Anda di halaman 1dari 30

SISTEM TUMBUH KEMBANG

FAKULTAS KEDOKTERAAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA Makassar, 25 Juni 2019

MODUL 3 ”PENYAKIT AKIBAT KERJA”

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 5

Asyima Batari Putri Utami 11020150150


Aulia Rizki Rahim 11020160063
Arum Dwi Haerunnisa 11020160065
Armyn Dwi Putra 11020160069
M. Asro Akjuma Pratama 11020160073
Ayu Ulfiah Azis 11020160102
Firmandi AS.H Saleh 11020160112
Ayu Azizah Syen 11020160121
Aulia Syafitri Awaluddin AR. 11020160126
Atmaraya Abdullah 11020160174

TUTOR : dr. Rasfayanah F. Matto, M.Kes

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadiran Allah SWT atas rahmat dan
hidayah-Nya serta kemudahan yang telah diberikan sehingga kami dapat dapat
menyelesaikan laporan ini dengan judul “Penyakit Akibat Kerja”. Dan tak lupa kami
kirimkan salam dan shalawat kepada junjungan nabi besar Muhammad SAW yang
telah membawa kita dari alam penuh kebodohan ke alam yang penuh kepintaran.
Mengingat bahwa dalam pembuatan laporan ini tidak lepas dari berbagai
pihak yang membantu dalam penyusunan laporan ini, baik langsung maupun tidak
langsung. Oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah
membantu kami.
Kami menyadari bahwa dalam menulis laporan ini mungkin masih banyak
kekurangannya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
kami harapkan demi perbaikan laporan-laporan kami selanjutnya. Kami mohon maaf
jika ada kesalahan dalam penulisan kata karena kebenaran hanya milik-Nya semata.
Demikian harapan kami, semoga bermanfaat bagi penulis khususnya dan
pembaca pada umumnya.

Makassar, 25 Juni 2019

Kelompok 5
Kasus 5. Low Back Pain
Seorang laki-laki pekerja furniture artisan berusia 46 tahun dengan keluhan
Low Back Pain (LBP). Keluhan rasa nyeri ini menjalar kebagian belakang kedua
pahanya.ia mengalami LBP kronik selama 2 tahun dengan simptom intermitten.
Keluhan sakit belakang dipacu dengan posisi membungkuk, dan diikuti dengan
kesulitan dalam meluruskan punggung sesudahnya. Pada pemeriksan fisik ditemukan
spasme otot-otot spinal dan keterbatasan pergerakan spinal. Pemeriksaan neurologis
pada ekstremitas bagian bawah adalah normal. Pemeriksaan radiologis Lumbosacral
juga normal. Dengan pemberian analgetik dan cuti kerja karena sakit disertai
fisioterapi, pekerja ini mengalami perbaikan yang cepat.

A. KATA SULIT : -

B. KATA/ KALIMAT KUNCI KUNCI :


- Seorang laki-laki pekerja furniture artisan 46 tahun.
- Keluhan Low Back Pain (LBP)
- Keluahan nyeri menjalar kebagian belakang paha.
- Low Back Pain (LBP) kronik selama 2 tahun symptom intermitten.
- Keluhan dipacu dengan posisi membungkuk, dan diikuti kesulitan dalam
meluruskan belakang sesudahnya.
- Pada pemeriksaan fisik : Spasme otot-otot spinal dan keterbatasan pergerakan
spinal.
- Pemeriksaan neurologis ekstremitas atas : Normal.
- Pemriksaan radiologi lumbosacral : Normal.
- Pemberian analgetik, cuti kerja dan fisioterapi.
C. PERTANYAAN :
1. Jelaskan pengertian Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Penyakit Akibat
Hubungan Kerja (PAHK) !
2. Jelaskan faktor resiko ancaman bahaya kesehatan dalam lingkungan kerja !
3. Analisis mengenai kesehatan pasien sesuai skenario !
4. Analisis mengenai lingkungan kerja pasien yang berhubungan dengan
penyakit pasien sesuai skenario !
5. Pencegahan apa yang dilakukan sebelum mengalami PAK dan setelah
mengalami PAK ?
6. Perspektif islam yang sesuai dengan skenario !

D. JAWABAN PERTANYAAN :
1. Pengertian dari Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Penyakit Akibat Hubungan
Kerja (PAHK)
Penyakit Akibat Kerja (PAK) merupakan penyakit yang disebabkan
oleh pekerjaan, alat kerja, bahan yang digunakan dalam pekerjaan, proses,
maupun lingkungan kerja. Dengan demikian penyakit akibat kerja merupakan
penyakit yang artificial atau man made disease. WHO membedakan empat
kategori penyakit akibat kerja :
1. Penyakit yang hanya disebabkan oleh pekerjaan
2. Penyakit yang salah satunya penyebab adalah pekerjaan
3. Penyakit dengan pekerjaan memperberat suatu kondisi yang sudah ada
sebelumnya.

Penyakit Akibat Hubungan Kerja (PAHK) merupakan penyakit yang


berhubungan atau terkait dengan pekerjaan, namun bukan akibat karena
pekerjaan. Terdapat jaminan seperti kecelakaan kerja. PAHK terjadi juga pada
populasi penduduk, penyebab multifaktor, pemaparan ditempat kerja mungkin
salah satu faktor, dan diatur dalam Kep.Pres.No.22/KEPRES/1993.
Berdasarkan skenario, keadaan pasien termasuk Peyakit Akibat Kerja
(PAK) dikarenakan keluhan sakit belakang pasien dipacu oleh karena
kebiasaan pasien membungkuk pada saat bekerja.

Referensi :
1. Buraena, dr .Sultan. Buku Ajar Ilmu Kedokteran Okupasi Dasar- Dasar
Ilmu Kedokteran Okupasi.Buku I. Hal. 58.
2. Buku Ajar Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3). 2014. Fakultas
Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Faktor-faktor resiko ancaman bahaya kesehatan di lingkungan kerja


Faktor-faktor yang terdapat atau muncul di lingkungan kerja yang
merupakan hazard kesehatan, yaitu faktor fisik, kimia, biologi, psikososial,
dan ergonomik :
a. Faktor Fisik
Faktor fisik yang merupakan hazard kesehatan kerja berupa
kebisingan, getaran, radiasi, dan temperature ekstrim. Faktor ini penting
diperhatikan karena pengaruhya terhadap kesehatan pekerja dapat
berlangsung dengan segera maupun secara komulatif.

b. Faktor Kimia
Faktor kimia merupakan dari bahan kimia yang mempunyai
masalah kompleks dalam program kesehatan pekerja sehingga
memerlukan perhatian khusus. Hal ini karena hazard kimia disamping
jumlahnya yang beredar di sektor indutri sangat banyak, pengaruh pada
kesehatan pun sangan bervariasi. Pengaruh pada kesehatan dapat berupa
gangguan, luka, alergi, sampai menimbulkan penyakit, dan dalam
konsentrasi tertentu bahan kimia yang masuk ke dalam tubuh manusia
dapat langsung menyebabkan kematian.
Beberapa hal yang harus diketahui dalam faktor kimia :
 Identifikasi Pada Tempat Kerja
Pada ruang lingkup tempat kerja harus diketahui bahan yang
digunakan sebagai raw materials, hasil produksi, dan hasil
sampingannya (by-product). Informasi penting lain dapat diperoleh
dari Material Safety Duta Sheet (MSDS), yaitu yang harus disuplai
oleh pabrik atau importer bahan kimia tersebut.
 Jenis Kontaminan Udara
Pembagian bahan kimia yang merupakan kontaminan (pencemar)
udara dapat digolongkan menjadi : debu, uap cair, asap, kabut, gas,
uap.

Jadi, jalan masuk bahan kimia dalam tubuh terdapat tiga cara yaitu
melalui saluran pernapasan, melalui kulit, serta saluran pencernaan pada
saat tidak sengaja maupun tidak sadar memakan atau meminum bahan
kimia tersebut.
Pengaruh bahan kimia beracun dapat menyebabkan beberapa efek
seperti iritasi, penyakit sistemik, asfiksia, alergi,narkotik dan anastetik.

c. Faktor Biologik
Faktor biologik dapat berupa binatang, bakteri, jamur, dan virus.
Faktor biologi dapat dikenali dan dilihat.

d. Faktor Psikososial
Faktor ini erat kaitannya dengan psikologi dari para pekerja yang
dapat ditimbulkan oleh tekanan, ataupun stress pada ruang lingkup kerja

e. Faktor Ergonomik
Faktor ergonomik mencakup ilmu, teknologi, dan seni berupaya
menyerasikan alat, cara, proses, dan lingkungan kerja terhadap
kemapmpuan dan batasan manusia untuk terwujudnya kondisi lingkungan
kerja yang sehat, aman, nyaman. Pendekatan ergonomi dikenal sebagai
To fit the Jib to the Man and to fit the Man to the Job.
Sebagian besar pekerja di perkantoran atau pelayanan, bahkan
bebarapa pekerjaan di perusahaan, bekerja dalam posisi yang kurang
ergonomis. Posisi kerja yang salah dan dipaksakan sering kali dapat
menyebabkan mudah lelah sehingga kerja menjadi kurang efisien dan
dalam jangka waktu panjang dapat menyebabkan gangguan fisikdan
psikologis (stress) dengan keluhan yang paling sering adalah nyeri
pinggang saat bekerja (low back pain).

Kesimpulan :
Maka berdasarkan skenario, pasien yang telah di diagnosa LBP dapat
terjadi dari faktor hazard dari segi faktor ergonominya, hal ini dapat dikaitkan
dengan pekerjaan beliau sebagai furniture artisan yang diketahui dalam posisi
pekerjaan ini lebih sering membungkuk dan kadang mengangkat barang-
barang yang berat pada setiap harinya.

Referensi
Buraena, dr .Sultan. Buku Ajar Ilmu Kedokteran Okupasi Dasar- Dasar Ilmu
Kedokteran Okupasi.Buku I.
3. Analisis Kesehatan Pasien
ANAMNESIS
Identitas pasien : Laki-laki,
Umur : 46 tahun
Pekerjaan : Furniture artisan
Keluhan Utama : Low back pain
Keluhan penyerta : Nyeri menjalar ke bagian belakang paha, dipacu
dengan posisi membungkuk dan kesulitan dalam
meluruskan punggung sesudahnya.
Riwayat
Penyakit sebelumnya : Low back pain kronik selama 2 tahun
Penyakit keluarga :-
Pengobatan : Analgetik dan fisioterapi

Low Back Pain


a. Definisi
Nyeri punggung bawah atau LBP adalah nyeri yang terbatas pada
regio lumbal, tetapi gejalanya lebih merata dan tidak hanya terbatas pada
satu radiks saraf, namun secara luas berasal dari diskus intervertebralis
lumbal.
Nyeri punggung bawah (low back pain) adalah nyeri di daerah
punggung bawah, yang mungkin disebabkan oleh masalah saraf, iritasi
otot atau lesi tulang. Nyeri punggung bawah dapat mengikuti cedera atau
trauma punggung, tapi rasa sakit juga dapat disebabkan oleh kondisi
degeneratif seperti penyakit artritis, osteoporosis atau penyakit tulang
lainnya.
b. Etiologi
Etiologi nyeri punggung bermacam – macam, yang paling banyak
adalah penyebab sistem neuromuskuloskeletal Penyebab sistem
neuromuskuloskeletal dapat diakibatkan beberapa faktor, ialah (a) otot,
(b) discus intervertebralis, (c) sendi apofiseal, anterior, sakroiliaka, (d)
kompresi saraf / radiks, (e) metabolik, (f) psikogenik, (g) umur.
c. Klasifikasi
Berdasarkan etiologinya, LBP mekanik dibagi menjadi 2 kategori, yaitu :
a) Mekanik Statik
LBP mekanik statik terjadi apabila postur tubuh dalam keadaan
posisi statis (duduk atau berdiri) sehingga menyebabkan peningkatan
pada sudut lumbosakral (sudut antara segmen vertebra L5 dan S1
yang sudut normalnya 30° - 40°) dan menyebabkan pergeseran titik
pusat berat badan.
b) Mekanik Dinamik
LBP mekanik dinamik dapat terjadi akibat beban mekanik abnormal
pada struktur jaringan (ligamen dan otot) di daerah punggung bawah
saat melakukan gerakan.
Berdasarkan perjalanan klinisnya, LBP dibagi menjadi 3 kategori, yaitu:
a) LBP akut
Keluhan pada fase akut awal terjadi <2minggu dan pada fase akut
akhir terjadi antara 2-6 minggu, rasa nyeri yang menyerang secara
tiba-tiba namun dapat hilang sesaat kemudian.
b) LBP sub akut
Keluhan pada fase akut berlangsung antara 6-12 minggu.
c) LBP kronik
Keluhan pada fase kronik terjadi >12minggu atau rasa nyeri yang
berulang. Gejala yang muncul cukup signifikan untuk mempengaruhi
kualitas hidup penderitanya dan sembuh pada waktu yang lama.
d. Patogenesis
Low Back Pain (LBP) sering terjadi pada daerah L4-L5 atau L5-S1,
dimana pada daerah tersebut terdapat dermatomal. Apabila dermatomal
kehilangan refleks sensoriknya maka refleks tendon dalam berkurang dan
kelemahan otot terjadi. LBP mekanik banyak disebabkan oleh rangsang
mekanik yaitu penggunaan otot yang berlebihan. Hal ini dapat terjadi
pada saat tubuh dipertahankan dalam posisi statik atau postur tubuh yang
salah untuk jangka waktu yang cukup lama dimana otot-otot di daerah
punggung akan berkontraksi untuk mempertahankan postur tubuh yang
normal atau pada saat aktivitas yang menimbulkan beban mekanik yang
berlebihan pada otot-otot punggung bawah.
Penggunaan otot yang berlebih dapat menimbulkan iskemi atau
inflamasi. Setiap gerakan otot akan menimbulkan nyeri dan menambah
spasme otot sehingga gerak punggung bawah menjadi terbatas. Faktor
mekanik juga berperan menyebabkan LBP mekanik, diantaranya postur
tubuh yang buruk, fleksibilitas yang buruk, otot penyusun vertebra yang
lemah, dan exercise technique dan lifting technique yang kurang tepat.
Postur tubuh yang buruk seperti sikap berdiri membungkuk ke
depan, tidak tegak, kepala menunduk, dada datar, dinding perut menonjol
dan punggung bawah sangat lordotik dapat memperparah kejadian LBP
mekanik.
e. Tanda dan Gejala Low Back Pain
Penderita LBP memiliki keluhan yang beragam tergantung dari
patofisiologi, perubahan kimia atau biomekanik dalam diskus
intervertebralis, dan umumnya mereka mengalami nyeri. Nyeri miofasial
khas ditandai dengan nyeri dan nyeri tekan pada daerah yang
bersangkutan (trigger points), kehilangan ruang gerak kelompok otot
yang tersangkut (loss of range of motion) dan nyeri radikuler yang
terbatas pada saraf tepi. Keluhan nyeri sendiri sering hilang bila
kelompok otot tersebut diregangkan. Menurut McKenzie, LBP mekanik
ditandai dengan gejala sebagai berikut :
1. Nyeri terjadi secara intermitten atau terputus-putus.
2. Sifat nyeri tajam karena dipengaruhi oleh sikap atau gerakan yang
bisa meringankan ataupun memperberat keluhan.
3. Membaik setelah istirahat dalam waktu yang cukup dan memburuk
setelah digunakan beraktivitas.
4. Tidak ditemukan tanda-tanda radang seperti panas, warna kemerahan
ataupun pembengkakan.
5. Terkadang nyeri menjalar ke bagian pantat atau paha.
6. Dapat terjadi morning stiffness.
7. Nyeri bertambah hebat bila bergerak ekstensi, fleksi, rotasi, berdiri,
berjalan maupun duduk. (Apley, 2013).
f. Kriteria Diagnostik Low Back Pain
Diagnosis LBP dapat ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan
klinis neurologik, elektrodiagnosis dan radiografi. Umumnya penderita
dapat mengenali lokasi nyeri, karakter dan intensitas nyeri sehingga
diagnosis mudah ditegakkan.
Anamnesis
Anamnesis merupakan awal yang penting dalam pemeriksaan LBP.
Pasien perlu ditanyakan mengenai keluhan utama, anamnesis keluarga,
penyakit sebelumnya, keadaan sosial dan penyakit saat ini.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk menegakkan diagnosis dari
pasien. Tanda- tanda penyebab sistemik dapat ditemukan pada
pemeriksaan fisik umum seperti demam, tekanan darah dan nadi dapat
membantu evaluasi Pemeriksaan muskuloskeletal perlu dilakukan untuk
mengetahui daerah yang dikeluhkan.
Pemeriksaan neurologik juga perlu dilakukan meliputi pemeriksaan
motorik, sensorik, refleks fisiologik dan patologik serta uji untuk
menentukan kelainan saraf, seperti straight leg raising (SLR)/ Laseque
test (iritasi n.ischiadicus), sitting knee extension (iritasi n.ischiadicus),
saddle anesthesia (sindrom konus medularis).
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium rutin dilakukan sesuai indikasi, berguna
untuk melihat laju endap darah (LED), morfologi darah tepi, kalsium,
fosfor, asam urat, alkali fosfatase, asam fosfatase, antigen spesifik prostat
(jika ditemukan kecurigaan metastasis karsinoma prostat) dan
elektroforesis protein serum (protein myeloma).
Pemeriksaan Radiologis
1. Foto Polos
Pada pasien dengan keluhan nyeri punggang bawah, dianjurkan
berdiri saat pemeriksaan dilakukan dengan posisi anteroposterior,
lateral dan oblique. Gambaran radiologis yang sering terlihat normal
atau kadang-kadang dijumpai penyempitan ruang diskus intervertebral,
osteofit pada sendi facet, penumpukan kalsium pada vertebra,
pergeseran korpus vertebra (spondilolistesis), dan infiltrasi tulang oleh
tumor.
2. MRI
MRI digunakan untuk melihat defek intra dan ekstra dural serta
melihat jaringan lunak.

g. Penatalaksanaan
Terapi Non Farmakologis
1. Pasien dianjurkan berolahraga kemudian dievaluasi lebih lanjut jika
pasien tidak mampu melakukan aktivitas sehari- hari dalam 4-6
minggu.
2. Pada beberapa kasus dapat dilakukan tirah baring 2- 3 hari pertama
untuk mengurangi nyeri.
3. Dipertimbangkan pemberian obat penghilang rasa nyeri apabila
pasien belum mampu melakukan aktivitas dalam 1-2 minggu.
4. Pemberian terapi dengan modalitas lain seperti intervensi listrik,
pemijatan, orthosis, mobilisasi, traksi maupun modalitas termal
berupa ultrasound terapeutik, diatermi, infra red dan hidroterapi,
dengan terapi elektrik seperti stimulasi galvanic, arus interferensial,
arus mikro, stimulus saraf transkutaneus elektrik maupun stimulus
neuromuskular.
Terapi Farmakologis
1. Asetaminofen
Penggunaan asetaminofen dengan dosis penuh (2 sampai 4g per hari)
sebagai terapi lini pertama.
2. Obat Anti Inflamasi (NSAID)
American Geriatrics Society merekomendasikan COX-2 inhibitor
sebagai terapi lini pertama dibandingkan NSAID non spesifik. Salisilat
non-asetil (kolin magnesium trisalicylate, salsalat).
3. Steroid
Injeksi steroid epidural adalah prosedur yang biasa dilakukan untuk
nyeri leher radikuler dan nyeri punggung bawah.
Referensi:
Dachlan L.M., 2009. Pengaruh Back Exercise Pada Nyeri Punggung Bawah. Tesis
Magister Kedokteran Keluarga Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Harsono S., 2009. Nyeri Punggung Bawah dalam Kapita Selekta Neurologi,
Yogjakarta : Gadjah Mada University Press.
Appley, G.A & Solomon, Louis. 2013. Ortopedi dan Fraktur Sistem Apley. Jakarta:
Widya Medika.
PEMERIKSAAN FISIS
Pada pemeriksaan fisik pada skenario ditemukan spasme otot-otot spinal
dan keterbatasan pergerakan spinal. Pemeriksaan neurologis pada ekstremitas
bagian bawah adalah normal.
Pemeriksaan fisik lengkap, meliputi:
Pemeriksaan status gizi.
Pemeriksaan status gizi didasarkan atas pemeriksaan antropometrik
dengan mengukur indeks massa tubuh (IMT). Tujuannya adalah untuk
menskrining pekerja apakah berstatus gizi cukup, lebih atau kurang.
Dengan mengetahui status gizi pekerja, maka dapat dipertimbangkan
sesuai dengan pekerjaannya. Contoh, pekerja yang memiliki status gizi
kurang, tidak boleh bekerja pada bidang yang terlalu berat misalnya
beban yang berlebihan. Hal ini untuk menghindari terjadinya gejala
muskuloskeletal disorder.
Inspeksi
1. Observasi penderita saat berdiri, duduk, berbaring, bangun dari
berbaring.
2. Observasi punggung, pelvis, tungkai selama bergerak.
3. Observasi kurvatura yang berlebihan, pendataran arkus lumbal,
adanya angulasi, pelvis yang asimetris dan postur tungkai yang
abnormal.
Palpasi dan perkusi
Terlebih dulu dilakukan pada daerah sekitar yang ringan rasa
nyerinya, kemudian menuju daerah yang paling nyeri.
Raba columna vertebralis untuk menentukan kemungkinan adanya
deviasi.
Tanda vital (vital sign)
Pemeriksaan neurologik
1. Motorik : menentukan kekuatan dan atrofi otot serta kontraksi
involunter.
2. Sensorik : periksa rasa raba, nyeri, suhu, rasa dalam, getar.
3. Refleks : diperiksa refleks patella dan Achilles.
Pemeriksaan range of movement:
Untuk memperkirakan derajat nyeri, function lesa, untuk melihat
ada tidaknya penjalaran nyeri.
Percobaan – percobaan:
1. Tes Lasegue
Mengangkat tungkai dalam keadaan ekstensi. Positif bila pasien tidak
dapat mengangkat tungkai kurang dari 60° dan nyeri sepanjang nervus
ischiadicus. Rasa nyeri dan terbatasnya gerakan sering menyertai
radikulopati, terutama pada herniasi discus lumbalis / lumbo-sacralis.
2. Tes Patrick dan anti-patrick
Fleksi-abduksi-eksternal rotation-ekstensi sendi panggul. Positif jika
gerakan diluar kemauan terbatas, sering disertai dengan rasa nyeri.
Positif pada penyakit sendi panggul, negative pada ischialgia.
3. Tes Naffziger
Dengan menekan kedua vena jugularis, maka tekanan LCS akan
meningkat, akan menyebabkan tekanan pada radiks bertambah, timbul
nyeri radikuler. Positif pada spondilitis.
4. Tes Valsava
Penderita disuruh mengejan kuat maka tekanan LCS akan meningkat,
hasilnya sama dengan percobaan Naffziger.
5. Tes Prespirasi
Dengan cara minor, yaitu bagian tubuh yang akan diperiksa
dibersihkan dan dikeringkan dulu, kemudian diolesi campuran
yodium, minyak kastroli, alcohol absolute. Kemudian bagian tersebut
diolesi tepung beras. Pada bagian yang berkeringat akan berwarna
biru, yang tidak berkeringat akan tetap berwarna putih. Tes ini untuk
menunjukkan adanya ganguan saraf otonom.

Referensi : Febriana Dm. Penatalaksanaan Fisioterapi Nyeri Punggung Bawah


Myogenic Di Puskesmas Ii Kartasura. J Chem Inf Model. 2013;53(9):1.

4. Analisis Lingkungan Kerja Pasien


IDENTIFIKASI
Nyeri punggung bagian bawah ditemukan pada pekerjaan dengan
tuntutan fisik tinggi, pekerjaan dengan sikap badan statis dalam waktu
lama, pekerjaan yang terutama membutuhkan posisi sikap badan
bungkuk, dan pekerjaan mendadak tak terduga menerima beban kerja
fisik berat. Pada skenario, pasien ini sering mengeluhkan sakit bagian
belakang karena posisi sering membungkuk dan diikuti dengan
kesulitan untuk meluruskan punggung sesudahnya.
a. Faktor fisik
Potensi bahaya yang dapat menyebabkan gangguan-gangguan
kesehatan terhadap tenaga kerja yang terpapar, misalnya: terpapar
kebisingan intensitas tinggi, suhu ekstrim (panas & dingin), intensitas
penerangan kurang memadai, getaran, radiasi. Jika dikaitkan dengan
skenario, pekerjaan furniture artisan mungkin memiliki faktor fisik
seperti suhu udara yang panas, debu, dan bahaya dari benda tajam.
b. Faktor Biologis
Potensi bahaya yang berasal atau ditimbulkan oleh kuman-kuman
penyakit yang terdapat di udara yang berasal dari atau bersumber pada
tenaga kerja yang menderita penyakit-penyakit tertentu maupun yang
berasal dari bahan-bahan yang digunakan dalam proses produksi.
Berdasarkan skenario, faktor biologis yang perlu dihindari yaitu adanya
infeksi dari bakteri maupun virus.
c. Faktor Kimia
Potensi bahaya yang berasal dari bahan-bahan kimia yang
digunakan dalam proses produksi. Potensi bahaya ini dapat memasuki
atau mempengaruhi tubuh tenga kerja melalui :inhalation (melalui
pernafasan), ingestion (melalui mulut ke saluran pencernaan), skin
contact (melalui kulit). Terjadinya pengaruh potensi kimia terhadap tubuh
tenaga kerja sangat tergantung dari jenis bahan kimia atau kontaminan,
bentuk potensi bahaya (debu, gas, uap. Asap), daya acun bahan
(toksisitas), cara masuk ke dalam tubuh. Berdasarkan skenario, faktor
kimia yang perlu dihindari yaitu bahaya keracunan maupun adanya reaksi
alergi.
d. Faktor Ergonomi
Ergonomi adalah studi tentang hubungan antara pekerjaan dan
tubuh manusia. Ini berarti mengatur pekerjaan dan area kerja untuk
disesuaikan dengan kebutuhan pekerja, bukan mengharapkan pekerja
untuk menyesuaikan diri. Berdasarkan skenario, sebagai seorang furniture
artisan harus memperhatikan kebiasaan berulang seperti membungkuk,
posisi dalam bekerja, beban yang harus diangkat, maupun kondisi
lingkungan kerja yang buruk.
e. Faktor Psikososial
Potensi bahaya yang berasal atau ditimbulkan oleh kondisi aspek-
aspek psikologis ketenagakerjaan yang kurang baik atau kurang
mendapatkan perhatian. Untuk faktor psikososial bisa dilihat dari
lingkungan kerja misalnya beratnya tuntutan pekerjaan yang
mengharuskan pekerja bekerja ekstra.
Referensi : Jeyaratnam, J. Buku praktik kedokteran kerja / J. Jeyaratnam,
David Koh ; alih bahasa, Suryadi ; editor edisi bahasa Indonesia, Retna Neary
Elseria Sihombing, Palupi Widyastuti. – Jakarta : EGC, 2009

PENILAIAN
Kondisi lingkungan kerja adalah semua keadaan yang terdapat di sekitar
tempat kerja seperti temperatur, kelembaban udara, pencahayaan, kebisingan,
getaran mekanis, yang berpengaruh secara signifikan terhadap hasil kerja
manusia.
1. Suhu
Temperatur merupakan salah satu dari faktor yang penting dalam
lingkungan kerja fisik yang membawa pengaruh terhadap kinerja atau
produktivitas pekerja. Hasil pengukuran kenyamanan termal (suhu)
dengan menggunakan alat ukur thermostat digital stick. Menurut hasil
penelitian PUSPERKES tahun 1995 suhu nyaman di dalam ruang kerja
untuk orang Indonesia adalah 22ᵒC – 26ᵒC.
2. Kelembaban
Kelembaban adalah banyaknya air yang terkandung dalam udara
(dalam %). Suatu keadaan dimana udara sangat panas dan kelembaban
tinggi akan menimbulkan pengurangan panas dari tubuh secara besar –
besaran (karena sistem penguapan) dan semakin cepatnya denyut jantung
karena makin aktifnya peredaran darah untuk memenuhi kebutuhan akan
oksigen. Menurut Kepmenkes No. 1405 Tahun 2002 batas kelembaban
ruangan industri adalah 40% - 60%. Bila kelembaban udara ruang kerja >
60% perlu menggunakan alat dehumidifier. Bila kelembaban udara ruang
kerja < 40% perlu menggunakan alat humidifier.
3. Getaran
Nilai Ambang Batas pajanan getaran pada tangan dan lengan
merupakan nilai rata-rata akselerasi pada frekuensi dominan
(meter/detik2) berdasarkan durasi pajanan 8 jam per hari kerja yang
mewakili kondisi dimana hampir semua pekerja terpajan getaran
berulang-ulang tanpa menimbulkan gangguan kesehatan atau penyakit.
Pekerja dapat terpajan getaran tangan dan lengan pada saat
menggunakan alat kerja seperti gergaji listrik, gerinda, jack hammer dan
lain-lain. Alat yang dapat digunakan untuk mengukur intensitas
pencahayaan ialah Hand-Arm Vibration Meter. NAB getaran tangan dan
lengan untuk 8 jam kerja per hari adalah sebesar 5 meter/detik2.
Sedangkan NAB getaran tangan dan lengan untuk durasi pajanan tertentu
telah diputuskan oleh Menteri Tenaga Kerja, sebagai berikut :

Berdasarkan Kepmenaker No. Kep51/MEN/1999 tentang NAB Faktor


Fisika di Tempat Kerja Pasal 4 Ayat 1 tentang NAB getaran alat kerja
yang kontak langsung maupun tidak langsung pada lengan dan tangan
tenaga kerja ditetapkan sebesar 4 meter per detik kuadrat (m/det2 ).
4. Pencahayaan
Pencahayaan sangat mempengaruhi manusia untuk melihat obyek –
obyek secara jelas, cepat tanpa menimbulkan kesalahan. Penerangan atau
pencahayaan yang baik memungkinkan pekerja untuk dapat melihat objek
kerja secara jelas tanpa ada upaya pemaksaan konsentrasi mata untuk
melihat objek tersebut. Alat yang dapat digunakan untuk mengukur
intensitas pencahayaan ialah Lux Meter.

Berdasarkan jenis kegiatannya, Nilai Ambang Batas (NAB) pencahayaan


dikelompokkan sebagai berikut :
Tingkat
Jenis Kegiatan Pencahayaan Keterangan
Minimal (lux)
Ruang penyimpanan dan
Pekerjaan kasar dan tidak peralatan atau instalasi
100
terus-menerus yang memerlukan
pekerjaan kontinyu
Pekerjaan kasar dan terus Pekerjaan dengan mesin
200
menerus dan perakitan kasar
Ruang administrasi,
Pekerjaan rutin 300 ruang kontrol, pekerjaan
mesin dan perakitan
Pembuatan gambar atau
bekerja dengan mesin
Pekerjaan agak halus 500
kantor, pemeriksaan atau
pekerjaan dengan mesin
Pemilihan warna,
pemrosesan tekstil,
Pekerjaan halus 1000
pekerjaan mesin halus
dan perakitan halus
1500 Mengukir dengan tangan,
Pekerjaan sangat halus (tidak pemeriksaan pekerjaan
menimbulkan mesin dan perakitan yang
bayangan) sangat halus
3000
Pemeriksaan pekerjaan
(tidak
Pekerjaan terinci dan perakitan yang
menimbulkan
sangat halus
bayangan)
Sumber : Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1405/Menkes/SK/XI/2022

5. Kebisingan
Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang
bersumber dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja yang pada
tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran. Rangsang
suara yang berlebihan atau tidak dikehendaki (bising), yang dijumpai di
pabrik atau tempat-tempat yang ramai akan mempengaruhi fungsi
pendengaran. Berbagai faktor seperti intensitas, frekuensi, jenis atau
irama bising, lama pemajanan serta lama waktu istirahat antar dua periode
pemajanan, sangat menentukan dalam proses terjadinya ketulian atau
kurang pendengaran akibat bising. Demikian juga faktor kepekaan tiap
pekerja, seperti umur, pemajanan bising sebelumnya, kondisi kesehatan,
penyakit telinga yang pernah diderita, perlu pula dipertimbangkan dalam
menentukan gangguan pendengaran akibat bising. Alat yang dapat
digunakan untuk mengukur derajat kebisingan ialah Sound Level Meter.
Bunyi atau suara yang dihasilkan dari peralatan kerja dapat
mengganggu pendengaran apabila melebihi Nilai Ambang Batas (NAB)
yang direkomendasikan, yakni sebagai berikut :
Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep. 51/MEN/1999,
besarnya rata-rata adalah 85 dB untuk waktu kerja terus-menerus atau
tidak lebih dari 8 jam/hari atau 40 jam seminggu. Besarnya nilai ini sama
dengan NAB untuk negara Australia dan Amerika.
6. Radiasi
Radiasi ultra ungu (Ultraviolet) adalah radiasi elektromagnetik
dengan panjang gelombang 180 nano meter sampai 400 nano meter (nm).
Radiasi ultraviolet biasa dijumpai pada pekerjaan yang selalu terpapar
sinar UV seperti pencari batu, penggali pasir dan pekerja kasar lainnya.
Selain itu pekerja yang juga berpeluang terkena paparan sinar UV adalah
bekerja di ruangan dengan lampu UV yang digunakan untuk membunuh
kuman seperti pemotong daging ataupun dokter bedah.

Hal telah ditetapkan dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.


KEP.51/MEN/1999 sebagai berikut :
Berdasarkan Kepmenaker No. Kep51/MEN/1999 tentang NAB Faktor
Fisika di Tempat Kerja Pasal 6 Ayat 1 tentang NAB radiasi sinar ultra ungu
ditetapkan sebesar 0,1 mikro Watt per sentimeter persegi (µW/cm2 ).

Referensi :
1) Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor :
Kep.51/Men/1999 Nilai Ambang Batas Faktor Fisika Tempat Kerja
2) Peraturan Menteri Perburuhan No.7 Tahun 1964 tentang Syarat Kesehatan,
Kebersihan serta Penerangan dalam Tempat Kerja
3) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2016\
tentang Standar dan Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Industri

PENGENDALIAN
Controlling atau pengendalian dapat dilakukan dengan melakukan
evaluasi terhadap faktor-faktor yang telah ditemukan. Selain itu juga dapat
dilakukan perubahan metode kerja, menata ulang peralatan dan area kerja
untuk mengurangi resiko, libatkan karyawan untuk memberikan ide-ide agar
sistem kerja menjadi lebih baik sehingga produktivitas kerja dapat meningkat.
Pengendalian pada umumnya terbagi menjadi tiga:
A. Mengurangi atau mengeliminasi kondisi yang berpotensi bahaya
menggunakan pengendalian teknik.
B. Mengubah dalam praktek kerja dan kebijakan manajemen yang sering
disebut pengendalian administratif.
C. Menggunakan alat pelindung diri agar tidak mengalami risiko pada saat
melakukan pekerjaan, maka ada beberapa hal yang harus dihindari. Hal
tersebut adalah:
 Jangan memutar atau membungkukkan badan ke samping;
 Jangan menggerakkan, mendorong atau menarik secara
sembarangan,karena dapat meningkatkan risiko cidera;
 Jangan ragu meminta tolong pada orang;
 Apabila jangkauan tidak cukup, jangan memindahkan barang.

Pengendalian PAK
1. Pengendalian melalui perundang-undangan (Legislative Control), beberapa
undang-undang tersebut antara lain :
a. UU No. 13 tahun 203 tentang ketenagakerjaan
b. Petugas Kesehatan non Kesehatan, UU No. 1 tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja
c. UU No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan
d. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 140/05 tahun 2002 tentang
persyaratan kesehatan lingkungan kerja

2. Pengendalian melalui administrasi/organisasi (administrative control)


a. Persyaratan penerimaan tenaga kerja/karyawan yang meliputi batas
umur, jenis kelain dan syarat kesehatan.
b. Pengaturan jam kerja
c. Penyusunan SOP (standar Operating Procedures)
d. Pelaksanaan prosedur keselamatan kerja
e. Pemeriksaan secara berkala terhadap penyebab kecelakaan kerja dan
upaya prventif

3. Pengendalian secara teknis (Engineering Control)


a. Subtitusi bahan, alat dan proses kerja yang berbahaya menjadi yang
lebih aman
b. Penggunaan alat pelindung diri
c. Perbaikan sistem ventilasi

4. Pengendalian melalui jalur kesehatan (medical Control)


Pengendalian kecelakaan kerja melalui kesehatan merupakan suatu
upaya menemukan gangguan sedini mungkin dengan cara mengenal
kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Dengan deteksi dini, maka upaya
pengendalian atau bahkan mengurangi pendertiaan dapat dilakukan serta
mempercepat pemulihan kemampuan produktivitas masyarakat ekerja.
Adapun pemeriksaan kesehatan kecelakaan kerja meliputi :
a. Pemeriksaan awal adalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan
sebelum seseorang/calon pekerja mulai melaksanaan pekerjaannya
pemeriksaan ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang status
kesehatan calon pekerja dan mengetahui apakah calon pekerja tersebut
ditinjau dari segi kesehatannya sesuai dengan pekerjaan yang akan
ditugaskan padanya. Pemeriksaan awal ini meliputi :
1) Pemeriksaan pekerja
2) Penyakit yang pernah diderita
3) Alergi
4) Imunisasi yang pernah didapat
5) Pemeriksaan badan
6) Pemeriksaan laboratorium rutin

b. Pemeriksaan berkala adalah pemeriksaan kesehatan yang dilaksakan


secara berkala dengan jangka waktu berkala yang disesuaikan dengan
resiko kesehatan yang dihadapi.

c. Pemeriksaan khusus merupakan pemeriksaan yang dilakukan secara


khusus diluar waktu pemeriksaan berkala.

Referensi :
Jeyaratnam, J. Buku praktik kedokteran kerja / J. Jeyaratnam, David Koh ;
alih bahasa, Suryadi ; editor edisi bahasa Indonesia, Retna Neary Elseria
Sihombing, Palupi Widyastuti. – Jakarta : EGC, 2009. 206 – 14

5. Pencegahan sebelum mengalami PAK dan setelah mengalami PAK


PENCEGAHAN LOW BACK PAIN :
A. SEBELUM
1. Meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan pekerja.
2. Melindungi dan mencegah pekerja dari semua gangguan kesehatan
akibat lingkungan kerja atau pekerjaannya.
3. Menempatkan pekerja sesuai kemampuan fisik, mental dan
pendidikan atau keterampilannya.
4. Meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.

B. SESUDAH
1. Latihan Punggung Setiap Hari
 Berbaringlah terlentang pada lantai atau matras yang
keras.Tekukan satu lutut dan gerakkanlah menuju dada lalu
tahanbeberapa detik. Kemudian lakukan lagi pada kaki yang
lain.Lakukanlah beberapa kali.
 Berbaringlah terlentang dengan kedua kaki ditekuk
laluluruskanlah ke lantai. Kencangkanlah perut dan bokong
lalutekanlah punggung kelantai, tahanlah beberapa detik
kemudian relaks. Ulangi beberapa kali.
 Berbaring terlentang dengan kaki ditekuk dan telapak kaki
beradaflat di lantai.Lakukan sit up parsial,dengan melipatkan
tangan ditangan dan mengangkat bahu setinggi 6-12 inci dari
lantai. Lakukan beberapa kali.
2. Berhati-hati saat mengangkat
 Gerakanlah tubuh kepada barang yang akan diangkat sebelum
mengangkatnya.
 Tekukan lutut, bukan punggung, untuk mengangkat benda yang
lebih rendah.
 Peganglah benda dekat perut dan dada.Tekukan lagi kaki saat
menurunkan benda.
 Hindari memutarkan punggung saat mengangkat suatu benda.
3. Lindungi punggung saat duduk dan berdiri.
 Hindari duduk di kursi yang empuk dalam waktu lama.
 Jika memerlukan waktu yang lama untuk duduk saat
bekerja,pastikan bahwa lututsejajar dengan paha. Gunakan alat
Bantu (seperti ganjalan/ bantalan kaki) jika memang diperlukan.
 Jika memang harus berdiri terlalu lama,letakkanlah salah satu
kaki pada bantalan kaki secara bergantian. Berjalanlah sejenak
dan mengubah posisi secara periodik.
 Tegakkanlah kursi mobil sehingga lutut dapat tertekuk
denganbaik tidak teregang.
 Gunakanlah bantal di punggung bila tidak cukup menyangga
pada saat duduk dikursi.
4. Tetaplah aktif dan hidup sehat
 Berjalanlah setiap hari dengan menggunakan pakaian yang
nyaman dan sepatu berhak rendah.
 Makanlah makanan seimbang, diet rendah lemak dan banyak
mengkonsumi sayur dan buah untuk mencegah konstipasi.
 Tidurlah di kasur yang nyaman.
 Hubungilah petugas kesehatan bila nyeri memburuk atau terjadi
trauma
5. Olahraga
 Peregangan. Hampir semua orang yang telah mengalami nyeri
punggung bawahperu meregangkan otot-otot hamstring mereka
sebanyak satu sampai dua kali sehari.Peregangan hamstring
sederhana tidak memerlukan waktu yang lama, namun
cenderung terlewatkanapabilanyeri hanya sedikit atau tidak
dirasakan. Dengan demikian, peregangan hamstring paling baik
dilakukan pada jam yang sama setiap hari agar lebih mudah
diadaptasi menjadi bagian dari rutinitas harian seseorang.
 Penguatan.Untuk menguatkan otot belakang, stabilisasi lumbar
selama 15 sampai 20 menit setiap hari atau jenis latihan lain
yang diresepkan sebaiknya dilakukan tiap hari. Latihan aerobic
low-impact.
 Latihan aerobic Low impact(seperti jalan kaki, bersepeda atau
berenang) sebaiknya dilakukan 30 sampai 40 menit tiga kali
dalam seminggu, berselingan dengan latihan penguatan otot.
Bahkan pasien dengan jadwal yang padat dapat menjalani
regimen latihan yang meliputi peregangan, penguatan, dan
latihan aerobic.

Khusus Jika Sering Bekerja Dalam Keadaan Berdiri :


 Bekerjalah dengan posisi tegak ke depan. Usahakan pekerjaan
terlihatdengan kepala dan badan tegak, kepala agak ke depan.
 Kurangi gerakan yang tidak perlu, gunakan sepatu yang
senyamanmungkin.
 Manfaatkan waktu istirahat semaksimal mungkin agar kerja
danistirahat seimbang
 Hindari postur tubuh yang tidak berubah/statis, sesekali
regangkan otot-ototanda.
 PekerjaanAnda memerlukan aktivitas menjangkau barang-
barangtertentu, maka letakkan barang-barang tersebut dalam
posisi yang minimal atau terdekat dan mudah dijangkau dan
mudah terlihat.
Referensi :
Kusmedi Priharto, Agus Hadian Rahim, 2013, Terapi Konservatif untuk Low
Back Pain, Divisi Spine, Bagian Orthopaedi & TraumatologiRumah Sakit
Hasan Sadikin, Direktur RSUD Tarakan Jakarta Pusat

6. Perspektif islam
Sungguh, agama kita yang mulia secara umum menganjurkan agar
setiap orang yang bekerja untuk membaguskan pekerjaannya. Bahkan hal ini
akan membuat senang atasan dan pemilik perusahaan. Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,

”Sesungguhnya Allah Mencintai jika salah seorang di antara kalian


mengerjakan pekerjaan kemudian dia membaguskan pekerjaannya.”

(Hadis hasan lighairihi, Ash-shahihah:1113).

Surat Az-Zumar Ayat 39

َ ‫ق ُ ْل ي َ ا ق َ ْو ِم ا عْ َم ل ُ وا ع َ ل َ ٰى َم ك َ ا ن َ ت ِ ك ُ مْ إ ِ ن ِ ي عَ ا ِم ٌل ۖ ف َ س َ ْو‬
‫ف ت َع ْ ل َ ُم و َن‬

Katakanlah: "Hai kaumku, bekerjalah sesuai dengan keadaanmu,


sesungguhnya aku akan bekerja (pula), maka kelak kamu akan mengetahui,

Dari ayat di atas dapat dipahami sebuah perintah untuk bekerja sesuai
keadaan. Keadaan apa? Keadaan atau kondisi si manusia yang bekerja
tersebut. Apa itu keadaan atau kondisi manusia? Jawabannya adalah semua
atribut yang melekat pada manusia. Atribut itu bisa diartikan sebagai / bisa
berupa keadaan, kemampuan, kelebihan, kebolehan, kelemahan, karakteristik,
keterbatasan, kebutuhan, keahlian, bakat dan minat, potensi, trait, fenotip dsb.
Atribut itu bisa berupa fisik (seperti antropometri fisik, fisiologi tubuh dsb)
atau non fisik (antroprometri non fisik / psikometri, psikologi, kecerdasan
dsb). Ini artinya pekerjaan yang dilakukan harus sesuai (fit) dengan keadaan
atau atribut manusia. Hal inilah yang menjadi prinsip dasar ergonomi yakni fit
the job to the man yang artinya menyesuaikan kerja dengan manusia yang
bekerja itu.

Anda mungkin juga menyukai