Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN KISTA PANKREAS

A. PENGERTIAN

Kista pankreas adalah kumpulan cairan yang dibungkus oleh jaringan


fibrosa pada jaringan pankreas (KMB)
Kista pankreas adalah adanya cairan di bagian pankreas, dibedakan
menjadi kista semu (pseudokista) dan kista sejati. Kista sejati, misalnya kista
kongenital, dibatasi oleh dinding epitel. Kista semu tidak dibatasi oleh epitel
melainkan hanya oleh jaringan ikat.
Kista pankreas dapat berukuran antara millimeter hingga sentimeter.
Beberapa kista adalah jinak, dan tidak menimbulkan gejala. Beberapa kista
dapat berupa kanker atau prekanker. Tipe yang berbeda dari kista pankreas,
juga berarti isi cairan yang berbeda. Sebagai contoh isi dari cairan
pseudokista yang terbentuk setelah pankreatitis akut mengandung enzim-
enzim pencernaan seperti amilase, dalam konsentrasi yang tinggi.

B. ANATOMI FISIOLOGI
Pankreas adalah organ dengan panjang sekitar 6 inci yang terletak di
belakang lambung di depan vertebra lumbalis I dan II terdiri dari sel-sel alfa
dan beta. Sel alfa menghasilkan hormone glucagon sedangkan sel beta
menhasilkan hormone insulin. Insulin merupakan sebuah protein yang dapat
turut dicerna oleh enzim-enzim pencernaan protein. Glukosa yang diabsorbsi
dalam daerah sekresi insulin lebih cepat meningkatkan penyimpanan dalam
hati dan meningkatkan glukosa dalam otot dan meningkatkan transport
glukosa.
Konsentrasi glukosa darah mempunyai efek yang berlawanan dengan
sekresi glucagon, penurunan glukosa darah meningkatkan sekresi glucagon.
Glukosa rendah menyebabkan pancreas menyekresi glucagon dalam jumlah
besar, asam amino dari protein meningkatkan sekresi insulin dan menurunkan
glukosa dalam darah.
. Pankreas dibagi menjadi 3 bagian; caput, corpus, caudal. Pankreas
menghasilkan beberapa hormon yang disekresikan ke dalam darah termasuk
insulin untuk meregulasi kadar gula darah, seperti juga enzim-enzim
pencernaan yang berguna untuk mencerna makanan contohnya amilase.
Enzim-enzim pencernaan yang dihasilkan pankreas dikombinasikan dalam
cairan kaya bikarbonat yang juga dihasilkan pankreas. Duktus pankreatikus,
tempat dimana pankreas mengumpulkan cairan yang kaya bikarbonat dan
enzim-enzim pencernaan mengalirkannya ke duodenum.

Cauda

corpus

caput

Gambar 1. Anatomi pankreas (sumber:www.medicine.net.com)

C. KLASIFIKASI
Kista pankreas secara garis besar dibagi menjadi dua, kista inflamasi
dan kista non-inflamasi. Kista inflamasi adalah jinak dan sebagian besar
berupa pseudokista. Sedangkan kista non-inflamasi dapat berupa jinak,
prekanker, dan kanker.
Kista serosa
Solid pseudopapillary

IPMN

Kista musinosa

pseudokista

Gambar 2. Berbagai macam kista pankreas serta letaknya


1. Kista inflamasi/ Pseudokista
Lebih dari 75% kista pankreas adalah kista semu. Tiga perempat
terbentuk setelah pankreatitis dan 25% setelah trauma pankreas. Dinding
kista ini terdiri atas jaringan ikat. Di dalam kista terkandung cairan
pankreas yang kadang bercampur darah atau sisa jaringan nekrotik. Cairan
pseudokista ini dapat jernih, tetapi dapat juga berwarna coklat atau coklat
kehitaman, terganting isi cairannya. Hampir semua pseudokista unilokuler
dan terletak di bursa omentalis. Kista ini dapat terbentuk di dalam jaringan
pankreas sebagai kista retensi atau di sekitar pankreas, yaitu di belakang
mesokolon, dan ligamentum gastrokolekum. Kadang kista terdapat di
retroperitoneum di belakang pankreas, dan dapat mencapai mediastinum.
Karena pseudokista ini terjadi akibat kerusakan duktus pankreatikus,
letaknya dapat sepanjang duktus pankreatikus antara hilus limpa dan
duodenum.
Patogenesis pseudokista pankreas berawal dari adanya gangguan
pada duktus pankreatikus, bisa oleh proses inflamasi yang akut maupun
kronik dan trauma. Pada pankreatitis akut, terjadi gangguan pada duktus
akibat dari nekrosis pada sebagian sel-sel di pankreas dan kebocoran
duktus (postnecrotic pseudocyst). Akibatnya, terjadi ekstravasasi enzim-
enzim pankreas termasuk enzim pencernaan dari sel-sel asinus. Normalnya
sel-sel tersebut melepaskan enzim-enzim pencernaaan ke dalam duktus
pengumpul yang kemudian mengalirkan ke duktus pankreatikus menuju ke
lumen duodenum. Ekstravasasi enzim-enzim ini dapat menyebabkan
terjadinya autodigesti pada jaringan pankreas. Edema dengan cepat terjadi
kemudian disusul dengan terjadinya nekrosis pankreas, oklusi pembuluh
darah dan respon inflamasi. Ini menjelaskan kandungan kista yang terdiri
dari cairan pankreas yang kadang bercampur darah atau sisa jaringan
nekrotik
Terkumpulnya sekresi pankreas selanjutnya menyebabkan terjadinya
pembentukan dinding (walling-off) oleh jaringan granulasi sehingga
terbentuklah suatu kista pankreas tanpa lapisan epitel pada dindingnya
yang disebut pseudokista. Pada pasien dengan pankreatitis kronik, terjadi
peningkatan tekanan pada duktus pankreatikus akibat dari striktur, batu
pada duktus, penumpukan protein dan lain-lain sehingga terjadi ruptur
pada duktus. Pada trauma pankreas, pseudokista terjadi disebabkan oleh
gangguan pada duktus yang biasanya akibat dari trauma tumpul. Terjadi
perlukaan pada duktus biasanya yang berdekatan dengan kolum vertebra
sehingga akhirnya terbentuklah pseudokista pada pankreas.

2. Kista non-inflamasi :
a. Kista adenoma serosa
Kista jenis adenoma serosa adalah jinak dan umumnya terjadi pada
perempuan usia pertengahan dan selalu terletak pada bagian corpus
dan cauda dari pankreas. Umumnya kista tersebut berukuran kecil dan
tidak menimbulkan gejala, dan jarang menyebabkan nyeri perut.
b. Kista adenoma musinosa
30% dari kista jenis ini adalah kanker, selebihnya adalah prekanker.
Kista adenoma musinosa umumnya terletak pada bagian corpus dan
cauda dari pankreas.
c. Intraductal papillary mucinous neoplasm (IPMN)
Kista jenis ini sangat besar kemungkinannya untuk menjadi ganas.
Pada saat terdiagnosa, 40-50% sudah menjadi kanker. Kista jenis ini
sering terjadi pada laki-laki usia pertengahan. Kista ini sering terletak
pada bagian caput pankreas dan umumnya memproduksi mucus dalam
jumlah besar yang dapat dilihat mengalir melalui ampula vater saat
dilakukan endoscopic retrograde cholangio-pancreatography
(ERCP). Kista tersebut dapat menyebabkan nyeri perut, jaundice, dan
pankreatitis.
d. Solid pseudopapillary tumor of the pancreas
Kista jenis ini adalah tumor yang jarang dan umumnya terdapat pada
orang asia muda dan perempuan yang berkulit hitam. Kista ini dapat
mencapai ukuran yang besar dan menjadi ganas. Prognosisnya baik
setelah dilakukan reseksi tumor tersebut.

D. PATOFISIOLOGI
Kista pankreas dapat berukuran sangat besar. Karena terletak di
belakang peritonium posterior, maka ketika terjadi pembesaran, kista tersebut
akan terjebak dan mendorong lambung atau kolon yang berada di dekatnya.
Akhirnya, akibat tekanan atau infeksi sekunder akan timbut gejala yang
membuat isi kista tersebut harus dialirkan keluar.
Adenokarsinoma invasif pada pankreas tumbuh dari lesi prekursor
noninvasif yang ditentukan secara morfologis dan dinamakan neoplasma
intraepitelial pankreas. Mutasi bawaan pada gen BRCA2, STK11, p16 dan
PRSSI merupakan predisposisi terjadinya kanker pankreas. Aktivasi
mutasional onkogen KRAS terjadi pada 90% kanker pankreas. Gen supresor
tumor p16/CDKN2A mengalami inktivasi pada lebih dari 9%, TP53 pada
50% hingga 70% dan SMAD4?DPCA4 pada 55%. Perubahan genetik lainnya
meliputi hipermetilasi promotor gen supresor tumor dan amlifikasi gen
lainnya yang meliputi gen AKT2. Sebab-sebab terjadinya perubahan genetik
dengan pola yang mengejutkan ini masih belum diketahui.

E. GEJALA KLINIS
Tidak ada gejala yang khas untuk kista pankreas dan setiap individu
dapat memberikan gejala yang berbeda. Kista dengan ukuran kurang dari 2
cm, umumnya tidak menimbulkan gejala. Selain itu, timbulnya gejala
bergantung dari ukuran kista tersebut.
1. Rasa nyeri, ikterus atau keduanya terdapat pada lebih dari 90% pasien,
dan seiring dengan penurunan berat badan, tanda-tanda tersebut
dipandang selah bagai tanda-tanda klasik karsinoma pankreas.
Manifestasi ini mungkin akan muncul setelah, pasien memasuki
stadium yang sangat lanjut. Tanda-tanda ini mencangkup penurunan
berat badan yang cepat, mencolok dan progresif disamping gangguan
rasa nyaman atau nyeri yang samar-samar pada abdomen bagian atas
atau bagian tengah; gangguan ini sulit dijelaskan dan tidak disertai
gangguan fungsi gastrointestinal.
2. Gangguan rasa nyaman menyebar sebagai rasa nyeri yang
menjengkelkan di bagian tengah punggung dan tidak berhubungan
dengan postur tubuh maupun aktvitas. Penderita sering merasakan
bahwa serangan nyeri dapat dikurangi jika ia duduk atau membungkuk;
rasa nyeri seringkali bertambah parah bila penderita berbaring
terlentang. Nyeri dapat bersifat progresif dan hebat. Nyeri akan terasa
lebih hebat pada malam hari.
3. Asites dapat terjadi akibat terlepasnya sel-sel ganas pada sel pankreas
dan masuk ke rongga peritonium yang dapat berakibat pada metastasis.
4. Suatu tanda yang sangat penting adalah jika timbul gejala-gejala
defiiensi insulin yang terdiri dari glukosaria, hiperglikemia dan
toleransi glukosa yang abnormal. Diabetes dapat menjadi tanda dini
karsinoma pankreas. Makan sering meningkatkan nyeri epigastrium dan
gambaran ini biasanya sudah terjadi beberapa minggu sebelum
munculnya ikterus serta pruritus. Pembuatan foto-seri gastrointestinal
memperlihatkan deformitas organ visera di dekat pankreas yang
disebabkan oleh massa pankreas yang terjepit itu.

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSIS
Secara umum, diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesis yang baik,
pemeriksaan fisis dan pemeriksaan-pemeriksaan penunjang yang lain. 1, 3
1. Anamnesis
Kista pankreas harus dicurigai pada pasien dengan riwayat pankreatitis
atau trauma pankreas 2 atau 3 minggu sebelumnya. Dari anamnesa
diperoleh informasi seperti : pasien mengeluhkan nyeri yang menetap
pada daerah pertengahan epigastrium dan menjalar tembus sampai ke
punggung, demam, dan sering merasa mual dan muntah. Menurut Crass
and Becker, nyeri pada epigastrium dikeluhkan hampir 90% dari
penderita. Anoreksia terdapat pada sekitar 20% penderita. Selain itu,
kista yang terletak di bagian caput pankreas juga dapat menyebabkan
jaundice.
2. Pemeriksaan fisik
Dari pemeriksaan fisik didapatkan pada 50-75 % penderita teraba massa
kistik di epigastrium. Massa ini kadang mudah digerakkan atau agak
terfiksasi tergantung dari hebatnya radang dan perlengketan pada
jaringan sekitarnya. Kadang massa ini dapat berubah menjadi besar atau
mengecil, bergantung pada adanya patensi saluran pankreas. Dapat
terjadi pendarahan varises esofagus akibat bendungan pada vena porta
oleh pseudokista tersebut. Tekanan pada duktus koledokus dapat
menimbulkan ikterus ringan sampai berat tergantung hebatnya tekanan.
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium
a. Darah rutin
1) Didapatkan peningkatan kadar amilase serta leukositosis pada
sebagian dari penderita pseudokista pankreas.
2) Bilirubin dan LFT meningkat jika cabang duktus biliaris ikut
terlibat
b. Analisis cairan kista ; dapat membantu dalam membedakan
pseudokista dengan tumor

1) Kadar tumor marker CEA (Carcino Embryogenic Antigen ) dan


CEA-125 rendah pada pseudokista dan tinggi pada tumor
2) Viskositas cairan rendah pada pseudokista dan tinggi pada
tumor
3) Kadar amilase yang tinggi pada pseudokista dan rendah pada
tumor
4) Pemeriksaan sitologi dapat membantu dalam mendiagnosis
tumor tetapi hasil sitologi yang negatif tidak menyingkirkan
kemungkinan adanya tumor.
4. Pemeriksaan radiologi
a. CT scan, USG, MRI
Karena kista pankreas berukuran kecil dan tidak menimbulkan
gejala, kista pankreas sering ditemukan secara tidak sengaja pada
pemeriksaan radiologi abdomen (CT scan, USG, MRI) yang
dilakukan untuk memeriksa keluhan yang lain. sayangnya, (CT scan,
USG, MRI) tidak dapat membedakan lesi kista yang jinak (biasanya
tidak memerlukan terapi) dengan lesi kanker dan prekanker yang
memerlukan terapi bedah.
b. Endoscopic ultrasound (EUS) menjadi semakin berguna dalam
menentukan apakah kista pankreas jinak, prekanker, atau kanker.
Selama pemeriksaan EUS, sebuah endoskop dengan transduser
ultrasound yang kecil pada ujungnya dimasukkan melalui mulut ke
esophagus, gaster, sampai duodenum. Dari lokasi yang sangat dekat
dengan pankreas, hati, dan kandung empedu, gambaran yang rinci
dan akurat dapat diperoleh.
c. ERCP (Endoscopic Retrograde Cholepancreatography)
Dapat dilakukan untuk mengetahui anatomi pankreas dan
mengevaluasi patensi drainase pankreas. Merupakan pemeriksaan
diagnostik yang penting untuk menegakkan diagnosis karsinoma
pankreas

G. PENATALAKSANAAN
Aspek paling penting dalam tatalaksana kista pankreas adalah
menentukan apakah kistanya jinak (tidak perlu terapi) atau kanker dan harus
di buang. Aspek penting berikutnya adalah menentukan apakah pasien
dengan lesi pada prekanker atau kanker dapat dioperasi. Pada pusat-pusat
kesehatan yang melakukan operasi pankreas, kista prekanker atau kanker
memiliki angka kesembuhan yang tinggi.
Belum ada rekomendasi standar tata laksana kista pankreas. Pusat-pusat
kesehatan yang berbeda menganut pendekatan yang berbeda untuk diagnosis
dan tatalaksananya. Pilihan tata laksana harus disesuaikan dengan tiap-tiap
pasien. Berikut ini adalah contoh bagaimana dokter menangani kista pancreas
:
1. Pseudokista pankreas memerlukan terapi jika tetap ada setelah 6
minggu pasca pancreatitis akut, terutama jika mencapai ukuran yang
cukup besar dan menyebabkan gejala seperti obstruksi gaster atau
duktus hepatikus komunis, nyeri abdomen, atau terinfeksi.
2. Kista yang kecil (kista dengan ukuran kurang dari 2 cm) memiliki
kemungkinan kecil untuk menjadi kanker dan bisa di observasi. Tetapi
bahkan kista yang kecil pun bisa menjadi besar dan menjadi kanker
dikemudian hari. Sehingga pasien-pasien ini dimonitor dengan scan tiap
tahun. Pasien-pasien ini dapat dievaluasi dengan EUS dan dilakukan
FNAB jika ksitanya bertambah besar atau menyebabkan gejala.
3. Kista pankreas dengan ukuran lebih dari 2 cm pada pasien yang masih
muda dan sehat biasanya di tatalaksana dengan operasi, terutama jika
kistanya menimbulkan gejala.
4. Kista pankreas dengan ukuran lebih dari 2 cm pada pasien yang lebih
tua dapat dipelajari dengan EUS dan FNAB. Jika sitologi cairan kista
dan pemeriksaan CEA menunjukkan adanya prekanker atau kanker,
pasien dapat di evaluasi untuk rencana operasi.
Untuk pseudokista, pembedahan merupakan pilihan utama. Tujuan
pembedahan adalah mencegah komplikasi infeksi, perdarahan sekunder,
ruptur pseudokista atau kista terus membesar. Pembedahan berupa:
a. Bila kista kecil

 Ekstirpasi kista
 Drainase transfingterik melalui ampula Vater secara endoskopik

b. Bila kista besar


 Drainase interna : Sistogastrostomi atau sistoyeyunostomi
 Drainase eksterna : marsupialisasi

Pseudokista yang membesar, atau yang ada selama lebih dari 6 minggu,
harus diterapi. Kista harus dibiarkan matang, biasanya memakan waktu 6
minggu. Yang paling efektif adalah drainase interna, biasanya melalui
sistogastrostomi, tetapi sistojejunotomi, sistoduodenostomi dan
pankreatektomi distal merupakan pilihan lain. Drainase eksterna hanya
diindikasikan untuk kista tipis yang sangat halus atau kista sejati.

1. Pankreatektomi distal : Pankreatektomi distal merupakan suatu


penatalaksanaan definitif terhadap pseudokista kronis yang terjadi pada
kaudal pankreas. Prosedur ini juga dianjurkan untuk dilakukan pada
pseudokista yang sebelumnya terjadi trauma dengan syarat korpus dan
kaudanya masih normal. Pada prosedur ini cairan kista didrainase bisa
secara internal atau eksternal.
2. Drainase eksternal : Drainase eksterna paling baik dilakukan pada
pasien yang sakit berat atau apabila dinding kista belum cukup matang
sehingga tidak bisa dilakukan anastomose ke organ lain. Drainase
eksterna dapat berkomplikasi menjadi fistula pankreatikus sehingga perlu
dilakukan drainase surgikal. 70-80% fistula yang menutup secara spontan
setelah beberapa bulan.
3. Drainase internal : Sistojejunostomi yaitu anastomosis kista dengan
jejunum yang dilakukan secara Roux-en-Y. Sistogastrostomi yaitu
anastomosis kista dengan dinding posterior gaster, dan
Sistoduodenostomi yaitu anastomosis kista dengan duodenum.
Sistogastrostomi dilakukan pada kista yang terletak di belakang dan
melengket pada gaster. Roux-en-Y sistojejunostomi memberikan fungsi
drainase yang lebih baik dan dianjurkan terhadap kista yang letaknya
sulit dicapai. Sistoduodenostomi diindikasikan untuk kista yang berada di
kaput pankreas dan melengket pada dinding medial duodenum, yang
menjadikan lesi ini sulit untuk didrainase menggunakan teknik lain.
4. Drainase perkutaneus (drainase non-surgical) : Drainase perkutaneus
dianjurkan pada pseudokista yang terinfeksi dan pada pseudokista yang
ukurannya sangat besar, karena secara teknik, sulit untuk melakukan
drainase internal ke dalam organ lain. Drainase perkutaneus dapat
dilakukan dengan cara memasukkan kateter ke dalam kista dengan
dimonitor oleh CT-scan, USG atau fluoroskopi. Drainase percutaneus
dilakukan dengan cara memasukkan jarum yang dimonitor oleh imej
(image-guided needle) ke dalam pseudokista. Kemudian suatu selang
(guidewire) dimasukkan melalui jarum tadi ke dalam kista dan seterusnya
kateter pigtail diameter 7F – 12F dimasukkan mengikuti guidewire tadi
sampai ke dalam kista. Komplikasi yang bisa terjadi adalah pembentukan
fistula pankreatikus eksternal setelah pelepasan kateter, yang mengambil
tempat letaknya kateter.

H. PENGOBATAN

1. Penelitian kini sedang dilaksanakan untuk mengkaji efek preparat


antiestrogen dan antiandrogen terhadap kanker pankreas. Pada kanker
pankreas rasa nyeri hebat, diperlukan penggunaan preparat opioid secra
bebas; PCA (patient-controlled analgesia) atau penggunaan analgesik
yang dikendalikan oleh pasien sendiri harus dipertimbangkan pada
pasien dengan nyeri hebat dan terus meningkatkan intensitasnya.
2. Keperawatan
Penanganan nyeri dan perhatian terhadap kebutuhan nutrisi merupakan
tindakan keperawatan yang penting untuk memperbaiki tingkat
kenyamanan pasien. Perawatan kulit dan tindakan keperawatan yang
lain ditujukan untuk mengurangi rasa nyeri dan gangguan rasa nyaman
ynag disertai ikterus, anoreksia serta penurunan berat badan yang
mencolok. Bantalan karet busa sepanjang tubuh pasien yang diletakkan
di bagian bawah tubuh pasien akan melindungi bagian tubuh yang
menonjol dari penekanan.
3. Prioritas keperawatan :
a. Dukungan adaptasi dan kemandirian
b. Meningkatkan kenyamanan
c. Mempertahankan fusngsi fiiologis optimal
d. Mencegah komplikasi
e. Memberikan informasi tentang proses/kondisi penyakit, prognosis
dan kebutuhan pengobatan

I. EPIDEMIOLOGI
Insidens kanker pankreas terus meningkat sejak 20 hingga 30 tahun
lalu, khususnya diantara orang-orang yang bukan kulit putih. Tumor pankreas
meupakan penyebab kematian terkemuka yang menempati urutan keempat di
Amerika Serikat dan paling sering ditemukan pada usia 60-an hingga 70-an.

J. PROGNOSIS
Dalam kenyataannya, karsinoma pankreas memiliki angka keberhasilan
hidup 5-tahun kurang dari . Palimg rendah bila dibandingkan dengan 60
lokasi kanker lainnya. Pada penderita kista pancreas memiliki prognosis yang
masih belum jelas. (Warshaw & Fernandez-del Castillo, 1992)

K. KOMPLKASI
Komplikasi dari kista pankreas adalah metastase ke organ yang lain.
Komplikasi potensial dari karsinoma pankreas yaitu hiperglikemia,
hiperinsulinisme, diabete melitus, steatore, tromboflebitis, hepatomegali,
kecenderungan perdarahan, defisiensi vitamin K dan asites.
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Fisik

1. Penampilan : Kaji kesadaran, postur tubuh (kurus/gemuk), fatigue klien.

2. TTV : Kaji tekanan darah, nadi, suhu, pernapasan, dan spo2 klien.

3. TB / BB : Kaji tinggi badan dan berat badan klien.

4. Lingkar kepala : Kaji lingkar kepala klien apakah ada pembesaran.

5. Mata : Kaji mata klien apakah simetris, conjungtiva anemis/ an anemis.

6. Hidung : Kaji apakah ada sinus atau polip.

7. Mulut : Kaji mukosa bibir, pertumbuhan gigi klien.

8. Telinga : Kaji apakah ada sekret dan masalah lain.

9. Tengkuk : Kaji apakah ada masalah pada tengkuk klien.

10. Dada : Kaji apakah ada kelainan.

11. Jantung : Kaji apakah ada kelainan.

12. Paru-paru : Pada klien dengan pneumonia sering ditemukan peningkatan

frekuensi nafas cepat dan dangkal, serta adanya retraksi sternum dan

intercosta space (ICS).

13. Perut : Kaji apakah ada kelainan.

14. Punggung : Kaji apakah ada kelainan.

15. Genetalia : Kaji apakah ada kelainan.

16. Extremitas : Kaji apakah ada kelainan.

17. Kulit : Kaji apakah ada kelainan.

2. Pemeriksaan Perkembangan (untuk usia 0-6 tahun gunakan KPSP/DDST)

KPSP (Kuesioner Pra Skrining Perkembangan) merupakan suatu instrumen

deteksi dini dalam perkembangan anak usia 0 sampai 6 tahun. KPSP ini berguna

untuk mengetahui perkembangan anak normal atau ada penyimpangan. Kaji sosial
dan kemandirian, motorik halus, motorik kasar dan serta penggunaan bahasa

klien.

1. Diagnosa
a. Nyeri berhubungan dengan obstruksi pankreas
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia, gangguan sekresi insulin, mual, dare, keletihan
c. Koping tidak efektif berhubungan dengan perubahan fungsi fisik dan
prognosis yang buruk
d. Resiko volume cairan tubuh kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
gangguan metabolisme tubuh
e. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan obstruksi saluran cerna.
f. Kurang pengetahuan berhubungan dengan salah interpretasi penyakit atau
ketidaktahuan tentang penyakit tersebut.

2. Perencanaan
a. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit di tandai dengan :
 Keluhan nyeri memfokuskan pada diri sendiri,
 distraksi /perilaku hati-hati
 respon autonomik
Kriteria hasil :
 melaporkan penghilangan nyeri maksimal
 mendemonstrasikan penggunaan keterampilan relaksasi
 mengikuti aturan farmakologis yang ditentukan
INTERVENSI RASIONAL
1. Tentukan riwayat nyeri 1. Informasi memberikan data
dasr untuk mengetahui
kebutuhan dan keefektifan
2. Evaluasi atau sadari terapi intervensi
tertentu 2. Ketidaknyamanan rentang
luas adalah umum tergantung
3. Berikan tindakan kenyamanan pada prosedur atau agen yang
dasar dan aktivitas hiburan digunakan
3. Meningkatkan relaksasi dan
membantu memfokuskan
4. Dorong penggunaan kembali perhatian
keterampilan managemen nyeri
4. Memungkinkan pasien
5. Berikan analgesik sesuai untuk berpartisipasi secara
indikasi. Ubah dari analgesik kerja aktif dan meningkatkan rasa
pendek menjadi kerja panjang bila kontrol
diindikasika 5. Nyeri adalah komplikasi
sering dari kanker, meskipun
respon individual berbeda.
Saat perubahan penyakit atau
pengobatan terjadi penilaian
6. Berikan atau instruksikan dosis dan pemberian akan di
penggunaan pca dengan tepat perlukan
Catatan : adiksi atau
ketergantungan pada obat
bukan masalah
6. Analgesik dikontrol pasien
sehingga pemberian obat tepat
waktu mencegah fluktuasi
pada intensitas nyeri. Sering
pada dosis total rendah akan
diberikan metode
konvensional

b. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status


hipermetabolik berkenaan dengan kanker ditandai oleh:
 Masukan makanan tidak adekuat
 Perubahan sensasi pengecap
 Kehilangan minat pada makan
 Ketidak mampuan untuk mencerna
 Berat badan 20% atau lebih dibawah berat badan ideal

Kriteria hasil;
 Mendemstrasikan berat badan stabil
 Penambahan berat badan progresif
 Normalisasi nilai laboratorium
INTERVENSI RASIONAL
1. Pantau masukan makanan tiap 1. Mengidentifikasi kekuatan
hari atau defisiensi Nutrisi
2. Lakukan pengukuran 2. Membantu dalam identifikasi
antroometrik sesuai indikasi. malnutrisi protein/kalori
Lakukan penimbangan BB
setiap hari 3. Kebutuhan jaringan metabolik
3. Dorong pasien untuk makan ditingkatkan begitu juga
TK dengan masukan cairan cairan (untuk menghilangkan
adekuat. Dorong penggunaan produksi sel
suplemen dan makan
sering/lebih sedikit yang 4. Dapat menstimulus respon
dibagi-bagi selama sehari mual/muntah
4. Kontrol faktor lingkungan 5. Mencegah kekuragan karena
5. Kolaborasi pemberian vitamin penurunan absorbsi vitamin
kususnya A,D,E dan B6 larut dalam lemak. Defisiensi
B6 dapat memperberat atau
mengeksaserbasi depresi,
peka rangsang.
6. Kolaborasi pemberian antasid 6. Meminimalkan iritasi
lambung dan mengurangi
7. Kolaborasikan pemberian resiko ulserasi mukosa
kortikosteroid 7. Terapi kombinasi sering lebih
efektif dari pada agen
tunggal.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth.2001.Keperawatan Medikal Bedah Volume 2 Edisi 8.EGC:


Jakarta

Corwin Elizabeth J.2009. Buku Saku Patofisiologi Edisi Revisi 3. Jakarta: EGC

Doengoes Marilynn E dkk.1999.Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta:


EGC

http://pauluspbp.blogspot.com/2012/06/asuhan-keperawatan-kista-pankreas.html

Suyono Hadi, Yayat Ruchiyat, Warko Karnadiharja. Pankreas dalam Buku Ajar
Ilmu Bedah. Edisi 2. EGC Jakarta. 2004

Anda mungkin juga menyukai