsentrasi pembentuk urolithiasis berkurang. Selain itu, saat
mengkonsumsi makanan yang cenderung kering hendaknya
mengkonsumsi air yang banyak. Konsumsi air sebanyak-banyaknya dalam
satu hari minimal 8 gelas atau setara dengan 2-3 liter per haria.
2. a.Konsumsi makanan seperti ikan dan kurangi konsumsi oksalat (seperti
daging) untuk menurunkan oksalat dalam urin dan resiko pembentukan
batu oksalat.
b. Mengurangi diet protein hewani dan purin lainnya untuk menurunkan
kadar asam urat dalam urin dan resiko pembentukan batu asam urat.
c. Mengurangi makanan yang mengandung tinggi kadar garam karena
dapat meningkatkan rasa haus, selain itu garam akan mengambil banyak
air dari dalam tubuh sehingga tubuh akan mengalami dehidrasi tanpa
disadari. Disarankan jika terlalu banyak mengkonsumsi garam hendaknya
anda imbangi dengan mengkonsumsi banyak air yang berfungsi untuk
melarutkan garam yang ada di dalam tubuh.
d. Meningkatkan diet kalsium untuk mengikat oksalat di usus dan dengan
demikian akan menurunkan kadar oksalat dalam urin.
3. Tingginya aktivitas yang dilakukan dengan diimbangi asupan cairan yang
seimbang maka ada kemungkinan akan memperkecil resiko terjadinya
pembentukan batu.

Pencegahan yang dilakukan adalah berdasarkan atas kandungan unsur


yang menyusun batu saluran kemih yang diperoleh dari analisis batu. Pada
umumnya pencegahan itu berupa :
1. Menghindari dehidrasi dengan minum cukup dan diusahakan produksi urin
2-3 liter per hari.
2. Diet untuk mengurangi kadar zat-zat komponen pembentuk batu.
3. Aktivitas harian yang cukup.
4. Pemberian medikamentosa.

Beberapa diet yang dianjurkan untuk mengurangi kekambuhan adalah:


1. Rendah protein, karena protein akan memacu ekskresi kalsium urine dan
menyebabkan suasana urine menjadi lebih asam
2. Rendah oksalat
3. Rendah garam, karena natriuresis akan memacu timbulnya hiperkalsiuri
4. Rendah purin
5. Diet rendah kalsium tidak dianjurkan kecuali pada pasien yang menderita
hiperkalsiuri tipe II

Referensi:
- Han, E. S. and goleman, daniel; boyatzis, Richard; Mckee, A. (2019) ,
Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), pp. 1689–1699.
- Farengki (2015) Faktor – faktor yang berhubungan dengan resiko
terjadinya batu ginjal di poli urologi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo :
Jakarta

9. Jelaskan persepektif islam berdasarkan skenario !


‫َما أَ ْن َز َل هللاُ دَا ًء ِإاَّل أَ ْن َز َل لَهُ ِشفَا ًء‬

“Tidaklah Allah menurunkan penyakit kecuali Dia juga menurunkan


penawarnya.” (HR Bukhari).

imam Muslim ‘merekam’ sebuah hadits dari Jabir bin ‘Abdullah radhiyallahu


‘anhu, dari Rasulullah ‫ﷺ‬, bahwasannya beliau bersabda,

‫ن هللا ِ َع َّز َو َج َّل‬wِ ‫ْب َد َوا ُء ال َّدا ِء بَ َرأَ بِإ ِ ْذ‬ ِ ُ ‫ أ‬w‫ فَإ ِ َذا‬،‫لِ ُك ِّل دَا ٍء َد َوا ُء‬
َ ‫صي‬

“Setiap penyakit ada obatnya. Apabila obat itu tepat untuk suatu penyakit,
penyakit itu akan sembuh dengan seizin Allah ‘Azza wa Jalla.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah kalian minum


sambil berdiri. Barang siapa lupa sehingga minum sambil berdiri, maka
hendaklah ia berusaha untuk memuntahkannya.” (HR Ahmad no. 8135). Kata
Ibnu Qayyim dalam Zaadul Ma’ad, “Minum sebaiknya sambil duduk. Nabi
SAW melarang minum sambil berdiri.” Larangan minum sambil berdiri ini
nyatanya bisa dibuktikan dalam kajian akupuntur yang diadakan di Tiongkok.
Studi itu menegaskan bahwa air putih yang masuk dengan cara diminum
sambil duduk lebih baik dibandingkan sambil berdiri. Alasannya, air yang
diminum saat duduk akan disaring oleh sfringer yang merupakan struktur
maskuler atau berotot yang bisa membuka, sehingga air bisa melewati kandung
kemih dan menutup. Sehingga, air yang kita minum disalurkan pada pos-pos
penyaringan yang berada di ginjal. Sebaliknya, jika meminum air sambil
berdiri, maka air yang diminum akan masuk, tidak tersaring, dan langsung
menuju kandung kemih. Ketika air langsung menuju kandung kemih, maka
akan terjadi pengendapan di saluran ureter dan bisa menyebabkan penyakit
kristal ginjal. Penyakit ini merupakan salah satu penyakit berbahaya yang bisa
menyebabkan seseorang susahkencing.

Anda mungkin juga menyukai