Anda di halaman 1dari 18

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

2011

MEKANISME SIMPATIS DAN PARASIMPATIS KANDUNG KEMIH


(Makalah)

Oleh: KELOMPOK 6 Fadli Rahmat (0718011056) Iwan Vanca Saragih (0718011063) R. Chandra Jaya (0718011074) Roi Holan Ambarita (0718011080)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2011


Mekanisme Simpatis dan Parasimpatis Kandung Kemih Page 1

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

2011

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa memberikan rahmat dan petunjuk-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Penulisan makalah ini dimaksudkan sebagai tugas terstruktur mata kuliah Ilmu Penyakit Saraf-1 yang diberikan oleh dr. Neilan Amroisa, Sp.S.. Dalam makalah ini, penulis khusus membahas Mekanisme Simpatis dan Parasimpatis Kandung Kemih.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Neilan Amroisa, Sp.S. sebagai dosen yang mengajar mata kuliah Ilmu Penyakit Saraf-1, yang telah memberikan tugas yang sangat bermanfaat ini. Dimana dengan diberikannya tugas ini dapat menambah wawasan penulis mengenai mekanisme simpatis dan parasimpatis kandung kemih, inkontinensia, proses miksi, serta keadaan patologi gangguan miksi.

Penulis juga berterima kasih kepada pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan yang setimpal kepada pihak yang telah memberikan petunjuk, bimbingan, bantuan serta dorongan kepada penulis sehingga terwujudnya makalah ini. Dan segala kelebihan dan kekurangan yang terdapat pada makalah ini penulis serahkan kepada semua pihak untuk dapat menilainya. Penulis hanya dapat berharap semoga makalah ini dapat berguna bagi para pembaca. Terima kasih.

Bandar Lampung, 15 April 2011

Penulis

Mekanisme Simpatis dan Parasimpatis Kandung Kemih

Page 2

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

2011

I. PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Anatomi traktus urinaria dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu traktus urinaria bagian atas dan traktus urinaria bagian bawah. Traktus urinaria bagian atas terdiri dari ginjal dan ureter. Sedangkan traktus urinaria bagian bawah terdiri dari kandung kemih dan uretra.

Fungsi kandung kemih (Gall Bladder) atau Vesica Urinaria normal memerlukan aktivitas yang terintegrasi antara sistem saraf otonom dan somatik. Jaras neural yang terdiri dari berbagai refleks fungsi detrusor dan sfingter meluas dari lobus frontalis ke medula spinalis bagian sakral, sehingga penyebab neurogenik dari gangguan kandung kemih dapat diakibatkan oleh lesi pada berbagai derajat.

Kandung kemih merupakan suatu kantung muskulomembranosa tempat penampungan urin yang terbentuk dari empat lapisan; serosa, muskuler, submukosa dan mukosa. Secara anatomis kandung kemih terbagi menjadi dua bagian besar yaitu detrusor (dasar kandung kemih) dan trigonum (badan kandung kemih).

Detrusor (lapisan muskuler) terdiri dari tiga lapis otot polos yang secara acak bersilangan satu dengan yang lainnya sehingga merupakan suatu unit fungsional yang berfungsi dalam peregangan pasif (saat terdapat peningkatan tekanan secara minimal) ataupun dalam kontraksi kandung kemih. Di leher kandung kemih, otot polos tersusun sirkuler sehingga bertindak sebagai suatu sfingter fungsional.
Mekanisme Simpatis dan Parasimpatis Kandung Kemih Page 3

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

2011

Trigonum merupakan area segitiga di bagian inferior kandung kemih yang dibatasi di bagian superior dan lateral oleh orificium ureter serta di bagian inferior oleh orificium uretra internal. Trigonum bagian dalam merupakan kelanjutan dari otot polos detrusor; sementara trigonum superfisial merupakan kelanjutan dari otot-otot ureter.

Pada wanita, panjang uretra kurang lebih 4 cm. Terdiri dari tiga lapisan; mukosa, submukosa dan lapisan otot. Lapisan otot terdiri dari dua lapisan otot polos yang berjalan longitudinal pada bagian dalam yang merupakan sambungan dari otot kandung kemih dan membentuk sfingter uretra involunter. Di luar lapisan ini terdapat lapisan otot lurik (volunter) yang berjalan secara sirkuler pada 1/3 tengah uretra.

Pada pria, penis terbentuk dari dua corpora cavernosa yang mengandung jaringan spongy erectile, dan sebuah corpora spongiosum yang mengelilingi uretra. Uretra pria, dengan panjang total kurang lebih 20 cm, terbagi menjadi tiga bagian yang diawali oleh bagian posterior atau uretra prostatik (memanjang dari leher kandung kemih hingga diafragma urogenital), uretra anterior atau spongy portions (memanjang hingga meatus) dan uretra membranosa (menghubungkan uretra anterior dan posterior).

Dalam keadaan kosong vesica urinaria berbentuk tetrahedral yang terdiri atas tiga bagian yaitu apex, fundus/basis dan collum. Vesica urinaria diperdarahi oleh arteri vesicalis superior dan inferior. Namun pada perempuan, arteri vesicalis inferior digantikan oleh arteri vaginalis. Sedangkan persarafan pada vesica urinaria terdiri atas persarafan simpatis dan parasimpatis. Persarafan simpatis melalui nervi thoracici XI-XII, dan nervi lumbales I-II. Adapun persarafan parasimpatis melalui N. Splanchnicus Pelvicus S2-S4, yang berperan sebagai sensorik dan motorik.

Mekanisme Simpatis dan Parasimpatis Kandung Kemih

Page 4

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG


I.2. Tujuan

2011

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui mekanisme simpatis dan parasimpatis kandung kemih, inkontinensia, proses miksi, serta keadaan patologi gangguan miksi.

Mekanisme Simpatis dan Parasimpatis Kandung Kemih

Page 5

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

2011

II. PEMBAHASAN

II.1. Anatomi Fisiologi Kandung Kemih

Kandung kemih (Vesica Urinaria) adalah suatu kantong yang berada pada regio pelvik. Ketika dalam keadaan kosong, ia terletak di belakang simfisis pubis dan bila penuh akan keluar hingga melewati simfisis pubis dan sangat mudah untuk diraba. Ia dapat dengan mudah bergerak, kecuali pada dasarnya karena ia berhubungan langsung dengan uretra. Bagian dasar kandung kemih dibentuk oleh otot fibro-elastik yang berbentuk segitiga yang dikenal dengan trigonum. Trigonum dari kandung kemih ini mengandung serabut saraf sensorik yang bentuknya seperti segitiga terbalik. Bagian dasar dari segitiga ini terhubung ke ureter dari ginjal kanan dan ginjal kiri.

Gambar 1. Anatomi organ pelvis wanita

Mekanisme Simpatis dan Parasimpatis Kandung Kemih

Page 6

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

2011

Gambar 2. Anatomi kandung kemih

Dinding kandung kemih terdiri dari 3 lapis: lapisan mukosa, lapisan otot, dan lapisan lemak. Pada bagian tengah, lapisan muskular dibentuk oleh otot polos yang disebut detrusor. Detrusor akan meregang ketika kandung kemih diisi oleh urin dan kemudian berkontraksi untuk mengeluarkan urin tersebut. Otot polos tidak dibawah pengaruh kontrol volunter, namun ia berkontraksi akibat respon dari refleks-refleks tertentu.

Fungsi kandung kemih adalah untuk mengisi, menyimpan dan kemudian mengosongkan urin melalui uretra. Menjelang fase pengisian, otot detrusor mengalami relaksasi untuk mengakomodasikan peningkatan volume.

Normalnya kandung kemih dapat menampung urin sebanyak 360-480 cc, yang kemudian disebut sebagai kapasitas fungsional dari kandung kemih. Kedudukan kandung kemih dipertahankan oleh kelompok otot-otot levator ani terutama otot pubokoksigeus.

Mekanisme Simpatis dan Parasimpatis Kandung Kemih

Page 7

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

2011

II.2. Struktur dan Fungsi Mekanisme Kontinen pada Pria dan Wanita

Pada pria, struktur yang bertanggung jawab untuk kontinen di tingkat uretra membranosa meliputi mukosa, otot polos longitudinal uretra, sfingter lurik, dan otot-otot levator ani. Secara tradisional, sfingter lurik dikatakan bertanggung jawab untuk mempertahankan kontinen, akan tetapi penelitian pada kondisi paralisa sfingter lurik dan levator ani setelah operasi prostat yang mengobstruksi outlet, ternyata tidak timbul inkontinensia. Hal ini menunjukkan peranan penting komponen otot polos fibroelastik uretra membranosa. Peningkatan tonus di outlet kandung kemih (sfingter internal) juga membantu mempertahankan kontinen.

Pada wanita, tiga faktor penting diperlukan dalam mempertahankan kontinen adalah : 1. Sokongan dasar panggul (endopelvic fascia dan vagina bagian anterior) yang adekuat 2. Fungsi sfingter yang baik 3. Dipertahankannya posisi bagian proksimal uretra intra abdominal.

Selama peningkatan tekanan intra abdominal, kontinen dipertahankan dengan adanya penekanan organ-organ pelvis ke bawah menuju endopelvic fascia, serta adanya distribusi peningkatan tekanan intraabdominal ke bagian proksimal uretra intraabdominal. Epitelium uretra yang sensitif terhadap estrogen dipercayai juga membantu mempertahankan kontinensia wanita dengan membentuk lapisan mukosa yang tebal.

Pada orang sehat, aktivitas volunter otot abdominal akan menyebabkan peningkatan aktivitas otot dasar panggul. Peningkatan tekanan dasar panggul terjadi sebelum peningkatan tekanan abdomen. Hal ini mengindikasikan bahwa respon tersebut bersifat preprogrammed. Oleh karena itu latihan otot abdominal dan otot dasar panggul dapat bermanfaat dalam mengatasi masalah inkontinensia.

Mekanisme Simpatis dan Parasimpatis Kandung Kemih

Page 8

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG


II.3. Sistem Persarafan Kandung Kemih

2011

Fungsi dari sistem urinaria bagian bawah adalah bergantung dari fungsi sistem persarafan dari otak. Sistem persarafan dibagi menjadi sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Sistem saraf pusat mencakup otak dan medulla spinalis. Sistem saraf tepi mencakup saraf autonomik dan somatik. Sistem saraf autonomik tidak dibawah kontrol kesadaran dan disebut sistem saraf involunter.

Sistem saraf involunter mencakup sistem saraf smpatis dan parasimpatis. Sistem saraf simpatis mengatur pengisian kandung kemih melalui (1) merelaksasi otot kandung kemih sehingga dapat diisi oleh urin, dan (2) mengkontraksikan sfingter uretra internal dalam mencegah urin memasuki uretra. Sistem saraf parasimpatis menimbulkan keinginan untuk berkemih atau pengosongan kandung kemih melalui (1) stimulasi otot kandung kemih untuk berkontraksi sehingga menyebabkan sensasi berkemih dan (2) merelaksasikan sfingter uretra internal yang menyebabkan urin memasuki uretra.

Sistem saraf somatik mengirim signal ke sfingter uretra eksternal untuk mencegah kebocoran urin atau untuk berelaksasi sehingga urin dapat keluar.

Fungsi sistem persarafan bergantung pada pelepasan zat kimiawi yang kita kenal dengan neurotransmitter. Zat yang paling penting mempengaruhi kandung kemih adalah asetilkolin (ACH). Ketika ACH dilepaskan ia akan menyebabkan otot-otot kandung kemih mengalami kontraksi. Pelepasan zat kimiawi ini mengatur respon dari sistem persarafan pada kandung kemih.

Mekanisme Simpatis dan Parasimpatis Kandung Kemih

Page 9

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

2011

Gambar 3. Sistem persarafan kandung kemih

II.4. Hubungan dengan Susunan Saraf Pusat

II.4.1. Pusat Miksi Pons Pons merupakan pusat yang mengatur miksi melalui refleks spinalbulber-spinal atau long loop refleks. Demyelinisasi Groat (1990) menyatakan bahwa pusat miksi pons merupakan titik pengaturan (switch point) dimana refleks transpinal-bulber diatur sedemikian rupa baik untuk pengaturan pengisian atau pengosongan kandung kemih.

Mekanisme Simpatis dan Parasimpatis Kandung Kemih

Page 10

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

2011

Pusat miksi pons berperan sebagai pusat pengaturan yang mengatur refleks spinal dan menerima input dari daerah lain di otak.

II.4.2. Daerah Kortikal yang Mempengaruhi Pusat Miksi Pons Beberapa penelitian menunjukkan bahwa lesi pada bagian

anteromedial dari lobus frontal dapat menimbulkan gangguan miksi berupa urgensi, inkontinens, hilangnya sensibilitas kandung kemih atau retensi urine. Pemeriksaan urodinamis menunjukkan adanya kandung kemih yang hiperrefleksi.

II.5. Fisiologi Berkemih Normal

Berkemih terdiri dari dua fase: fase pengisian dan pengosongan. Fase pengisian terjadi saat orang tidak mencoba melakukan berkemih. Fase pengosongan terjadi saat pasien berusaha untuk melakukan berkemih atau diminta untuk berkemih.

Transport urin merupakan hasil gaya pasif dan aktif. Gaya pasif ditimbulkan oleh tekanan filtrasi ginjal. Tekanan proksimal tubular yang normal adalah 14 mmHg, sedangkan tekanan pelvis ginjal adalah 6,5 mmHg, yang sedikit melebihi tekanan ureter dan kandung kemih saat istirahat. Gaya aktif merupakan hasil gaya peristaltik calyces, pelvis ginjal dan ureter. Peristaltik dimulai dengan aktivitas elektris sel pacu di bagian proksimal traktus pengumpul urin (collecting urinary tract).

Produksi urine berjalan secara tetap sekitar 15 tetes per menit. Pengisiannya berjalan konstan kecuali bila ada iritan kandung kemih yang akan meningkatkan produksi urin.

Untuk fase pengisian, sfingter eksternal memegang peranan penting. Kontraksi volunter sfingter eksternal disebut dengan guarding mechanism,

Mekanisme Simpatis dan Parasimpatis Kandung Kemih

Page 11

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

2011

karena mekanisme ini menginterupsi berkemih atau mencegah keluarnya urin pada saat terjadi peningkatan cepat tekanan intra abdominal. Peningkatan tekanan intra abdominal akan menyebabkan terjadinya kontraksi otot dasar panggul untuk mengatasi peningkatan tekanan dan mempertahankan kondisi kontinen. Impuls aferen dari kontraksi otot dasar panggul, secara refleks menginhibisi kandung kemih (guarding reflex). Impuls aferen dari syaraf pelvis dan pudendal akan mengaktivasi pontine center, meningkatkan kontraksi sfingter dan menekan impuls parasimpatis ke detrusor. Selama fase ini, tekanan intravesikal yang rendah dipertahankan oleh peningkatan progresif stimulasi simpatis dari reseptor beta yang berlokasi di badan kandung kemih sehingga timbul relaksasi kandung kemih dan stimulasi reseptor alfa yang berada di dasar kandung kemih dan uretra yang menyebabkan kontraksi pada area tersebut. Selama proses pengisian, terjadi peningkatan progresif aktivitas EMG (Electromyogram) sfingter uretra. Peningkatan aktivitas ini juga akan secara refleks menghambat kontraksi detrusor. Akumulasi urin akan mendistensikan dinding kandung kemih secara pasif dengan penyesuaian tonus sehingga tegangan tidak akan meningkat secara cepat hingga terkumpul kurang lebih 150 ml. Reseptor regangan di kandung kemih lalu memberikan sinyal pada otak yang memberikan suatu impuls urgensi (sensasi pertama berkemih). Otot detrusor tetap tidak berkontraksi dan otot dasar panggul mempertahankan tonus istirahat normalnya. Bila tercapai volume urin 200-300 ml, pada kandung kemih dengan compliance yang normal, tekanan tetap rendah akan tetapi terjadi sensasi urgensi yang lebih kuat karena peningkatan aktivasi reseptor regangan. Otot detrusor dan dasar panggul tetap tidak mengalami perubahan. Bila pengisian berlanjut melewati batas kemampuan viskoelastik kandung kemih (volume urin 400-550 ml), akan timbul kenaikan tekanan intravesikal yang progresif. Peningkatan ini akan menstimulasi reseptor regangan di dinding detrusor, menghambat impuls ke segmen sakral melalui syaraf pelvis. Badan-badan sel parasimpatis distimulasi dan impuls eferen akan berjalan pada syaraf pelvis ke dinding kandung kemih sehingga akan menimbulkan kontraksi otot detrusor. Urgensi berkemih yang lebih kuat akan timbul dan

Mekanisme Simpatis dan Parasimpatis Kandung Kemih

Page 12

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

2011

otak akan memerintahkan seseorang untuk pergi ke toilet, melepas pakaian dan duduk atau berdiri di toilet. Refleks regangan otonom (refleks berkemih) ini memberikan kontrol kandung kemih di tingkat spinal.

Berkemih merupakan suatu peristiwa neuromuskular yang dimediasi oleh stimulasi parasimpatis sehingga timbul kontraksi phasic otot detrusor. Kontraksi detrusor ini kemudian akan menyebabkan relaksasi uretra.

Saat pasien diminta untuk berkemih (fase pengosongan) terjadi penurunan aktivitas EMG dan tekanan sfingter uretra. Tidak terdapat refleks inhibisi ke pusat berkemih di sakral dari mekanisme sfingter yang kemudian diikuti dengan kontraksi detrusor. Sfingter uretra tetap terbuka selama berkemih, dan tidak terjadi peningkatan tekanan intra abdominal selama berkemih.

Pada orang muda, biasanya tidak terdapat residual urin setelah berkemih (Postvoid Residual), akan tetapi walaupun begitu volume pasca berkemih (PVR) akan meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Volume PVR yang normal bervariasi, akan tetapi sebagian praktisi menganggap bahwa volume PVR 5-50 ml di kandung kemih dianggap sesuatu yang normal.

Berkemih dapat terjadi secara volunter sebelum kandung kemih penuh dan dapat juga diinhibisi saat kandung kemih penuh oleh inhibisi suprapontine. Walaupun proses berkemih dan penyimpanan urine merupakan fungsi utama sistem syaraf otonom, akan tetapi hal tersebut berada di bawah kontrol volunteer suprapontine cerebral centers, sehingga kelompok otot lain (lengan, kaki, tangan) dapat diintegrasikan untuk membantu proses berkemih.

Mekanisme Simpatis dan Parasimpatis Kandung Kemih

Page 13

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

2011

Gambar 4. Fase pengisian dan pengosongan urine

II.6. Patologi Gangguan Miksi

Gangguan kandung kemih dapat terjadi pada bagian tingkatan lesi. Tergantung jaras yang terkena, secara garis besar terdapat tiga jenis utama gangguan kandung kemih:

II.6.1. Lesi Supra Pons Pusat miksi pons merupakan pusat pengaturan refleks-refleks miksi dan seluruh aktivitasnya diatur kebanyakan oleh input inhibisi dari lobus frontal bagian medial, ganglia basalis dan tempat lain. Kerusakan pada umumnya akan berakibat hilangnya inhibisi dan menimbulkan keadaan hiperrefleksi. Pada kerusakan lobus depan, tumor, demyelinisasi periventrikuler, dilatasi kornu anterior ventrikel

Mekanisme Simpatis dan Parasimpatis Kandung Kemih

Page 14

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

2011

lateral pada hidrosefalus atau kelainan ganglia basalis, dapat menimbulkan kontraksi kandung kemih yang hiperrefleksi. Retensi urine dapat ditemukan secara jarang yaitu bila terdapat kegagalan dalam memulai proses miksi secara volunter.

II.6.2. Lesi antara Pusat Miksi Pons dan Sakral Medula Spinalis Lesi medula spinalis yang terletak antara pusat miksi pons dan bagian sacral medula spinalis akan mengganggu jaras yang menginhibisi kontraksi detrusor dan pengaturan fungsi sfingter detrusor. Beberapa keadaan yang mungkin terjadi antara lain adalah: a. Kandung kencing yang hiperrefleksi Seperti halnya lesi supra pons, hilangnya mekanisme inhibisi normal akan menimbulkan suatu keadaan kandung kemih yang hiperrefleksi yang akan menyebabkan kenaikan tekanan pada penambahan yang kecil dari volume kandung kemih. b. Disinergia detrusor-sfingter (DDS) Pada keadaan normal, relaksasi sfingter akan mendahului kontraksi detrusor. Pada keadaan DDS, terdapat kontraksi sfingter dan otot detrusor secara bersamaan. Kegagalan sfingter untuk berelaksasi akan menghambat miksi sehingga dapat terjadi tekanan intravesikal yang tinggi yang kadang-kadang

menyebabkan dilatasi saluran kencing bagian atas. Urine dapat keluar dari kandung kemih hanya bila kontraksi detrusor berlangsung lebih lama dari kontraksi sfingter sehingga aliran urine terputus-putus. c. Kontraksi detrusor yang lemah Kontraksi hiperrefleksi yang timbul seringkali lemah sehingga pengosongan kandung kemih yang terjadi tidak sempurna. Keadaan ini bila dikombinasikan dengan disinergia akan menimbulkan peningkatan volume residu pasca miksi.

Mekanisme Simpatis dan Parasimpatis Kandung Kemih

Page 15

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG


d. Peningkatan volume residu pasca miksi

2011

Volume residu pasca miksi yang banyak pada keadaan kandung kemih yang hiperrefleksi menyebabkan diperlukannya sedikit volume tambahan untuk terjadinya kontraksi kandung kemih. Penderita mengeluh mengenai seringnya miksi dalam jumlah yang sedikit.

II.6.3. Lesi Lower Motor Neuron (LMN) Kerusakan pada radiks S2-S4 baik dalam kanalis spinalis maupun ekstradural akan menimbulkan gangguan LMN dari fungsi kandung kemih dan hilangnya sensibilitas kandung kemih. Proses pendahuluan miksi secara volunter hilang dan karena mekanisme untuk menimbulkan kontraksi detrusor hilang, kandung kemih menjadi atonik atau hipotonik bila kerusakan denervasinya adalah parsial. Compliance kandung kemih juga hilang karena hal ini merupakan suatu proses aktig yang tergantung pada utuhnya persarafan. Sensibilitas dari peregangan kandung kemih terganggu namun sensasi nyeri masih didapatkan disebabkan informasi aferen yang dibawa oleh sistem saraf simpatis melalui N. Hipogastrikus ke daerah

torakolumbal. Denervasi otot sfingter mengganggu mekanisme penutupan namun jaringan elastik dari leher kandung kemih memungkinkan terjadinya kontinens. Mekanisme untuk

mempertahankan kontinens selama kenaikan tekanan intra abdominal yang mendadak hilang, sehingga stress inkontinens sering timbul pada batuk atau bersin.

Mekanisme Simpatis dan Parasimpatis Kandung Kemih

Page 16

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

2011

III. PENUTUP

III.1. Kesimpulan

1. Sistem saraf simpatis mengatur pengisian kandung kemih melalui (1) merelaksasi otot kandung kemih sehingga dapat diisi oleh urin, dan (2) mengkontraksikan sfingter uretra internal dalam mencegah urin memasuki uretra. 2. Sistem saraf parasimpatis menimbulkan keinginan untuk berkemih atau pengosongan kandung kemih melalui (1) stimulasi otot kandung kemih untuk berkontraksi sehingga menyebabkan sensasi berkemih dan (2) merelaksasikan sfingter uretra internal yang menyebabkan urin memasuki uretra. 3. Sistem saraf somatik mengirim signal ke sfingter uretra eksternal untuk mencegah kebocoran urin atau untuk berelaksasi sehingga urin dapat keluar. 4. Berkemih dapat terjadi secara volunter sebelum kandung kemih penuh dan dapat juga diinhibisi saat kandung kemih penuh oleh inhibisi suprapontine.

Mekanisme Simpatis dan Parasimpatis Kandung Kemih

Page 17

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

2011

DAFTAR PUSTAKA

Iskandar

Japardi,

dr..

2002.

Manifestasi

Neurologis

Gangguan

Miksi.

www.fkusu.com. Diakses 5 April 2011 pukul 15.40 WIB.

Ridwan Permana, Ujang. 2008. Tesis Prevalensi dan Faktor-Faktor Resiko Overactive Bladder pada Paramedis Perempuan di RSUP H. Adam Malik Medan. www.fkusu.com. Diakses 5 April 2011 pukul 16.23 WIB.

Tobing, Rod. ----. Anatomi Ginjal dan Saluran Kemih. www.google.com. Diakses 5 April 2011 pukul 15.09 WIB.

Vitriana, dr.. 9 Oktober 2002. Evaluasi dan Manajemen Medis Inkontinensia Urin. www.fkunpad.com. Diakses 5 April 2011 pukul 16.01 WIB.

Mekanisme Simpatis dan Parasimpatis Kandung Kemih

Page 18

Anda mungkin juga menyukai