Disusun Oleh :
ROSMIATI (11020150032)
ASYIMA BATARI PUTRI UTAMI (11020150150)
A.NADIA SULISTIA NINGSIH (11020160012)
RESKY ASFIANI RAHMAN (11020160051)
MUHAMMAD TSAQIB AMMARIE (11020160062)
A.NASHIRA ISWALAILY (11020160078)
MUHAMMAD FADLI (11020160092)
AYU ULFIAH AZIS (11020160102)
HALISA RAHMASARI (11020160133)
INDAH KHAERUNNISA HAKIM (11020160149)
ROSDIANA BAHARSA (11020160170)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas berkat rahmat dan
hidayah-Nya sehingga laporan hasil tutorial ini dapat terselesaikan dengan baik.
Dan tak lupa kami kirimkan salam dan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW
yang telah membawa kita dari alam yang penuh kebodohan ke alam yang penuh
kepintaran. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah
membantu membuat laporan ini serta kepada tutor yang telah membimbing kami
selama proses tutorial berlangsung. Semoga laporan hasil tutorial ini dapat
bermanfaat bagi setiap pihak yang telah membaca laporan ini dan khusunya bagi
tim penyusun sendiri. Semoga setelah membaca laporan ini dapat memperluas
pengetahuan pembaca mengenai URONEFROLOGI.
Kelompok 2
SKENARIO 2
A. KATA SULIT
Tidak ditemukan kata sulit.
B. KALIMAT KUNCI
1. Seorang laki-laki, 27 tahun.
2. Nyeri skrotum kanan sejak 1 jam yang lalu.
3. Skrotum tampak agak edema.
4. Nyeri skrotum bertambah bila dielevasi.
C. PERTANYAAN:
7. Perspektif Islam !
D. PEMBAHASAN
1. Anatomi, fisiologi, dan histologi organ yang terlibat
Anatomi Scrotum
Scrotum adalah sebuah kantong kulit yang terdiri dari dua lapis: kulit dan
fascia superficialis. Fascia superficialis tidak mengandung jaringan lemak,
tetapi pada fascia superficialis terdapat selembar otot polos yang tipis, dikenal
sebagai tunica dartos, yang berkontraksi sebagai reaksi terhadap dingin, dan
dengan demikian mempersempit luas permukaan kulit. Ke arah ventral fascia
superficialis dilanjutkan menjadi lapis dalamnya yang berupa selaput pada
dinding abdomen ventrolateral, dan ke arah kaudal dilanjutkan menjadi fascia
superficialis perineum.
Anatomi Testis
1. Bagian cranial yang melebar, yakni caput epididimis terdiri dari lobul-lobul
yang dibentuk oleh gulungan sejumlah ductuli efferentes.
2. Ductuli efferentes membawa spermatozoon dari testis ke epididimis untuk
ditimbun.
3. Corpus epididimis terdiri dari ductus epididimis yang berbelit-belit.
4. Cauda epididimis bersinambung dengan ductus deferens yang mengangkut
spermatozoon dari epididimis ke ductus ejaculatorius untuk dicurahkan ke
dalam pars prostatica
urethrae.
Anatomi Epididimis
Struktur berbentuk huruf C yang berada disisi posterior testis dan membesar
dari bagian caput,corpus dan cauda. Tunika vaginalis membungkus epididimis
kecuali pada bagian posterior. Vaskularisasi dan inervasi epididimis sama
dengan testis. Epididimis juga merupakan tuba terlilit yang panjangnya
mencapai 20 kaki atau 4m-6m. Bagian kranial yang melebar, yakni caput
epididymis terdiri dari lobul-lobul yang dibentuk oleh gulungan sejumlah
ductuli efferentes. Ductuli efferentes membawa spermatozoon dari testis ke
epididymis untuk ditimbun. Corpus epididymis terdiri dari ductus epididymis
yang berbelit-belit. Cauda epididymis bersinambung dengan ductus deferens
yang mengangkat spermatozoon dari epididymis ke ductus ejakulatorius untuk
dicurahkan ke dalam pasr prostatica urethrae.
A: Caput or head of the epididymis.
B: Corpus or body of the epididymis.
C: Cauda or tail of the epididymis.
D: Vas deferens.
E:Testicle
Fisiologi Scrotum
Skrotum merupakan kantong pembungkus organ reproduksi pria yang
berfungsi untuk membungkus dan menopang testis dari luar tubuh,sehingga
pada suhu optimum testis dapat memproduksi sperma.Dalam skrotum terdapat
testis yang berfungsi untuk menghasilkan Follicle Stimulating Hormone (FSH)
dan Luteinizing Hormone (LH) juga hormon testosterone, Membentuk gamet-
gamet baru yaitu spermatozoa, yang terjadi di Tubulus seminiferus dan
Menghasilkan hormon testosterone yang dilakukan oleh sel interstinale yaitu
sel Leydig. Sedangkan sel sertoli berfungsi untuk menghasilkan makanan bagi
sperma. Testis mempunyai fungsi eksokrin dalam spermatogenesis dan fungsi
endokrin untuk mensekresikan hormon-hormon seks yang mengendalikan
perkembangan dan fungsi seksual. Semua fungsi dari sistem reproduksi laki-
laki diatur melalui interaksi hormonal yang kompleks.
Histologi Scrotum
Skrotum merupakan kantung berkulit tipis yang mengelilingi dan
melindungi testis. Skrotum juga bertindak sebagai sistem pengontrol suhu
untuk testis, karena agar sperma terbentuk secara normal, testis harus memiliki
suhu yang sedikit lebih rendah dibandingkan dengan suhu tubuh. Otot
kremaster pada dinding skrotum akan mengendur atau mengencang sehinnga
testis menggantung lebih jauh dari tubuh (dan suhunya menjadi lebih dingin)
atau lebih dekat ke tubuh (dan suhunya menjadi lebih hangat).
Tersusun atas kulit, fasia, dan otot polos yang membungkus dan menopang
testis di luar tubuh.
Ket:
1. Tubulus seminiferous
2. Tunika albuginea
3. Tunika vaginalis
4. Kantong serosa
5. Tunika vaginalis
parietal
6. M. kremaster
7. Tunika dartos (otot
polos dan kulit
skrotum)
8. Duktus epididymis
2. Patomekanisme nyeri sesuai scenario :
6. LLD :
ANAMNESIS
Kemampuan seorang dokter dalam melakukan wawancara dengan pasien
ataupun keluarganya diperoleh melalui anamnesis yang sistematik dan terarah.
Hal ini sangat penting untuk mendapatkan diagnosis suatu penyakit.
Anamnesis yang sistematik itu mencakup:
a. Identitas pasien: menanyakan nama, umur, alamat dan pekerjaan pasien
penting untuk menentukan diagnosis dan membangun hubungan antar
dokter dan pasien.
PEMERIKSAAN FISIK
Pada pemeriksaan colok dubur dinilai: (1) tonus sfingter ani dan
reflex bulbo-kavernosus (BCR), (2) mencari kemungkinan adanya massa
di dalam lumen rektum, dan (3) menilai keadaan prostat. Penilaian reflex
bulbo-kavernosus dilakukan dengan cara merasakan adanya reflex jepitan
pada sfingter ani pada jari akibat rangsangan sakit yang kita berikan pada
glans penis atau klitoris.
f. Pemeriksaan Neurologi:
1. Urinalisis
3. Kultur urine
4. Sitologi urine
Pemeriksaan sitiologi urine merupakan pemeriksaan sitopatologi sel-sel
urotelium yang terlepas dan terikut urine. Contoh urine sebaiknya diambil
setelah pasien melaukuan aktivitas (loncat-loncat atau lari di tempat) dengan
harapan lebih banyak sel-sel urotelium yang terlepas di dalam urine. Derajat
perubahan sel-sel itu diklasifikasikan dalam 5 klas mulai dari (1) normal, (2)
sel sel yang mengalami keradangan, (3) sel-sel atipik, (4) diduga menjadi
sel- sel ganas, dan (5) sel-sel yang sudah mengalami perubahan morfologi
menjadi sel ganas.
8. Patologi anatomi
3. USG (Ultrasonografi)
Pada keganasan, selain untuk mengetahui adanya massa padat pada organ
primer, juga untuk mendeteksi kemungkinan adanya metastasis pada hepar
atau kelenjar para aorta.
9. DD :
1. TORSIO TESTIS
Definisi
Etiologi
Penyebab dari torsio testis masih belum diketahui dengan pasti. Trauma
terhadap scrotum bias merupakan factor pencetus, sehingga torsio harus
dipertimbangkan pada pasien dengan keluhan nyeri setelah trauma bahkan
pada trauma yang tampak kurang signifikan sekalipun. Dikatakan pula bahwa
spasme dan kontraksi dari otot kremaster dan tunica dartos bias pula menjadi
factor pencetus. Dalam salah satu literature disebutkan bahwa torsio testis lebih
sering terjadi pada musim dingin, terutama pada temperature di bawah 2C.
Selain karena trauma, 50% kasus torsio testis terjadi pada saat tidur.1 Hanya 4-
8% kasus torsio testis disebabkan oleh karena trauma. Faktor predisposis lain
terjadinya torsio meliputi peningkatan volume testis (sering dihubungkan
dengan pubertas), tumor testis, testis yang terletak horisontal, riwayat
kriptorkismus, dan pada keadaan dimana spermatic cord intrascrotal yang
panjang.
Patofisiologi
Ekstravagina torsio terjadi bila seluruh testis dan tunika terpuntir pada axis
vertical sebagai akibat dari fiksasi yang tidak komplet atau non fiksasi dari
gubernakulum terhadap dinding scrotum, sehingga menyebabkan rotasi yang
bebas di dalam scrotum. Kelainan ini sering terjadi pada neonatus dan pada
kondisi undesensus testis.
Gejala klinis
Gejala pertama dari torsio testis adalah hampir selalu nyeri. Gejala ini bisa
timbul mendadak atau berangsur-angsur, tetapi biasanya meningkat menurut
derajat kelainan. Riwayat trauma didapatkan pada 20% pasien, dan lebih dari
sepertiga pasien mengalami episode nyeri testis yang berulang
sebelumnya.2,10 Derajat nyeri testis umumnya bervariasi dan tidak
berhubungan dengan luasnya serta lamanya kejadian.
2. Pemeriksaan penunjang
Dianosis Banding
- Epididymio-orchitis
- Hydrocele
- Varicocele
- Hernia incarserata
- Tumor testis
- Torsio appendix testis/epididymis
- Edema scrotum idiopatik
Penatalaksanaan
1. Reduksi manual
Sekali diagnosis torsio testis ditegakkan, maka diperlukan tindakan
pemulihan aliran darah ke testis secepatnya. Biasanya keadaan ini
memerlukan eksplorasi pembedahan. Pada waktu yang sama ada
kemungkinan untuk melakukan reposisi testis secara manual sehingga dapat
dilakukan operasi elektif selanjutnya. Namun, biasanya tindakan ini sulit
dilakukan oleh karena sering menimbulkan nyeri akut selama manipulasi.
Pada umumnya terapi dari torsio testis tergantung pada interval dari onset
timbulnya nyeri hingga pasien datang. Jika pasien datang dalam 4 jam
timbulnya onset nyeri, maka dapat diupayakan tindakan detorsi manual
dengan anestesi lokal. Prosedur ini merupakan terapi non invasif yang
dilakukan dengan sedasi intravena menggunakan anestesi lokal (5 ml
Lidocain atau Xylocaine 2%). Sebagian besar torsio testis terjadi ke dalam
dan ke arah midline, sehingga detorsi dilakukan keluar dan ke arah lateral.
Selain itu, biasanya torsio terjadi lebih dari 360 o, sehingga diperlukan lebih
dari satu rotasi untuk melakukan detorsi penuh terhadap testis yang
mengalami torsio.Tindakan non operatif ini tidak menggantikan explorasi
pembedahan. Jika detorsi manual berhasil, maka selanjutnya tetap dilakukan
orchidopexy elektif dalam waktu 48 jam.
2. Pembedahan
Dalam hal detorsi manual tidak dapat dilakukan, atau bila detorsi manual
tidak berhasil dilakukan maka tindakan eksplorasi pembedahan harus segera
dilakukan. Pada pasien-pasien dengan riwayat serangan nyeri testis yang
berulang serta dengan pemeriksaan klinis yang mengarah ke torsio
sebaiknya segera dilakukan tindakan pembedahan. Hasil yang baik
diperoleh bila operasi dilakukan dalam 4 jam setelah timbulnya onset nyeri.
Setelah 4 hingga 6 jam biasanya nekrosis menjadi jelas pada testis yang
mengalami torsio.
Komplikasi
Torsio dari testis dan spermatic cord akan berlanjut sebagai salah satu
kegawat daruratan dalam bidang urologi. Keterlambatan lebih dari 6-8 jam
antara onset gejala yang timbul dan waktu pembedahan atau detorsi manual
akan menurunkan angka pertolongan terhadap testis hingga 55-85%. Putusnya
suplai darah ke testis dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan atrofi
testis. Atrofi dapat terjadi beberapa hari hingga beberapa bulan setelah torsio
dikoreksi. Insiden terjadinya atrofi testis meningkat bila torsio telah terjadi 8
jam atau lebih. Komplikasi lain yang sering timbul dari torsio testis meliputi :
- Infark testis
- Hilangnya testis
- Infeksi
- Infertilitas sekunder
- Deformitas kosmetik
Prognosis
Jika torsio dapat didiagnosa secara dini dan dilakukan koreksi segera dalam
5-6 jam, maka akan memberikan prognosis yang baik dengan angka
pertolongan terhadap testis hampir 100%. Setelah 6 jam terjadi torsio dan
gangguan aliran darah, maka kemungkinan untuk dilakukan tindakan
pembedahan juga meningkat. Namun, meskipun terjadi kurang dari 6 jam,
torsio sudah dapat menimbulkan kehilangan fungsi dari testis. Setelah 18-24
jam biasanya sudah terjadi nekrosis dan indikasi untuk dilakukan
orchidectomy. Orchidopexy tidak memberikan jaminan untuk tidak timbul
torsio di kemudian hari, meskipun tindakan ini dapat menurunkan
kemungkinan timbulnya hal tersebut.
2. EPIDIDIMITIS
Definisi
Suatu kondisi yang dalam hal ini terdapat peradangan pada epididymis.
Kondisi ini mungkin dapat sangat menyakitkan, dan skrotum bias menjadi
merah, hangat, dan bengkak.
Epidemiologi
Etiolologi
4. Tuberculosis
Epididimytis disebabkan oleh basil tuberculosis sering terjadi di daerah
endemic TB menyebabkan TB urogenitalis.
6. Prostatitis
Prostatitis merupakan reaksi inflamasi pada kelenjar prostat yang dapat
disebabkan oleh bakteri maupun non bakteri dapat menyebar ke scrotum
dan menyebabkan timbulnya epididimytis dengan rasa nyeri yang hebat,
pembengkakan, kemerahan dan jika disentuh teras sangat nyeri.
Patofisiologi
Epididimytis merupakan suatu infeksi yang biasanya turun dari prostat atau
saluran urine yang terinfeksi. Infeksi ini mulai menjalar dari bagian atas
melalui urethra dan ductus ejackulatorius kemudian berjalan sepanjang vas
deferens ke epididymis. Rasa nyeri yang unilateral dan rasa sakit pada kanalis
inguinalis sepanjang vas deferens kemudian mengalami nyeri dan
pembengkakan pada skrotum dan daerah lipatan paha. Epididymis menjadi
bengkak dan sangat sakit, suhu tubuh meningkat, menggigil, demam dan urine
mengandung nanah(pyuria), dan bakteri.
Klasifikasi
Epididimytis akut
Waktu timbulnya nyeri dan bengkak hanya beberapa hari (< 6minggu).
Epididimytis kronis
Terjadi selama lebih dari 6 minggu, ditandai oleh peradangan bahkan tidak
ada suatu infeksi.
Manisfestasi klinis
Gejala yang timbul bukanhanya berasal dari infeksi local namun juga
berasal dari sumber infeksi yang asli. Gejala yang berasal dari sumber infeksi
yang asli seperti duh urethra dan nyeri atau itching urethra ( urethritis), nyeri
pinggul dan frekuensi kencing yang meningkat, dan rasa terbakar saat kencing,
demam. Gejala local pada epididimytis berupa nyeri pada skrotum. Nyeri
timbul pada bagian belakang salah satu testis dan menyebar ke seluruh testis,
biasa hanya menhgenai salah satu skrotum saja dan tidak disertai mual muntah.
Selain itu juga disertai dengan pembengkakan dan kemerahan testis dan atau
scrotal dan urethral discharge.
Pemeriksaan diagnostik
a) Pemeriksaan Labolatorium
- Pemeriksaan darah lengkap ditemukan leukosit meningkat (10.000-
30.000/µl)
- Sperma analisa
- Kultul urine dan perwarnaan gram untuk kuman penyebab infeksi.
- Analisa urine
- Kultur darah bila dicurigai terjadi infeksi sistemik
b) Pemeriksaan radiologis
1. Colour Doppler ultrasonography
- Digunakan untuk membedakan epididmytis akut dan peyebab lainnya.
- Pemeriksaan ultrasonografi dilakukan untuk elihat aliran darah pada
areteri testicularis. Pada epididimytis, aliran darah pada a. testicularis
cenderung meningkat.
- Untuk mengetahui adanya abses skrotum sebagaikomplikasi dari
epididimytis.
2. Nuclear scintigraphy
- Pemeriksaan ini mengguanakan technetium-99
- Memiliki sensitivitas dan spektivitas 90-100% dalam menentukan
daerah iskemik akibat infeksi
- Pada keadaan skrotum yang hiperemis akan timbul diagnosis positif
palsu.
c) Pemeriksaan fisik
- Inspeksi : skrotum bisa menjadi merah dan bengkak.
- Palpasi : ditemukan posisi skrotum normal vertical, ukuran kedua
testis sama besar, dan tidak terdapat peninggian pada salah satu testis.
Setelah beberapa hari epididymis dan testis tidak dapat teraba terpisah
karena bengkak yang meliputi testis. Akan teraba pembesaran dari
epididymis secara keseluruhan yang meng indikasi kuman penyebab
infeksi. Ditemukan juga.
- Pemeriksaan refles kresmaster normal
Phrens sign positif dimana nyeri dapat berkurang jika skrotum
diangkat ke atas karena pengangatan ini akan mengutangi regangan
pada testis. Pemeriksaan ini kurang efektif.
- Pembesaran kelenjar getah bening di region inguinalis
- Pemeriksaan colok dubur didapatkan tanda prostatitis yaitu
pengeluaran nanah setelah dilakukan masase prostat.
Diagnosis banding
Orchititis
Hernia inguinalis inkarserata
Torsio testis
Seminoma testis
Trauma testis
Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan medis
Antibiotik digunakan bila adanya suau proses infeksi. Antibiotic yang
digunakan :
- Fluroquinolones
- Cephalosporin
- Levofloxacin
- Doxycycline, azithromycin dan tetrasiklin
b. Penanganan suportif, seperti: pengurangan aktivitas, skrotus lebih
ditinggikan kompres es/pada skrotum, pemberian analgesic dan NSAID.
c. Penatalaksaan bedah
- Scrotal exploration
- Epididymotomy
Komplikasi
Prognosis
3. ORCHITIS
Definisi
Orkitis adalah reaksi inflamasi akut pada testis terhadap infeksi. Sebagian
besar kasus dikaitkan dengan infeksi gondok virus; Namun, virus dan bakteri
lain dapat menyebabkan orchitis.
Epidemiologi
Sekitar 20% pasien prapubertas (lebih muda dari 10 tahun) dengan gondong
mengembangkan orkitis. Kondisi ini telah menjadi semakin umum pada pria
remaja dan postpubertal dengan gondong, terutama dalam dekade terakhir,
dengan pengurangan penggunaan vaksin campak, gondok, rubela (MMR).
Gejala orkitis biasanya timbul beberapa hari setelah parotitis. Orkitis bakteri
yang terisolasi bahkan lebih jarang dan biasanya dikaitkan dengan epididimitis
bersamaan; itu terjadi pada pria yang aktif secara seksual lebih tua dari 15
tahun atau pada pria yang lebih tua dari 50 tahun dengan hipertrofi prostat
jinak (BPH). Atrofi testis unilateral terjadi pada 60% pasien dengan orkitis.
Sterilitas jarang merupakan konsekuensi dari orkitis unilateral. Meskipun
beberapa laporan anekdotal, sedikit bukti mendukung peningkatan
kemungkinan mengembangkan tumor testis setelah episode orkitis.
Etiologi
Penyebab bakteri biasanya menyebar dari epididimitis terkait pada pria atau
pria yang aktif secara seksual dengan BPH; Bakteri meliputi Neisseria
gonorrhoeae, Chlamydia trachomatis, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae,
Pseudomonas aeruginosa, dan spesies Staphylococcus dan Streptococcus.
Orkitis bakteri jarang terjadi tanpa epididimitis terkait.
Pasien biasanya aktif secara seksual dan datang dengan nyeri dan edema
bertahap. Edema testis unilateral terjadi pada 90% kasus. Pasien
immunocompromised telah dilaporkan memiliki orkitis dengan agen etiologi
berikut: kompleks Mycobacterium avium, Cryptococcus neoformans,
Toxoplasma gondii, Haemophilus parainfluenzae, dan Candida albicans.
Patofisiologi
Hippocrates pertama kali melaporkan sindrom ini pada abad ke-5 SM.
Orkitis paling sering terjadi dengan epididimitis. Epididimitis biasanya berasal
dari bakteri; patogen yang paling umum adalah Neisseria gonorrhoeae pada
pria berusia 14-35 tahun, dan Escherichia colis penyebab paling umum pada
anak laki-laki yang lebih muda dari 14 tahun dan pada pria yang lebih tua dari
35 tahun. Orkitis virus paling sering disebabkan oleh infeksi gondong tetapi
juga dapat disebabkan oleh proses inflamasi spesifik di testis.
Manifestasi klinis
Orkitis ditandai dengan nyeri testis dan pembengkakan. Kausa ini bervariasi
dan berkisar dari ketidaknyamanan ringan hingga nyeri hebat. Gejala sistemik
yang terkait meliputi:
- Kelelahan
- Malaise
- Myalgia
- Demam dan menggigil.
- Mual
- Headache
Diagnosis
a. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan testis antara lain:
- Pembesaran testis
- Indurasi testis
- Kelembutan Kulit skrotum eritematosa.
- Kulit skrotum edematous.
- Epididimis yang membesar yang berhubungan dengan epididimotritis.
- Pada pemeriksaan rektal, terdapat prostat berawa lunak (prostatitis).
sering dikaitkan dengan epididimo-orkitis. Temuan lain termasuk
parotitis dan demam.
b. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada penderita orchitis antara
lain :
- Pemeriksaan urin
- Pemeriksaan discharge uretra untuk mengetahui mikroorganisme
penyebab.
- Sistoskopi, pielografi intravena, dan sistografi dapat dilakukan jika
dicurigai adanya patologi pada kandung kemih.
Diagnosis banding
- Epididimitis Akut
- Hernia.
- Torsi testis dalam Pengobatan Darurat
Penatalaksanaan
Farmakologi :
Komplikasi
Hingga 60% testis yang terkena menunjukkan beberapa derajat atrofi testis.
Kesuburan terganggu dilaporkan pada tingkat 7-13%. Kemandulan jarang
terjadi pada kasus orkitis unilateral. Hidrokel atau piokel terkait mungkin
memerlukan drainase bedah untuk menghilangkan tekanan dari tunika.
Dalam satu studi dari 7 pasien yang diikuti setelah gondok gondok (4
unilateral, 3 bilateral), pada kelompok orkitis unilateral, 1 pasien memiliki
testis atrofi, 3 memiliki oligozoospermia parah, dan 1 memiliki
oligozoospermia ringan. Pada kelompok orkitis bilateral, tidak ada yang
memiliki testis atrofi, dan temuan analisis semen mengungkapkan azoospermia
pada 1 dan oligozoospermia berat pada 2 pasien. Temuan analisis semen pada
sebagian besar pasien membaik secara bertahap.
Prognosis
Sebagian besar kasus orchitis gondong sembuh secara spontan dalam 3-10
hari Dengan cakupan antibiotik yang tepat, sebagian besar kasus orkitis bakteri
sembuh tanpa komplikasi.
13. Sarwono, J., dkk. 2014. C-Reactive Protein dan Soluble Tumor Necrosis
Factor Receptor-1 pada pasien Hemodialisis yang mengalami
Aterosklerosis. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia. Vol. 1, No.2. Halaman
120-125.
14. Dewi, Hendrika., dkk. 2016. Gambaran kadar CRP serum pada perokok
aktif. Jurnal e-Biomedik. Vol.4, No.2.
15. Purnomo, Basuki B.2003.Buku Dasar-Dasar Urologi, Edisi ke 2,Fakultas
Kedokteran Brawijaya Malang.
16. Anonymus. 2013. Epididimytis and ortchitis. American urology
association. Hhtp://www.urologyhealty.com.
17. Saladdin, arianto. 2009. Penyakit-Penyakit Intraskrotal-Penyakit Yang
Berhubungan Dengan Skrotum. hhtp://www. Reocities.com.
18. No 8 :