Anda di halaman 1dari 20

2 1.3 Tujuan Penulisan 1.3.

1 Tujuan Umum Agar para pembaca dan mahasiswa dapat mengerti dan mengetahui tentang kelenjar testis. 1.3.2 Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus penulisan makalah ini sebagai berikut: 1. Mengetahui apa definisi dari kelenjar testis. 2. Mengetahui komponen di dalam kelenjar testis. 3. Mengetahui fungsi dari kelenjar testis.

1.4

Manfaat Penulisan Manfaat dari penulisan ini yaitu bagi para pembaca selain dapat memberikan tambahan

pengetahuan juga agar pembaca dapat lebih memahami tentang kelenjar testis. Selain itu, bagi mahasiswa Prodi S1 Keperawatan khususnya dapat dijadikan sebagai dasar atau pedoman dalam memberikan pembelajaran yang sesuai sehingga hasil yang diharapkan dapat tercapai.

1.5

Metode Penulisan Untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan, penulis menggunakan metode

observasi dan kepustakaan.Adapun teknik-teknik yang dipergunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut. 1.5.1 Studi Pustaka Pada metode ini, penulis membaca buku referensi yang berhubungan dengan penulisan makalah ini. 1.5.2 Internet Dalam metode ini penulis mencari informasi dari internet dan situs-situs yang relevan dan realistis.

4 Suplai Darah. Setiap arteria testicularis keluar dari aorta abdominalis tepat di bawah asal arteria renalis, berjalan di bagian depan dinding belakang abdomen, dan mencapai testis dan epididimis dengan melewati funiculus spermaticus. Drainase Vena. Darah dari testis lewat ke dalam pleksus pampiniformis vena-vena funiculus spermaticus. Pleksus ini mengalirkan darah ke dalam vena tunggal, yang berjalan keatas dibagian belakang abdomen. Vena testicularis dextra memasuki vena renalis sinistra. Intervasi, saraf simpatis melewati testis diatas arteria testicularis. Gambaran klinis. Hidrokel adalah pengumpulan cairan di dalam kantong tunica vaginalis. Spermatozoa dibentuk setelah pubertas di dalam sel yang membentuk dinding tubulus seminiferus dan berjalan disepanjang tubulus ke dalam ductus efferentes dan ke dalam epididimis. Testoteron, hormone pria, dihasilkan di dalam sel interstitial testis sejak pubertas. Epididimis dan duktus lain. Bagian ini merupakan rangkaian saluran yang dilalui oleh spermatozoa. Epididimis: organ pengumpul yang melekat pada bagian belakang testis organ ini memiliki caput (yang terdiri dari tubulus efferent yang berasal dari testis), corpus, dan cauda (terdiri dari tabung tunggal tempat duktus berjalan). Vas deferens: tabung berdinding tebal. Dimulai pada ujung bawah epididimis yang merupakan sambungan dari salurannya, berjalan ke arah atas di belakang epididimis, melalui canalis inguinalis, memasuki pelvis, dan berjalan dibagian belakang kandung kemih, tempat saluran tersebut terletak di sebelah medial vesicular seminalis pada sisi yang sama. Vesicular seminalis: pembuluh yang dibentuk oleh tabung bersakulasi yang berkelok-kelok, terletak pada sisi, pada bagian belakang kandung kemih. Ductus ejakulatorius: saluran yang sama untuk vas deferens dan vesicula seminalis. Saluran ini berjalan melalui kelenjar prostat bermuara ke dalam uretra pars prostatica. Kelenjar prostat. Kelenjar prostat berbentuk dan berukuran hampir sama dengan horse chestnut, kelenjar ini mengelilingi bagian pertama uretra. Kelenjar ini terletak: dibawah kandung kemih, dibelakang simfisis pubis dan di depan rectum. Dilewati oleh uretra dan duktus ejakulatorius. Terdiri dari sejumlah kelenjar tubular dan jaringan fibromuskular, seluruhnya dibungkus didalam kapsul. Gambaran klinis, kelenjar dapat terasa sebagai objek yang keras dan licin melalui pemeriksaan rectal. Pembesaran kelenjar sering terjadi pada usia lima puluh dan dapat menyebabkan obstruksi pada mikturisi yang sama dan dapat menyebar ke organ dan jaringan lain.

5 Penis, penis terdiri dari tiga badan silinder corpora cavernosa dextra dan sinistra dan corpus spongiosum di bagian sentral. Di bagian belakang melekat dengan bagian samping os pubis dan pada perineum. Glans penis adalah pembesaran jaringan tempat corpus spongiosum membesar pada ujung penis. Bagian ini dibungkus oleh prepusium. Uretra memasuki corpus spongiosum dan bermuara pada meatus uretra eksterna pada ujung glans penis. Komposisi, corpora cavernosa dan corpus spongiosum disusun oleh jaringan seperti spons, yang dibentuk ruang vaskuler yang dapat berdilatasi. Gambaran klinis sirkumsisi adalah pembuangan prepusium. Spermatozoa dibentuk di dalam tubulus seminiferus dan mengalir menuju epididimis dan sepanjang vas deferens. Vesicula seminalis tidak menyimpan spermatozoa, tetapi memproduksi sebagian cairan yang mengangkut spermatozoa. Kelenjar prostat memproduksi cairan yang serupa. Di bawah pengaruh rangsangan seksual, impuls berjalan disepanjang saraf parasimpatis menuju arteriol penis. Arteriol berdilatasi dan ruang vaskuler penis terbendung dengan darah dan penis. Membesar dan menjadi kaku dan ereksi. Dengan demikian hubungan seksual dapat dilakukan. Saat ejakulasi semen, terdiri dari sperma prostat, dikeluarkan melalui cairan uretra. (Brunner dan Suddarth, 2001, hal 1619) Anatomi dan fisiologi. Pada pria beberapa organ berfungsi sebagai bagian dari traktus urinarius sistem reproduktif. Kelainan pada organ-organ reproduktif pria dapat menggangu fungsi salah satu atau kedua sistem. Akibatnya, penyakit sistem reproduktif pria biasanya ditangani oleh ahli urologi struktur dari sistem reproduktif pria adalah testis, vas (duktus defferent) dan vesika seminalis, penis, dan kelenjar asesori tertentu, seperti kelenjar prostat dan kelenjar kawper (kelenjar bulbauretral). Perkembangan testikuler. Testik dibentuk pada masa embrio di dalam rongga abdomen dekat dengan ginjal. Selama bulan terakhir mada kehidupan janin, testis turun ke arah posterior ke peritoneum, untuk menetap pada dinding abdomen dalam lipat paha. Kemudian kedua testis terus turun sepanjang kanalis inguinalis ke dalam skrotum. Dalam proses penurunan ini kedua testis disertai oleh pembuluh darah, limfatik, saraf, dan duktus, yang menyangga jaringan dan membentuk kordaspermatik. Korda ini memanjang dari cincin inguinal internal melalui dinding abdomen dan kanalis inguinalis hingga ke skrotum. Ketika testis turun ke dalam skrotum, sebuah tubular yang memanjang dari peritoneum menyertainya. Normalnya jaringan ini mengalami obliterasi, satu-satunya bagian yang tersisa yang menyelimuti testis adalah tunikavaginalis. (Ketika proses peritoneal ini tidak mengalami obliterasi tetapi tetap terbuka ke dalam rongga

6 abdomen, kantung potensial tersisisa, sehingga ke dalamnya dapat masuk kandungan abdomen untuk membentuk suatu hernia inguinal tak-langsung). Testis bersarang di dalam skrotum, yang menjaga keduanya pada suhu yang sedikit lebih rendah dari suhu tubuh keseluruhan untuk memfasilitasi spermatogenensis (pembentukan sperma). Testis terdiri atas tubulus seminiverus tempat dimana sperma dibentuk. Tubulus koligentes mengirimkan sperma ke dalam epididimis, suatu struktur seperti topi yang terletak pada testis dan mengandung duktus yang melebar yang mengarah ke dalam vas deferent. Struktur tubulus yang keras ini menjalar ke arah atas melalui kanalis inguinalis untuk memasuki rongga abdomen di belakang peritoneum dan kemudian memanjang ke bawah ke arah basal kandung kemih. Suatu tonjolan berkantung dari struktur ini disebut vesikaseminalis, yang berfungsi sebagai wadah untuk sekresi vestikuler. Traktus ini berlanjut sebagai duktus ejakulatorius, yang kemudian menjalar melalui kelenjar prostat yang kemudian menjalar melalui kelenjar prostat untuk masuk ke dalam uretra. Sekresi testikuler melewati jalur ini ketika mereka keluar penis dalam aksi reproduktif.

2.2

Struktur yang ada di dalamnya (Ethel Sloane, 2003, hal 347) Sistem reproduksi laki-laki.

2.2.1 Skortum adalah kantong longgar yang tersusun dari kulit, fasia, dan otot polos yang membungkus dan menopang testis di luar tubuh pada suhu optimum untuk produksi spermatozoa. Dua kantong skrotal, setiap scrotal memiliki satu testis tunggal, dipisahkan oleh septum internal. Otodartus adalah lapisan serabut dalam fasia dasar yang berkontraksi untuk membentuk kerutan pada kulit scrotal sebagai respon terhadap udara dingin atau eksitasi seksual. 2.2.2 Testis adalah organ lunak, berbentuk oval, dengan panjang 4 cm sampai 5 cm (1,5 inci sampai 2 inci) dan berdiameter 2,5 cm (1 inci). 1. Tunika albuginea adalah kapsul jaringan ikat yang membungkus testis dan merentangk kea rah dalam untuk membaginya menjadi sekitar 250 lobulus. 2. Tubulus seminiferus, tempat berlangsungnya spermatogenesis, terlilit dalam lobules, epithelium germinal khusus yang melapisi tubulus seminiferus mengandung sel-sel batang (spermatogonia) yang kemudian menjadi sperma; sel-sel Sertoli yang menopang dan memberi nutrisi sperma yang sedang berkembang; dan memberi nutrisi sperma yang sedang berkembang; dan sel-sel interstisial (leydig), yang memiliki fungsi endokrin.

7 Spermatogenesis adalah proses perkembangan spermatogonia menjadi spermatozoa dan berlangsung sekitar 64 hari (lebih atau kurang empat hari). Spermatogonia terletak berdekatan dengan membrane basalis tubulus seminiferus, spermatogonia berproliferasi melalui mitosis dan berdiferensiasi menjadi spermatosit primer. Setiap spermatosit primer mengalami pembelahan meiosis untuk membentuk dua spermatosit sekunder. Pembelahan meiosis kedua pada spermatosit sekunder menghasilkan empat spermatid. Tahap akhir spermatogenesis adalah maturasi spermatid menjadi spermatozoa (sperma). Panjang spermatozoa matur mencapai 60 m. Sperma matur memiliki satu kepala, satu badan, dan satu flagellum (ekor). Kepala berisi nucleus dan dilapisi akrosom (tutup kepala) yang mengandung enzim diperlukan untuk menembus ovum. Badan mengandung mitokondria yang memproduksi ATP diperlukan untuk pergerakan. Goyangkan flaglum mengakibatkan motilitas sperma (untuk berenang). (Ethel Sloane, 2003, hal 350) Sel Sertoli menyebar dari epitelium sampai lumen tubulus. Fungsi-fungsinya antara lain: sel Sertoli secara mekanis menyongkong dan memberi nutrisi spermatozoa dalam proses pematangan, sel Sertoli mensekresi inhibitor duktus mullerian, yaitu sejenis glikoprotein yang diproduksi selama perkembangan embrionik pada saluran reproduksi laki-laki. Zat ini menyebabkan atrofi duktus mullerian pada genetik laki-laki. Sel Sertoli mensekresi protein pengikat adndrogen untuk merespon folicle-stimulating hormone (FSH) yang dilepas kelenjar hipofisis anterior. Protein mengikat testosteron dan membantu mempertahankan tingkat kosentrasi tinggi cairan tersebut dalam tubulus seminiferus. Testosteron menstimulasi spermatogenesis. Sel Sertoli mensekresi inhibin, suatu protein yang mengeluarkan efek umpan baik negatif terhadap sekresi FSH oleh kelenjar hipofisis anterior. Sel Sertoli mensekresi antigen H-Y, yaitu protein permukaan membran sel yang penting untuk menginduksi proses diferensiasi testis pada genetik laki-laki. Sel Interstisial mensekresi androgen (testosteron dan dihidrotestosteron). Sel-sel interstisial ini menghilang enam bulan setelah lahir dan muncul kembali saat awitan pubertas karena pengaruh hormon gonadotropin dari kelenjar hipofisis. 2.2.3 Duktus pada saluran reproduksi laki-laki membawa sperma matur dari testis ke bagian eksterior tubuh. (1) Dalam testis, sperma bergerak ke lumen tubulus seminiferus, kemudian menuju tubulus rekti (tubulus lurus). Dari tubulus rekti, sperma kemudian menuju jaring-jaring kanal rete testis

8 yang bersambungan dengan 10 sampai 15 duktulus eferen yang muncul dari bagian atas testis. (2) Epididimis adalah tuba terlilit yang panjangnya mencapai 20 kaki (4 m sampai 6 m) yang terletak di sepanjang sisi posterior testis. Bagian ini menerima sperma dari duktus eferen. Epididimis menyimpan sperma dan mampu mempertahankannya sampai enam minggu. Selama enam minggu tersebut, sperma akan menjadi motil, matur sempurna, dan mampu melakukan fertilisasi. Selama eksitasi seksual, lapisan otot polos dalam dinding epididimal berkontraksi untuk mendorong sperma ke dalam duktus deferen. (3) Duktus deferen adalah kelanjutan epididimis. Duktus ini adalah tuba lurus yang terletak dalam korda spermatik yang juga mengandung jaringan ikat. Masing-masing duktus deferen meninggalkan skrotum, menanjak menuju dinding abdominal kanal inguinal. Duktus ini mengalir dibalik kandung kemih bagian bawah untuk bergabung dengan duktus ejakulator. (4) Duktus ejakulator pada kedua sisi terbentuk dari pertemuan pembesasran (ampula) di bagian ujung duktus deferen dan duktus dari vesikel seminalis, setiap duktus ejakulator panjangnya mencapai sekitar 2 cm dan menembus kelenjar prostat untuk bergabung dengan uretra yang berasal dari kandung kemih. (5) Uretra merentang dari kandung kemih sampai ujung penis dan terdiri dari tiga bagian: a. Uretra prostatik merentang mulai dari bagian dasar kandung kemih, menembus prostat dan menerima sekresi kelenjar tersebut. b. Uretra membranosa panjangnya mencapai 1 cm sampai 2 cm. Bagian ini di kelilingi sfinger uretra eksternal. c. uretra penis (kavernous, berspons) di kelilingi oleh jaringan erektil berespon (korpus spongiosum). Bagian ini membesar ke dalam fosa navicularis sebelum terakhir pada mulut uretra eksternal dalam glans penis. 2.2.4 Kelenjar aksesoris (Ethel Sloane, 2003, hal 351)ujmj 1. Sepasang vesikel seminalis adalah kantong terkonvolusi (berkelok-kelok) yang bermuara ke dalam duktus ejakulator. Sekretnya adalah cairan kental dan basa yang kaya akan fruktosa, berfungsi untuk memberi nutrisi dan melindungi sperma. Setengah lebih sekresi vesikel seminalis adalah semen (cairan sperma yang meninggalkan tubuh). 2. Kelenjar prostat menyelubungi uretra saat keluar dari kandung kemih. Sekresi prostat bermuara ke dalam uretra prostatik setelah melalui 15 sampai 30 duktus prostatik.

9 a. Prostat mengeluarkan cairan basa menyerupai susu yang menetralisir asiditas vagina selama senggama dan meningkatkan motilitas sperma yang akan optimum pada pH 6,0 sampai 6,5. b. Kelenjar prostat membessar saat remaja dan mencapai ukuran optimalnya pada laki-laki yang berusia 20-an. Pada banyak laki-laki, ukurannya terus bertambah seiring pertambahan usia. Saat berusia 70 tahun, dua pertiga dari semua laki-laki mengalami pembesaran prostat yang mengganggu perkemihan. 3. Sepasang kelenjar bulbouretral (cowper) adalah kelenjar kecil yang ukuran dan bentuknya menyerupai kacang polong. Kelenjar ini mensekresi cairan basa yang mengandung mukus ke dalam uretra penis untuk melumasi dan melindungi serta ditambahkan pada semen. 2.2.5 Penis terdiri dari 3 bagian: akar, badan, dan glans penis yang membesar yang banyak mengandung ujung-ujung saraf sensorik. Organ ini berfungsi untuk tempat keluar urine dan semen serta sebagai organ kopulasi. 1. Kulit penis tipis dan tidak berambut kecuali di dekat akar organ. Prepusium (kulup) adalah lipatan sirkular kulit longgar yang merentang menutupi glans penis kecuali jika diangkat melalui sirkumsisi. Korona adalah ujung proksimal glans penis. 2. Badan penis dibentuk dari tiga massa jaringan erektil silindris; dua korpus kavernosum dan suatu korpus spongiosum ventral di sekitar uretra. a. Jaringan erektil adalah jaring-jaring ruang darah iregular (venosa sinusoid) yang diperdarahi oleh arteriol aferen dan kapilar, didrainase oleh venula dan dikelilingi jaringan ikat rapat yang disebut tunika albuginea b. Korpus kavernosum dikelilingi oleh jaringan ikat rapat yang disebut tunika albuginea. 3. Mekanisme ereksi penis. Ereksi adalah salah satu fungsi vaskular korpus kavernosum di bawah pengendalian SSO. a. Jika penis lunak, stimulus simpatis terhadap arteriol penis menyebabkan konstriksi sebagian organ ini, sehingga aliran darah yang melalui penis tetap dan hanya sedikit darah yang masuk ke sinusoid kavernosum. b. Saat stimulasi mental atau seksual, stimulus para simpatis menyebabkan vasodilatasi arteriol yang memasuki penis. Lebih banyak darah yang memasuki vena dibandingkan yang dapat didrainase vena.

10 c. Sinusoid korpus kavernosum berdistensi karena berisi darah dan menekan vena yang dikelilingi tunika albugiena nondistensi. d. Setelah ejakulasi, impuls simpatis menyebabkan terjadinya vasokonstriksi arteri dan darah akan mengalir ke vena untuk dibawa menjauhi korpus. Penis mengalami detumesensi, atau kembali ke kondisi lunak. 4. Ejakulasi disertai orgasme merupakan titik kulminasi aksi seksual pada laki-laki. Semen diejeksikan melalui serangkaian semprotan. a. Impuls simpatis dari pusat refleks medulla spinalis menjalar di sepanjang saraf spinal lumbal (L1 dan L2) menuju organ genital dan menyebabkan kontraksi peristaltik dalam duktus testis, epididimis, dan duktus deferen. Kontraksi ini menggerakkan sperma di sepanjang saluran. b. Impuls parasimpatis menjalar pada saraf pudendal dan menyebabkan otot

bulbokavernosum pada dasar penis berkontraksi secara berirama. c. Kontraksi yang simultan pada vesikel seminalis, prostat dan kelenjar bulbouretral menyebabkan terjadinya sekresi cairan seminal yang bercampur dengan sperma untuk membentuk semen. 2.2.6 Kuantitas dan kompisisi semen (Ethel Sloane, 2003, hal 352) 1. Volume ejakulasi berkisar anatara 1 ml sampai 10ml; rata-rata 3 ml. Semen terdiri dari 90% air dan mengandung 50 sampai 120 juta sperma per ml; volume sperma mencapai 5% volume semen. 2. Semen ejakulasi dalam bentuk cairan kental berwarna abu-abu kekuningan dengan pH 6,8 sampai 8,8. Cairan ini segera berkoagulasi setelah ejakulasi dan mencair dengan spontan dalam 15 sampai 20 menit. 3. Bagian pertama ejakulasi mengandung spermatozoa, cairan epididimal. Dan sekresi kelenjar prostat dan bulbouretral. Bagian terakhir dari ejakulasi berisi sekresi dari vesikel seminalis. 4. Semen mengandung berbagai zat yang ada dalam plasma darah juga zat tambahan seperti prostaglandin, enzim proteolitik, inhibiltor enzim, vitamin, dan sejumlah homon steroid serta gonadotropin dalam konsentrasi yang berbeda dengan yang ada di plasma darah. 5. Setelah ejakulasi, spermatozoa bertahan hidup hanya sekitar 24 sampai 72 jam dalam saluran reproduksi perempuan. Sperma dapat disimpan selama beberapa hari pada suhu rendah atau dibekukan jika akan disimpan selama lebih dari satu tahun.

11 2.2.7 Pengaturan hormonal sistem reproduksi laki-laki (Ethel Sloane, 2003, hal 352) 1. Hormon testikular. Androgen utama yang diproduksi testis adalah testosteronetestis juga mensekresi sedikit androstenedion, yaitu precursor untuk esterogen pada laki-laki dan dihidro-testosteron (DHT) yang penting untuk pertumbuhan prenatral dan diferensiasi genitalia laki-laki. a. Pada janin laki-laki, sekresi testosteron menyebabkan terjadinya diferensiasi duktus internal dan genitalia eksternal, dan menstimulasi penurunan testis ke dalam skrotum dua bulan terakhir gestasi. Dan lahir sampai pubertas, hanya sedikit atau bahkan tidak ada testosterone yang diproduksi. b. Saat pubertas dan setelahnya, testosteron bertangung jawab atas perkembangan dan pemeliharaan karakteristik seks sekunder laki-laki antara lain testosterone meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan genitalia laki-laki, testosterone bertanggung jawab atas pendistribusian rambut yang menjadi ciri khas laki-laki, testosterone menyebabkan perbesaran laring dan perpanjangan serta penebalan pita suara sehingga menghasilkan suara bernada rendah, testosterone meningkatkan ketebalan dan tekstur kulit serta mengakibatkan permukaaan kulit menjadi lebih gelap dan lebih kasar. Hormone ini juga meningkatkan aktivitas kelenjar keringat dan kelenjar sebasea serta terlibat dalam pembentukan jerawat (pada laki-laki dan perempuan), dan testosteron meningkatkan massa otot dan tulang, meningkatkan laju metabolik dasar, meningkatkan jumlah sel darah merah dan meningkatkan kapasitas pengikatan oksigen pada laki-laki. 2. Hormon hipofisis dan hipotalamus mengendalikan produksi androgen dan fungsi testicular. a. Gonadotropin hipofisis. Folicle stimulating hormone (FSH) memiliki reseptor pada sel tubulus seminiferus dan diperlukan dalam spermatogenesis. Luteinizing hormone (LH) memiliki reseptor interstisial dan menstimulasi produksi serta sekresi testosterone. LH disebut juga ICHS (interstitial cell stimulating hormone) atau hormonn perangsang sel interstisial pada laki-laki. b. Hipothalamic gonadotropin releasing hormone (GnRH) berinteraksi dengan testosterone, FSH, LH, dan inhibin dalam mekanisme umpan balik negative yang mengtaur serkresi dan sintesis testosterone. Penurunan konsentrasi testosterone yang bersirkulasi menstimulasi produksi GnRH hipotalamik yang kemudian menstimulasi sekresi FSH dan LH. FSH menstimulasi spermatogenesis dalam tubulus seminiferus dan LH menstimlasi

12 sel interstisial untuk memproduksi testosterone. Peningkatan kadar testosterone dalam darah memberikan kendali umpan balik negatif pada sekresi GnRH dan pada sekresi FSH dan LH hipofisis. Inhibin disintesis dan disekresi oleh sel Sertoli untuk merespons terhadap sekresi FSH. Hormone ini bekerja melalui umpan balik negative langsung pada kelenjar hipofisis untuk menghambat sekresi FSH. Inhibin tidak mempengaruhi pelepasan LH (ICHS). Protein pengikat androgen adalah suatu polipeptida yang juga diproduksi oleh sel Sertloli untuk merespons sekresi FSH. Protein mengikat testosterone untuk mempertahankan konsentrasinya dalam tubulus seminiferus 10 sampai 15 kali lebih besar dibandingkan dengan konsentrasinya dalam darah. Hal ini kemudian meningkatkan penerimaan sel terhadap efek testosteron dan berfungsi untuk menunjang spermatogenesis. c. Pubertas dipicu oleh peningkatan sekresi GnRH. GnRH dihambat melalui umpan balik negatif dari sejumlah kecil testosterone yang bersirkulasi sebelum pubertas. Saat pubertas, maturasi otak dan penurunan sensitivitas hipotalamus terhadap penghambatan testosterone menyebabkan peningkatan sekresi GnRH yang kemudian meningkatkan sekresi FSH dan LH hipofisis. Ini mengakibatkan terjadinya spermatogenesis, produksi testosterone, dan pembentukan karakteristk seks sekunder pada laki-laki. Peningkatan kadar GnRH meyebabkan peningkatan sekresi FSH dan RH oleh kelenjar hipofisis anterior.

2.3

Fungsi testis (Syaifuddin, 2009, hal 302) Fungsi endokrin testis antara lain testis janin dapat menurun

hingga trisemester ketiga kehamilan, menyintesis androgen pada minggu ke 6-8, maksimum minggu ke 11-18 menghasilkan testosterone. Yang kedua pada janin, testosterone diperlukan untuk diferensiasi genitalia interna dan eksterna laki-laki dan yang ketiga pada pria dewasa, tetstosteron berfungsi untuk perkembangan dan mempertahankan ciri-ciri seks sekunder pria serta spermatogenesis. Setelah lahir sel leydig mengalami masa istirahat dan mulai aktif kembali menjelang masa remaja (pubertas). Hal ini terjadi karena pengaruh adenohipofisis yang akan menyempurnakan maturasi sistem reproduksi. Pengeturan fungsi endokrin testis antara lain LH/ICTH adenohipofisis merangsang sekresi testosterone oleh sel leydig sedangkan pelepasan LH diatur oleh GnRH hipotalamus dan sebaliknya, testosterone melalui mekanisme feedback

13 negative mengendalikan pelepasan LH. Pengaturan spermatogenesis antara lain FSH merangsang spermatogenesis dan LH merangsang sekresi testosterone dan mempertahankan spermatogenesis. Kerja FSH dan testosterone dengan jalan merangsang sel serotonin untuk membentuk senyawa yang diperlukan untuk maturasi sperma. Sekresi FSH diatur melalui mekanisme feedback negatif yaitu peningkatan sekresi dari sel serotonin. Efek testosterone pada janin merangsang diferensiasi dan perkembangan arah genital ke arah pria, pengatur pola jantan (pria), dan pengontrolan hipotalamus terhadap sekresi gonadotropin setelah pubertas. Dan pada pubertas: memengaruhi sifat kelamin sekunder yaitu perkembangan bantuk tubuh, perkembangan alat genital, distribusi rambut, pembesaran laring dan sifat agresif. (Brunner dan Suddarth, 2001, hal 1619) Fungsi glandular. Testis mempunyai fungsi ganda: pembentukan spermatozoa dari sel-sel germinal tubulus seminiferus dan sekresi hormone seks pria yaitu testosterone, yang menyebabkan dan memelihara karakteristik seks pria. Kelenjar prostat terletak tepat di bawah leher kandung kemih. Kelenjar ini mengelilingi utertra dan dipotong melintang oleh duktus ejakulatorius, yang merupakan kelanjutan dari vas diferen. Kelenjar ini menghasilkan sekresi yang penyalurannya dari testis secara kimiawi dan fisiolois sesuai dengan kebutuhan spermatozoa. Kelenjar Cowper terletak di bawah prostat di dalam aspek posterior uretra. Kelenjar ini membuang sekresinya ke dalam uretra saat ejakulasi, dengan memberikan lubrikasi. (Brunner dan Suddarth, 2001, hal 1619) Penis mempunyai fungsi ganda: penis merupakan organ untuk kopulasi dan untuk urinasi. Secara anatomis, penis terdiri atas glans penis, korpus, dan pangkal penis (radiks). Glands penis adalah bagian bulat yang lunak pada ujung distal penis. Uretra, tubuh yang membawa urin, membuka pada ujung glands. Normalnya, glands ditutupi atau dilindungi oleh kulit yang memanjang-prepusium-yang mungkin harus diretraksi untuk memanjan glands penis. Korpus penis terdiri atas jaringan erektil yang mengandung banyak pembuluh darah yang menjadi membesar, mengacu pada ereksi selama rangsangan seksual. Uretra, yang menjalar melalui penis, memanjang dari kandung kemih melalui prostat ke ujung distal penis. 2.3.1 Fisiologi reproduksi pria, hormon pada pria (Syaifuddin, 2009, hal 327) 1. Testoteron Dihasilkanoleh sel interstisial yang terletak antara tubulus seminiferus. Sel ini berjumlah sedikit pada bayi dan anak, tetapi banyak terdapat pada pria dewasa. Setelah pubertas, sel

14 interstisial banyak menghasilkan hormon testoteron yang disekresi oleh testis. Sebagian testoteron berikatan longgar dengan protein plasma yang terdapat dalam darah dan sebagian terikat pada jaringan yang dibuahi dalam sel menjadi dehidrasi testoteron. Testoteron yang tidak terikat pada jaringan dengan cepat diubah oleh hati menjadi aldosteron dan

dehidroepialdosteron. Konjugasi ini disekresikan dalam usus melalui empedu ke dalam urin. Fungsi testoteron adalah sebagai berikut: Efek desensus (Penempatan) testis. Hal ini menunjukkan bahwa testoteron merupakan hal yang penting untuk perkembangan seks pria selama kehidupan manusia dan merupakan faktor keturunan. Perkembangan seks primer dan sekunder. Sekresi testoteron setelah pubertas menyebabkan penis, testis dan skrotum membesar sampai usia 20 tahun serta memengaruhi pertumbuhan sifat seksual sekunder pria mulai pada pubertas. 2. Hormon Gonatropin Kelenjar Hipofisis anterior menghasilkan dua macam hormon yaitu Luetein hormon (LH) dan Folikel Stimulating Hormon (FSH). Bila testis dirangsang oleh LH dan kelenjar hipofisis, maka sekresi testoteron selama kehidupan fetus penting untuk peningkatan pembentukan organ seks pria. Perubahan spermatogenesis menjadi spermatosit dalam tubulus seminiferus dirangsang oleh FSH. Namun, FSH tidak dapat menyelesaikan pembentukan spermatozoa. Oleh karena itu, testoteron disekresi secara serentak oleh sel interstisial yang berdifusi menuju tubulus seminiferus. Testoteron diperlukan untuk proses pematangan akhir spermatozoa. 3. Hormon Eterogen Dibentuk dari testoteron dan dirangsang oleh hormon perangsang folikel. Hormon ini memungkinkan spermatogenesis untuk menyekresi protein pengikat endogen untuk mengikat testoteron dan estrogen serta membawa keduanya ke dalam cairan lumen tubulus seminiferus untuk pematangan sperma. 4. Hormon pertumbuhan Diperlukan untuk mengatur latar belakang fungsi metabolisme testis secara khusus dan untuk meningkatkan pembelahan awal spermatogenesis sendiri. Bila tidak terdapat hormon pertumbuhan, maka spermatogenesis sangat berkurang atau tidak ada sama sekali. 2.3.2 Fisiologi Sperma (Syaifuddin, 2009, hal 329) Mortilitas dan fertilitas sperma terjadi karena gerakan flagella melalui medium cairan. Sperma normal cenderung untuk bergerak lurus daripada

15 berputar. Aktivitas ini ditingkatkan dalam medium netral dan sedikit basa. Pada medium yang sangat asam dapat mematikan sperma dengan cepat. Aktivitas sperma dapat meningkat bersamaan dengan peningkatan suhu dan kecepatan metabolisme. Sperma pada traktus genitalia wanita hanya dapat hidup 1-2 hari. 1. Fungsi Vesikula Seminali Epitel sekretorik menyekresikan bahan mukus yang mengandung fruktosa, asam sitrat, prostaglandin dan fibrinogen. Setelah itu vas deferens mengeluarkan sperma dan menambah semen yang diejakuasi, fruktosa dan gizi-gizi lainnya yang dibutuhkan oleh sperma untuk membuahi ovum. Prostaglandin membutuhkan proses pembuahan yang bereaksi dengan mukus serviks dan membuat lebih reseptif (menerima) terhadap gerakan sperma untuk menggerakkan sperma sampai mencapai ke ujung atas tuba falopii dalam waktu 5 menit. 2. Semen Cairan semen berasal dari vas deferens dan merupakan cairan yang terakhir diejakuasi. Semen berfungsi untuk mendorog sperma keluar dari duktus ejaklatorius dan uretra. Cairan dari vesikula seminalis membuat semen lebih kental. Enzim pembeku dari cairan prostat menyebabkan fibrinogen dari cairan vesikula seminalis membentuk kuagulum yang lemah. Walaupun sperma dapat hidup beberapa minggu dalam duktus genitalia pria setelah sperma di ejakuasi dalam semen, ajab tetapi jangka hidup sperma maksimal 24-48 jam. 3. Spermatogenesis Tubulus seminiferus mengandung banyak sel epitel germinativum yang berukuran kecil dinamakan spermatogenia, menjadi spermatosit dan membelah diri membentuk 2 spermatosit yang masing-masing mengandung 23 kromosom setelah beberapa minggu menjadi spermatozoa. Spermatid pertama kali dibentuk masih mempunyai sifat umum sel epiteloid kemudian sitoplasma menghilang lalu speramatid memanjang menjadi spermatozoa yang terdiri atas kepala, leher, badan dan ekor. Setelah pembentukan tubulus seminiferus, sperma masuk ke seminiferus selama 18 jam-10 hari hingga melalui proses pematangan. Epididimis menyekresi cairan yang mengandung hormon, enzim, dan gizi yang sangat penting dalam proses pematangan sperma. Sebagian besar terdapat pada vas deferens dan sebagian kecil di dalam epididimis. 4. Pematangan sperma Setelah terbentuk dalam tubulus seminiferus, sperma membutuhkan waktu beberapa hari untuk melewati epididimis. Sperma bergerak dari tubulus seminiferus ke bagian awal epididimis

16 selama 18-24 jam. Sperma memiliki kemampuan motilitas walaupun beberapa faktor menghambat cairan dalam epididimis untuk mencegah mobilitas setelah proses ejakuasi menyekresi cairan yang mengandung hormon testoteron dan estrogen, enzim-enzim, serta nutrisi khusus untuk pematangan sperma. 5. Penyimpanan sperma Kedua testis dapat membentuk sperma + 120 juta setiap hari. Sejumlah kecil sperma dapat disimpan dalam epididimis, sedangkan sebagian besar sisanya disimpan dalam vas deferens sehingga dapat mempertahankan fertilitasnya dalam duktus genitalis selama 1 tahun. Dengan aktivitas seksualitas yang tinggi, penyimpanan hanya beberapa hari saja. 6. Fungsi kelenjar prostat Kelenjar prostat menghasilkan cairan encer yang mengandung ion sitrat, ion phospat, enzim pembeku, dan profibrinosilin. Selama pengisian kelenjar prostat berkontraksi sejalan dengan kontraksi vas deferens sehingga cairan encecer dapat dikeluarkan untuk menambah lebih banyak jumblah semen. Sift yang sedikit basa dari cairan prostat memungkinkan untuk keberhasilan fertilasasi (gumpalan) ovum karena cairan vas deferens sedikit asam. Cairan

prostat menetraslisir sifat asam dan cairan lain setelah ejakulasi 7. Kegiatan seksual pria Rangsangan akhir organ sensorik dan sensasi seksual menyebar melalui saraf pudendus melalui pleksus sakralis dari medula spinalis untuk membantu rangsangan aksi seksual dalam mengirim sinyal ke medula dan berfungsi untuk meningkatkan sensasi seksual yang berasal dari struktur interna. Dorongan seksual akan mengisi organ seksual dngan sekret yang menyebabkan keinginan seksual dengan merangsang kandung kemih dan mukosa uretra. Unsur psikis rangsangan seksual: sesuai dengan meningkatkan kemampuan seorang untuk melakukan kegiatan seksual dengan memkirkan/ khayalan akan menyebabkan terjadinya aksi seksual sehingga menimbulkan ejakulasi atau pengeluaran sepanjang mimpi/khyalan, terutama usia remaja. Aksi seksual pada medula spinalis: fungsi otak tidak terlalu penting karena rangsangan genital yang menyebabkan ejakulasi dihasilkan dari mekanisme refleks yang sudah terintergrasi pada medula spinalis lumalis. Mekanisme ini dapat dirangsang secra psiki dan seksual yang nyata ataupun kombinasi keduanya. 8. Pengaturan fungsi reproduksi

17 Pengaturan fungsu reproduksi dimulai dari pelepasan hormon gonadotropin (GnRH) oleh hipotalamus lalu merangsang kelenjar hipofisis anterior untuk menyekresi lutein hormon (LH), dan folikel stimulating hormon (FSH). Lutein hormon merupakan rangsangan utama untuk sekresi testoteron oleh testis dan folikel stimuling. Hormon yang disekresi akan merangsang spematogenesis. Ejakulasi disertai orgasme merupakan titik kulminasi aksi seksual laki-laki. Semen diejeksikan melalui serangkai semprotan. Influs simpatis dari pusat reflek medula spinalis menjalar di sepanjang spinal. Lumbal (L1 dan L2 ) menuju urogenital dan menyebabkan kontraksi peristaltik dalam duktus testis epididimis dan dukstus deferens. Kontraksi ini menggerakan sperma disepanjang saluran. Implus parasimpatis menjalar pada pusat pundendal dan menyebabkan otot bulbo kavernosum pada dasar penis berkontraksi secara berirama. Kontraksi awal pada vesikel seminalis, prostat dan kelenjar bulborektalis menyebabkan terjadinya sekresi cairan seminal yang bercampur dengan sperma untuk membentuk semen. 9. Pengaruh GnRH Meningkatkan Sekresi LH dan FSH Hipotalamus melepaskan Gonadotropin hormone (GnRH) yang diangkut ke kelenjar hipotalamus anterior untuk merangsang pelepasan LH dan FSH dalam darah porta. Perangsangan hormon ini di tentukan oleh frekuensi dari siklus sekresi dan jumlah GnRH yang dilepaskan pada setiap siklus. Sekresi LH mengikuti pelepasan GnRH lalu sekresi FSH berubah lebih lambat sebagai respons perubahan jangka panjang GnRH. Pengaruh hormon gonadotropin terhadap RH dan FSH. Hormon ini di sekresi oleh sel-sel yang sama dalam kelenjar hipofisis anterior. LH dan FSH adalah glikoprotein yang berkaitan dengan protein dalam molekul yang sangat bervariasi. Dalam keadaan yang berbeda dapat mengubah kemampuan aktivitas dasar LH maupun FSH hingga mengeluarkan pengaruhnya pada jaringan didalam testis melalui aktivitas pengaktifan sistem enzim khusus dalam sel-sel target berikutnya. 10. Pengaturan Spermatogenesis FSH melekat pada sel-sel dalam tubulus seminiferus. Pengikatan ini mengakibatkan sel tumbuh dan menyekresi berbagai unsur spermatogenik. Secara bersamaan testoteron berdifusi kedalam tubulus dalam ruang intertisial yang mempunyai efek trofik terhadap spermatogenesis. Untuk membangkitkan spermatogenesis dibutuhkan FSH, sedangkan testosteron dibutuhkan agar dapat mempertahankan spermatogenesis untuk waktu lama. 11. Sekresi Metabolisme dan Sifat Kimia

18 Sekresi androgen dalam tubuh memiliki efek maskulinisasi termasuk testosteron. Aktivitas maskulinisasi dari semua hormon sangat sedikit yaitu kurang dari 5% seluruh aktivitas pria dewasa. Sifat kimia androgen adalah senyawa steroid untuk testosteron yang dapat dibentuk dari kolesterol langsung dari asetil koenzim A. Setelah testosteron di metabolisme dan disekresi testis, sekitar 97% testosteron akan menjadi lemah ikatannya dengan albumin plasma atau lebih kuat berikatan dengan globulin yang disebut globulin pengikat hormon kelamin dan bersirkulasi dengan darah. Sebagian besar testosteron yang terikat ke jaringan diubah dalam sel-sel menjadi dehidrotestosteron dalam organ khusus seperti kelenjar prostat dan pada pria dewasa dan dalam genitalia eksterna pada janin laki-laki. Pembentukan estrogen juga terjadi pada pria. Disamping itu, testosteron dan estrogen juga ditemukan dalam urin pria. Jumlah estrogen dalam cairan tubulus seminiferus cukup tinggi dan menjalankan perannya dalam spermatogenesis.

19 Tabel Fungsi komponen reproduksi pria (Syaifuddin, 2009, hal 334) Komponen reproduksi Testis Komponen reproduksi Menghasilkan sperma. Mengeluarkan testosteron.

Epididimis dan duktus deferens

Berfungsi sebagai tempat keluar sperma dari testis. Sebagai pematang motilitas dari fertilitas sperma. Memekatkan/mengentalkan,dan menyimpan sperma

Vesikula seminalis

Menghasilkan

fruktosa

untuk

memberi

makan sperma yang dikeluarkan. Mengeluarkan prostaglandin yang

merangsang motilitas saluran reproduksi pria dan wanita untuk membantu

mengeluarkan sperma. Menghasilkan sebagian besar cairan semen. Menyediakan precusor (proses biologis) untuk pembekuan semen.

Mengeluarkan Kelenjar prostat

cairan

basa

yang

menetralkan sekresi vagina yang asam. Memicu pembekuan semen, untuk menjaga sperma tetap berada dalam vgina pada saat penis dikeluarkan.

Kelenjar bulbo uretra

Mengeluarkan mukus untuk pelumasan.

20

21

Anda mungkin juga menyukai