FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2020
A. SKENARIO
Seorang perempuan berusia 39 tahun datang ke poliklinik umum dengan keluhan
nyeri pada perut kanan bawah sejak 2 hari yang lalu. Nyeri dirasakan menjalar
sampai ke labium. Nyeri bersifat hilang timbul, ada mual maupun muntah.
B. KATA SULIT
Labium
Labium (bibir / lipatan kulit)
Labium terbagi atas 2 yaitu:
Labia majora
Kata "labia majora" diartikan sebagai bibir yang lebih besar. Labia majora adalah
sepasang lipatan kulit kulit yang menonjol yang akan membentuk batas
memanjang lateral celah vulva.
Labia Minora
"Labia minora" didefinisikan sebagai bibir yang lebih kecil. Labia minor adalah
sepasang lipatan kulit kecil yang dimulai dari klitoris dan meluas ke bawah.
Referensi:
C. KATA/KALIMAT KUNCI
1. Perempuan 39 tahun
2. Nyeri perut kanan bawah sejak 2 hari yang lalu
3. Nyeri menjalar sampai ke labium
4. Nyeri bersifat hilang timbul
5. Mual dan muntah
D. PERTANYAAN
1. Jelaskan anatomi, fisiologi mengenai sistem uronefrologi dan anatomi
secara khusus region abdomen !
2. Apa saja penyakit-penyakit yang menyebabkan nyeri perut kanan bawah ?
3. Jelaskan jenis-jenis nyeri perut !
4. Jelaskan patomekanisme gejala yang terdapat pada skenario (nyeri perut
kanan bawah, nyeri menjalar ke labium, mual dan muntah) !
5. Jelaskan langkah-langkah diagnosis berdasarkan skenario !
6. Apa saja diagnosa banding pada scenario ?
7. Bagaimana tatalaksana awal yang dapat diberikan sesuai dengan scenario?
8. Bagaimana preventif dan promotif yang dapat diberikan pada pasien
berdasarkan skenario ?
9. Jelaskan persepektif islam berdasarkan skenario !
E. JAWABAN
1. Jelaskan anatomi, fisiologi mengenai sistem uronefrologi dan anatomi
secara khusus region abdomen !
ANATOMI GINJAL
Ternasuk sistema excretorius yang memproduksi urin, dan mangalirkan keluar
tubuh. Urin merupakan hasil filtrasi darah yang berlangsung terus menerus.
Terdiri dari :
a. Ren
Ada dua buah, bentuk seperti kacang merah dengan ukuran 11 cm, lebar
6 cm dan tebal 3 cm. Lokalisasi di dalam cavum abdominis, berada di
sebelah kiri dan kanan columna vertebralis. Ujung cranial disebut polus
superior (=polus cranialis) dan ujung caudal disebut polus inferior (=polus
caudalis), membentuk fasies anterior dan facies posterior. Kedua
permukaan membentuk margo lateralis dan margo medialis Pada margo
medialis terdapat hilum renale, yang merupakan tempat keluar masuk
arteri renalis vena, renalis, ureter dan serabut-serabut saraf. Pada polus
superior tedapat glandula suprarenalis
b. Ureter
Ureter adalah saluran yang dibentuk oleh jaringan otot polos dengan
ukuran 25-30 cm, menghubungkan ren dengan vesica urinaria. Sebagian
berada di dalam cavum abdominis disebut pars abdominalis, dan sebagian
lagi berada di dalam cavum pelvicum disebut pars pelvina. Pangkal ureter
merupakan kelanjutan dari pelvis renis, lepas dari ren melalui hilus renale,
berada di sebelah dorsal vasa renalis.
Kedua ureter bermuara ke dalam vesica urinaria dengan jarak 5 cm satu
sama lain. Berjalan obliq sepanjang 2 cm di dalam dinding vesica urinaria
sebelum bermuara ke dalam vesica uinaria, disebut ostum ureteris terdapat
3 tempat penyempitan ureter, yaitu pada peralihan pelvis renis menjadi
ureter, (2) kompilasi menyilang ailliaca communis, (3) bercampur dalam
vesica urinana.
c. Vesica urinaria
Sebuah kantong yang digunakan oleh jaringan ikat dan otot polos,
berfungsi sebagai tempat penyimpanan urin. Volume 2000 3000 cc.
Morfologi sangat bervariasi, ditentukan oleh waktu, jenis kelamin darn
volume.
d. Urethra
Suatu saluran fibromuscular, dilalui oleh urin dari vesica urinaria.
Saluran ini menutup pada saat kosong. Pada pria juga dilalui oleh air mani
(spermatozoa) Ada beberapoa antara urethra feminina dan urethra
masculina. Urethra pada wanita disebut Urethra Feminina sedangkan pada
laki-laki disebut urethra Masculina.
Gambar organ-organ system urinaria
Gambar 1.
Anatomi Ginjal
Regio Abdomen
Regio dan kuadran pada abdomen
- Dalam bentuk kuadran
Penentuannya dengan menarik garis horizontal dan vertikal melalui
umbilikus.
- Dalam bentuk regio
Penentuannya dengan menarik 2 garis sejajar dengan garis median dan
transversal yang menghubungkan 2 titik paling bawah dari arcus costa dan 1
lagi yang menghubungkan ke-2 Spina Illiaca Anterior Superior.
a. Regio hipokondrium dextra : lobus hepatis dexter, kantung empedu, ½
atas ginjal, kelenjar suprarenal dextra
b. Regio epigastrium : aorta, caput pancreas, sebagian hepar, ujung pilorik
lambung.
c. Regio hipokondrium sinistra : lien, lambung, kelenjar suprarenal sinistra,
½ atas ginjal sinistra, cauda pancreatic, flexura splenik pada colon
d. Regio lumbalis dextra : colon ascendens, ren dextra
e. Regio umbilicalis : jejunum, ileum, colon transversus, omentum
f. Regio lumbalis sinistra : ren sinistra, colon descendens
g. Regio inguinal dextra : caecum, appendix, ovarium dextra, tuba fallopi
dextra
h. Regio suprapubis : vesica urinaria, uterus
i. Regio inguinal sinistra : colon sigmoid, ovarium sinistra
Referensi
- Bagian Anatomi.2016. Anatomi umum dan Colli Facialis.Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin
- PaulsenF.& J. Waschke. Sobotta Atlas Anatomi Manusia: Anatomi Umum
dan Muskuloskeletal. Penerjemah : Brahm U. Penerbit. Jakarta : EGC
- Basuki B. Purnomo. Dasar-dasar Urologi. Edisi 3. Bab 5, hal 99
- Guyton, Hall JE. 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12. Jakarta
: EGC
- Sherwood, Lauralee.2014.Fisiologi Manusia dari sel ke system. Edisi
9.Penerbit Buku Kedokteran EGC
Referensi :
- Sander, Moch. Aleq. 2011. Appendisitis Akut. Malang :
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang
- Purnomo, Basuki B. 2003. Dasar-dasar Urologi. Edisi Kedua.
Malang : Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya
- Sjamsuhidajat, De Jong W. 2003. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi
2. Jakarta : EGC
- Aboet, Aswar. 2012. Penyakit Radang Panggul. Jakarta :
EGC).
Referensi:
- Ahmad, Palinrungi. Ilmu Bedah Urologi Gambaran Klinik Penyakit-
penyakit dan Kelainan Traktus Urogenitalia. Makassar : Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin. 2012. Hal: 26-30
- Sjamsuhidat, R, dkk. 2011. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi ke 3. Jakarta.
EGC
Nyeri perut
Nyeri yang disebabkan oleh kelainan yang terdapat pada organ
urogenitalia dapat dirasakan sebagai nyeri lokal, yaitu nyeri yang dirasakan di
sekitar organ itu sendiri atau berupa referred pain, yaitu nyeri yang dirasakan
jauh dari tempat organ yang sakit. Sebagai contoh, nyeri lokal pada kelainan
ginjal dapat dirasakan di daerah sudut kostovertebra; dan nyeriakibat kolik
ureter dapat dirasakan hingga ke daerah inguinal, testis, dan bahkan sampai ke
tungkai bawah.Inflamasi akut pada organ padat traktus urogenitalia seringkali
dirasakan sangat nyeri; hal ini disebabkan karena regangan kapsul yang
membungkus organ tersebut.
Berdasarkan skenario, keluhan yang dirasakan nyeri pada perut kanan
bawah. Nyeri ini mungkin merupakan nyeri kolik. Nyeri kolik terjadi karena
aktivitas peristaltik otot polos sistem kalises ataupun ureter meningkat dalam
usaha untuk mnengeluar-kan batu dari saluran kemih. Peningkatan peristaltik
itu menyebabkan tekanan intraluminalnya meningkat sehingga terjadi
peregangan dari terminal saraf yangmemberikan sensasi nyeri. Sedangkan,
nyeri non kolik sendiri terjadi akibat peregangan kapsul ginjal karena terjadi
hidronefrosis atau infeksi pada ginjal.
Nyeri kolik ureter dan ginjal merupakan nyeri yang terjadi akibat spasmus
otot polos ureter atau sistem kalises ginjal. Hal ini disebabkan gerakan
peristaltiknya terhambat oleh batu, bekuan darah, atau oleh benda asing lain.
Nyeri ini dirasakan sangat sakit, hilang-timbulsesuai dengan gerakan peristaltik
otot polos. Pertama-tama dirasakan di daerah sudut kosto- vertebra kemudian
menjalar ke dinding depan abdomen, ke regio inguinal, hingga ke daerah
labium. Tidak jarang nyeri kolik diikuti dengan keluhan pada organ pencernaan
seperti mual dan muntah. Penyebab sumbatan pada umumnya adalah batu,
bekuan darah, atau debris yang berasal dari ginjal dan turun ke ureter. Batu
kecil yang turun ke pertengahan ureter pada umumnya menyebabkan
penjalaran nyeri ke pinggang sebelah lateral dan seluruh perut. Jika batu turun
mendekati buli-buli biasanya disertai dengan keluhan lain yang mirip dengan
gejala iritasi saluran kemih sebelah bawah, seperti urgensi dan disuria.
Mual muntah:
Suatu sensasi nyeri yang hebat yang bersifat serangan, datang-datang dan
berulang, kemudian hilang dengan atau tanpa obat. Beberapa saat kemudian
akan datang kembali bila belum diobati. Kolik ini biasa terjadi pada organ
berupa saluran seperti ureter, usus dan duktuscholedochus, yang mengalami
sumbatan atau obstruksi, sementara organ tersebut dengan mekanisme
peristaltik akan berusaha mendorong bendayang menyumbat itu ke distal.
Hiperperistaltik dari otot-otot proksimal sumbatan tersebut begitu kuat sampai
terjadi spasme yang hebat dan inilahyang menyebabkan rasa nyeri yang hebat
tersebut. Setelah kontraksi otot tersebut mencapai puncak maksimalnya
akhirnya akan relaksasi kembali dan nyeri akan hilang. Kalau benda yang
menyumbat tersebut belum turun/hilang misalnya batu pada ureter, kontraksi
sampai spasme tersebutakan berulang kembali. Begitu nyerinya kolik ini,
penderita tersebut tak bisa istrahat, jalan, duduk tetap sakit dan kadang-kadang
terguling-guling,keringatan, mual sampai muntah.
Kondisi ini merupakan efek samping dari kondisi ketidaknyamanan pada
pasien karena nyeri yang sangat hebat.K ita ketahui bahwa apabila terjadi
Nyeri maka impuls akan diteruskan ke regio cortical tepatnya di cortex
cerebral, dan di teruskan juga melalui medulla , di medulla terjadi pengaktifan
sistem nervus vagus dan sistem enterik. pengaktifan nervus vagus
menyebabkan terjadinya relaksasi lambung, penurunan kerja otot pilorus,
peningkatan tekanan intra gaster dan menyebabkan muntah
Referensi:
Pemeriksaan Ginjal
Pemeriksaan inspeksi daerah pinggang dimulai dengan meminta pasien duduk
relaks dengan membuka penutup (pakaian) pada daerah perut sebelah atas.
Diperhatikan adanya pembesaran asimetri pada daerah pinggang atau abdomen
sebelah atas. Pembesaran itu mungkin disebabkan oleh karena hidronefrosis,
abses paranefrik, atau tumor ginjal, atau tumor pada organ retroperitoneum
yang lain.
Palpasi ginjal dilakukan secara bimanual dengan memakai dua tangan. Tangan
kiri diletakkan di sudut kosto-vertebra untuk mengangkat ginjal ke atas
sedangkan tangan kanan meraba ginjal dari depan di bawah arkus kosta, seperti
diperlihatkan pada gambar 3-2. Pada bayi atau neonatus palpasi ginjal
dilakukan dengan cara meletakkan ibu jari di sebelah anterior dan keempat jari
lainnya di sebelah posterior pada sudut kosto-vertebra. Pada saat inspirasi
ginjal teraba bergerak ke bawah, Dengan melakukan palpasi bimanual, ginjal
kanan yang normal pada anak atau dewasa yang bertubuh kurus seringkali
masih dapat diraba. Ginjal kiri sulit diraba, karena terletak lebih tinggi daripada
sisi kanan.
Auskultasi pada epigastrium atau abdomen sebelah atas terdengar suara bruit
patut dicurigai adanya stenosis arteria renalis, apalagi kalau terdapat bruit yang
terus menerus (sistolik-diastolik). Bruit pada abdomen juga bisa disertai oleh
aneurisma arteria renalis atau malformasi arteriovenus.
Pemeriksaan Buli-Buli
Pada buli-buli normal sulit untuk diraba, kecuali jika sudah terisi urine paling
sedikit 150 mL. Pada pemeriksaan buli-buli diperhatikan adanya
benjolan/massa atau jaringan parut bekas irisan/operasi di suprasimfisis. Massa
di daerah suprasimfisis mungkin merupakan tumor ganas buli-buli atau karena
buli-buli yang terisi penuh dari suatu retensi urine. Dengan palpasi dan perkusi
dapat ditentukan batas atas buli-buli. Seringkali dengan inspeksi terlihat buli-
buli yang terisi penuh hingga melewati batas atas umbilikus. Pemeriksaan
bimanual pada buli-buli di bawah pembiusan dilakukan untuk menentukan
ekstensi dan mobilitas tumor buli-buli setelah reseksi. Pada pasien wanita,
palpasi bimanual dilakukan dengan menekan buli-buli memakai tangan yang
diletakkan di atas abdomen dan jari dari tangan yang lain pada vagina. Pada
pria, tangan satu pada abdomen, dan jari tangan lain mengangkat buli-buli
melalui colok dubur.
Pada Urolithiasis : batu urethra dapat mengalami miksi yang tiba-tiba terhenti
disertai rasa sakit yang hebat pada glans penis, batang penis, perineum, dan
rectum
Pemeriksaan Neurologi
Pemeriksaan neurologi ditujukan untuk mencari kemungkinan adanya kelainan
neurologik yang mengakibatkan kelainan pada sistem urogenitalia, seperti pada
lesi motor neuron atau lesi saraf perifer yang merupakan penyebab dari buli-
buli neurogen.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Urinalisis
Pemeriksaan urinalisis merupakan pemeriksaan yang paling sering dikerjakan
pada kasus- kasus urologi. Pemeriksaan ini meliputi uji:
- Makroskopik dengan menilai warna, bau, dan berat jenis urine
- Kimiawai meliputi pemeriksaan derajat keasaman/pH, protein, dan gula
dalam urine
- Mikroskopik mencari kemungkinan adanya sel-sel, cast (silinder), atau
bentukan lain di dalam urine.
Urine mempunyai pH yang bersifat asam, yaitu rata-rata: 5,5 - 6,5. Jika
didapatkan pH yang relatif basa kemungkinan terdapat infeksi oleh bakteri
pemecah urea, sedangkan jika pH yang terlalu asam kemungkinan terdapat
asidosis pada tubulus ginjal atau ada batu asam urat. Pemeriksaan mikroskopik
urine ditujukan untuk mencari kemungkinan adanya sel-sel darah, sel-sel yang
berasal dari saluran reproduksi pria, sel-sel organisme yang berasal dari luar
saluran kemih, silinder, ataupun kristal.
Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah rutin terdiri atas pemeriksaan kadar hemoglobin, leukosit,
laju endap darah, hitung jenis leukosit, dan hitung trombosit.
Elekrolit: Natrium, Kolium, Ca (kalsium), Fosfot
Kadar natrium sering diperiksa pada pasien yang menjalani tindakan reseksi
prostat transuretra (TURP), Selama TURP banyak cairan (H2O) yang masuk
ke sirkulasi sitemik sehingga terjadi relatif hiponatremia. Untuk itu sebelum
TURP perlu diperiksa kadar natrium sebagai bahan acuan jika selama operasi
diduga terdapat hiponatremia. Pemeriksaan elektrolit lain berguna untuk
mengetahui faktor predisposisi pembentukan batu saluran kemih, antara lain:
kalsium, fosfat, magnesium; selain itu untuk mendeteksi adanya sindromo
paraneoplastik yang dapat terjadi pada tumor Grawitz.
Faal Urin
Beberapa uji faal ginjal yang sering diperiksa adalah pemeriksaan kadar
kreatinin, kadar ureum atau BUN (blood urea nitrogen), dan klirens kreatinin.
Kultur Urine
Pemeriksaan kultur urine diperiksa jika ada dugaan infeksi saluran kemih. Jika
didapatkan kuman di dalam urine, dibiakkan di dalam medium tertentu untuk
mencari jenis kuman dan sekaligus sensitivitas kuman terhadap antibiotika
yang diujikan.
Patologi Anatomi
Pada pemeriksaan ini dapat ditentukan suatu jaringan normal, mengalami
proses inflamasi, pertumbuhan benigna, atau terjadi pertumbuhan maligna.
Selain itu pemeriksaan ini dapat menentukan stadium patologik serta derajat
diferensiasi suatu keganasan.
PEMERIKSAAN RADIOLOGI (PENCITRAAN)
Foto polos abdomen
Foto polos abdomen atau KUB (Kidney Ureter Bladder) adalah foto skrining
untuk pemeriksaan kelainan-kelainan urologi
Sistografi
Sistografi adalah pencitraan buli-buli dengan memakai kontras.Dari sistogram
dapat dikenali adanya tumor atau bekuan darah di dalam buli-buli yang
ditunjukan oleh adanya filling defect, adanya robekan buli-buli yang terlihat
sebagai ekstravasasi kontras ke luar dari buli-buli, adanya divertikel buli-buli,
buli-buli neurogenik, dan kelainan pada buli-buli yang lain. Pemeriksaan ini
dapat untuk menilai adanya inkontinensia stress pada wanita dan untuk menilai
adanya refluks vesiko-ureter.
USG (Ultrasonografi)
Pemeriksaan pada ginjal dipergunakan: (1) untuk mendeteksi keberadaan dan
keadaan ginjal (hidronefosis, kista, massa, atau pengkerutan ginjal). Pada buli-
buli, USG berguna untuk menghitung sisa urine pasca miksi dan mendeteksi
adanya batu atau tumor di buli-buli. Pada kelenjar prostat, melalui pendekatan
transrektal (TRUS) dipakai untuk mencari nodul pada keganasan prostat dan
menentukan volume/besarnya prostat. Jika didapatkan adanya dugaan
keganasan prostat, TRUS dapat dipakai sebagai penuntun dalam melakukan
biopsi kelenjar prostat. Pada testis, berguna untuk membedakan antara tumor
testis dan hidrokel testis, serta kadang-kadang dapat mendeteksi letak testis
kriptorkid yang sulit diraba dengan palpasi Pada keganasan, selain untuk
mengetahui adanya massa padat pada organ primer, juga untuk mendeteksi
kemungkinan adanya metastasis pada hepar atau kelenjar para aorta.
Referensi:
Purnomo, B. Basuki. 2011. Dasar-dasar Urologi. Edisi Ketiga. Jakarta : Sagung
Seto.
DEFINISI
Ureterolithiasis adalah kalkulus atau batu di dalam ureter. Batu ureter pada
umumnya berasal dari batu ginjal yang turun ke ureter. Batu ureter
terbentuk ketika konsentrasi substansi tertentu seperti kalium, oksalat,
kalium fosfat, dan asam urat meningkat.
EPIDEMIOLOGI
Penyakit ini dapat menyerang penduduk di seluruh dunia. Angka kejadian
penyakit ini tidak sama di berbagai belahan bumi. Di negara-
negara berkembang banyak dijumpai pasien batu buli-buli sedangkan di
negara maju lebih banyak dijumpai penyakit batu saluran kemih bagian atas;
hal ini karena adanya pengaruh status gizi dan aktivitas pasien sehari-hari.
Di Amerika Serikat 5 ± 10% penduduknya menderita penyakit ini,
sedangkan di seluruh dunia rata-rata terdapat 1 ± 12 % penduduk menderita
batu saluran kemih.
ETIOLOGI
Hiperkalsiuria
Hiperkalsiuria idiopatik
Hiperparatiroidisme primer
Sarkoidosis
Kelebihan vitamin D atau kalsium
Asidosis tubulus ginjal tipe I
Hiperoksaluria
Hiperoksaluria enterik
Hiperoksaluria idiopatik
Hiperoksaluria herediter (tipe I & II)
Hiperurikosuria
Hipositraturia
Idiopatik
Asidosis tubulus ginjal tipe I (lengkap atau tidak lengkap)
Konsumsi asetazolamid
Diare, latihan jasmani dan masukan protein tinggi
Batu Struvit
Batu Sistin
Sistinuria herediter
Batu lain seperti matriks, xantin 2.8 dihidroksadenin, ammonium urat,
triamteren, silikat
Faktor nutrisi
Protein hewani, oksalat, sodium, sukrosa, fruktosa, dan vitamin C
Volume masukan cairan
Volume urine kurang dari 1 L/hari
Kondisi sistemik
Hiperparatiroid primer
Asidosis tubulus renal
Obesitas
Hiperurikosemia
Diabetes Mellitus
Penyakit Crohn:
Operasi bypass lambung
Jenis cairan yang diminum
Soft drink > 1 L per minggu menyebabkan pengasaman dengan
asam fosfor
Jus apel dan anggur14,15
PATOFISIOLOGI
Batu pada ureter umumnya berasal dari batu pada ginjal yang tidak terlalu
besar yang turun. Pembentukan batu biasanya dimulai di kaliks dan pelvis,
kemudian dapat menyebar ke ureter dan vesika urinaria. Dapat juga
terbentuk di saluran kemih bagian bawah. Sehingga komposisinya sama
dengan batu ginjal. Batu berukuran kecil (<5mm) dapat keluar spontan
sedangkan yang berukuran lebih besar menetap dalam ureter 🡪 periureteritis
dan obstruksi kronis (hidronefrosis).
GAMBARAN KLINIS
Keluhan yang disampaikan oleh pasien tergantung pada : posisi atau letak
batu, besar batu. Gerakan peristaltik ureter mencoba mendorong batu ke
distal, sehingga menimbulkan kontraksi yang kuat dan dirasakan sebagai
nyeri yang hebat (kolik). Nyeri ini dapat menjalar hingga ke perut bagian
depan, perut bagian bawah, daerah inguinal, dan samapi ke kemaluan. Batu
yang terletak di sebelah distal ureter dirasakan oleh pasien sebagai nyeri
pada saat kencing atau sering kencing. Batu yang berukuran kecil (<5mm)
pada umumnya dapat keluar dengan spontan sedangkan yang lebih besar
seringkali tetap berada di ureter dan menyebabkan reaksi peradangan serta
menimbulkan obstruksi kronik berupa hidroureter/hidronefrosis.
1. Nyeri
Kolik renal dan non-kolik renal merupakan 2 tipe nyeri yang berasal dari
ginjal. Kolik renal biasanya disebabkan oleh peregangan collecting
system atau ureter, sedangkan non-kolik renal disebabkan oleh distensi
kapsul ginjal. Obstruksi saluran kemih merupakan mekanisme utama
penyebab kolik renal. Kolik renal tidak selalu hilang timbul seperti kolik
usus atau kandung empedu, tetapi lebih konstan. Pasien dengan batu
ginjal biasanya mengalami nyeri akibat obstruksi saluran kemih.
Gejala kolik renal akut tergantung pada lokasi batu; beberapa daerah
yang dipengaruhi, yaitu: kaliks renal, pelvis renal, ureter bagian atas dan
tengah, serta ureter distal.
DIAGNOSIS
1. Anamnesis
Nyeri perut bagian kanan bawah, nyeri pinggang, nyeri saat miksi, mual,
hematuri
2. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Terlihat pembesaran pada daerah pinggang atau abdomen sebelah atas.
Pembesaran ini mungkin karena hidronefrosis.
Palpasi
Ditemukan nyeri tekan pada abdomen sebelah atas. Bisa kiri, kanan atau
dikedua belah daerah pinggang. Pemeriksaan bimanual dengan memakai
dua tangan atau dikenal juga dengan nama tes Ballotement. Ditemukan
pembesaran ginjal yang teraba disebut Ballotement positif.
Perkusi
Ditemukan nyeri ketok pada sudut kostovertebra yaitu sudut yang
dibentuk oleh kosta terakhir dengan tulang vertebra.
3. Pemeriksaan penunjang
Laboratorium
a) Urinalisis
Makroskopik didapatkan hematuria.
Mikroskopik ditemukan sedimen urin yang menunjukkkan adanya
leukosituria, kristal-kristal pembentuk batu.
Pemeriksaan kimiawi ditemukan pH urin lebih dari 7,6 menunjukkan
adanya pertumbuhan kuman pemecah urea dan kemungkinan
terbentuk batu fosfat. Bisa juga pH urin lebih asam dan
kemungkinan terbentuk batu asam urat.
Pemeriksaan kultur urin menunjukkan adanya pertumbuhan kuman
pemecah urea.
Pemeriksaan Faal Ginjal. Pemeriksaan ureum dan kreatinin adalah
untuk melihat fungsi ginjal baik atau tidak. Pemeriksaan elektrolit
untuk memeriksa factor penyebab timbulnya batu antara lain kadar
kalsium, oksalat, fosfat maupun urat di dalam urin.
b) Pemeriksaan Darah Lengkap
Dapat ditemukan kadar hemoglobin yang menurun akibat terjadinya
hematuria. Bisa juga didapatkat jumlah lekosit yang meningkat akibat
proses peradangan di ureter.
Radiologis
Foto BNO-IVP untuk melihat lokasi batu, besarnya batu, apakah terjadi
bendungan atau tidak. Pada foto BNO batu yang dapat dilihat disebut
sebagai batu radioopak, sedangkan batu yang tidak tampak disebut sebagai
batu radiolusen, berikut ini adalah urutan batu menurut densitasnya, dari
yang paling opak hingga yang paling bersifat radiolusen : calsium fosfat,
calsium oxalat, magnesium amonium fosfat, sistin, asam urat, xantine.
Jenis Batu Radioopasitas
Kalsium Opak
Magnesium Amonium Fosfat Semiopak
Urat/Sistin Non opak
CT-SCAN
Tehnik CT scan adalah tehnik pemeriksaan yang paling baik untuk melihat
gambaran semua jenis batu dan juga dapat terlihat lokasi dimana terjadinya
obstruksi.
PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
Thiazide Reabsorbsi Ca di
tubulus
Orthofosfat
Sintesa vitamin D
Urine inhibitor
Hiperkalsiuri renal Thiazide Reabsorbsi Ca di
tubulus
Pyridoxin
Kalsium suplemen
Hiperurikosuri Allopurinol
Non – medikamentosa
KOMPLIKASI
PENCEGAHAN
PROGNOSIS
Prognosis batu ginjal tergantung dari faktor-faktor ukuran batu, letak batu,
dan adanya infeksi serta obstruksi. Makin besar ukuran suatu batu, makin
buruk prognosisnya. Letak batu yang dapat menyebabkan obstruksi dapat
mempermudah terjadinya infeksi. Makin besar kerusakan jaringan dan
adanya infeksi karena faktor obstruksi akan dapat menyebabkan penurunan
fungsi ginjal.
Pada pasien dengan batu yang ditangani dengan ESWL, 60% dinyatakan
bebas dari batu, sisanya masih memerlukan perawatan ulang karena masih
ada sisa fragmen batu dalam saluran kemihnya. Pada pasien yang ditangani
dengan PNL, 80% dinyatakan bebas dari batu, namun hasil yang baik
ditentukan pula oleh pengalaman operator.
Referensi :
Purnomo BB. 2015. Dasar-Dasar Urologi. Edisi Ke-3. Jakarta : Perpustakaan
Nasional republik Indonesia
B. Nefrolithiasis
DEFINISI
Nefrolitiasis (batu ginjal) merupakan salah satu penyakit ginjal, dimana
ditemukannya batu yang mengandung komponen kristal dan matriks
organik yang merupakan penyebab terbanyak kelainan saluran kemih.
Lokasi batu ginjal khas dijumpai di kaliks, atau pelvis dan bila keluar akan
terhenti dan menyumbat pada daerah ureter (batu ureter) dan kandung
kemih (batu kandung kemih). Batu ginjal dapat terbentuk dari kalsium, batu
oksalat, kalsium oksalat, atau kalsium fosfat. Namun yang paling sering
terjadi pada batu ginjal adalah batu kalsium. Secara garis besar
pembentukan batu ginjal dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik.
Faktor intrinsik yaitu umur, jenis kelamin, dan keturunan, sedangkan faktor
ekstrinsik yaitu kondisi geografis, iklim, kebiasaan makan, zat yang
terkandung dalam urin, pekerjaan, dan sebagainya
EPIDEMIOLOGI
Prevalensi penyakit ini diperkirakan sebesar 7% pada perempuan dewasa
dan 13% pada laki-laki dewasa. Usia puncak adalah dekade ketiga sampai
ke empat. Di Indonesia sendiri, penyakit ginjal yang paling sering ditemui
adalah gagal ginjal dan nefrolitiasis. Prevalensi tertinggi penyakit
nefrolitiasis yaitu di daerah DI Yogyakarta (1,2%), diikuti Aceh (0,9%),
Jawa Barat, Jawa Tengah , dan Sulawesi Tengah masing-masing (0,8%).
ETIOLOGI
Penyebab pasti yang membentuk batu ginjal belum diketahui, oleh karena
banyak factor yang dilibatkannya. Diduga dua proses yang terlibat dalam
batu ginjal yakni supersaturasi dan nukleasi. Supersaturasi terjadi jika
substansi yang menyusun batu terdapat dalam jumlah besar dalam urin,
yaitu ketika volume urin dan kimia urin yang menekan pembentukan batu
menurun. Pada proses nukleasi, natrium hidrogen urat, asam urat dan kristal
hidroksiapatit membentuk inti. Ion kalsium dan oksalat kemudian merekat
(adhesi) di inti untuk membentuk campuran batu. Proses ini dinamakan
nukleasi heterogen.
FAKTOR RESIKO
Faktor risiko nefrolitiasis (batu ginjal) umumnya biasanya karena adanya
riwayat batu di usia muda, riwayat batu pada keluarga, ada penyakit asam
urat, kondisi medis lokal dan sistemik, predisposisi genetik, dan komposisi
urin itu sendiri. Komposisi urin menentukan pembentukan batu berdasarkan
tiga faktor, berlebihnya komponen pembentukan batu, jumlah komponen
penghambat pembentukan batu (seperti sitrat, glikosaminoglikan) atau
pemicu (seperti natrium, urat). Anatomis traktus anatomis juga turut
menentukan kecendrungan pembentukan batu.
PATOMEKANISME
Nefrolitiasis berdasarkan komposisinya terbagi menjadi batu kalsium, batu
struvit, batu asam urat, batu sistin, batu xanthine, batu triamteren, dan batu
silikat. Pembentukan batu ginjal umumnya membutuhkan keadaan
supersaturasi. Namun pada urin normal, ditemukan adanya zat inhibitor
pembentuk batu. Pada kondisi-kondisi tertentu, terdapat zat reaktan yang
dapat menginduksi pembentukan batu. Adanya hambatan aliran urin,
kelainan bawaan pada pelvikalises, hiperplasia prostat benigna, striktura,
dan buli-buli neurogenik diduga ikut berperan dalam proses pembentukan
batu. Batu terdiri atas kristal-kristal yang tersusun oleh bahan-bahan organik
maupun anorganik yang terlarut dalam urin. Kristal-kristal tersebut akan
tetap berada pada posisi metastable (tetap terlarut) dalam urin jika tidak ada
keadaan-keadaan yang menyebabkan presipitasi kristal. Apabila kristal
mengalami presipitasi membentuk inti batu, yang kemudian akan
mengadakan agregasi dan menarik bahan-bahan lain sehingga menjadi
kristal yang lebih besar. Kristal akan mengendap pada epitel saluran kemih
dan membentuk batu yang cukup besar untuk menyumbat saluran kemih
sehinnga nantinya dapat menimbulkan gejala klinis. Terdapat beberapa
zat yang dikenal mampu menghambat pembentukan batu. Diantaranya
ion magnesium (Mg), sitrat, protein Tamm Horsfall (THP) atau uromukoid,
dan glikosaminoglikan.
GEJALA KLINIS
Nyeri dan pegal di daerah pinggang
Lokasi nyeri tergantung dari dimana batu itu berada. Bila pada piala
ginjal rasa nyeri adalah akibat dari hidronefrosis yang rasanya lebih
tumpul dan sifatnya konstan. Terutama timbul pada costovertebral.
Hematuria
Darah dari ginjal berwarna coklat tua, dapat terjadi karena adanya
trauma yang disebabkan oleh adanya batu atau terjadi kolik.
Infeksi Urinarius maupun sistemik
Batu dapat mengakibatkan gejala infeksi traktus urinarius maupun
infeksi asistemik yang dapat menyebabkan disfungsi ginjal yang
progresif.
Kencing panas dan nyeri
Adanya nyeri tekan pada daerah ginjal
Mual dan muntah sering hadir
Demam hilang timbul
DIAGNOSIS
Evaluasi skrining yang terdiri dari sejarah rinci medis dan makanan, kimia
darah, dan urin pada pasien. 10 2. Foto Rontgen Abdomen yang digunakan
untuk melihat adanya kemungkinan batu radio-opak. Pielografi Intra Vena
yang bertujuan melihat keadaan anatomi dan fungsi ginjal. Pemeriksaan ini
dapat terlihat batu yang bersifat radiolusen. Ultrasonografi (USG) dapat
melihat semua jenis batu. CT Urografi tanpa kontras adalah standar baku
untuk melihat adanya batu di traktus urinarius
PENATALAKSANAAN
Keputusan untuk memberikan tata laksana batu pada saluran kemih bagian
atas dapat berdasarkan komposisi batu, ukuran batu, dan gejala pasien.
Terapi umum untuk mengatasi gejala batu saluran kemih adalah pemberian
analgesik harus diberikan segera pada pasien dengan nyeri kolik akut. Non
Steroid Anti Inflammation Drugs (NSAID) dan parasetamol dengan
memperhatikan dosis dan efek samping obat merupakan obat pilihan
pertama pada pasien dengan nyeri kolik akut dan memiliki efikasi lebih baik
dibandingkan opioid. Obat golongan NSAID yang dapat diberikan antara
lain diklofenak, indometasin, atau ibuprofen.Pada pasien yang belum
diketahui fungsi ginjalnya, pemberian analgetika sebaiknya bukan NSAID,
utamanya bila ada riwayat tindakan untuk untuk batu yang berulang dan
komorbiditas diabetes mellitus. Diklofenak dikontraindikasikan pada pasien
dengan gagal jantung kongestif kelas II-IV berdasarkan klasifikasi New
York Heart Association (NYHA), penyakit jantung koroner, dan penyakit
serebrovaskuler, serta penyakit arteri perifer. Namun, pasien dengan faktor
risiko kardiovaskular dapat diberikan diklofenak dengan pengawasan dokter
dan diberikan dosis rendah dengan durasi yang singkat.
Tujuan utama tatalaksana pada pasien nefrolitiasis adalah
mengatasi nyeri, menghilangkan batu yang sudah ada, dan mencegah
terjadinya pembentukan batu yang berulang. Secara garis besar
penatalaksanaan batu ginjal dapat dibagi menjadi tatalaksana konservatif,
tatalaksana medikamentosa, dan tatalaksana bedah.
1. Konsumsi hingga keluaran urin mencapai minimal 2L Per hari
2. Mengurangi konsumsi protein hewani hingga sekitar 0,8-1,0
gr/kgBB/hari.
3. Diet rendah natrium sekitar 2-3 gr/hari
4. Memberikan terapi potasium sitrat kepada pasien dengan batu kalsium
berulang dan sitrat urine rendah atau relatif rendah. Beberapa studi RCT
prospektif menunjukkan bahwa terapi potasium sitrat berhubungan
dengan penurunan risiko batu kalsium berulang pada pasien dengan
ekskresi sitrat urine 24 jam rendah atau normal rendah. Pasien dengan
batu kalsium dengan sitrat urine yang normal namun dengan pH urine
rendah juga dapat disarankan untuk pemberian terapi sitrat. Selain itu,
terapi potasium sitrat dapat ditawarkan kepada pasien dengan batu
kalsium fosfat dengan hipositraturia karena sitrat berfungsi sebagai
inhibitor kuat kristalisasi kalsium fosfat.80 Potasium sitrat lebih disukai
daripada sodium sitrat karena lebih dapat meningkatkan ekskresi
kalsium urine.
5. Memberikan terapi allopurinol pada pasien dengan batu kalsium oksalat
rekuren dengan riwayat hiperurikosuria dan kalsium urine. Pemberian
terapi febuxostat dapat diberikan sebagai terapi lini kedua. Allopurinol
dapat menurunkan risiko terjadinya batu kalsium oksalat rekuren pada
kondisi hiperoksaluria (ekskresi asam urat urine >800 mg/hari) dan
normokalsiuria. Pemberian allopurinol pada pasien dengan
hiperkalsiuria belum menjadi standar terapi. Hiperurisemia bukan
merupakan indikasi untuk pemberian terapi allopurinol.80 Febuxostat
juga efektif menurunkan ekskresi asam urat pada urin.91 Dari suatu
penelitian RCT, febuxostat 80 mg dapat lebih menurunkan ekskresi
secara signifikan asam urat urin 24 jam dibandingkan dengan
allopurinol 300 mg pada pasien batu saluran kemih dengan eksresi
asam urat yang tinggi setelah 6 bulan terapi.
6. ESWL (Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy)
ESWL dianggap sebagai pengobatan cukup berhasil untuk batu ginjal
berukuran menengah dan untuk batu ginjal berukuran lebih dari 20-
30mm.
7. PONL (Percutaneus Nephro Litholapaxy)
Salah satu tindakan endourologi untuk mengeluarkan batu yang berada
di saluran ginjal dengan cara memasukkan alat endoskopi ke dalam
kalises melalui insisi pada kulit.
8. Bedah terbuka Untuk pelayanan kesehatan yang belum memiliki
fasilitas PNL dan ESWL, tindakan yang dapat dilakukan melalui bedah
terbuka. Pembedahan terbuka itu antara lain
pielolitotomiataunefrolitotomi untuk mengambil batu pada saluran
ginjal.
9. Terapi Konservatif atau Terapi Ekspulsif Medikamentosa (TEM)
Terapi dengan menggunakan medikamentosa ini ditujukan pada kasus
dengan batu yang ukurannya masih kurang dari 5mm, dapat juga
diberikan pada pasien yang belum memiliki indikasi pengeluaran batu
secara aktif. Terapi konservatif terdiri dari peningkatan asupan
minum dan pemberian diuretik; pemberian nifedipin atau agen
alfa-blocker, seperti tamsulosin; manajemen rasa nyeri pasien,
khususnya pada kolik, dapat dilakukan dengan pemberian
simpatolitik atau antiprostaglandin, analgesik; pemantauan berkala
setiap 1-14 hari sekali selama 6 minggu untuk menilai posisi batu dan
derajat hidronefrosis.
KOMPLIKASI
1. Komplikasi akut
Kematian, kehilangan fungsi ginjal, kebutuhan transfusi, dan tambahan
invensi sekunder yang tidak direncanakan.
2. Komplikasi jangka panjang
Striktura, obstruksi, hidronefrotis, berlanjut dengan atau tanpa
pionefrosis, dan berakhir dengan kegagalan faal ginjal yang terkena.
PROGNOSIS
Dari meta-analisis, kebutuhan transfusi pada PNL dan kombinasi terapi
sama (< 20%). Kebutuhan transfusi pada ESWL sangat rendah kecuali pada
hematom perirenal yang besar. Kebutuhan transfusi pada operasi
terbuka mencapai 25-50%. Mortalitas akibat tindakan jarang, namun
dapat dijumpai, khususnya pada pasien dengan komorbiditas atau
mengalami sepsis dan komplikasi akut lainnya. Dari data yang ada di pusat
urologi di
Indonesia, risiko kematian pada operasi terbuka kurang dari 1%.
Referensi :
- Fauzi, A. and Putra, M. M. A. (2016) ‘Nefrolitiasis’, Majority |, 5(April),
pp. 69–73.
- Adjis D & Asmara I., Batu Ureter. Bagian Bedah RSCM 1983-1984,
Bagian Ilmu Bedah FKUI, Jakarta, 1985, Hal : 1-7
PATOGENESIS
a. Infeksi saluran kemih tanpa komplikasi (ISK)
Infeksi saluran kemih tanpa komplikasi (ISK) dimulai ketika uropatogen
yang berada di usus mencemari daerah periuretra (1). dan mampu
menjajah uretra. Migrasi selanjutnya ke kandung kemih (2) dan ekspresi
pili dan adhesins menghasilkan kolonisasi dan invasi sel payung
superfisial (3) Respon inflamasi host, termasuk infiltrasi neutrofil (4),
mulai membersihkan bakteri ekstraseluler. Beberapa bakteri menghindari
sistem kekebalan, baik melalui invasi sel inang atau melalui perubahan
morfologis yang menghasilkan resistensi terhadap neutrofil, dan bakteri
ini mengalami multiplikasi (5) dan pembentukan biofilm (6). Bakteri ini
menghasilkan racun dan protease yang menyebabkan kerusakan sel inang
(7), melepaskan nutrisi penting yang meningkatkan kelangsungan hidup
bakteri dan kenaikan ke ginjal (8). Kolonisasi ginjal (9) menghasilkan
produksi toksin bakteri dan kerusakan jaringan inang (10). Jika tidak
diobati, ISK pada akhirnya dapat berkembang menjadi bakteremia jika
patogen melewati penghalang epitel tubular di ginjal (11).
b. Uropathogens yang menyebabkan ISK dengan komplikasi
langkah awal sama seperti yang dijelaskan untuk infeksi tanpa
komplikasi, termasuk kolonisasi periuretra (1), perkembangan ke uretra
dan migrasi ke kandung kemih (2). Namun, agar patogen menyebabkan
infeksi, kandung kemih harus dikompromikan. Penyebab paling umum
dari kandung kemih yang terganggu adalah kateterisasi. Karena respon
imun yang kuat yang disebabkan oleh kateterisasi (3), fibrinogen
terakumulasi di kateter, menyediakan lingkungan yang ideal untuk
perlekatan uropatogen yang mengekspresikan protein pengikat
fibrinogen. Infeksi menginduksi infiltrasi neutrofil (4), tetapi setelah
pemasangan awal mereka ke kateter berlapis fibrinogen, bakteri
berkembang biak (5), membentuk biofilm (6), meningkatkan kerusakan
epitel (7) dan dapat menyebabkan infeksi ginjal (8,9), di mana produksi
toksin menyebabkan kerusakan jaringan (10). Jika tidak diobati,
uropatogen yang menyebabkan ISK yang rumit juga dapat berkembang
menjadi bakteremia dengan melewati penghalang sel epitel tubular (11).
HASIL PEMERIKSAAN
1. Pemeriksaan Fisik :
- Demam
- Flank pain (nyeri ketok pinggang belakang/costovertebral angle)
- Nyeri tekan suprapubic
2. Pemeriksaan penunjang
- Darah perifer lengkap
- Urinalisis
- Ureum dan kreatinin
- Kadar gula darah
PENATALAKSANAAN
1. Minum air putih minimal 2 liter/hari bila fungsi ginjal normal
2. Menjaga higienitas genitalia eksterna
3. Pada kasus non komplikata, pemberian antibiotic selama 3 hari dengan
pilihan :
a. Trimetoprim sulfametoxazole (2x 160 – 800 mg, selama 3 hari)
b. Fluorikuinolon
c. Amoxicillin-clavulanate (500/125 mg 2x sehari peroral selama 3-7
hari, 250/125 mg 3 x sehari peroral selama 5-7 hari)
d. Cefpodoxime (200 mg 2x sehari selama 10 hari)
PROGNOSIS
Pada umumnya baik, kecuali bila hygiene genital tetap buruk, ISK dapat
berulang atau menjadi kronis.
KOMPLIKASI
Gagal ginjal, sepsis, ISK berulang atau kronik kekambuhan
Referensi :
- Rani Purnama Sari, Muhartono. Angka Kejadian Infeksi Saluran Kemih
(ISK) dan Faktor Resiko Yang Mempengaruhi Pada Karyawan Wanita di
Universitas Lampung.Bagian Patologi Anatomi, Fakultas Kedokteran,
Universitas Lampung.desember 2018
- Ana L. Flores-Mireles,* Jennifer N. Walker,* Michael Caparon, and Scott
J. Hultgren. Urinary tract infections: epidemiology, mechanisms of
infection and treatment options.May 2015.NCBI
- Buku Panduan Praktis Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan
Primer.Edisi Revisi Tahun 2014.IDI.
Farmakoterapi Tingkat IV
Jika farmakoterapi tingkat III gagal, OAINS yang dipilih dapat diganti. Pilihan OAINS ke-2 sebaiknya
dari kelompok kimia yang berbeda (Lihat tabel analgesik non-opioid yang sering digunakan)
Farmakoterapi Tingkat V
Opioid (misal:codein)
Kontraindikasi AINS
Referensi:
- Han, E. S. and goleman, daniel; boyatzis, Richard; Mckee, A. (2019) ,
Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), pp. 1689–1699.
- Farengki (2015) Faktor – faktor yang berhubungan dengan resiko
terjadinya batu ginjal di poli urologi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo :
Jakarta
ن هللا ِ َع َّز َو َج َّلwِ ْب َد َوا ُء ال َّدا ِء بَ َرأَ بِإ ِ ْذ ِ ُ أw فَإ ِ َذا،لِ ُك ِّل دَا ٍء َد َوا ُء
َ صي
“Setiap penyakit ada obatnya. Apabila obat itu tepat untuk suatu penyakit,
penyakit itu akan sembuh dengan seizin Allah ‘Azza wa Jalla.”