Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

Pankreas terletak melintang dibagian atas abdomen, dibelakang gaster


didalam ruang retroperitoneal.disebelah kiri, ekor pankreas mencapai hilus limpa
di arah kraniodorsal. Bagian atas kiri kaput (hulu) pankreas dihubungkan dengan
korpus pankreas oleh leher pankreas, yaitu bagian pankreas yang biasanya
lebarnya tidak lebih dari 4 cm. Arteri dan vena mesenterika superior berda
di dorsal leher pankreas dan berjalan di ventral duodenum III dan dorsal
duodenum I, melingkari arteri dan vena tersebut.1

Gambar 1.1 Gambaran posisi anatomis pancreas


Saluran Wirsung dimulai dari ekor pankreas sampai ke bulu pancreas
bergabung dengan saluran empedu di ampula hepato-pankreatika untuk
selanjutnya bermuara pada papila Vater. Saluran pankreas minor Santorini atau
duktus pankreatikus asesorius bermuara di papila minor yang terletak kira-kira 2
cm proksimal dari papila mayor. Terdapat variasi anatomis dari saluran ini.

Diameter saluran pankreas pada pasien dewasa muda sebesar 3-4 mm, dengan
bertambahnya umur dapat mencapai 5-6 mm.1

Gambar 1.2 Saluran ekskresi pancreas, dan jenis-jenis sel pada pankreas
Pankreas merupakan kelenjar ganda yang terdiri atas dua bagian, yaitu
bagian eksokrin dan endokrin. Bagian eksokrin yang menghasilkan enzim
pencernaan terdiri atas kelenjar asiner. Bagian endokrin berupa masa pulau
kecil (pulau langerhans yang tersebar di seluruh pankreas. Dengan pulasan
khusus ditemukan tiga jenis sel endokrin pankreas, yaitu sel alfa, sel beta dan sel
delta.1
Sel eksokrin pankreas menghasilkan cairan elektrolit dan enzim sebanyak
1500 hingga 2500 ml sehari dengan pH 8 sampai 8,3 dan mempunyai tekanan
osmotic yang sama dengan plasma. Bila cairan pankreas ini dihentikan
sekresinya, misalnya dengan melakukan pankreatotomi atau ligasi saluran
pankreas, akan terjadi gangguan penceranaan dan gangguan absorbsi zat-zat
nutrisi. Kista pankreas mencakup dua kelompok utama kelainan. Yaitu kista
inflamatorik, yang tersering adalah pseudokista dan kelompok kista neoplastik
(noninflamatorik). Tiga jenis kelainan utama dari kista neoplastik adalah Serous
Cystadenoma, Mucinous Cystic Neoplasma (MCN) dan Intraductal Papilary
Mucinous Neoplasma. Pseudokista merupakan jenis kista yang paling sering
menimbulkan gejala. Sementara itu, MCN dan IPMN cenderung asimptomatis.1

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Kista pancreas merupakan tempat berkumpulnya cairan pancreas, di
corpus, collum maupun bagian cauda dari pancreas.2
2.2 Anatomi Pankreas
Pankreas adalah organ dengan panjang sekitar 6 inci yang terletak di
bagian abdomen. Pankreas dibagi menjadi 3 bagian; caput, corpus, caudal.
Pankreas menghasilkan beberapa hormon yang disekresikan ke dalam darah
termasuk insulin untuk meregulasi kadar gula darah, seperti juga enzimenzim pencernaan yang berguna untuk mencerna makanan contohnya
amilase. Enzim-enzim pencernaan yang dihasilkan pankreas dikombinasikan
dalam cairan kaya bikarbonat yang juga dihasilkan pankreas. Duktus
pankreatikus, tempat dimana pankreas mengumpulkan cairan yang kaya
bikarbonat dan enzim-enzim pencernaan mengalirkannya ke duodenum.1
Kista pankreas adalah adanya cairan di bagian pankreas, dibedakan
menjadi kista semu (pseudokista) dan kista sejati. Kista sejati, misalnya kista
congenital dibatasi oleh dinding epitel. Kista semu tidak dibatasi oleh epitel
melainkan hanya oleh jaringan ikat.2
Kista pankreas dapat berukuran antara millimeter hingga sentimeter.
Beberapa kista adalah jinak, dan tidak menimbulkan gejala. Beberapa kista
dapat berupa kanker atau prekanker. Tipe yang berbeda dari kista pankreas,
juga berarti isi cairan yang berbeda. Sebagai contoh isi dari cairan
pseudokista yang terbentuk setelah pankreatitis akut mengandung enzimenzim pencernaan seperti amilase, dalam konsentrasi yang tinggi.1

2.3 Klasifikasi Kista Pankreas


Kista pancreas dibagi menjadi dua kelompok utama berdasarkan sel
penyusun dindingnya. Kista sejati adalah kista yang dindingnya terdiri atas selsel epitel yang mensekresikan isi dari kista tersebut. Sementara itu kista palsu
atau pseudokista hanya dibatasi oleh dinding jaringan ikat. Sementara dalam

hal ukuran, kista pancreas dapat berkisar dari beberapa milimeter hingga
beberapa centimetre.2
Kista pancreas juga dapat diklasifikasikan menjadi kista inflamatorik
dan kista non inflamatorik. Kista inflamatorik bersifat jinak. Sedangkan, kista
non inflamatorik dapat bersifat jinak, ganas, atau bersifat pra-ganas. Kista
benigna umumnya tidak menimbulkan gejala. Sementara kista yang bersifat
pre-cancerous memaksudkan jenis kista yang dapat

berpotensial menjadi

keganasan. Cairan isi dari kista pancreas juga berbeda-beda, tergantung jenis
dari kista tersebut. Misalnya, pseudokista umumnya berisi enzim-enzim
pencernaan. Sementara itu, kista musinosa berisi mucus yang diproduksi oleh
sel-sel dinding kista tersebut.2
Kista pankreas secara garis besar dibagi menjadi dua, kista inflamasi
dan kista non-inflamasi. Kista inflamasi adalah jinak dan sebagian besar berupa
pseudokista. Sedangkan kista non-inflamasi dapat berupa jinak, prekanker, dan
kanker.2

Gambar 2.2 Kista Pankreas berdasarkan letaknya


a) Kista inflamasi/ Pseudokista
Pseudokista pankreas didefinisikan sebagai kumpulan cairan yang
terlokalisir yang kaya amilase dan enzim pankreas lainnya, yang
memiliki dinding nonepithelialized terdiri dari jaringan fibrosa dan
granulasi yang biasanya muncul beberapa minggu setelah pancreatitis.2
Pankreatitis bisa terjadi lokal atau difus dan bisa diklasifikasikan
menjadi

akut,

kronis, nekrotik

atau

perdarahan.

Kadang-kadang,

pankreatitis menimbulkan pembentukan rongga yang

penuh dengan

enzim pankreas yang disebut sebagai pseudokista.


Secara umum, prognosis anak dengan pankreatitis akut sangat
baik, meskipun pernah dilaporkan 10-23%

pseudokista pankreas yang

diawali dari pancreatitis akut. Sekitar 50% pseudokista pancreas pada


anak berhubungan dengan trauma abdomen dan 60% dari pseudokista
pankreas yang disebabkan oleh trauma tumpul memerlukan intervensi
bedah.
Sekitar sepertiga dari pseudokista terjadi pada caput pankreas, dan
dua pertiga muncul di bagian ekor. Tidak ada gejala yang spesifik yang
menjadi

pathognomik

dari

pseudokista pankreas,

namun

harus

dipertimbangkan kemungkinan pseudokista pancreas pada pasien yang


memiliki sakit perut persisten, anoreksia, atau massa di perut setelah kasus
pancreatitis atau setelah trauma. CT scan abdomen merupakan standar
untuk pencitraan pseudokista pankreas yang memiliki sensitivitas 90100% dan tidak tergantung pada operator. CT scan memberikan
gambaran yang sangat baik dari ketebalan dinding pseudokista, yang
berguna dalam perencanaan terapi.3
Pseudokista dapat hilang

dengan sendirinya

dan

hanya

memerlukan perawatan suportif, namun jika terjadi pertumbuhan yang


cepat, menetap dan terjadi komplikasi lain, maka diperlukan intervensi
bedah untuk penanganannya. Intervensi bedah bisa dilakukan dengan
drainase eksterna dan drainase interna.
Lebih dari 75% kista pankreas adalah kista semu. Tiga perempat
terbentuk setelah pankreatitis dan 25% setelah trauma pankreas. Dinding
kista ini terdiri atas jaringan ikat. Di dalam kista terkandung cairan pankreas
yang kadang bercampur darah atau sisa jaringan nekrotik.4
Cairan pseudokista ini dapat jernih, tetapi dapat juga berwarna coklat
atau coklat kehitaman, terganting isi cairannya. Hampir semua pseudokista
unilokuler dan terletak di bursa omentalis. Kista ini dapat terbentuk di
dalam jaringan pankreas sebagai kista retensi atau di sekitar pankreas, yaitu
di belakang mesokolon, dan ligamentum gastrokolekum. Kadang kista
terdapat di retroperitoneum di belakang pankreas, dan dapat mencapai
6

mediastinum. Karena pseudokista ini terjadi akibat kerusakan duktus


pankreatikus, letaknya dapat sepanjang duktus pankreatikus antara hilus
limpa dan duodenum.5
Patogenesis pseudokista pankreas berawal dari adanya gangguan pada
duktus pankreatikus, bisa oleh proses inflamasi yang akut maupun kronik
dan trauma. Pada pankreatitis akut, terjadi gangguan pada duktus akibat dari
nekrosis pada sebagian sel-sel di pankreas dan kebocoran duktus
(postnecrotic pseudocyst). Akibatnya, terjadi ekstravasasi enzim-enzim
pankreas termasuk enzim pencernaan dari sel-sel asinus. Normalnya sel-sel
tersebut melepaskan enzim-enzim pencernaaan ke dalam duktus pengumpul
yang kemudian mengalirkan ke duktus pankreatikus menuju ke lumen
duodenum. Ekstravasasi enzim-enzim ini dapat menyebabkan terjadinya
autodigesti pada jaringan pankreas. Edema dengan cepat terjadi kemudian
disusul dengan terjadinya nekrosis pankreas, oklusi pembuluh darah dan
respon inflamasi. Ini menjelaskan kandungan kista yang terdiri dari cairan
pankreas yang kadang bercampur darah atau sisa jaringan nekrotik.5
Terkumpulnya sekresi pankreas selanjutnya menyebabkan terjadinya
pembentukan dinding (walling-off) oleh jaringan granulasi sehingga
terbentuklah suatu kista pankreas tanpa lapisan epitel pada dindingnya yang
disebut pseudokista. Pada pasien dengan pankreatitis kronik, terjadi
peningkatan tekanan pada duktus pankreatikus akibat dari striktur, batu pada
duktus, penumpukan protein dan lain-lain sehingga terjadi ruptur pada
duktus. Pada trauma pankreas, pseudokista terjadi disebabkan oleh
gangguan pada duktus yang biasanya akibat dari trauma tumpul. Terjadi
perlukaan pada duktus biasanya yang berdekatan dengan kolum vertebra
sehingga akhirnya terbentuklah pseudokista pada pankreas.5
b) Kista non-inflamasi 3, 6
o Kista adenoma serosa
Kista jenis adenoma serosa adalah jinak dan umumnya terjadi pada
perempuan usia pertengahan dan selalu terletak pada bagian corpus dan
cauda dari pankreas. Umumnya kista tersebut berukuran kecil dan tidak
menimbulkan gejala, dan jarang menyebabkan nyeri perut.

o Kista adenoma musinosa


Tiga puluh persen dari kista jenis ini adalah kanker, selebihnya
adalah prekanker. Kista adenoma musinosa umumnya terletak pada bagian
corpus dan cauda dari pankreas.
o Intraductal papillary mucinous neoplasm (IPMN)
Kista jenis ini sangat besar kemungkinannya untuk menjadi ganas.
Pada saat terdiagnosa, 40-50% sudah menjadi kanker. Kista jenis ini sering
terjadi pada laki-laki usia pertengahan. Kista ini sering terletak pada
bagian caput pankreas dan umumnya memproduksi mucus dalam jumlah
besar yang dapat dilihat mengalir melalui ampula vater saat dilakukan
endoscopic retrograde cholangio-pancreatography (ERCP). Kista tersebut
dapat menyebabkan nyeri perut, jaundice, dan pankreatitis.
o Solid pseudopapillary tumor of the pancreas
Kista jenis ini adalah tumor yang jarang dan umumnya terdapat
pada orang asia muda dan perempuan yang berkulit hitam. Kista ini dapat
mencapai ukuran yang besar dan menjadi ganas. Prognosisnya baik
setelah dilakukan reseksi tumor tersebut.
2.4. Epidemiologi
Hingga tahun 1980an, kista pankreas merupakan penyakit yang
realtif jarang. Namun seiring dengan semakin rutinnya penggunaan
pemeriksaan pencitraan dengan kualitas yang lebih baik (mis : CT Scan,
MRI), terjadi peningkatan insidensi yang cukup besar dalam mendeteksi kista
pankreas yang asimtomatis. Saat ini diperkirakan 1,2% dari pasien di ruang
perawatan meiliki kista pankreas yang perlu ditindaklanjuti. Secara anatomis,
kista pankreas lebih sering ditemukan di daerah korpus atau kauda dari
pankreas.
2.5 Patofisiologi
Berdasarkan penyebab terjadinya, kista pankreas dibagi menjadi
dua kelompok utama yaitu : kista inflamatorik dan kista non-inflamatorik.
Pseudokista pankreas merupakan jenis kista yang paling banyak. Sekitar
75% dari seluruh kista pankreas merupakan pseudokista.pseudokista
8

termasuk dalam kelompok kista inflamatorik pankreas. Kista inflamatorik


lainnya relative jarang terjadi. Salah satu bentuk kista infeksi tersebut adalah
kista ekinokokus. Pseudokista
(peradangan

pankreas).

dapat

Beberapa

diakibatkan
penyebab

oleh

pankreatitis

pankreatitis

adalah

alkoholisme batu empedu dan pembedahan. Sekitar 75% kista pankreas


merupakan kista pasca pancreatitis Cairan di dalam pseudokista berisi
jaringan pankreas yang mengalami nekrosis liquefaktif, sel-sel inflamasi dan
cairan yang berisi enzim-enzim pencernaan.2

Gambar 2.2 Gambaran letak anatomi jenis-jenis kista pancreas


Pseudokista akibat pankreatitis umumnya mengalami resolusi tanpa
terapi dalam beberapa minggu. Bila menetap dalam waktu lebih dari 6
minggu, maka kista pankreas perlu ditindak lanjuti. Hal ini dilakukan
untuk mencegah terjadinya komplikasi seperti ruptur kista.Pseudokista pasca
trauma dapat muncul apabila tidak dilakukan drainase yang adekuat atau
adanya kerusakan duktus mayor yang tak terdeteksi. Pseudokista ini
terjadi pada sekitar 30% trauma pankreas. Pseudokista terjadi karena
terlukanya

duktus

pankreatikus,

sementara

sekresi

pankreas

tetap

berlangsung sehingga cairan terkumpul di daerah luka, di dalam atau disekitar

pankreas. Kadang kista tumbuh menjadi besar sekali sehingga mengandung


beberapa

liter

cairan.

Sekitar

25% dari

pseudokista

merupakan

pseudokista pasca trauma.2


Trauma tumpul pada pankreas dan duodenum biasanya terjadi
akibat kecelakaan lalulintas. Biasanya terjadi pada pengendara yang terbentur
ke setir mobil. Benturan pada setang sepeda dan sepeda motor juga dapat
mengakibatkan hal yang sama. Hal ini disebabkan oleh efek deselerasi dari
trauma tumpul pada daerah epigastrium dan lokasi anatomis pankreas yang
terhimpit oleh organ-organ lain dan vertebra.2
2.6. Gejala Klinis dan Diagnosis
Tidak ada gejala yang khas untuk kista pankreas dan setiap individu
dapat memberikan gejala yang berbeda. Selain itu, timbulnya gejala
bergantung dari ukuran kista tersebut. Kista dengan ukuran kurang dari 2 cm,
umumnya tidak menimbulkan gejala. Secara umum, diagnosis dapat
ditegakkan melalui anamnesis yang baik, pemeriksaan fisis dan pemeriksaanpemeriksaan penunjang yang lain.1, 3
a) Anamnesis
Kista pankreas harus dicurigai pada pasien dengan riwayat
pancreatitis atau trauma pankreas 2 atau 3 minggu sebelumnya. Dari
anamnesa diperoleh informasi seperti : pasien mengeluhkan nyeri yang
menetap pada daerah pertengahan epigastrium dan menjalar tembus
sampai ke punggung, demam, dan sering merasa mual dan muntah.
Menurut Crass and Becker, nyeri pada epigastrium dikeluhkan hampir
90% dari penderita. Anoreksia terdapat pada sekitar 20% penderita. Selain
itu, kista yang terletak di bagian caput pankreas juga dapat menyebabkan
jaundice.1, 3
b) Pemeriksaan fisik
Dari pemeriksaan fisik didapatkan pada 50-75 % penderita teraba
massa kistik di epigastrium. Massa ini kadang mudah digerakkan atau
agak terfiksasi tergantung dari hebatnya radang dan perlengketan pada
jaringan sekitarnya. Kadang massa ini dapat berubah menjadi besar atau
mengecil, bergantung pada adanya patensi saluran pankreas. Dapat terjadi
pendarahan varises esofagus akibat bendungan pada vena porta oleh

10

pseudokista tersebut. Tekanan pada duktus koledokus dapat menimbulkan


ikterus ringan sampai berat tergantung hebatnya tekanan.1, 3
c) Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium3
-

Darah rutin
Didapatkan peningkatan kadar amilase serta leukositosis pada
sebagian dari penderita pseudokista pankreas.
Bilirubin dan LFT meningkat jika cabang duktus biliaris ikut terlibat
Analisis cairan kista ; dapat membantu dalam membedakan
pseudokista dengan tumor

Kadar tumor marker CEA (Carcino Embryogenic Antigen ) dan CEA-

125 rendah pada pseudokista dan tinggi pada tumor


Viskositas cairan rendah pada pseudokista dan tinggi pada tumor
Kadar amilase yang tinggi pada pseudokista dan rendah pada tumor
Pemeriksaan sitologi dapat membantu dalam mendiagnosis tumor
tetapi hasil sitologi yang negatif tidak menyingkirkan kemungkinan
adanya tumor.

Pemeriksaan radiologi1
Karena kista pankreas berukuran kecil dan tidak menimbulkan
gejala, kista pankreas sering ditemukan secara tidak sengaja pada
pemeriksaan radiologi abdomen (CT scan, USG, MRI) yang dilakukan
untuk memeriksa keluhan yang lain. sayangnya, (CT scan, USG, MRI)
tidak dapat membedakan lesi kista yang jinak (biasanya tidak
memerlukan terapi) dengan lesi kanker dan prekanker yang memerlukan
terapi bedah. Endoscopic ultrasound (EUS) menjadi semakin berguna
dalam menentukan apakah kista pankreas jinak, prekanker, atau kanker.
Selama pemeriksaan EUS, sebuah endoskop dengan transduser
ultrasound yang kecil pada ujungnya dimasukkan melalui mulut ke
esophagus, gaster, sampai duodenum. Dari lokasi yang sangat dekat
dengan pankreas, hati, dan kandung empedu, gambaran yang rinci dan
akurat dapat diperoleh.

11

Gambar 2.3 Contoh gambaran CT Scan Kista Pankreas. (a).


Gambaran kista unilokular, (b) gambaran nodul mural (adanya masa
padat dalam kista)
2.7. Tatalaksana
Aspek paling penting dalam tatalaksana kista pankreas adalah
menentukan apakah kistanya jinak (tidak perlu terapi) atau kanker dan harus
di buang. Aspek penting berikutnya adalah menentukan apakah pasien dengan
lesi pada prekanker atau kanker dapat dioperasi. Pada pusat-pusat kesehatan
yang melakukan operasi pankreas, kista prekanker atau kanker memiliki
angka kesembuhan yang tinggi. Belum ada rekomendasi standar tata laksana
kista pankreas. Pusat-pusat kesehatan yang berbeda menganut pendekatan
yang berbeda untuk diagnosis dan tatalaksananya. Pilihan tata laksana harus
disesuaikan dengan tiap-tiap pasien. Berikut ini adalah contoh bagaimana
dokter menangani kista pankreas:1
1. Pseudokista pankreas memerlukan terapi jika tetap ada setelah 6 minggu
pasca pancreatitis akut, terutama jika mencapai ukuran yang cukup besar
dan menyebabkan gejala seperti obstruksi gaster atau duktus hepatikus
komunis, nyeri abdomen, atau terinfeksi.
2. Kista yang kecil (kista dengan ukuran kurang dari 2 cm) memiliki
kemungkinan kecil untuk menjadi kanker dan bisa di observasi. Tetapi
bahkan kista yang kecil pun bisa menjadi besar dan menjadi kanker
dikemudian hari. Sehingga pasien-pasien ini dimonitor dengan scan tiap

12

tahun. Pasien-pasien ini dapat dievaluasi dengan EUS dan dilakukan


FNAB jika ksitanya bertambah besar atau menyebabkan gejala.
3. Kista pankreas dengan ukuran lebih dari 2 cm pada pasien yang masih
muda dan sehat biasanya di tatalaksana dengan operasi, terutama jika
kistanya menimbulkan gejala.
4. Kista pankreas dengan ukuran lebih dari 2 cm pada pasien yang lebih tua
dapat dipelajari dengan EUS dan FNAB. Jika sitologi cairan kista dan
pemeriksaan CEA menunjukkan adanya prekanker atau kanker, pasien
dapat di evaluasi untuk rencana operasi. Untuk pseudokista, pembedahan
merupakan pilihan utama. Tujuan pembedahan adalah mencegah
komplikasi infeksi, perdarahan sekunder, rupture pseudokista atau kista
terus membesar. Pembedahan berupa:3
Bila kista kecil
-

Ekstirpasi kista
Drainase transfingterik melalui ampula Vater secara endoskopik

Bila kista besar


- Drainase interna : Sistogastrostomi atau sistoyeyunostomi
- Drainase eksterna : marsupialisasi
Pseudokista yang membesar, atau yang ada selama lebih dari 6 minggu,
harus diterapi. Kista harus dibiarkan matang, biasanya memakan waktu 6
minggu. Yang paling efektif adalah drainase interna, biasanya melalui
sistogastrostomi,

tetapi

sistojejunotomi,

sistoduodenostomi

dan

pankreatektomi distal merupakan pilihan lain. Drainase eksterna hanya


diindikasikan untuk kista tipis yang sangat halus atau kista sejati.
1. Pankreatektomi distal : Pankreatektomi distal merupakan suatu
penatalaksanaan definitif terhadap pseudokista kronis yang terjadi pada
kaudal pankreas. Prosedur ini juga dianjurkan untuk dilakukan pada
pseudokista yang sebelumnya terjadi trauma dengan syarat korpus dan
kaudanya masih normal. Pada prosedur ini cairan kista didrainase bisa
2.

secara internal atau eksternal.


Drainase eksternal : Drainase eksterna paling baik dilakukan pada pasien
yang sakit berat atau apabila dinding kista belum cukup matang sehingga
13

tidak bias dilakukan anastomose ke organ lain. Drainase eksterna dapat


berkomplikasi menjadi fistula pankreatikus sehingga perlu dilakukan
drainase surgikal. 70-80% fistula yang menutup secara spontan setelah
3.

beberapa bulan.
Drainase internal : Sistojejunostomi yaitu anastomosis kista dengan
jejunum yang dilakukan secara Roux-en-Y. Sistogastrostomi yaitu
anastomosis

kista

Sistoduodenostomi

dengan
yaitu

dinding

anastomosis

posterior
kista

dengan

gaster,

dan

duodenum.

Sistogastrostomi dilakukan pada kista yang terletak di belakang dan


melengket pada gaster. Roux-en-Y sistojejunostomi memberikan fungsi
drainase yang lebih baik dan dianjurkan terhadap kista yang letaknya
sulit dicapai. Sistoduodenostomi diindikasikan untuk kista yang berada di
kaput pankreas dan melengket pada dinding medial duodenum, yang
4.

menjadikan lesi ini sulit untuk didrainase menggunakan teknik lain.


Drainase perkutaneus (drainase non-surgical) : Drainase perkutaneus
dianjurkan pada pseudokista yang terinfeksi dan pada pseudokista yang
ukurannya sangat besar, karena secara teknik, sulit untuk melakukan
drainase internal ke dalam organ lain. Drainase perkutaneus dapat
dilakukan dengan cara memasukkan kateter ke dalam kista dengan
dimonitor oleh CT-scan, USG atau fluoroskopi. Drainase percutaneus
dilakukan dengan cara memasukkan jarum yang dimonitor oleh imej
(image-guided needle) ke dalam pseudokista. Kemudian suatu selang
(guidewire) dimasukkan melalui jarum tadi ke dalam kista dan seterusnya
kateter pigtail diameter 7F 12F dimasukkan mengikuti guidewire tadi
sampai ke dalam kista. Komplikasi yang bisa terjadi adalah pembentukan
fistula pankreatikus eksternal setelah pelepasan kateter, yang mengambil
tempat letaknya kateter.7

BAB III
KESIMPULAN
1. Kista pankreas adalah adanya cairan di bagian pankreas, dibedakan
menjadi kista semu (pseudokista) dan kista sejati.
14

2. Diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesis yang baik, pemeriksaan


fisis dan pemeriksaan-pemeriksaan penunjang
3. Kista pankreas harus dicurigai pada pasien dengan riwayat pancreatitis
atau trauma pankreas 2 atau 3 minggu sebelumnya. Dari anamnesa
diperoleh informasi seperti : pasien mengeluhkan nyeri yang menetap pada
daerah pertengahan epigastrium dan menjalar tembus sampai ke
punggung, demam, dan sering merasa mual dan muntah. Dari pemeriksaan
fisik didapatkan pada 50-75 % penderita teraba massa kistik di
epigastrium. Massa ini kadang mudah digerakkan atau agak terfiksasi
tergantung dari hebatnya radang dan perlengketan pada jaringan
sekitarnya.
4. Tatalaksana dilakukan intervensi

bedah

dengan dilakukan drainase

eksterna dan drainase interna.

DAFTAR PUSTAKA
1. Scanlon, VC. Sanders, T. 2002. Chapter 16 The Digestive System in Essential
of Anatomy and Physiology. Davis Company: Philadelphia. Hal. 495
2. Beckingham IJ, Bornman PC. 2001. Chapter 13 Pancreatic and Liver Trauma
in ABC of Liver, Gallblader and Pancreas. BMJ Books : London. Hal 45
3. Dennis
Lee,
Jay
W.Marks.
Pancreatic
Cysts.
Tersedia
pada
http://www.medicine.net.com. Diunduh pada tanggal 1 juli 2011
4. Suyono Hadi, Yayat Ruchiyat, Warko Karnadiharja. Pankreas dalam Buku Ajar
Ilmu Bedah. Edisi 2. EGC Jakarta. 2004
5. Kista Pankreas. Tersedia pada http://www.ilmubedah.com. Diunduh pada
tanggal 1 juli 2011

15

6. Pancreas Cysts. Johns Hopkins Pancreas cancer web. Tersedia pada


http://www.johnshopkinsmedicalinstitution.com. Diunduh pada tanggal 1 juli
2011
7. Bishop M, et al. 2010. Pancreatic Cyst Preoperative Management and Clinical
Management. Cancer (Cancer Cytopathol). 118: 1-13

16

Anda mungkin juga menyukai