Anda di halaman 1dari 3

Efek Samping Imunisasi

Umumnya efek samping imunisasi tergolong ringan, misalnya:

Nyeri atau bekas berwarna kemerahan di bagian yang disuntik


Demam
Mual
Pusing
Hilang nafsu makan

Untuk efek samping yang tergolong parah (misalnya kejang dan reaksi alergi), jarang sekali
terjadi.

Pertimbangkanlah kembali jika Anda berencana untuk tidak menyertakan anak ke dalam
program imunisasi karena risiko efek samping vaksinasi itu sendiri lebih kecil dibandingkan
manfaatnya sepanjang hidup.

Jenis-jenis Vaksin Imunisasi di Indonesia

Berikut ini adalah jenis-jenis vaksin yang direkomendasikan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia
(IDAI) dalam program imunisasi, di antaranya:

Hepatitis B
Polio
BCG
DTP
Campak
Hib
PCV
Rotavirus
Influenza
MMR
Tifoid
Hepatitis A
Varisela
HPV

Di Indonesia, vaksin hepatitis B, polio, BCG, DTP dan campak merupakan imunisasi wajib.
Sedangkan sisanya merupakan vaksinasi yang direkomendasikan.

Hepatitis B

Hepatitis B merupakan salah satu penyakit infeksi hati berbahaya yang disebabkan oleh virus
melalui cairan tubuh dan darah. Pemberian vaksin hepatitis B bisa dilakukan pertama kali pada
anak setelah kelahirannya. Selanjutnya vaksin ini bisa kembali diberikan pada saat anak berusia
satu bulan dan pemberian ketiga di kisaran usia 3-6 bulan.

Efek samping vaksin hepatitis B yang tergolong umum adalah demam dan rasa lelah pada anak.
Sedangkan efek samping yang jarang terjadi adalah gatal-gatal, kulit menjadi kemerahan, dan
pembengkakan pada wajah.

Polio

Polio merupakan penyakit virus yang dapat menyebabkan kelumpuhan, sesak napas, dan
terkadang kematian. Pemberian vaksin polio harus dilakukan dalam satu rangkaian, yaitu pada
saat anak baru dilahirkan dan pada saat anak berusia dua, empat, serta enam bulan. Vaksin ini
selanjutnya bisa diberikan kembali di usia satu setengah tahun, dan yang terakhir di usia lima
tahun.

Efek samping vaksin polio yang paling umum adalah demam dan kehilangan nafsu makan,
sedangkan efek samping yang sangat jarang terjadi adalah reaksi alergi berupa gatal, kulit
kemerahan, wajah membengkak hingga susah bernapas atau menelan.

BCG

Vaksin BCG diberikan untuk mencegah penyakit tuberkulosis atau yang lebih dikenal sebagai
TBC. Penyakit ini merupakan penyakit serius yang dapat ditularkan melalui hubungan dekat
dengan orang yang terinfeksi TB, seperti hidup di rumah yang sama.

Pemberian vaksin BCG hanya dilakukan satu kali, yaitu pada saat anak baru dilahirkan hingga
berusia dua bulan. Efek samping vaksin BCG yang paling umum adalah munculnya benjolan
bekas suntik pada kulit, sedangkan efek samping yang sangat jarang terjadi adalah reaksi alergi.

DTP

Vaksin DTP merupakan jenis vaksin gabungan. Vaksin ini diberikan untuk mencegah penyakit
difteri, tetanus, dan pertusis. Pertusis lebih dikenal dengan sebutan batuk rejan.

Difteri merupakan penyakit berbahaya yang dapat menyebabkan sesak napas, radang paru-paru,
hingga masalah pada jantung dan kematian. Sedangkan tetanus merupakan penyakit kejang dan
kaku otot yang sama mematikannya. Dan yang terakhir adalah batuk rejan atau pertusis, yaitu
penyakit batuk parah yang dapat mengganggu pernapasan. Sama seperti difteri, batuk rejan juga
dapat menyebabkan radang paru-paru, kerusakan otak, bahkan kematian.

Pemberian vaksin DTP harus dilakukan lima kali, yaitu pada saat anak berusia:

Dua bulan
Empat bulan
Enam bulan
Satu setengah tahun
Lima tahun

Vaksin DTP tidak dilisensikan untuk anak-anak usia di atas tujuh tahun, remaja, atau dewasa.
Namun vaksin sejenis yang disebut Tdap bisa diberikan pada usia 12 tahun. Efek samping vaksin
DTP yang tergolong umum adalah rasa nyeri, demam, dan mual. Efek samping yang jarang
terjadi adalah kejang-kejang.

Campak

Campak adalah penyakit virus yang menyebabkan demam, pilek, batuk, sakit tenggorokan,
radang mata, dan ruam. Vaksin campak diberikan tiga kali yaitu pada saat anak berusia sembilan
bulan, dua tahun, dan enam tahun.

MMR

Anda mungkin juga menyukai