Oleh:
Juliatika
201820401011120
J-31
PEMBIMBING :
dr. Erika Kusuma S ,Sp.B
2
KATA PENGANTAR
rahmatNya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus stase Bedah dengan topik
“Septik Arthritis”.
Bedah di Rumah Sakit Bhayangkara Kediri. Tidak lupa penulis ucapkan terima
kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan
kasus ini, terutama kepada dr. Erika Kusuma S , Sp.B selaku dokter pembimbing
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan kasus ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis
Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN
Pendahuluan
Dead limb (anggota tubuh yang mati): kelainan vaskuler, trauma, luka
bakar atau "frost bite"
BAB 2
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. NM
Umur : 80 Tahun
Masuk RS : 9-01-2020
ANAMNESIS
memiliki riwayat hipertensi dan riwayat diabetes mellitus. Riwayat kanker tidak
ada
Riwayat alergi :
Disangkal
Riwayat Sosial:
Pasien seorang ibu rumah tangga pasien berobat menggunakan fasilitas BPJS
fasilitas BPJS
PEMERIKSAAN FISIK
A. PEMERIKSAAN AWAL
Pemeriksaan Umum
- Tanda vital :
Tekanan Darah : 111/57 mmHg
RR : 19x/ menit
Suhu : 36° C
Status Generalis
Anemis (-), ikterik (-), cyanosis (-), dypsneu (-), mata cowong (-)
Thorax
- Perkusi : Sonor
Abdomen
Inspeksi : Simetris , flat, massa (-), Bekas luka (-) , Luka (-), Darm
Ekstremitas
Atas : skar (-), nyeri tekan (-), akral dingin (-), edema (-)
Status Lokalis
look :
11
• Tampak kaki hiperpigmentasi (menghitam) mulai dari jari kaki hingga ke
tungkai, kulit (+), atrofi (+), tampak luka melingkar di tumit dengan nanah
(+)
feel :
• Teraba dingin (+), nyeri tekan (+) , arteri dorsalis pedis, arteri tibialis
menurun
Move :
Rom minimal
Status vaskularisasi
superio inferior
r
+/+ -/+
B. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah Lengkap
Parameter Nilai
Hb 11,5
MCV 92
HCT 35.7
PCT 0.317
MCH 29.3
MCHC 32,0
RDW 14.6
PDW 12.5
NEU 59.7
LYM 32.7
MON 3.7
EOS 3.2
BAS 0.7
LED 20
Parameter Nilai
HBsAg 17.2
GDA 312
Anti HIV Non reaktif
DIAGNOSIS
PLANNING DIAGNOSIS
Darah lengkap
PLANNING TERAPI
Inf RL 20 Tpm
Rawat Luka
Konsul Sp. B
FOLLOW UP
RR : 32x/menit hr
Ext : AH ke empat
ekstremitas.
Status lokalis
BAB 3
PEMBAHASAN
Pasien datang ke IGD RSBK dengan keluhan Pasien datang ke igd rs
bhayangkara dengan keluhan luka pada kaki kanan disertai nyeri sejak ±2 minggu
SMRS.1 bulan yang lalu pasien jatuh dari tangga dan pasien tidak menyadari
bila ada luka dibagian jempol bawah, luka dirawat sendiri dengan menggunakan
air daun sirih awalnya luka kecil semakin lama semakin meluas dan menghitam
hingga keluar cairan dan bau nanah dan terdapat kulit mengelupas. Pasien
mempunyai riwayat sakit kencing manis sejak 20 tahun yang lalu. Pasien rutin
kontrol dan minum obat glibenclamid,Pada saat di IGD diperiksa kadar gula darah
Pemeriksaan lokalis pada region pedis kanan tampak Tampak kaki hiperpigmentasi
(menghitam) mulai dari jari kaki hingga ke tungkai, kulit meneglupas, atrofi pada
Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik ditegakkan diagnosis Death limb e.c
ANATOMI TUNGKAI
Fungsi utama tungkai adalah untuk menunjang tubuh dan menjadi
tumpuan sewaktu berdiri, berjalan dan berlari, mereka dikhususkan sebagai daya
penggerak. Kedua tulang paha di posterior bersendi melalui art. sacroiliaca yang
kuat dan di anterior bersendi melalui symphysis pubis. Akibatnya tungkai lebih
kokoh dan dapat menahan berat badan sewaktu berdiri, berjalan dan berlari. Setiap
tungkai dapat dibagi dalam regio glutealis, paha, lutut, kaki, pergelangan kaki dan
kaki.5
Gambar 1.4 Bony Attachments of Muscles of Hip and Thigh: Posterior View 2
Gb. Bony attachments of muscles of leg
2. Trauma
Patah tulang terbuka yang parah (IIIc) dengan cedera pada arteri
poplitea dan nervus tibialis posterior dapat diobati dengan teknik-teknik
terkini, namun dengan biaya yang tinggi, dan beberapa pembedahan
diperlukan. Hasilnya sering merupakan kaki yang terasa sakit,
nonfungsional, dan kurang efisien daripada prosthesis.
3. Tumor
Amputasi jarang dilakukan dengan munculnya teknik-teknik
penyelamatan ekstremitas yang semakin maju.
4. Infeksi
Pengobatan sepsis dengan agen vasokonstriktor kadang-kadang
dapat menyebabkan sumbatan pembuluh darah dan selanjutnya dapat
menjadi nekrosis, sehingga perlu amputasi. Di lain waktu, eradikasi
sumber infeksi yang sulit menyebabkan dilakukannya amputasi untuk
menghilangkan sumber infeksi tersebut.
Transfemoral 65 40 0.28
Indikasi Amputasi
a. Dead limb (anggota tubuh yang mati): kelainan vaskuler, trauma, luka
bakar atau "frost bite"
Kontraindikasi Amputasi
Kontraindikasi Amputasi antara lain :
1. Kondisi umum yang jelek
2. Adanya penyakit dasar yang masih aktif, misalnya : Diabetes
melitus yang tidak terkontrol dan Adanya infeksi yang masih aktif
Batas Amputasi
1. Ekstremitas atas
Pada ekstremitas atas tidak dipakai batas amputasi tertentu, dianjurkan batas
sedistal.
2. Ekstremitas bawah
Batas amputasi ekstremitas bawah yang lazim dipakai, yang disebut batas
amputasi klasik
11. Hemipelvektomi
1. Batas Amputasi
2. Jenis Amputasi
Pembedahan dilakukan dalam daerah bebas darah dengan
menggunakan turniket, kecuali apabila dilakukan atas indikasi obstruksi
pembuluh nadi. Pembedahan dilakukan secara terbuka atau tertutup.
a. Amputasi terbuka
Amputasi terbuka dikerjakan pada luka kotor seperti luka perang atau
infeksi berat, antara lain gas gangren. Pada cara ini sayatan kulit dibuat
secara sirkuler, sedangkan otot dipotong sedikit proksimal dari sayatan
kulit dan tulang dipotong sedikit proksimal dari otot. Luka dibiarkan
terbuka sampai infeksi teratasi, kemudian baru dikerjakan reamputasi.
b. Amputasi Tertutup
Pada amputasi tertutup dibuat flap kulit yang direncanakan luas dan
bentuknya secara teliti untuk memperoleh kulit penutup ujung puntung
yang baik dengan lokasi bekas pembedahan diluar tempat pembedahan
prostesis dan sesuai dengan jenis prostesis yang akan dipasang. Otot,
pembuluh darah, dan syaraf dipotong pada batas tersendiri. Biasanya otot
difiksasi pada ujung tulang dengan teknik miodesis atau dijahit disekitar
ujung tulang secara mioplastik. Dengan demikian, otot mendapat insersi
kembali dan dapat berkontraksi sehingga tidak menjadi hipotrofi. Bila
fungsi otot baik, peredaran darah dipuntung juga membaik. Saraf akan
dipotong cukup tinggi agar ujungnya menarik diri kedalam jaringan
supaya neuroma yang terbentuk pada ujungnya terletak cukup terlindung
dari tekanan sehingga tidak menggangu.
3. Penanganan Pasca Operatif
a. Pembalutan yang rigid
Teknik ini mencegah edema pada daerah operasi, meningkatkan
penyembuhan luka pada jaringan lunak, mempercepat maturasi dari stump
amputasi, mengurangi nyeri pasca operatif dan mempercepat ambulasi
dengan alat Bantu.
b. Pemasangan protesis sementara
Setelah pemasangan balut yang rigid, ambulasi dengan kaki protesis dapat
dimulai segera setelah operasi, setelah penyembuhan stump tampak mulai
terjadi (hari ke 7-10), segera setelah stump sembuh (2-3 minggu), atau
setelah yakin bahwa stump benar-benar matur, yakin tidak akan terjadi
luka terbuka kembali. Pilihan tersebut tergantung kepada umur penderita,
kekuatan dan kemauan penderita itu sendiri.
4. Komplikasi
a. Hematoma
Hematoma dapat menghambat proses penyembuhan dari luka dan
merupakan tempat berkembang biak kuman. Pembentukan hematoma
dapat dicegah dengan perawatan perdarahan, penggunaan drain. Bila
ditemukan hematoma dapat dilakukan aspirasi dan dekompresi.
b. Infeksi
Komplikasi ini sering ditemukan pada amputasi untuk penyakit vaskuler
perifer, terutama pada penderita diabetes. Adanya abses harus didrainase
secara baik bila perlu dengan membuka jahitan sebanyak yang dibutuhkan.
Dilakukan pemeriksaan kultur terhadap eksudat dan diberikan antibiotika
yang tepat.
c. Nekrosis
Adanya nekrosis yang kecil pada tepi kulit dapat ditangani konservatif
namun dapat menghambat penyembuhan. Pada nekrosis yang hebat
menandakan insufisiensi sirkulasi pada level amputasi sehingga perlu
dilakukan reseksi luas atau reamputasi pada level lebih proksimal.
d. Kontraktur
Kontraktur sendi pada stump amputasi dapat dicegah dengan
memposisikan stump secara benar dan mendorong penderita untuk segera
latihan menguatkan otot dan menggerakkan persendiannya. Pada amputasi
bawah sendi lutut penderita dilarang untuk menggantung stump amputasi
pada pinggir tempat tidur atau berbaring atau duduk berlam-lama dalam
posisi lutut fleksi. Pada amputasi diatas sendi lutut penderita dilarang
untuk meletakkan bantal diantara paha. Hal ini untuk mencegah terjadinya
kontraktur pada sendi lutut dan panggul.
e. Neuroma
Neuroma terbentuk pada ujung syaraf yang dipotong. Nyeri yang terjadi
akibat traksi pada syaraf saat neuroma tertarik ke bawah oleh jaringan
parut.
f. Sensasi Phantom
BAB 4
KESIMPULAN
luka pada kaki kanan disertai nyeri sejak ±2 minggu SMRS.1 bulan
yang lalu pasien jatuh dari tangga dan pasien tidak menyadari bila ada luka
dibagian jempol bawah, luka dirawat sendiri dengan menggunakan air daun sirih
awalnya luka kecil semakin lama semakin meluas dan menghitam hingga keluar
cairan dan bau nanah dan terdapat kulit mengelupas. Pasien mempunyai riwayat
Pemeriksaan lokalis pada region pedis kanan tampak Tampak kaki hiperpigmentasi
(menghitam) mulai dari jari kaki hingga ke tungkai, kulit meneglupas, atrofi pada
Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik ditegakkan diagnosis Death limb e.c
DAFTAR PUSTAKA