Dosen Pembimbing :
dr. Inna Mutmainnah Musa
Disusun Oleh :
Kelompok 03
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-
Nya sehingga laporan tutorial ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Aamiin.
Akhir kata, kami ingin menghaturkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan karya tulis ini, terutama
kepada:
Kelompok 03
SKENARIO 3 :
Laki-laki berusia 25 tahun datang ke poliklinik kulit dan kelamin dengan
keluhan nyeri pada kelaminnya terutama saat buang air kecil. Keluhan ini telah
dirasakan sejak 2 hari yang lalu. Pasien sudah menikah selama setahun, tapi
belum mempunyai anak. Pada pemeriksaan didapatkan tanda inflamasi pada glans
penis, ditemukan beberapa luka lecet (ekskoriasi) pada glans penis, muara OUE
dan batang penis, duh tubuh homogeny abu-abu. Sebelumnya terdapat bintil-bintil
berisi air yang pecah dan menjadi luka.
KATA SULIT :
- Tidak ada
KALIMAT KUNCI :
PERTANYAAN :
Penis
Penis terdiri dari tiga komponen utama : bagian distal (glans atau kepala),
bagian tengah (corpus atau shaft) dan bagian proksimal (root). Pada bagian
kepala terdapat glans dan sulkus koronaria, yang ditutup oleh foreskin (virtual
sac), permukaan bagian dalam dilapisi oleh membran halus. Glans bersifat
kenyal, dan berbentuk konus, serta terdiri dari meatus, corona dan frenulum.
Meatus urethralis vertikal dan berlokasi pada apeks, dimana muncul frenulum,
glans corona merupakan lipatan lingkaran pada dasar glans. Pada permukaan
glans terdapat empat lapisan anatomi: lapisan membran mukosa, termasuk
epitelium dan lamina propria, korpus spongiosum dan korpora kavernosa.
Tunika albuginea memisahkan kedua struktur ini, penile atau pendulous urethra
terletak ventral didalam korpus dan glans; sementara korpus spongiosum yang
erektil mengelilinginya. Pemotongan transversal dari shaft akan menampilkan
kulit, dartos dan fascia ganda yang disebut dengan penile fascia, albuginea dan
korpus kavernosum.
Komponen anatomi utama dari penis adalah korpus, glans dan preputium.
Korpus terdiri dari korpora kavernosa (jaringan rongga vaskular yang
dibungkus oleh tunika albuginea) dan di bagian inferior terdapat korpus
spongiosum sepanjang uretra penis. Seluruh struktur ini dibungkus oleh kulit,
lapisan otot polos yang dikenal sebagai dartos, serta lapisan elastik yang
disebut Buck fascia yang memisahkan penis menjadi dorsal (korpora
kavernosa) dan ventral (korpus spongiosum).
Kulit glans penis tersusun oleh pelapis epitel tatah berlapis tanpa keratin
sebanyak lima hingga enam lapis, setelah sirkumsisi bagian ini akan
membentuk keratin. Glans dipisahkan dengan korpus penis oleh
balanopreputial sulcus pada aspek dorsal dan lateral dan oleh frenulum pada
regio ventral. Kelenjar sebaseus pada penis dikenal sebagai kelenjar Tyson dan
Scrotum
Histologi
Penis
Uretra terbagi atas tiga bagian : prostatik (segmen proksimal pendek yang
dikelilingi oleh prostat), membranosa atau bulbomembranosa (memanjang dari
kutub bawah prostat hingga bulbus korpus spongiosum) dan penil (yang
melewati korpus spongiosum). Secara his- topatologi, pelapis epitel uretra
adalah tipe transisional di bagian proksimal (prostatik), strati- fied squamous
pada bagian distal yang berhubungan dengan fossa navicularis dan stratified
atau epitel pseudostratified kolumnar bersilia pada kanal. Metaplasia skuamosa
pada epitel umumnya disebabkan oleh pengobatan dengan preparat estrogen.
Struktur kelenjar yang berhubungan dengan uretra adalah kelenjar intraepitelial
dari lakuna Morgagni (kelenjar in- traepitel silindris selapis), Kelenjar Littre
(Kelenjar musinus tubuloacinar sepanjang korpus spongiosum), dan
bulbouretral atau kelenjar Cowper (mucous acinar pada profunda membran
uretra Drainase limfatik penis terdapat pada nodus superfisial dan profunda. Di
bagian sentral beranastomosis diantara pembuluh-pembuluh limfe yang
Glands penis merupakan ujung penis yang terdiri dari jaringan ikat padat
yang mengandung banyak vena yang saling berhubungan seperti jala, dimana
dinding vena disini dilapisi otot polos yang berjalan sirkuler dan longitudinal.
Glans penis ini tidak mempunyai tunika albuginea, tunika albuginea disini
diganti dengan dermis yang berhubungan langsung dengan jaringan ikat padat
di jaringan erektil, kulit preputium bagian dalam bersatu dengan jaringan ikat
permukaan glans penis.
Scrotum
Referensi:
1. Natahusada, EC, Djuanda A. Djuanda A, Hamzah M, Aisyah S. 2010.
Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin. Balai Penerbit FKUI. Jakarta
2. Penuntun Praktikum Histologi BIOMEDIK 2. 2018. Fakultas Kedokteran
Universitas Muslim Indonesia.
2. Patomekanisme gejala:
a) Patomekanisme nyeri saat berkemih
Nyeri saat berkemih biasanya disebabkan karena terjadinya inflamasi saat
berkemih yang terjadi pada buli buli ataupun urethra. Seringkali infeksinya
disebabkan karena oleh infeksi mikroorganisme atau adanya batu. Namun
sesuai dengan skenario skenario gejala pria 34 tahun mengeluarkan nanah
dari alat kelaminnya maka busa disimpulkan ini terjadi akibat adanya bakteri.
Bakteri ini yang menyebabkan terjadinya inflamasi pada saluran uretra
sehingga menimbulkan nyeri saat berkemih.
c) Patomekanisme Infertil
Infertilitas menjadi masalah kesehatan yang sering terjadi pada saat
ini. Peningkatan infertilitas didapatkan berkaitan dengan peningkatan
kejadian IMS.Hal ini terjadi terutamapada daerah yang memiliki
prevalensi tinggi IMS yang tidak diobati sehinggamenyebabkan
komplikasi pada organ reproduksi. Hal ini terjadi terutamapada daerah
yang memiliki prevalensi tinggi IMS yang tidak diobati sehingga
menyebabkan komplikasipada organ reproduksi.
Referensi :
Infeksi bakteri
Penyakit akibat infeksi bakteri di kelamin yang paling terkenal adalah raja
singa atau sifilis. Pada penelitian yang sama dengan sebelumnya, sifilis
merupakan penyebab nomor dua terbanyak untuk kasus luka di penis. Bakteri
penyebab penyakit ini adalah Treponema pallidum. Luka yang ditimbulkan
pada penyakit sifilis biasanya tidak terasa sakit.
Selain sifilis, luka di penis juga bisa disebabkan oleh infeksi bakteri
Haemophillus ducreyi pada penyakit chancroid, bakteri Klebsiella
granulomatis penyebab granuloma inguinale, dan bakteri Chlamydia
trachomatis pada penyakit lymphogranuloma venereum.
Infeksi jamur dan parasit
Contohnya adalah infeksi jamur Candida, atau infeksi parasit, seperti kudis
dan kutu di rambut kemaluan. Gejala yang paling menonjol pada infeksi
jamur dan parasit adalah rasa gatal. Luka di penis dapat muncul akibat akibat
garukan.
2. Eksim
Eksim merupakan peradangan pada kulit yang bisa dipicu oleh paparan
bahan iritatif atau alergi. Eksim biasanya tampak kering dan gatal, namun
bisa juga berupa benjolan berisi cairan yang kemudian pecah dan
meninggalkan luka.
3. Lichen sclerosus
Lichen sclerosus adalah penyakit kulit yang jarang terjadi. Pada pria,
kondisi ini dapat menimbulkan bercak berwarna lebih pucat dari kulit di
sekitarnya (hipopigmentasi), disertai luka yang dapat meninggalkan jaringan
parut. Bercak ini biasanya muncul di penis atau kulit sekitar anus.
4. Sindrom Behcet
Ini merupakan salah satu penyakit autoimun yang ditandai dengan
kerusakan pembuluh darah arteri dan vena. Penyakit ini dapat menimbulkan
luka di berbagai bagian tubuh, termasuk penis.
5. Kanker penis
Meski jarang terjadi, kanker penis merupakan kondisi yang sangat serius.
Gejalanya bisa berupa luka atau benjolan di kepala penis yang tidak kunjung
sembuh.
Pengobatan luka di penis akan disesuaikan dengan penyebabnya. Untuk
luka pada penis yang disebabkan oleh infeksi bakteri, diperlukan pengobatan
dengan antibiotik dari dokter. Sedangkan untuk luka di penis karena infeksi
virus, dokter mungkin akan memberikan pengobatan dengan antivirus.
Agar penyebab luka di penis dapat dipastikan, penderita disarankan untuk
memeriksakan diri terlebih dahulu ke dokter sebelum menggunakan obat-
obatan atau salep yang dijual bebas. Selama masih ada luka di penis,
disarankan untuk tidak berhubungan seksual dulu hingga penyebab luka
tersebut diketahui dan diobati.
Referensi :
1. Teichman J., Mannas M., & Elston D. (2018). Noninfectious Penile
Lesions. American Family Physician. 97(2), pp. 102-110.
2. Noda, et al. (2016). Etiology of Genital Ulcer Disease in Male Patients
Attending a Sexually Transmitted Diseases Clinic: First Assessment in
Cuba.Sexually Transmitted Diseases. 43(8), pp. 494-7.
3. World Health Organization (2017). Herpes Simplex Virus.
5. Langkah-langakah diagnosis
Anamnesis umum
Tanyakanlah apakah ada keluhan lain yang dirasakan oleh pasien. Jika ada
tanyakanlah:
• kapan mulai terjadi hal tersebut, apakah terjadi mendadak atau tidak.
Berdasarkan skenario:
1. Identitas Pasien: laki-laki, usia 25tahun
2. Keluhan Utama: nyeri pada kelaminnya terutama saat berkemih .
3. Kapan mulai muncul: sejak 2 hari yang lalu
4. Keluhan penyerta: lukalecet pada glans penis , muara OUE dan batang
penis , Duh tubuh homogeny abu-abu. Sebelumnya terdapat bintil-bintil
berisi air yang pecah dan menjadi luka
5. Riwayat keluarga:-
6. Riwayat pengobatan:
PEMERIKSAAN FISIS
Pemeriksaan fisik terutama dilakukan pada daerah genitalia dan
sekitarnya, yang dilakukan di ruang periksa dengan lampu yang cukup
terang . Lampu sorot tambahan diperlukan untuk pemeriksaan pasien
perempuan dengan spekulum. Dalam pelaksanaan sebaiknya pemeriksa
didampingi oleh seorang tenaga kesehatan lain.Pada pemeriksaan terhadap
pasien perempuan, pemeriksa didampingi oleh paramedis perempuan,
sedangkan pada pemeriksaan pasien laki- laki, dapat didampingi oleh tenaga
paramedis laki-laki atau perempuan. Beri penjelasan lebih dulu kepada pasien
mengenai tindakan yang akan dilakukan:
PENGAMBILAN SPESIMEN
1. Pasien laki-laki dengan gejala duh tubuh uretra
2. Beri penjelasan lebih dahulu agar pasien tidak perlu merasa takut saat
pengambilan bahan duh tubuh gentalia dengan sengkelit atau dengan swab
berujungkecil
3. Bila menggunakan sengkelit, gunakanlah sengkelit steril.
6. Bila tidak tampak duh tubuh uretra dapat dilakukan pengurutan (milking)
olehpasien.
Referensi:
6. DD:
SIFILIS PRIMER
DEFINISI
Sifilis merupakan penyakit yang disebabkan oleh Treponema pallidum,
bersifatakut dan kronis ditandai dengan lesi primer diikuti dengan erupsi
sekunder pada kulit dan selaput lendir kemudian masuk ke dalam periode laten
diikuti dengan lesi pada kulit, lesi pada tulang, saluran pencernaan, sistem
saraf pusat dan sistem kardiovaskuler.
EPIDEMIOLOGI
Angka kejadian sifilis mencapai 90% dinegara-negara berkembang. World
Health Organization(WHO) memperkirakan sebesar 12 juta kasus baru terjadi
di Afrika, Asia Selatan, Asia Tenggara, Amerika Latin dan Caribbean.Angka
kejadian sifilis di Indonesia berdasarkan laporan Survey Terpadu dan Biologis
Perilaku (STBP) tahun 2011 Kementrian Kesehatan RI terjadi peningkatan
angka kejadian sifilis di tahun 2011 dibandingkan tahun 2007.
ETIOLOGI
Penyebab sifilis adalah bakteri dari famili Spirochaetaceae, ordo
Spirochaetales danGenus Treponema spesies Treponema pallidum.
Pada Tahun 1905 penyebab sifilis ditemukan oleh Schaudinn dan Hoffman
yaitu Treponema pallidum. Treponema berupa spiral halus, panjang 5-15
mikron dan diameter 0,009-0,5 mikron, setiap lekukan gelombang berjarak 1
mikron dan rata-rata setiap bakteriterdiri dari 8-14 gelombang dan bergerak
secara aktif, karena spiralnya sangat halus maka hanya dapat dilihat pada
mikroskop lapangan gelap dengan menggunakan teknik immunofluoresensi.
Kuman ini bersifat anaerob dan diantaranya bersifat patogen pada manusia.
Ada tiga macam antigen Treponema pallidum yaitu protein tidak tahan panas,
polisakarida, dan antigen lipoid. Dalam keadaan anaerob pada suhu 25°C,
Treponema pallidum dapat bergerak secara aktif dan tetap hidup selama 4-7
hari dalam perbenihan cair yang mengandung albumin, natrium karbonat,
piruvat, sistein, ultrafiltrat serum sapi. Kuman ini sukar diwarnaidengan zat
warna lilin tetapi dapat mereduksi perak nitrat menjadi logam perak yang
tinggal melekat pada permukaan sel kuman. Kuman berkembang biak dengan
cara pembelahan melintang. Waktu pembelahan kuman ini kira-kira 30 jam.
STADIUM SIFILIS
Lesi awal sifilis berupa papul yang muncul di daerah genitalia kisaran tiga
minggu setelah kontak seksual. Papul membesar dengan ukuran 0,5 –1,5 cm
kemudian mengalami ulserasi, membentuk ulkus. Ulkus sifilis yang khas
berupa bulat, diameter 1-2 cm, tidak nyeri, dasar ulkus bersih tidak ada
eksudat, teraba indurasi, soliter tetapi dapat juga multiple. Hampir sebagian
besar disertai pembesaran kelenjar getah bening inguinal medial unilateral
atau bilateral.
Ulkus jarang terlihat pada genitalia eksterna wanita, karena lesi sering
pada vagina atau serviks. Dengan menggunakan spekulum, akan terlihat lesi di
serviks berupa erosi atau ulserasi yang dalam. Tanpa pengobatan lesi primer
akan sembuh spontan dalam waktu 3 sampai 6 pekan.
DIAGNOSIS
Diagnosis terhadap penyakit sifilis sangat penting untuk dilakukan karena
penyakit ini merupakan penyakit yang menular. Studi menyebutkan bahwa
diagnosis dini dapat membantu pencegahan dan pengobatan suatu penyakit.
Pada umumnya dilakukan dengan 3 cara yaitu:
a. Anamnesis
Anamnesis dilakukan dengan mewawancarai pasien dengan menanyakan
keluhan dan gejala pasien.
b. Pemeriksaan secara Klinis
Pemeriksaan ini dilakukan dengan melihat gejala klinis yang muncul pada
penderita yang dikenal dengan pemeriksaan sindromik. Penggunaan
manajemensindromik ini terutama dirancang untuk keterbatasan sumber
daya dan telah terbukti layak diterima di beberapa negara.
STI skrining antara MSM juga layak dan dapat diterima dan dapat
menjangkau kelompok yang sering memiliki akses terbatas dalam
mendapatkan pemeriksaan IMS yang teratur dan konseling di pelayanan
kesehatan formal. Namun demikian pemeriksaan ini tetap harus
dikonfirmasi dengan pemeriksaan laboratorium untuk hasil yang lebih
akurat.
c. Pemeriksaan Laboratorium
Diagnosis laboratorium penyakit sifilis pada umumnya dilakukan melalui
pemeriksaan mikroskopik langsung maupun pemeriksaan serologik.
d. Pemeriksaan Mikroskopik
Dalam sediaan segar tanpa pewarnaan, gerak kuman Treponema dapat
dilihat dengan menggunakan mikroskop lapangan gelap. Pemeriksaan
Treponema secara mikroskopik dilihat dengan teknik imunnofluoresensi
dengan membuat usapan cairan jaringan atau eksudat pada kaca objek
kemudian difiksasi dan diwarnai dengan serum anti treponema yang
dilabel fluoresein sehingga pada lapangan pandang gelap akan terlihat
fluoresensi yang khas dari kuman Treponema.
e. Pemeriksaan Serologis
Pemeriksaan Serologis Tes darah adalah cara lain untuk menentukan
apakah seseorang memiliki sifilis. Tak lama setelah infeksi terjadi, tubuh
memproduksi antibodi sifilis yang dapat dideteksi oleh tes darah.
Pemeriksaan Serologis Sifilis penting untuk diagnosis dan pengamatan
hasil pengobatan. Pemeriksaan ini dapat diklasifikasikan:
1. Tes Non Treponema: kardiolipin, lesitin dan kolesterol
2. Tes Treponema: Treponema pallidum hidup / mati
Ketepatan hasil STS dinilai berdasarkan:
1. Sensitivitas: % individu yang terinfeksi yangmemberi hasil positif
2. Spesifivitas: % individu yang tidak infeksi yang memberikan hasil
negative
Menurut Irwin, et. al.,(2003) Pemeriksaan kuantitatif Serologi Sifilis
memungkinkan dokter untuk :
1. Mengevaluasi efektivitas pengobatan
2. Menemukan potensi kambuh (relaps) sebelum menjadi menular
3. Membedakan antara kambuh dan infeksi ulang
4. Melihat adanya reaksi sebagai jenis seroresistant
5. Membedakan antara benar dan biologis positif palsu reaksi serologis.
PROGNOSIS
Dengan ditemukannya penicilin, maka prognosis sifilis menjadi lebih baik.
Pada sifilis dini yang diobati, angka penyembuhan mencapai 95%. Kelainan
kulit akan sembuh dalam 7-14 hari. Pembesaran kelenjar getah bening akan
menetap berminggu-minggu.
GONORE
Definisi
Gonore arti luas mencakup semua penyakit yang disebabakan oleh
Neisseria gonorhoeae.
Epidemiologi
Etiologi
Daerah yang paling mudah terinfeksi ialaha daerah dengan mukosa epitel
kuboid atau lapis gepeng yang belum berkembang (immatur), yakni pada vagina
perempuan sebelum pubertas.
Patogenesis
Gejala klinis
Masa inkubasi sangat singkat, pada laki-laki bervariasi antara 2-5 hari,
kadang-kadang lebih lama dan hal ini disebabkan karena penderita telah
mengobati diri sendiri, tetapi dengan dosis yang tidak cukup atau gejala sangat
samar sehingga tidak diperhatikan oleh penderita. Pada perempuan bmasa tunas
sulit ditentukan karena pada umumnya asimtomatik.
Pada laki-laki
a.Uretritis
Yang paling sering dijumpai adalah uretritis anterior akuta dan dapat
meluas ke proksimal, selanjunya mengakibatkan komplikasi lokal,ascendens,dan
diseminata. Keluhan subyektif berupa rasa gatal dan panas di bagian distal uretra
di sekitar orifisium uretra eksternum, kemudian disususn disuria, polakisuria,
keluar duh tubuh mukopurulen dari OUE yang kadangkadang disertai darah, dan
disertai rasa nyeri pada waktu ereksi.
b.Tysonitis
Tidak ada gejala khusus, hanya pada urin ditemukan benang-benang atau
butir-butir. Bila salah satu saluran terebut tersumbat, dapat terjadi abses folikular.
Diagnosis dengan bantuan pemeriksaan uretroskopi.
e.Cowperitis
Gejala berupa rasa nyeri pada daerah abdomen bawah pada sisis yang sma
dengan terjadinya infeksi.
i.Epididimitis
c.Servisitis
Labium minor pada sisi yang terkena membengkak, merag, dan nyeri
tekan. Kelenjar bartholin membengkak, terasa nyeri sekali bila berjalan dan pasien
sukar duduk. Bila saluran kelenjar tersumbat dapat timbul abses atau dapat pecah
melalui mukosa atau kulit. Bila kelainan tidak diobati dapat rekuren atau menjadi
kista.
e.Sapingitis
Diagnosis
1.Anamnesis
- Media pertumbuhan
- Tes oksidase
4. Tes beta-laktamase
Tes ini berguna untuk mengetahui sampai mana infeksi sudah berlangsung
. Syarat mutlah ialah kandung kencing harus mengandung air seni paling sedikit
80-100 ml. Jika air seni kurang daro 80 ml, maka gelas II sukar dinilai karena
baru menguras uretra anterior.
Hasil pembacaan :
Gelas I Gelas II Arti
Jernih Jernih Tidak ada infeksi
Keruh Jernih Infeksi uretritis anterior
Keruh Keruh Panuretritis
Jernih Keruh Tidak mungking
Tatalaksana
Non-medikamentosa :
Medikamentosa :
- Sefiksim
Efektifitas den sensitifitas sampai saat ini paling baik, yaitu sebesar 95%.
- Levofloksasin
Dosisnya 3,5 gram, dosis tunggal secara oral. Angka kesembuhan ialah
97,7%. Tidak dianjurkan pemakaiannya pada kehamilan.
Prognosis
EPIDEMIOLOGI
Prevalensi anti bodi dari HSV-1 pada sebuah populasi bergantung pada
faktor-faktor seperti negara, kelas sosial ekonomi dan usia. HSV-1 umumnya
ditemukan pada daerah oral pada masa kanak-kanak, terlebih lagi pada kondisi
sosial ekonomiterbelakang.
Kebiasaan, orientasi seksual dan gender mempengaruhi HSV-. HSV-
prevalensinya lebih rendah dibanding HSV-1 dan lebih sering ditemukan pada
usia dewasa yang terjadi karena kontak seksual. Prevalensi HSV- pada usia
dewasa meningkat dan secara signifikan lebih tinggi Amerika Serikat dari pada
Eropa dan kelompok etnik kulit hitam dibanding kulit putih. Seroprevalensi
HSV- adalah 5 % pada populasi wanita secara umum di inggris, tetapi mencapai
80% pada wanita Afro- Amerika yang berusia antara 60-69 tahun di USA.
Herpes genital mengalami peningkatan antara awal tahun 1960-an dan 1990-
an. Di inggris laporan pasien dengan herpes genital pada klinik PMS meningkat
enam kali lipat antara tahun 197-1994. Kunjungan awal pada dokter yang
dilakukan oleh pasien di Amerika Serikat untuk episode pertama dari herpes
genital meningkat sepuluh kali lipat mulai dari 16.986 pasien di tahun 1970
menjadi 160.000 di tahun 1995 per 100.000 pasien yangberkunjung
Disamping itu lebih banyaknya golongan wanita dibandingkan pria
disebabkan oleh anatomi alat genital (permukaan mukosa lebih luas pada
wanita), seringnya rekurensi pada pria dan lebih ringannya gejala pada pria.
Walaupun demikian, dari jumlah tersebut di atas hanya 9% yang menyadari
akan penyakitnya.
Studi pada tahun 1960 menunjukkan bahwa HSV-1 lebih sering
berhubungan dengan kelainan oral dan HSV- berhubungan dengan kelainan
genital. Atau dikatakan HSV-1 menyebabkan kelainan di atas pinggang dan
VHS- menyebabkan kelainan di bawah pinggang. Tetapi didapatkan juga
jumlah signifikan genital herpes 0-40% disebabkanHSV-1.
HSV- 1 juga kadang-kadang menyebabkan kelainan oral, diduga karena
meningkatnya kasus hubungan seks oral. Jarang didapatkan kelainan oral
karena VHS- tanpa infeksi genital. Di Indonesia, sampai saat ini belum ada
angka yang pasti, akan tetapi dari 1 RS pendidikan Herpes genitalis
merupakan PMS (Penyakit Menular Seksual) dengan gejala ulkus genital
yang paling sering dijumpai.
ETIOLOGI
Herpes genitalis disebabkan oleh HSV atau herpes virus hominis (HVH),
yang merupakan anggota dari famili herpesviridae. Adapun tipe-tipe dari HSV :
1. Herpes simplex virus tipe I : pada umunya menyebabkan lesi atau luka
pada sekitar wajah, bibir, mukosa mulut, danleher.
2. Herpes simplex virus tipe II : umumnya menyebabkan lesi pada genital dan
sekitarnya (bokong, daerah anal danpaha).
Herpes simplex virus tergolong dalam famili herpes virus, selain HSV yang
juga termasuk dalam golongan ini adalah Epstein Barr (mono) dan varisela
zoster yang menyebabkan herpes zoster dan varicella. Sebagian besar kasus
herpes genitalis disebabkan oleh HSV-, namun tidak menutup kemungkinan
HSV-1 menyebabkan kelainan yang sama.
Pada umumnya disebabkan oleh HSV- yang penularannya secara utama
melalui vaginal atau anal seks. Beberapa tahun ini, HSV-1 telah lebih sering
juga menyebabkan herpes genital. HSV-1 genital menyebar lewat oral seks
yang memiliki cold sore pada mulut atau bibir, tetapi beberapa kasus dihasilkan
dari vaginal atau anal seks.
PATOGENESIS
HSV-1 dan HSV- adalah termasuk dalam famili herphesviridae, sebuah grup
virus DNA rantai ganda lipid-enveloped yang berperanan secara luas pada
infeksi manusia. Kedua serotipe HSV dan virus varicella zoster mempunyai
hubungan dekat sebagai subfamili virus alpha-herpesviridae.
Alfa herpes virus menginfeksi tipe sel multiple, bertumbuh cepat dan secara
efisien menghancurkan sel host dan infeksi pada sel host. Infeksi pada natural
host ditandai oleh lesi epidermis, seringkali melibatkan permukaan mukosa
dengan penyebaran virus pada sistem saraf dan menetap sebagai infeksi laten
pada neuron, dimana dapat aktif kembali secara periodik. Transmisi infeksi
HSV seringkali berlangsung lewat kontak erat dengan pasien yang dapat
menularkan virus lewat permukaanmukosa.
Infeksi HSV-1 biasanya terbatas pada orofaring, virus menyebar melalui
droplet pernapasan, atau melalui kontak langsung dengan saliva yang terinfeksi.
HSV- biasanya ditularkan secara seksual. Setelah virus masuk ke dalam tubuh
hospes, terjadi penggabungan dengan DNA hospes dan mengadakan
multiplikasi serta menimbulkan kelainan pada kulit.
Waktu itu pada hospes itu sendiri belum ada antibodi spesifik. Keadaan ini
dapat mengakibatkan timbulnya lesi pada daerah yang luas dengan gejala
konstitusi berat. Selanjutnya virus menjalar melalui serabut saraf sensorik ke
ganglion saraf regional dan berdiam di sana serta bersifat laten. Infeksi
orofaring HSV-1 menimbulkan infeksi laten di ganglia trigeminal, sedangkan
infeksi genital HSV- menimbulkan infeksi laten di ganglionsakral.
Bila pada suatu waktu ada faktor pencetus (trigger factor), virus akan
mengalami reaktivasi dan multiplikasi kembali sehingga terjadilah infeksi
rekuren. Pada saat ini dalam tubuh hospes sudah ada antibodi spesifik sehingga
kelainan yang timbul dan gejala konstitusinya tidak seberat pada waktu infeksi
primer.
Faktor pencetus tersebut antara lain adalah trauma atau koitus, demam, stres
fisik atau emosi, sinar UV, gangguan pencernaan, alergi makanan dan obat-
obatan dan beberapa kasus tidak diketahui dengan jelas penyebabnya. Penularan
hampir selalu melalui hubungan seksul baik genito genital, ano genital maupun
oro genital.
GEJALA KLINIK
Infeksi awal dari 6% HSV- dan 7% HSV-1 adalah asimptomatik. Simptom
dari infeksi awal (saat inisial episode berlangsung pada saat infeksi awal)
simptom khas muncul antara hingga 9 hari setelah infeksi, meskipun infeksi
asimptomatik berlangsung perlahan dalam tahun pertama setelah diagnosa di
lakukan pada sekitar 15% kasus HSV-. Inisial episode yang juga merupakan
infeksi primer dapat berlangsung menjadi lebih berat. Infeksi HSV-1 dan HSV-
agak susah dibedakan.
Tanda utama dari genital herpes adalah luka di sekitar vagina, penis, atau di
daerah anus. Kadang- kadang luka dari herpes genital muncul di skrotum,
bokong atau paha. Luka dapat muncul sekitar 4-7 hari setelah infeksi.
Gejala dari herpes disebut juga outbreaks, muncul dalam dua minggu setelah
orang terinfeksi dan dapat saja berlangsung untuk beberapa minggu. Adapun
gejalanya sebagai berikut :
Nyeri dan disuria
Tanda (sign) :
a. Herpes genitaliaprimer
Infeksi primer biasanya terjadi seminggu setelah hubungan seksual
(termasuk hubungan oral atau anal). Tetapi lebih banyak terjadi setelah
interval yang lama dan biasanya setengah dari kasus tidak menampakkan
gejala.
Erupsi dapat didahului dengan gejala prodormal, yang menyebabkan
salah diagnosis sebagai influenza. Lesi berupa papul kecil dengan dasar
eritem dan berkembang menjadi vesikel dan cepat membentuk erosi
superfisial atau ulkus yang tidak nyeri, lebih sering pada glans penis,
preputium, dan frenulum, korpus penis lebih jarang terlihat.(1)
b. Herpes genitaliarekuren
Setelah terjadinya infeksi primer klinis atau subklinis, pada suatu waktu
bila ada faktor pencetus, virus akan menjalani reaktivasi dan multiplikasi
kembali sehingga terjadilah lagi rekuren, pada saat itu di dalam hospes
sudah ada antibodi spesifik sehingga kelainan yang timbul dan gejala tidak
seberat infeksiprimer.
Faktor pencetus antara lain: trauma, koitus yang berlebihan, demam,
gangguan pencernaan, kelelahan, makanan yang merangsang, alkohol, dan
beberapa kasus sukar diketahui penyebabnya. Pada sebagian besar orang,
virus dapat menjadi aktif dan menyebabkan outbreaks beberapa kali dalam
setahun. HSV berdiam dalam sel saraf di tubuh kita, ketika virus terpicu
untuk aktif, maka akan bergerak dari saraf ke kulit kita. Lalu memperbanyak
diri dan dapat timbul luka di tempat terjadinya outbreaks
Mengenai gambaran klinis dari herpes progenitalis : gejaia klinis herpes
progenital dapat ringan sampai berat tergantung dari stadium penyakit dan
imunitas dari pejamu. Stadium penyakit meliputi:
Manifestasi klinik dari infeksi HSV tergantung pada tempat infeksi, dan status
imunitas host. Infeksi primer dengan HSV berkembang pada orang yang belum
punya kekebalan sebelumnya terhadap HSV-1 atau HSV -, yang biasanya menjadi
lebih berat, dengan gejala dan tanda sistemik dan sering menyebabkan
komplikasi.
C . Kultur virus
Kultur virus yang diperoleh dari spesimen pada lesi yang dicurigai
masih merupakan prosedur pilihan yang merupakan gold standard pada
stadium awal infeksi. Bahan pemeriksaan diambil dari lesi mukokutaneus
pada stadium awal (vesikel atau pustul), hasilnya lebih baik dari pada bila
diambil dari lesi ulkus atau krusta.
DIAGNOSIS
Secara klinis ditegakkan dengan adanya gejala khas berupa vesikel
berkelompok dengan dasar eritem dan bersifat rekuren. Gejala dan tanda
dihubungkan dengan HSV-. diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesa,
pemeriksaan fisis jika gejalanya khas dan melalui pengambilan contoh dari
luka (lesi) dan dilakukan pemeriksaan laboratorium.
Tes darah yang mendeteksi HSV-1 dan HSV- dapat menolong meskipun
hasilnya tidak terlalu memuaskan. Virus kadangkala, namun tak selalu, dapat
dideteksi lewat tes laboratorium yaitu kultur. Kultur dikerjakan dengan
menggunakan swab untuk memperoleh material yang akan dipelajari dari
luka yang dicurigai sebagai herpes.(1,11,1)
Pada stadium dini erupsi vesikel sangat khas, akan tetapi pada stadium
yang lanjut tidak khas lagi, penderita harus dideteksi dengan kemungkinan
penyakit lain, termasuk chancroid dan kandidiasis. Konfirmasi virus dapat
dilakukan melalui mikroskop elektron atau kultur jaringan.
KOMPLIKASI
Herpes genital primer HSV dan infeksi HSV-1 ditandai oleh kekerapan
gejala lokal dan sistemik prolong. Demam, sakit kepala, malaise, dan mialgia
dilaporkan mendekati 40 % dari kaum pria dan 70% dari wanita dengan
penyakit HSV- primer. Berbeda dengan infeksi genital episode pertama,
gejala, tanda dan lokasi anatomi infeksi rekuren terlokalisir padagenital
PENATALAKSANAAN
Sampai sekarang belum ada obat yang memuaskan untuk terapi herpes
genitalis, namun pengobatan secara umum perlu diperhatikan, seperti :
menjaga kebersihanlokal
menghindari trauma atau faktor pencetus.
Penggunaan idoxuridine mengobati lesi herpes simpleks secara lokal
sebesar 5% sampai 40% dalam dimethyl sulphoxide sangat bermanfaat.
Namun, pengobatan ini memiliki beberapa efek samping, di antaranya pasien
akan mengalami rasa nyeri hebat, maserasi kulit dapat juga terjadi.
Meskipun tidak ada obat herpes genital, penyediaan layanan kesehatan
anda akan meresepkan obat anti viral untuk menangani gejala dan membantu
mencegah terjadinya outbreaks. Hal ini akan mengurangi resiko menularnya
herpes pada partner seksual. Obat-obatan untuk menangani herpes genital
adalah
Asiklovir(Zovirus)
Famsiklovir
Valasiklovir(Valtres)
Asiklovir
Pada infeksi HVS genitalis primer, asiklovir intravena (5 mg/kg BB/8
jam selama 5 hari), asiklovir oral 200 mg (5 kali/hari saelama 10-14 hari)
dan asiklovir topikal (5% dalam salf propilen glikol) dsapat mengurangi
lamanya gejala dan ekskresi virus serta mempercepat penyembuhan.
Valasiklovir
Valasiklovir adalah suatu ester dari asiklovir yang secara cepat dan
hampir lengkap berubah menjadi asiklovir oleh enzim hepar dan
meningkatkan bioavaibilitas asiklovir sampai 54%.oleh karena itu dosis oral
1000 mg valasiklovir menghasilkan kadar obat dalam darah yang sama
dengan asiklovir intravena. Valasiklovir 1000 mg telah dibandingkan
asiklovir 00 mg 5 kali sehari selama 10 hari untuk terapi herpes genitalis
episodeawal.
Famsiklovir
PENCEGAHAN
Hingga saat ini tidak ada satupun bahan yang efektif mencegah HSV.
Kondom dapat menurunkan transmisi penyakit, tetapi penularan masih dapat
terjadi pada daerah yang tidak tertutup kondom ketika terjadi ekskresi virus.
Spermatisida yang berisi surfaktan nonoxynol-9 menyebabkan HSV menjadi
inaktif secara invitro. Di samping itu yang terbaik, jangan melakukan kontak
oral genital pada keadaan dimana ada gejala atau ditemukan herpes oral.
Secara ringkas ada 5 langkah utama untuk pencegahan herpes genital yaitu
1. Mendidik seseorang yang berisiko tinggi untuk mendapatkan herpes
genitalis dan PMS lainnya untuk mengurangi transmisipenularan.
2. Mendeteksi kasus yang tidak diterapi, baik simtomatik atauasimptomatik.
3. Mendiagnosis, konsul dan mengobati individu yang terinfeksi dan follow up
dengantepat.
4. Evaluasi, konsul dan mengobati pasangan seksual dari individu
yangterinfeksi.
5. Skrining disertai diagnosis dini, konseling dan pengobatan sangat berperan
dalam pencegahan.
PROGNOSIS
Kematian oleh infeksi HSV jarang terjadi. Infeksi inisial dini yang segera
diobati mempunyai prognosis lebih baik, sedangkan infeksi rekuren hanya dapat
dibatasi frekuensi kambuhnya. Pada orang dengan gangguan imunitas, misalnya
penyakit-penyakit dengan tumor di sistem retikuloendotelial, pengobatan
dengan imunosupresan yang lama, menyebabkan infeksi ini dapat menyebar ke
alat-alat dalam dan fatal. Prognosis akan lebih baik seiring dengan
meningkatnya usia seperti pada orang dewasa. Terapi antivirus efektif
menurunkan manifestasi klinis herpes genitalis.
Referensi :
1. Sudhir, U.K. Nayat. 2015. Bowenoid Papulosis. NCBI : Jurnal Infeksi
Menular Seksual di India. Hal. 223 - 225.
2. Syamsuddin Heryanto, Madjid Aswani, Amin Safruddn. Penyakit Menular
Seksual. Cetakan I. Makassar: Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
FKUH; 2004
3. World Health Organization (WHO). Global Strategy for the Prevention
and Control of Sexually Transmitted Infections, 2015. WHO: Geneva;
2015, p. 1-60
4. StandarisasiDiagnostikdanPenatalaksanaanBeberapaPenyakitMenularSe
ksual (PMS), FKUI, 147 – 154.
5. Natahusada, EC, Djuanda A. Sifilis dalam: Djuanda A, Hamzah M,
Aisyah S. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Balai Penerbit FKUI,
Jakarta, 2010. h:393-413
6. Handoko,Ronny.Ilmu Penyakit Kulit dan kelamin. Balai Penerbit FKUI,
Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu
perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk. (QS. Al Isra’ : 32)
ٍ تَنَظَّفُوْ ابِ ُكلِّ َماا ْستَطَ ْعتُ ْمفَإِنَّاللهَتَ َعالَىبَنَىاإْل ِ ْسالَ َم َعلَىالنَّظَافَ ِة َولَ ْنيَ ْدخُاَل ْل َجنَّةَاِالَّ ُكلُّن َِظي
ْف