Anda di halaman 1dari 10

KISTA PANKREAS

1. ANATOMI
Pankreas adalah organ dengan panjang sekitar 6 inci yang terletak di bagian
abdomen. Pankreas dibagi menjadi 3 bagian; caput, corpus, caudal. Pankreas
menghasilkan beberapa hormon yang disekresikan ke dalam darah termasuk
insulin untuk meregulasi kadar gula darah, seperti juga enzim-enzim pencernaan
yang berguna untuk mencerna makanan contohnya amilase. Enzim-enzim
pencernaan yang dihasilkan pankreas dikombinasikan dalam cairan kaya
bikarbonat yang juga dihasilkan pankreas. Duktus pankreatikus, tempat dimana
pankreas mengumpulkan cairan yang kaya bikarbonat dan enzim-enzim
pencernaan mengalirkannya ke duodenum.1

Cauda

corpus

caput

Gambar 1. Anatomi pankreas (sumber:www.medicine.net.com)

2. PENGERTIAN
Kista pankreas adalah adanya cairan di bagian pankreas, dibedakan menjadi
kista semu (pseudokista) dan kista sejati. Kista sejati, misalnya kista kongenital,
dibatasi oleh dinding epitel. Kista semu tidak dibatasi oleh epitel melainkan hanya
oleh jaringan ikat.2 Kista pankreas dapat berukuran antara millimeter hingga
sentimeter. Beberapa kista adalah jinak, dan tidak menimbulkan gejala. Beberapa
kista dapat berupa kanker atau prekanker. Tipe yang berbeda dari kista pankreas,
juga berarti isi cairan yang berbeda. Sebagai contoh isi dari cairan pseudokista
yang terbentuk setelah pankreatitis akut mengandung enzim-enzim pencernaan
seperti amilase, dalam konsentrasi yang tinggi.1

3. KLASIFIKASI

Kista pankreas secara garis besar dibagi menjadi dua, kista inflamasi dan kista
non-inflamasi. Kista inflamasi adalah jinak dan sebagian besar berupa
pseudokista. Sedangkan kista non-inflamasi dapat berupa jinak, prekanker, dan
kanker.
Kista serosa

Solid pseudopapillary

IPMN

Kista musinosa

pseudokista

Gambar 2. Berbagai macam kista pankreas serta letaknya


(sumber:www.johnshopkinsmedicalinstitution.com)

a) Kista inflamasi/ Pseudokista


Lebih dari 75% kista pankreas adalah kista semu. Tiga perempat terbentuk
setelah pankreatitis dan 25% setelah trauma pankreas. Dinding kista ini terdiri
atas jaringan ikat. Di dalam kista terkandung cairan pankreas yang kadang
bercampur darah atau sisa jaringan nekrotik.2 Cairan pseudokista ini dapat
jernih, tetapi dapat juga berwarna coklat atau coklat kehitaman, terganting isi
cairannya. Hampir semua pseudokista unilokuler dan terletak di bursa
omentalis. Kista ini dapat terbentuk di dalam jaringan pankreas sebagai kista
retensi atau di sekitar pankreas, yaitu di belakang mesokolon, dan ligamentum
gastrokolekum. Kadang kista terdapat di retroperitoneum di belakang pankreas,
dan dapat mencapai mediastinum. Karena pseudokista ini terjadi akibat
kerusakan duktus pankreatikus, letaknya dapat sepanjang duktus pankreatikus
antara hilus limpa dan duodenum.3
Patogenesis pseudokista pankreas berawal dari adanya gangguan pada
duktus pankreatikus, bisa oleh proses inflamasi yang akut maupun kronik dan
trauma. Pada pankreatitis akut, terjadi gangguan pada duktus akibat dari
nekrosis pada sebagian sel-sel di pankreas dan kebocoran duktus (postnecrotic
pseudocyst). Akibatnya, terjadi ekstravasasi enzim-enzim pankreas termasuk
enzim pencernaan dari sel-sel asinus. Normalnya sel-sel tersebut melepaskan
enzim-enzim pencernaaan ke dalam duktus pengumpul yang kemudian
mengalirkan ke duktus pankreatikus menuju ke lumen duodenum. Ekstravasasi
enzim-enzim ini dapat menyebabkan terjadinya autodigesti pada jaringan
pankreas. Edema dengan cepat terjadi kemudian disusul dengan terjadinya
nekrosis pankreas, oklusi pembuluh darah dan respon inflamasi. Ini
menjelaskan kandungan kista yang terdiri dari cairan pankreas yang kadang
bercampur darah atau sisa jaringan nekrotik.3
Terkumpulnya sekresi pankreas selanjutnya menyebabkan terjadinya
pembentukan dinding (walling-off) oleh jaringan granulasi sehingga
terbentuklah suatu kista pankreas tanpa lapisan epitel pada dindingnya yang
disebut pseudokista. Pada pasien dengan pankreatitis kronik, terjadi
peningkatan tekanan pada duktus pankreatikus akibat dari striktur, batu pada
duktus, penumpukan protein dan lain-lain sehingga terjadi ruptur pada duktus.
Pada trauma pankreas, pseudokista terjadi disebabkan oleh gangguan pada
duktus yang biasanya akibat dari trauma tumpul. Terjadi perlukaan pada
duktus biasanya yang berdekatan dengan kolum vertebra sehingga akhirnya
terbentuklah pseudokista pada pankreas.3

b) Kista non-inflamasi2, 4
o Kista adenoma serosa
Kista jenis adenoma serosa adalah jinak dan umumnya terjadi pada
perempuan usia pertengahan dan selalu terletak pada bagian corpus dan
cauda dari pankreas. Umumnya kista tersebut berukuran kecil dan tidak
menimbulkan gejala, dan jarang menyebabkan nyeri perut.
o Kista adenoma musinosa
30% dari kista jenis ini adalah kanker, selebihnya adalah prekanker.
Kista adenoma musinosa umumnya terletak pada bagian corpus dan
cauda dari pankreas.
o Intraductal papillary mucinous neoplasm (IPMN)
Kista jenis ini sangat besar kemungkinannya untuk menjadi ganas. Pada
saat terdiagnosa, 40-50% sudah menjadi kanker. Kista jenis ini sering
terjadi pada laki-laki usia pertengahan. Kista ini sering terletak pada
bagian caput pankreas dan umumnya memproduksi mucus dalam jumlah
besar yang dapat dilihat mengalir melalui ampula vater saat dilakukan
endoscopic retrograde cholangio-pancreatography (ERCP). Kista
tersebut dapat menyebabkan nyeri perut, jaundice, dan pankreatitis.
o Solid pseudopapillary tumor of the pancreas
Kista jenis ini adalah tumor yang jarang dan umumnya terdapat pada
orang asia muda dan perempuan yang berkulit hitam. Kista ini dapat
mencapai ukuran yang besar dan menjadi ganas. Prognosisnya baik
setelah dilakukan reseksi tumor tersebut.

4. GEJALA KLINIS DAN DIAGNOSIS


Tidak ada gejala yang khas untuk kista pankreas dan setiap individu dapat
memberikan gejala yang berbeda. Selain itu, timbulnya gejala bergantung dari
ukuran kista tersebut. Kista dengan ukuran kurang dari 2 cm, umumnya tidak
menimbulkan gejala. Secara umum, diagnosis dapat ditegakkan melalui
anamnesis yang baik, pemeriksaan fisis dan pemeriksaan-pemeriksaan penunjang
yang lain. 1, 3
a) Anamnesis
Kista pankreas harus dicurigai pada pasien dengan riwayat pankreatitis
atau trauma pankreas 2 atau 3 minggu sebelumnya. Dari anamnesa
diperoleh informasi seperti : pasien mengeluhkan nyeri yang menetap pada
daerah pertengahan epigastrium dan menjalar tembus sampai ke punggung,
demam, dan sering merasa mual dan muntah. Menurut Crass and Becker,
nyeri pada epigastrium dikeluhkan hampir 90% dari penderita. Anoreksia
terdapat pada sekitar 20% penderita. Selain itu, kista yang terletak di bagian
caput pankreas juga dapat menyebabkan jaundice. 1, 3
b) Pemeriksaan fisik
Dari pemeriksaan fisik didapatkan pada 50-75 % penderita teraba massa
kistik di epigastrium. Massa ini kadang mudah digerakkan atau agak
terfiksasi tergantung dari hebatnya radang dan perlengketan pada jaringan
sekitarnya. Kadang massa ini dapat berubah menjadi besar atau mengecil,
bergantung pada adanya patensi saluran pankreas. Dapat terjadi pendarahan
varises esofagus akibat bendungan pada vena porta oleh pseudokista
tersebut. Tekanan pada duktus koledokus dapat menimbulkan ikterus ringan
sampai berat tergantung hebatnya tekanan. 1, 3
c) Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium3
o Darah rutin
Didapatkan peningkatan kadar amilase serta leukositosis pada
sebagian dari penderita pseudokista pankreas.
Bilirubin dan LFT meningkat jika cabang duktus biliaris ikut
terlibat
o Analisis cairan kista ; dapat membantu dalam membedakan
pseudokista dengan tumor
Kadar tumor marker CEA (Carcino Embryogenic Antigen ) dan
CEA-125 rendah pada pseudokista dan tinggi pada tumor
Viskositas cairan rendah pada pseudokista dan tinggi pada tumor
Kadar amilase yang tinggi pada pseudokista dan rendah pada tumor
Pemeriksaan sitologi dapat membantu dalam mendiagnosis tumor
tetapi hasil sitologi yang negatif tidak menyingkirkan kemungkinan
adanya tumor.
Pemeriksaan radiologi1
Karena kista pankreas berukuran kecil dan tidak menimbulkan gejala,
kista pankreas sering ditemukan secara tidak sengaja pada pemeriksaan
radiologi abdomen (CT scan, USG, MRI) yang dilakukan untuk
memeriksa keluhan yang lain. sayangnya, (CT scan, USG, MRI) tidak
dapat membedakan lesi kista yang jinak (biasanya tidak memerlukan
terapi) dengan lesi kanker dan prekanker yang memerlukan terapi bedah.
Endoscopic ultrasound (EUS) menjadi semakin berguna dalam
menentukan apakah kista pankreas jinak, prekanker, atau kanker. Selama
pemeriksaan EUS, sebuah endoskop dengan transduser ultrasound yang
kecil pada ujungnya dimasukkan melalui mulut ke esophagus, gaster,
sampai duodenum. Dari lokasi yang sangat dekat dengan pankreas, hati,
dan kandung empedu, gambaran yang rinci dan akurat dapat diperoleh.

5. PENANGANAN
Aspek paling penting dalam tatalaksana kista pankreas adalah menentukan
apakah kistanya jinak (tidak perlu terapi) atau kanker dan harus di buang. Aspek
penting berikutnya adalah menentukan apakah pasien dengan lesi pada prekanker
atau kanker dapat dioperasi. Pada pusat-pusat kesehatan yang melakukan operasi
pankreas, kista prekanker atau kanker memiliki angka kesembuhan yang tinggi.
Belum ada rekomendasi standar tata laksana kista pankreas. Pusat-pusat
kesehatan yang berbeda menganut pendekatan yang berbeda untuk diagnosis dan
tatalaksananya. Pilihan tata laksana harus disesuaikan dengan tiap-tiap pasien.
Berikut ini adalah contoh bagaimana dokter menangani kista pankreas:1
1. Pseudokista pankreas memerlukan terapi jika tetap ada setelah 6 minggu pasca
pancreatitis akut, terutama jika mencapai ukuran yang cukup besar dan
menyebabkan gejala seperti obstruksi gaster atau duktus hepatikus komunis,
nyeri abdomen, atau terinfeksi.
2. Kista yang kecil (kista dengan ukuran kurang dari 2 cm) memiliki
kemungkinan kecil untuk menjadi kanker dan bisa di observasi. Tetapi bahkan
kista yang kecil pun bisa menjadi besar dan menjadi kanker dikemudian hari.
Sehingga pasien-pasien ini dimonitor dengan scan tiap tahun. Pasien-pasien ini
dapat dievaluasi dengan EUS dan dilakukan FNAB jika ksitanya bertambah
besar atau menyebabkan gejala.
3. Kista pankreas dengan ukuran lebih dari 2 cm pada pasien yang masih muda
dan sehat biasanya di tatalaksana dengan operasi, terutama jika kistanya
menimbulkan gejala.
4. Kista pankreas dengan ukuran lebih dari 2 cm pada pasien yang lebih tua dapat
dipelajari dengan EUS dan FNAB. Jika sitologi cairan kista dan pemeriksaan
CEA menunjukkan adanya prekanker atau kanker, pasien dapat di evaluasi
untuk rencana operasi.

Untuk pseudokista, pembedahan merupakan pilihan utama. Tujuan


pembedahan adalah mencegah komplikasi infeksi, perdarahan sekunder, ruptur
pseudokista atau kista terus membesar. Pembedahan berupa:3
Bila kista kecil
o Ekstirpasi kista
o Drainase transfingterik melalui ampula Vater secara endoskopik
Bila kista besar
o Drainase interna : Sistogastrostomi atau sistoyeyunostomi
o Drainase eksterna : marsupialisasi

Pseudokista yang membesar, atau yang ada selama lebih dari 6 minggu, harus
diterapi. Kista harus dibiarkan matang, biasanya memakan waktu 6 minggu. Yang
paling efektif adalah drainase interna, biasanya melalui sistogastrostomi, tetapi
sistojejunotomi, sistoduodenostomi dan pankreatektomi distal merupakan pilihan
lain. Drainase eksterna hanya diindikasikan untuk kista tipis yang sangat halus
atau kista sejati.

1. Pankreatektomi distal : Pankreatektomi distal merupakan suatu


penatalaksanaan definitif terhadap pseudokista kronis yang terjadi pada kaudal
pankreas. Prosedur ini juga dianjurkan untuk dilakukan pada pseudokista yang
sebelumnya terjadi trauma dengan syarat korpus dan kaudanya masih normal.
Pada prosedur ini cairan kista didrainase bisa secara internal atau eksternal.
2. Drainase eksternal : Drainase eksterna paling baik dilakukan pada pasien
yang sakit berat atau apabila dinding kista belum cukup matang sehingga tidak
bisa dilakukan anastomose ke organ lain. Drainase eksterna dapat
berkomplikasi menjadi fistula pankreatikus sehingga perlu dilakukan drainase
surgikal. 70-80% fistula yang menutup secara spontan setelah beberapa bulan.
3. Drainase internal : Sistojejunostomi yaitu anastomosis kista dengan jejunum
yang dilakukan secara Roux-en-Y. Sistogastrostomi yaitu anastomosis kista
dengan dinding posterior gaster, dan Sistoduodenostomi yaitu anastomosis
kista dengan duodenum. Sistogastrostomi dilakukan pada kista yang terletak di
belakang dan melengket pada gaster. Roux-en-Y sistojejunostomi memberikan
fungsi drainase yang lebih baik dan dianjurkan terhadap kista yang letaknya
sulit dicapai. Sistoduodenostomi diindikasikan untuk kista yang berada di kaput
pankreas dan melengket pada dinding medial duodenum, yang menjadikan lesi
ini sulit untuk didrainase menggunakan teknik lain.
4. Drainase perkutaneus (drainase non-surgical) : Drainase perkutaneus
dianjurkan pada pseudokista yang terinfeksi dan pada pseudokista yang
ukurannya sangat besar, karena secara teknik, sulit untuk melakukan drainase
internal ke dalam organ lain. Drainase perkutaneus dapat dilakukan dengan
cara memasukkan kateter ke dalam kista dengan dimonitor oleh CT-scan, USG
atau fluoroskopi. Drainase percutaneus dilakukan dengan cara memasukkan
jarum yang dimonitor oleh imej (image-guided needle) ke dalam pseudokista.
Kemudian suatu selang (guidewire) dimasukkan melalui jarum tadi ke dalam
kista dan seterusnya kateter pigtail diameter 7F 12F dimasukkan mengikuti
guidewire tadi sampai ke dalam kista. Komplikasi yang bisa terjadi adalah
pembentukan fistula pankreatikus eksternal setelah pelepasan kateter, yang
mengambil tempat letaknya kateter.
DAFTAR PUSTAKA

1. Dennis Lee, Jay W.Marks. Pancreatic Cysts. Tersedia pada


http://www.medicine.net.com. Diunduh pada tanggal 1 juli 2011
2. Suyono Hadi, Yayat Ruchiyat, Warko Karnadiharja. Pankreas dalam Buku
Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. EGC Jakarta. 2004
3. Kista Pankreas. Tersedia pada http://www.ilmubedah.com. Diunduh pada
tanggal 1 juli 2011
4. Pancreas Cysts. Johns Hopkins Pancreas cancer web. Tersedia pada
http://www.johnshopkinsmedicalinstitution.com. Diunduh pada tanggal 1
juli 2011

Anda mungkin juga menyukai